Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka
kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. pengelola KPD pada kehamilan
kurang bulaQ!n dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas Sujiyanti (2009).
yang telah dilakukan pada 183 ibu bersalin didapat sebanyak 138 orang
(75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 orang (24,59%)
mengalami ketuban pecah dini. dari 71 orang ibu primipara, 55 orang (77,46%)
tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami ketuban
pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (72,24%) tidak ketuban
pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, dan 11 orang
ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan
4 orang (36,36%) mengalami ketuban pecah dini. dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah
multipara. sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara
sebanyak 4 orang (36,36%). sebagian ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak
mengalami ketuban pecah dini.
Angka kematian ibu di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, dan ini
merupakan suatu masalah kesehatan yang sampai saat ini belum diatasi secara
tuntas. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas ) sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
se-Provinsi tahun 2014 menunjukkan bahwa konversi AKI per 100.000
Kelahiran Hidup selama periode 4 tahun (Tahun 2011–2014) mengalami
penurunan. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2011 sebesar 208 atau 220 per
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2012 menurun menjadi 192 atau 200 per
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun menjadi 176 atau 185,6 per

1
100.000 kelahiran hidup, selanjutnya pada tahun 2014 menurun lagi menjadi 158
kasus atau 169 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun beberapa faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya infeksi, servik yang
inkompetensia, trauma, hidramnion, gamely, trauma yang didapat dan kelainan
letak (Nugroho, 2010). 3 Solusi salah satu upaya penanganan yang dilakukan
yaitu dengan deteksi dini, yang dapat dilakukan melalui pelayanan dan asuhan
antenatal care (ANC) yang merupakan cara untuk memonitoring dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal agar
tidak menjadi abnormal dengan pemeriksaan protein urone secara rutin,
pemeriksaan tekanan darah, pemantauan berat badan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny “L” P1 A0 H1 Umur 27 Tahun 6
Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan ketuban pecah dini (KPD) + Post
Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat Tahun 2023.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan patologi dengan
pendekatan Manajemen Kebidanan pada ibu Nifas Ny “L” PI A0 HI Umur
27 Tahun 6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan ketuban pecah dini
(KPD) + Post Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat Tahun
2023 dan di dokumentasikan dengan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dengan benar pada Ny “L” PI
A0 HI Umur 27 Tahun 6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan
ketuban pecah dini (KPD) + Post Debridement di RSUD Dompu Nusa
Tenggara Barat Tahun 2023.
b. Mampu menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosa, kebutuhan
dan masalah pada Ny “L” PI A0 HI Umur 27 Tahu 6 Hari Post Partum
Sectio Caesarea dengan Infeksi ketuban pecah dini (KPD) + Post
Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat Tahun 2023.

2
c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan pada Ny “L” PI A0 HI Umur 27 Tahu 6 Hari Post Partum
Sectio Caesarea dengan Infeksi ketuban pecah dini (KPD) + Post
Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat Tahun 2023.
d. Mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada Ny “L” PI
A0 HI Umur 27 Tahu 6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan
ketuban pecah dini (KPD) + Post Debridement di RSUD Dompu Nusa
Tenggara Barat Tahun 2023.
e. Mampu menyusun rencana tindakan pada Ny “L” PI A0 HI Umur 27
Tahu 6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan ketuban pecah dini
(KPD) + Post Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat
Tahun 2023.
f. Mampu melaksanakan tindakan pada Ny “L” PI A0 HI Umur 27 Tahu
6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan ketuban pecah dini (KPD)
+ Post Debridement di RSUD Dompu Nusa Tenggara Barat Tahun
2023.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan pada Ny “L” PI A0 HI
Umur 27 Tahu 6 Hari Post Partum Sectio Caesarea dengan ketuban
pecah dini (KPD) + Post Debridement di RSUD Dompu Nusa
Tenggara Barat Tahun 2023.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi RSUD Dompu


Kiranya dapat menjadi masukan oleh RSUD Dompu dalam membantu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan khususnya
asuhan nifas patologi sehingga tercapai asuhan sesuai standar agar kelaknya
dapat mengurangi kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Bagi Institusi Pendidikan

3
a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan mampu menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dalam
pelaksanaan asuhan nifas patologi.
b. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab
kesenjangan antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk
pendidikan kasus pelaksanaan asuhan nifas patologi.
3. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan patologi pada ibu nifas sehingga nantinya
pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir  periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pasca partum
berlangsung sekitar 6 minggu (Varney, 2017).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana. 2020).
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh
wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu di perbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa
komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk
mobilisasi segera.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-
angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung
selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan

5
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda
untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang
dialami selama hamil atau persalinan.
3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post
partum Menurut Sutanto (2019) :
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5) Memerlukan ketenangan untuk mengembalikan kedaan tubuh ke
kondisi normal
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan utrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal.
8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan
meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh.
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
7) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
8) Wanita pada masa ini sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan

6
sebagai teguran. Dianjur kan untuk berhati-hati dalam
berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)
1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu
pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi.
4. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas
menurut Maritalia (2012) dan Walyani (2017) yaitu:
a. Uterus
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi
kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil: Bayi
lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr, Akhir kala
III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat
uterus 750 gr, Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr, Dua minggu
postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
uterus 350 gr, Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gr.
b. Serviks
Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati
oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat
dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat
dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
c. Vagina
Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta
pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi.
Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur
akan muncul kembali.

7
Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir
dan merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh
bagian luar vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya
sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut
lochea.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1-2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur
sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks
kaseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke3 sampai dengan hari ke7 postpartum,
karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu
postpartum.
4) Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan
putih (Walyani, 2017)
d. Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada
keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.
e. Payudara (Mamae)
Setelah pelahiran plasenta konsentrasi estrogen dan progesteron
menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah
ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular
sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

8
f. Tanda-Tanda Vital
Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia (2018) dan
Walyani (2017) antara lain:
1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius
dari keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12
jam persalinan suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat
sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan
kembali normal.
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada
proses persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena
kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/
mengejan dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin
tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali
normal
B. Infeksi Luka Operasai (ILO) Post Sectio Caesarea (SC)
1. Pengertian
Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Risiko infeksi merupakan keadaan dimana
seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik
(virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen (Potter & Perry, 2017 dalam
Oktami, 2018).
Luka post sectio caesarea (SC) adalah gangguan dalam kontinuitas sel-
sel akibat dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dan

9
plasenta dengan membuka dinding perut dengan indikasi tertentu (Latifah,
2019).
Infeksi luka post sectio caesarea (SC) adalah masuknya
mikroorganisme yang menyebabkan trauma atau kerusakan jaringan atau sel
pada dinding perut yang terbuka akibat dari proses pembedahan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta.
2. Etiologi
Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari hasil penelitian (Wardoyo, 2017)
penyebab infeksi luka operasi post sectio caesarea paling sering ditemukan
yaitu disebabkan oleh bakteri E.coli. Menurut Potter & Perry, dalam
Desmiari (2019) infeksi luka operasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor
pencetus seperti agent merupakan penyebab infeksi seperti mikroorganisme
yang masuk, serta host merupakan seseorang yang terinfeksi, dan
Environment merupakan lingkungan di sekitar agent dan host seperti suhu,
kelembaban, oksigen, sinar matahari, dan lainnya. Selisih waktu antara
operasi dengan terjadinya ILO (infeksi luka operasi) rata-rata terjadi 3-11
hari.
3. Faktor-Faktor Predisposisi
a. Umur
Makin bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka yang disebabkan karena berkurangnya kelenturan
jaringan tubuh. Ibu nifas post SC dengan umur tua merupakan salah satu
penyebab terhambatnya penyembuhan luka. Menurut Sulastri (2018)
b. Riwayat persalinan Riwayat Persalinan SC dan jarak paritasnya terlalu
dekat
pada ibu dengan SC sebelumnya dengan jarak persalinan yang
terlalu dekat yaitu kurang dari 2 tahun merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya infeksi pada luka SC. Ibu dengan riwayat SC dapat
memicu terjadinya infeksi pada luka selanjutnya karena luka SC
sebelumnya terbuka lagi (Marlina, 2016).
c. Keadaan Gizi (Kadar Hemoglobin)
Sujiyatini (2020), berpendapat bahwa asupan gizi pada ibu dengan
riwayat persalinan SC sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Pada ibu dengan luka post SC memerlukan protein lebih banyak karena

10
protein tinggi berfungsi untuk pembentukan sel-sel jaringan yang baru
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Kadar hemoglobin juga merupakan salah satu hal yang berkaitan
dengan status gizi. Hemoglobin merupakan molekul protein di dalam sel
darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbondioksida untuk
diangkut melalui sistem peredaran darah ke sel-sel dalam tubuh.
Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah yang
menstranspot oksigen. Oksigen sangat berperan penting dalam proses
penyembuhan luka, karna tidak ada jaringan baru yang dibentuk tanpa
suplai oksigen dan nutrient (Dharma dkk., 2019).
d. Penyakit yang Menyertai
Penyebab infeksi adalah adanya penyakit yang menyertai ibu seperti
obesitas dan DM. Penelitian terdahulu menemukan ibu dengan obesitas
berisiko dua kali terjadi infeksi dibandingkan dengan ibu dengan berat
badan normal (Rivai dkk 2020). DM menyebabkan glukosa darah
meningkat sehingga terjadi penipisan protein dan kalori dalam darah.
DM mengakibatkan hemoglobin memiliki afinitas yang lebih besar
untuk oksigen, sehingga hemoglobin gagal melepaskan oksigen ke
jaringan. Hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit untuk
melakukan fagositosis dan juga mendorong pertumbuhan infeksi jamur
yang berlebihan.
e. Faktor kekebalan tubuh
Pasien dengan faktor imun yang rendah akan lebih rentan terhadap
masuknya bakteri atau virus. Mekanisme kekebalan tubuh mengalami
kerusakan yang menyebabkan mudah terjadinya infeksi pada luka.
Diagnosa dari infeksi yaitu dengan pemeriksaan leukosit/ WBC, bila
leukosit > 11.000/ mm3 merupakan adanya infeksi.
4. Patofisiologi Infeksi Luka Post SC
Infeksi sayatan bedah atau infeksi luka dapat terjadi karena adanya
kontaminasi langsung dari area sayatan dengan organisme pada rongga
uterus pada saat pembedahan. Tumbuhnya jaringan baru sebagai proses
penyembuhan luka dipengaruhi oleh kebersihan dan nutrisi pada ibu dengan
riwayat persalinan SC. Luka yang tidak dirawat dengan baik yaitu dengan

11
perawatan kebersihan luka dan asupan gizi yang kurang, dapat
memperlambat proses penyembuhan.
Lamanya proses penyembuhan dapat memicu terjadinya infeksi
dengan gejala awal luka terasa panas, kemerahan dan terdapat nanah. Infeksi
akan semakin meluas jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat yaitu
pengeluaran cairan dan nanah yang berwarna dan berbau yang menandakan
infeksi akut.
Menurut Vianti (2017), infeksi luka operasi diklasifikasikan sebagai
luka insisi atau organ yang penyembuhannya harus dalam 30 hari setelah
operasi. Luka infeksi pembedahan daerah permukaan kulit/luka insisi terjadi
dalam 30 (tiga puluh) hari setelah pembedahan dan jaringan subkutaneus
yang diinsisi disertai salah satu kriteria yaitu adanya aliran cairan purulen
atau basah pada luka, ditemukan organisme dari hasil kultur cairan luka,
adanya salah satu gejala atau tanda infeksi seperti perlunakan atau nyeri,
pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan atau panas pada bagian
permukaan insisi yang sengaja dibuka oleh dokter bedah, dimana hasil kultur
negatif, diagnosis infeksi yang dibuat oleh dokter bedah atau dokter yang
merawat.
5. Tanda dan Gejala Infeksi Luka
Tanda gejala infeksi luka operasi menurut Muttaqien et al., (2019)
yaitu:
a) Terdapat nyeri dan pus disekitar luka sectio caesarea.
b) Terdapat kemerahan dan bengkak di sekeliling luka sectio caesarea.
c) Terdapatnya peningkatan suhu tubuh.
d) Terjadinya peningkatan sel darah putih.

Tanda dan gejala yang terjadi pada infeksi luka menurut Smeltzer
(2002) dalam Desmiari (2019), yaitu:

a) Rubor
Rubor atau kemerahan yaitu hal pertama yang terlihat ketika mengalami
peradangan, saat reaksi peradangan timbul terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke tempat peradangan. Sehingga darah lebih
banyak mengalir ke mikrosirkulasi lokal serta kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah.

12
b) Kalor
Kalor ini terjadinya bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut, kalor disebabkan oleh sirkulasi darah yang meningkat.
Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius akan disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke
daerah yang normal.
c) Dolor
Pengeluaran zat seperti histamin atau bioaktif dapat merangsang suatu
saraf. Rasa sakit pula disebabkan oleh suatu tekanan meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang
d) Tumor
Pembengkakan disebabkan oleh hiperemi dan juga sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan serta sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringa interstitial.
e) Function laesa
Function laesa merupakan reaksi dari suatu peradangan, tetapi secara
mendalam belum diketahui mekanisme terganggunya fungsi jaringan
yang meradang.
6. Penatalaksanaan Infeksi
Menurut Desmiari (2019) penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
menangani infeksi pada luka post SC adalah:
a) Melakukan kultur specimen pada pus, urin, sputum, darah, feses yang
menegakkan diagnose dari infeksi
b) Pemberian antibiotic dilakukan untuk mengatasi terjadinya infeksi yang
lebih luas. Pemberian antibiotik dilakukan berdasarkan hasil kultur dan
organisme. Jenis antibiotik yang dapat diberikan pada pasien infeksi luka
post SC yaitu aminoglikosida, sefalosporin, dan metronidazole.
c) Melakukan drainase secara bedah atau radiologist yakni mengeluarkan
cairan dari luka dengan selang, ini terapi yang paling penting untuk suatu
abses atau kumpulan cairan yang terinfeksi.
d) Membersihkan luka dengan menghilangkan jaringan mati atau jaringan
yang terinfeksi (Melakukan operasi Debridement)

13
7. Proses Penyembuhan Luka SC
Penyembuhan luka pasca operasi sectio caesarea selama 1 minggu,
sedangkan pemulihan rahim kira-kira 3 bulan. Rasa nyeri mungkin masih
terasa sampai 6 bulan dengan intensitas ringan yang disebabkan oleh simpul
benang pada fascia (sarung otot) sedangkan lama penyembuhan sectio
caesarea berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat
(Damayanti, 2016 dalam Zuiatna, 2019).
Menurut Ramadhani (2018), proses fisiologis normal penyembuhan
luka melalui beberapa fase yaitu:
1) Fase Hemostasis
Fase ini dimulai segera setelah terjadinya luka, dengan adanya
vasokonstriksi dan formasi pembekuan oleh fibrin. Jaringan disekitar
tempat terjadinya luka akan melepaskan sitokin proinflammatory dan
growth factors seperti transforming growth factor (TGF)-beta, platelet-
derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF) dan
epidermal growth factor (EGF). Ketika perdarahan sudah bisa terkontrol,
sel-sel inflamasi akan bermigrasi menuju ke tempat luka (kemotaksis)
dan akan menginisiasi fase selanjutnya, yaitu fase inflamasi.
2) Fase Inflamasi
Merupakan fase yang ditandai dengan adanya infiltrasi sequential
oleh netrofil, makrofag dan limfosit.Fungsi penting netrofil adalah untuk
membersihkan adanya mikroba dan debris seluler di area luka. Prioritas
fungsional dari fase inflamasi, yaitu menggalakkan hemostasis,
menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen
terutama bacteria
3) Fase Proliferatif
Merupakan fase yang ditandai dengan adanya proliferasi epitel dan
re-epitelisasi. Fase ini biasanya mengikuti dan mendahului fase
inflammatory. Pada dermis yang sedang dalam proses perbaikan,
fibroblast dan sel endotel merupakan jenis sel yang paling penting dan
mendukung adanya pertumbuhan kapiler, formasi kolagen dan formasi
jaringan granulasi pada area luka. Fibroblast menghasilkan kolagen yang

14
juga dihasilkan oleh glikosaminoglikan (GAG) dan proteoglikan yang
merupakan komponen terbesar pada extracellular matrix (ECM). Adanya
proliferasi tersebut dan sintesis extracellular matrix (ECM), maka
penyembuhan luka memasuki fase akhir, yaitu fase remodeling.
4) Fase Remodeling
Fase ini merupakan fase akhir penyembuhan luka yang berlangsung
bertahuntahun.Pada fase ini, terjadi regresi dari banyak kapiler yang baru
terbentuk, sehingga menyebabkan densitas vascular pada jaringan luka
kembali normal. Bekas luka akan tertutup oleh kontraksi fisik melalui
proses penyembuhan luka ini yang dimediasi oleh contractile fibroblasts
(myofibroblast) yang muncul pada luka.
C. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
a. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan/ masalah dibidang kesehatan ibu pada
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2019).
b. Manajemen Kebidanan
Mananjemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
dalam melaksanakan asuhan, yang digunakan oleh bidan sebagai satu
metode pengaturan atau pengorganisasian antara pikiran dan tindakan
dalam urutan yang logis dalam memberi asuhan (Mandriwati,2017).
2. Proses Manajemen Kebidanan
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
(Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2019)
Data mengenai hal tersebut dapat diperoleh dengan cara
anamnesis, yang mencakup biodata atau identitas, riwayat menstruasi,

15
kesehatan, kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikospiritual, dll;
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan;
pemeriksaan khusus, seperti palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan penunjang (Mamik, 2020).
b. Langkah II : Interpretasi Data
DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Diagnosa tersebut berupa pendalaman
masalah yang dialami oleh klien, dalam hal ini dilakukan diagnosa
tentang apa itu Infeksi Luka Operasi (ILO) dan apa penyebab terjadinya
ILO. Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa klien tersebut benar
mengalami Infeksi Luka Operasi.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini dilakukan pengidentifikasian masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi. Dari hasil diagnosa klien, maka sebelumnya klien
diberi informasi dan penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi apabila Infeksi Luka Operasi (ILO) tersebut tidak
segera ditindak lanjuti.
d. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien yaitu Infeksi Luka
Operasi (ILO). Langkah keempat mencerminkan keseimbangan dari
asuhan proses manajemen kebidanan. Bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi selama wanita
bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu klien tersebut dalam
masa nifas.

16
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya.
Dengan perkataan lain asuhan terhadap klien tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan, setiap
rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu
pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
terhadap klien sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan
tindakan pada kasus Infeksi Luka Operasi (ILO).
f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bekerjasama dengan tim
kesehatanlain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memilki
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan agar
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Adapun pelaksanaan
tindakan yang dilakukan pada klien dengan masalah Infeksi Luka
Operasi (ILO) intervensi yang telah dibuat pada langkah sebelumnya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan keburuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
di identifikasi didalam masalah dan diagnosis. Evaluasi mencakup
jangka pendek, yaitu sesaat setelah intervensi dilaksanakan, dan jangka
panjang yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya/kunjungan

17
ulang. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif pelaksaannya (Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2019)

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI


PADA Ny.”A” P2 A0 H2 UMUR 31 TAHUN 22 HARI POST PARTUM SC
DENGAN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) + DEBRIDEMENT H2
DI RSUD DOMPU TAHUN 2023

Tempat Praktek : RSUD Dompu


Tanggal Masuk/Jam : 08-03-2023/10:30 Wita
NO.Register : 761048
Ruangan : Nifas
Tanggal/Jam Pengkajian: 13-03-2023/17:00 Wita

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama Ibu : Ny “A” Nama Suami : Tn “J”
Umur : 31 Tahun Umur : 34 Tahun
Suku /Bangsa : WNI Suku/bangsa : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Madapangga 09/06 Alamat : Madapangga09/06

2. Alasan datang:
Ibu mengatakan datang ke ke RSUD Dompu karena luka operasi SC terasa
nyeri dan keluar nanah
3. Keluhan utama:
Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi SC dan keluar nanah

19
4. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 13 Tahun
Siklus : ± 28 Hari
Lama : ± 7 Hari
Sifat darah : Encer
Flour albus/keputihan : Ada
Dismenorhe : Ada

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:


Ham Persalinan Komplikasi Nifas
il ke Tanggal Umur Jenis Penolon BB Ibu Bayi Laktas Komplikasi
kehamilan persalinan g Lahir i
1 2018 Aterem SC Dokter 2.700 gr KPD - Ya -
9 Bulan SPOG

6. Riwayat persalinan ini:


Tanggal/jam persalinan: 26-02-2023
Tempat persalinan: RSUD Dompu
Penolong persalinan: Dr. SPOG
Jenis persalinan: SC
Komplikasi persalinan: R. LMR
Keadaan plasenta: -
Tali pusat: -
Lama persalinan: Kala I: - Kala II: - Kala III: - Kala IV: -
Jumlah perdarahan : Kala I: - cc Kala II: - cc Kala III: - cc
Kala IV: cc
Selama operasi :
Bayi
BB: 2.800 gr PB: 48 cm
Cacat bawaan: Tidak ada
Masa gestasi : ± 39 mgg Aterem

20
7. Riwayat penyakit yang pernah di derita sekarang/yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mendeita penyakit menular (TBC, HIV,
Hepatitis), penyakit menahun (jantung, paru-paru, ginjal), dan penyakit
menurun (DM, Asma, Hipertensi)
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah mendeita penyakit menular
(TBC, HIV, Hepatitis), penyakit menahun (jantung, paru-paru, ginjal), dan
penyakit menurun (DM, Asma, Hipertensi)
9. Riwayat KB:
Anak Mulai Memakai Berhenti/ganti cara
ke
Jenis Tangga Ole Temp Keluha Tangg Oleh Tempat Keluhan Alasan
Kontrasep l h at n al/
si /tahun tahun
1 Suntik 3 2018 Bid PKM Tidak 2022 Bida PKM Tidak Ingin
Bulan an ada n ada Hamil

10. Riwayat Sosial Ekonomi dan Psikologi


Status Perkawinan: Syah kawin 1 kali
Lama nikah ± 6 tahun, menikah pertama pada umur 24 Tahun
Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran : Ibu mengatakan dirinya dan
keluarga bahagia atas kelahirannya
Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan: Ibu mengatakan dirinya
dan keluarga merasa enang dengan kehamilannya.
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah: Suami
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas:
Ibu percaya bahwa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan proses
alamiah bagi setiap wanita.
Adaptasi psikososial selama masa nifas : Baik

21
11. Activity Daily Living
a. Pola Nutrisi:
Makan ( sebelum nifas ) Makan ( saat nifas )
Frekuensi : ± 3 x/hari Frekuensi : ± 3 x/ hari
Jenis : Nasi, sayur, ikan Jenis : Nasi, sayur, ikan
Porsi : 1 Piring Porsi : 1 Piring
Keluhan/pantangan : Tidak ada Keluhan/ pantangan : Tidak ada
Minum ( sebelum nifas ) Minum ( saat nifas )
Frekuensi : ± 7-8 x/hari Frekuensi : ± 6-7 x/hari
Jenis : Air putih Jenis : Air putih
Porsi : 1 Gelas Porsi: 1 Gelas
Keluhan/pantangan : Tidak ada Keluhan/ pantangan : Tidak ada
b. Pola eliminasi ( sebelum nifas )
BAB ± 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, lendir
BAK ± 6 x/hari, konsistensi encer, warna kekuningan
Pola eliminasi ( saat nifas )
BAB ± 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, lendir
BAK ± 6 x/hari, konsistensi encer, warna kekuningan
c. Pola Aktivitas ( sebelum nifas )
Pekerjaan sehari-hari : ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, memasak, dan mencuci dan dibantu oleh suami
Keluhan : Tidak ada
Hubungan Sexual : ± 2 x/mgg
Pola aktivitas ( saat nifas )
Pekerjaan sehari- hari: ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, memasak dan dibantu oleh suami
Keluhan: Tidak ada
Hubungan sexual : - x/ mgg
d. Menyusui
Keluhan : Tidak ada
e. Pola Istirahat ( sebelum nifas ) ( saat nifas )
Tidur siang: ± 1 jam Tidur siang : ± 1/2 jam
Tidur malam: ± 7 jam Tidur malam : ± 6 jam
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada

22
f. Mobilisasi( sebelum nifas )
Ibu mengatakan melakukan mobilisasi seperti berdiri, berjalan, duduk
Mobilisasi ( saat nifas )
Ibu mengatakan melakukan mobilisasi seperti berdiri, berjalan, duduk
g. Kebiasaan Hidup ( Sebelum nifas ) ( sesudah nifas )
Merokok : tidak pernah Merokok : tidak pernah
Minum-minuman keras : tidak pernah Minum-minuman keras : tidak pernah
Obat telarang : tidak pernah Obat telarang : tidak pernah
Minum jamu : tidak pernah Minum jamu : tidak pernah

h. Pola Personal Hygien ( Sebelum nifas ) ( saat nifas )


Mandi : 2 x/hari Mandi : lap badan 2x/hari
Keramas : 2x/hari Keramas : 1 x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari Gosok gigi : 2 x/hari
Ganti pakaian dalam : 3 x/hari Ganti pakaian dalam : 2 x/hari
Ganti pakain : 2x/hari Ganti pakaian : 1 x/hari

b. Data Obyektif
1. KU : Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis

2. TTV
TD : 110/ 80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37 0C
RR : 20 x/menit
3. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
TB : 159 cm
BB : 70 kg

23
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala
 Rambut : hitam, bersih, tidak berketombe
 Muka : tidak pucat Cloasma: tidak ada Udema: tidak ada
 Mata : simetris Conjungtiva: tidak anemis Sclera: tidak ikterik
 Hidung: bersih Polip : tidak ada
 Gigi dan Mulut : bersih tidak karies dan tidak berbau

Leher
 Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
 Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Payudara
 Bentuk Simestri : ya
 Puting susu : Menonjol
 Areola Mammae : Hiperpigmentasi
 Colostrum : Tidak ada

Abdomen
 Bekas luka/operasi : Ada
Genetalia
 Tanda chadwich: Tidak ada
 Varices: Tidak ada
 Odema :Tidak ada
 Pembesaran Kelenjar Bartholini
 Pengeluaran Pervaginam: Tidak ada Lochea: Alba
 Bau : Tidak berbau
 Bekas Luka/jahitan perinium: Tidak ada
 Anus : Tidak hemoroid

24
Ekstermitas
 Atas
 Odema : tidak ada
 Varises: tidak ada
 Pergerakan: aktif
 Bawah
 Odema: tidak ada
 Varices: tidak ada
 Pergerakan: aktif
 Kemerahan: tidak ada

b. Palpasi
Payudara
 Ada nyeri tekan: tidak
 Benjolan: tidak ada
 Colostrum: tidak ada

Abdomen
 TFU : tidak teraba
 Kontraksi uterus: Tidak ada
 VU : -

c. Perkusi
Reflek patella :+/+
CVAT : -
5. Pemeriksaan penunjang

Tgl : 08-03-2023 Jenis Pemeriksaan : Darah Lengkap (DL)


Hasil : HB: 9,9 gr/dl WBC: 11,6 PLT: 275 Golda: B HbsAg: Negatif (-)

25
II. INTERPRESTASI DATA
a. Diagnosa Kebidanan:
P2 A0 H2, umur 31 tahun, 22 Hari post partum SC dengan Infeksi Luka
Operasi (ILO) + Debridement H2

Data Dasar:
DS :
- Ibu mengatakan luka operasinya terasa nyeri
- Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya secara operasi SC
pada tanggal 26-02-2023
DO:
- KU: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
- TTV: TD: 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37ºC
RR: 20 x/mnt
- Abdomen: - TFU: Tidak teraba
-Tampak luka operasi masih basah
- Genetalia : Tidak ada pengeluaran pervaginam

b. Masalah
Nyeri pada luka operasi

c. Kebutuhan
Beri dukungan moril pada ibu, motivasi ibu untuk mobilisasi, serta ajarkan ibu
teknik relaksasi

III. DIAGNOSA POTENSIAL/ MASALAH POTENSIAL


Sepsis

IV. KEBUTUHAN SEGERA


a. Mandiri
Tidak ada

26
b. Kolaborasi
Tidak ada
c. Merujuk
Tidak ada

V. INTERVENSI (Tgl : 13-03-2023 Pukul : 17:15 )


1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan pada ibu penyebab keluhan yang dirasakan
3. Ajarkan ibu teknik relaksasi
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi
5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang tinggi protein
6. Anjukan ibu untuk menjaga personal hygiene
7. Jelaskan pada ibu tanda bahaya masa nifas
8. Kolaborasi/konsultasi dengan Dokter SPOG terkait terapi obat

VI. IMPLEMENTASI (Tgl: 13-03-2023 Pukul: 17:20)


1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan Ku: Baik, Kesadaran:
Composmentis, TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, S: 37ºC RR: 20
x/mnt, abdomen: terdapat luka operasi SC.
2. Menjelaskan pada ibu penyebab keluhan yang dirasakan yaitu nyeri luka
operasi dan bernanah dikarenakan infeksi.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan tarik napas lewat hidung dan
keluarkan lewat mulut apabila ibu merasakan nyeri pada luka operasi.
4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dengan duduk, berdiri, berjalan untuk
mempercepat pemulihan luka operasi.
5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang tinggi protein seperti putih
telur, ikan gabus dan kacang-kacangan untuk mempercepat pemulihan luka
operasi.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti
pakaian, pembalut sesering mungkin, dan membersihkan badan dengan
melap menggunakan kain atau tisu basah dan mandi namun tetap menjaga
daerah luka agar tetap kering, membersihkan daerah kemaluan.

27
7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti demam lebih
dari 2 hari, menggigil, perdarahan, kemerahan pada daerah luka hingga luka
berbau dll.
8. Melakukan kolaborasi/konsultasi dengan Dokter SPOG dan memberikan
terapi sesuai dengan instruksi Dokter SPOG:
- Cairan infus
- Cefotaxim 2x1
- Metronidazole 3x1
- Levoflaxacin 1x750
- Parmadol 4x1
- Tranfusi darah 1 kolf untuk mempercepat penyembuhan luka

VII. EVALUASI (Tgl : 13-03-2023 Pukul:17:25)


1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti tentang penyebab keluhan yang dirasakannya
3. Ibu mengerti tentang teknik relaksasi dan bersedia melakukannya
4. Ibu bersedia melakukan mobilisasi
5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang mengandung protein
6. Ibu bersedia melakukan personal hygiene
7. Ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas
8. Sudah dilakukan kolaborasi/konsultasi dengan Dokter SPOG dalam pemberian
terapi obat.

28
CATATAN PERKEMBANGAN

PEMULIHAN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) POST DEBRIDEMENT

Tgl 14-03- S Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi


2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 110/ 80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Terdapat luka operasi bersih namun masih basah
A P2 A0 H2 Post SC H17 dengan ILO + Post debridemen H2
P - Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian terapi lanjutan
- Cairan infus
- Cefotaxim 2x1
- Metronidazole 3x1
- Tramadol 4x1
- Paracetamol 3x1
- Tranfusi darah 1 kolf untuk mempercepat penyembuhan luka
- Perawatan luka 2x1
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hgyn ( ibu mengerti)
- KIE ibu makan extraputih telur (ibu bersedia)

Tgl 15-03- S Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka operasi
2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 100/ 80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Terdapat luka operasi bersih dan masih basah
A P2 A0 H2 Post SC H18 dengan ILO + Post debridemen H3

29
P - Terapi lanjutan
- Perawatan Luka
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hgyn ( ibu mengerti)
- KIE ibu makan extraputih telur (ibu bersedia)

Tgl 16-03- S Ibu mengatakan kadang-kadang merasakan nyeri pada luka operasi
2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 120/ 70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,5º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Luka operasi bersih dan sedikit basah
A P2 A0 H2 Post SC H19 dengan ILO + Post debridemen H4
P - Terapi lanjutan
- Perawatan Luka
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hgyn ( ibu mengerti)
- KIE ibu makan extraputih telur (ibu bersedia)

Tgl 17-03- S Ibu mengatakan nyeri luka operasinya berkurang


2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 110/ 70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,6º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Luka operasi bersih dan dan kering
A P2 A0 H2 Post SC H20 dengan ILO + Post debridemen H5
P - Terapi lanjutan
- Perawatan Luka
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hgyn ( ibu mengerti)
- KIE ibu makan extraputih telur (ibu bersedia)

30
Tgl 18-03- S Ibu mengatakan nyeri luka operasinya semakin berkurang
2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 120/ 70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,6º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Luka operasi bersih dan dan kering
A P2 A0 H2 Post SC H21 dengan ILO + Post debridemen H6
P - Terapi lanjutan
- Perawatan Luka
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hygiene ( ibu mengerti)
- KIE ibu makan extraputih telur (ibu bersedia)
Tgl 19-03- S Ibu mengatakan luka operasinya sudah tidak terasa nyeri
2023 O Ku: Baik Tingkat Kesadaran: Composmentis
TTV: TD: 120/ 70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,6º C
RR : 20 x/mnt
Abdomen: Luka operasi bersih dan dan kering(sembuh)
A P2 A0 H2 Post SC H22 dengan ILO + Post debridemen H7
P - Perawatan Luka
- Ibu sudah diperbolehkan pulang
- Memberikan obat minum untuk dibawa pulang: Vit albumin
2x1, Paracetamol 3x1
- KIE ibu untuk mobilisasi (ibu bersedia untuk melakukannya)
- KIE ibu menjaga personal hygiene ( ibu mengerti)

31
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Pada pembahasan ini akan di jelaskan tentang kesesuaian teori dan kenyataan
yang terjadi pada kasus yang telah di ambil oleh kami pada Ny “A” umur 31
tahun, alamat Madapangga, agama islam, suku dan bangsa WNI, nama suami Tn
“J”. Ibu mengeluh nyeri pada luka operasi dan keluar nanah. Penulis melakukan
pengumpulan data dengan wawancara langsung pada Ny “A” dan penulis tidak
menemukan hambatan pada saat pengkajian karna ibunya kooperatif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan.
2. Data Objektif
Untuk mengetahui keadaan setiap bagian tubuh dan pengaruhnya terhadap
kehamilan untuk diupayakan pencegahan dan penanggulangannya. Pada kasus Ny
“A” didapatkan data objektif sebagai berikut: KU : Baik, Tingkat Kesadaran:
Composmetis, TD : 110/80 mmHg, N :80 x/menit, S:37 °C, RR :20 x/menit,
TB:159 cm BB Sebelum hamil : 68 Kg, BB Sekarang: 70 kg, LILA: 27 cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan ibu normal, tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik di lapangan.
B. Merumuskan Masalah (Diagnosa)
Pada langkah ini, bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan
diagnosa atau masalah kebidanan pada ibu nifas patologi Ny “A” P2 A0 H2, umur 31
tahun, 22 Hari post partum SC dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) + Debridement
H2. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan.

32
C. Mengantisipasi Masalah (Identifikasi)
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan
kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang ada atau yang
akan timbul dari kondisi yang sudah ada/sudah terjadi. Pada kasus Ny “A” ditemukan
adanya masalah potensial yaitu sepsis. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan
D. Menetapkan Kebutuhan (Tindakan Segera)
Pada tahap ini bidan mengidentifiksi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergensi, berdasarkan hasil analisa data
bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Pada kasus Ny “A” tidak diberikan berikan tindakan segera baik mandiri dan
kolaborasi maupun rujukan karena pasien tidak dalam kondisi emergensi. Sehingga
dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan
E. Intervensi
Tujuan di dalam rencana kegiatan ini adalah untuk menunjukkan perbaikan-
perbaikan yang diharapkan. Langkah-langkah tindakan yang dilakukan berdasarkan,
masalah yang dihadapi oleh pasien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya
intervensi untuk mengatasi masalah pada ibu.
Sedangkan pada kasus Ny “A” rencana asuhan yang diberikan adalah sebagai
berikut: Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu penyebab keluhan
yang dirasakan, Ajarkan ibu teknik relaksasi, Anjurkan ibu untuk mobilisasi,
Anjurkan ibu untuk makan makanan yang tinggi protein Anjukan ibu untuk menjaga
personal hygiene Jelaskan pada ibu tanda bahaya masa nifas Kolaborasi/konsultasi
dengan Dokter SPOG terkait terapi obat.
F. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti dan
dilakukan. Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan kriteria yang
telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka
tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Sedangkan pada kasus Ny “A” implemetasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut: Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan Ku: Baik, Kesadaran:

33
Composmentis, TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/mnt, S: 37ºC RR: 20 x/mnt,
abdomen: terdapat luka operasi SC, Menjelaskan pada ibu penyebab keluhan yang
dirasakan yaitu nyeri luka operasi dan bernanah dikarenakan infeksi, Mengajarkan ibu
teknik relaksasi yaitu dengan tarik napas lewat hidung dan keluarkan lewat mulut
apabila ibu merasakan nyeri pada luka operasi, Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
dengan duduk, berdiri, berjalan untuk mempercepat pemulihan luka operasi,
Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang tinggi protein seperti putih telur, ikan
gabus dan kacang-kacangan untuk mempercepat pemulihan luka operasi,
Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti pakaian,
pembalut sesering mungkin, dan membersihkan badan dengan melap menggunakan
kain atau tisu basah dan mandi namun tetap menjaga daerah luka agar tetap kering,
membersihkan daerah kemaluan, Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa
nifas seperti demam lebih dari 2 hari, menggigil, perdarahan, kemerahan pada daerah
luka hingga luka berbau, Melakukan kolaborasi/konsultasi dengan Dokter SPOG dan
memberikan terapi sesuai dengan instruksi Dokter SPOG: Cairan infus, Cefotaxim
2x1, Metronidazole 3x1, Levoflaxacin 1x750, Parmadol 4x1, Tranfusi darah 1 kolf
untuk mempercepat penyembuhan luka.
G. Evaluasi
Tahap ini menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan. Bila tindakan yang
dilakukan mencapai tujuan, perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang
timbul akibat keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan, maka
langkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali.
Sedangkan pada kasus Ny “A” evaluasi didapat sebagai berikut: Ibu mengerti
tentang hasil pemeriksaan, Ibu mengerti tentang penyebab keluhan yang
dirasakannya, Ibu mengerti tentang teknik relaksasi dan bersedia melakukannya, Ibu
bersedia melakukan mobilisasi, Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, Ibu bersedia melakukan personal hygiene, Ibu mengerti tentang
tanda bahaya masa nifas, Sudah dilakukan kolaborasi/konsultasi dengan Dokter
SPOG dalam pemberian terapi obat.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Telah melakukan Pengkajian pada Ny “A” umur 31 tahun. untuk
mendapatkan informasi dan data yang akurat sesuai dengan kebutuhan dalam
memberikan asuhan dan penyusunan laporan.
2. Berdasarkan data dari interpretasi data, telah dapat di interpretasikan dan
ditegakkan diagnosa/masalah kebidanan pada Ny “A” P2 A0 H2, umur 31
tahun, 22 Hari post partum SC dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) +
Debridement H2.
3. Dalam kasus Ny “A” kami mengidentifikasi adanya masalah potensial yang
mungkin timbul pada Ny “A” P2 A0 H2, umur 31 tahun, 22 Hari post
partum SC dengan Infeksi Luka Operasi (ILO) + Debridement H2, yaitu
Sepsis.
4. Pada kasus Ny “A” tidak diberikan tindakan segera.
5. Pada kasus Ny “A” mulai dari planning yang dibutuhkan telah diberikan
sesuai dengan kasus nifas dengan Infeksi Luka Operasi (ILO).
6. Pada kasus Ny “A” umur 31 tahun kami melakukan implementasi sesuai
dengan kebutuhan ibu seperti melakukan perawatan luka post debridement.
7. Evaluasi dini pada Ny “A” umur 31 tahun sangat diperlukan untuk
memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk
keadaan pasien.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari
kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen varney serta
menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di
tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada
profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
terhadap klien.

35
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan
yang berkualitas.
3. Bagi Rumah sakit RSUD DOMPU
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan
hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat
menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori.

36
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2017. Buku Ajar Fondamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik, Vol. 2, Edisi Keempat, ECG, Jakarta.
Sutanto, A, V. 2019. Asuhan Kebidanannifas Dan Menyusui. PT. Pustaka Baru.
Varney. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Hal: 36-39. Jakarta: EGC
WHO. 2018. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: Media Aesclopius Press.
Wulandari, S, R. Handayani, S. 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta:
Gosyen publising.
Wulandari, N, F. 2020. Happy Exclusif Breastfeeding.
Yuliana, W., & Hakim, B, N. 2020. Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

37

Anda mungkin juga menyukai