Disusun oleh :
Lucia Reyne Fieke Ngantung
NIM. 2019080198
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan Pada Ny.”N” P1001 umur
kehamilan 40-41 Minggu 6 Hari fisiologis di PMB Supianah Kedungkandang Malang. dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua
pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada Jombang.
3. Nurul Hidayati, S.ST., M.Tr.Keb, selaku preceptor akademik
4. Hj. Wiwiek Hariyati. S.ST.M.MKes, selaku preceptor klinik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan kebidanan ini
bermanfaatbagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES Husada pada
khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Bagi Penulis : Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan teori yang
didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam
pelaksanaan praktek klinik.
Bagi Klien : Agar mengetahui masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan
dengan Asuhan Kebidanan
Bagi Institusi : Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan
kebidanan dan perbandingan pada penanganan kasus ibu nifas.
Bagi lahan : Sebagai bahan kepustakaan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi Post Partum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Post Partum Dini
Post Partum Dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma
2. Post Partum Lambat
Post Partum Lambat adalah tertinggalnya Sebagian plasenta, subinvolusi di daerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
2.3 Tanda Dan Gejala
Tanda – Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
a. Perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir
b. Demam lebih dari dua hari
c. Bengkak di muka, tangan dan kaki mungkin dengan sakit kepala dan kejang - kejang
d. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
e. Mengalami gangguan jiwa (sumber : Protap untuk kebidanan buku 1, 2018)
2.4 Pathway/Pohon Masalah
2.5 Dampak
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1) Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum
faal usus kembali normal.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir.
3) Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun
laserasi jalan lahir (Damai, 2017).
Hal yang menyebabkan kesulitan Buang Air Kecil pada ibu post partum, antara lain:
1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi dalam tubuh,
terjadi selama 2 hari seelah melahirkan
3) Depresi dan Sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi (Damai, 2017).
B. Perubahan Sistem Endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada proses ini adalah :
1) Hormon Plasenta
Hormon ini menurun secara cepat pasca persalinan yang menyebabkan kadar gula darah
menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2) Hormon Pituitary
Hormon ini terdiri dari hormon prolaktin, FSH,dan LH. Hormon Prolaktin darah
meningkat dengan cepat,pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormon ini berpran dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
3) Hipotalamik Pituitary Ovarium
Akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui
maupun yang tidak menyusui.
4) Hormon Oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Bekerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri.
5) Hormon Estrogen dan Progesteron
Hormon Estrogen yang tinggi, memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkat
volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangangan dan peningkatan pembuluh darah (Damai, 2017).
C. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu
(Nurul Janah, 2017).
D. Perubahan Tanda-tanda Vital
1) Suhu Badan
Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 0c-380c) sebagai
akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Denyut nadi ibu postpartum
biasanya akan lebih cepat.
3) Tekanan Darah
Tekanan Darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan akan lebih rendah setelah
melahirkan karena ada pendarahan atau yang lainnya.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan
nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus
pada saluran cerna (Nurul Janah, 2017).
a. Permasalahan
B. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan ibu saat itu, yang dapat mengganggu aktivitas dan bisa
berpengaruh pada gangguan kesehatan. Pada ibu hamil trimester 1 yang biasanya
dikeluhkan seperti :
- Mual muntah pagi hari (morning sickness)
Rasa mual muntah yang terjadi pada kehamilan dapat diakibatkan karena
peningkatan hormon HCG dan estrogen/progesteron, relaksasi otot-otot halus,
metabolisme, perubahan dalam metabolisme karbohidrat, keletihan, mekanikal,
kongesti, peradangan, penggembungan, dan pergeseran. Terjadinya mual muntah
pada kehamilan trimester pertama dikatakan bahaya jika peningkatan berat badan
yang tidak memadai atau kehilangan berat badan, terdapat tanda-tanda kurang
gizi, mual muntah yang berlebihan (hiperemesis gravidarum), terjadi perubahan
status gizi, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, kehilangan berat badan yang
signifikan, ketosis, dan asetonuria. Rasa mual muntah ini dijumpai pada 50-70%
kehamilan (Hutahaean, 2013).
- Kelelahan
Hal ini terjadi selama trimester pertama, penyebabnya tidak diketahui namun
mungkin berhubungan dengan penurunan laju metabolisme basal pada awal
kehamilan. Menurut sumber lain kelelahan yang terjadi disebabkan karena
kemampuan gerak usus yang mengarah ke perlambatan waktu pengosongan
berkurang, tekanan uterus yang memusat terhadap usus besar. Adapun menurut
sumber yang lain karena peningkatan estrogen, progesterone, HCG, dan asupan
nutrisi yang kurang (Hutahaean, 2013).
- Keputihan
Hal ini terjadi pada semua trimester kehamilan dari dasar anatomis dan
fisiologisnya yaitu hyperplasia mukosa vagina serta peningkatan estrogen. Selama
hamil vagina mengeluarkan cairan lebih banyak daripada biasanya untuk menjaga
kelembapan dirinya, tambahan cairan ini juga dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar
yang terdapat di leher rahim, kira-kira 30% dari ibu hamil merasakan adanya
peningkatan untuk menjaga kebersihan badan, khususnya pada alat kelaminnya.
Umumnya peningkatan cairan dalam vagina pada kehamilan tanpa sebab patologis
dan sering tidak menimbulkan keluhan (Hutahaean, 2013).
- Nocturia (Sering buang air kecil)
Timbulnya frekuensi beremih pada bulan pertama kehamilan karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Selain itu juga dipengaruhi oleh
hormone aldosteron yang dapat meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah
(Hutahaean, 2013).
- Ngidam makanan
Biasanya ini terjadi pada trimester pertama tapi bisa berlangsung sepanjang masa
kehamilan, keluhan ini mungkin berkaitan dengan presepsi individu wanita
tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual muntah dan bisa juga
berkaitan dengan indra pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih
merangsang di ciri-ciri. Hal ini tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran
asalkan cukup bergizi dan makanan yang diidamkan bukan makanan yang tidak
sehat dan ibu harus diberi penjelasan tentang bahaya memakan makanan yang
tidak baik, tidak memerlukan pengobatan secara farmakologis. Mengidam
biasaNya menghilang dengan semakin tuanya kehamilan (Hutahaean, 2013).
- Pusing
Pusing pada trimester pertama atau awal kehamilan adalah suatu hal yang
fisiologis selama pusing itu tidak membuat ibu pingsan. Pusing ini dikarenakan
karena perubahan hormonal pada ibu. Selain itu akibat keelahan pada ibu dapat
menyebabkan pusing. Kurangnya asupan nutrisi pada ibu dikarenakan mual
muntah juga dapat menimbulkan pusing (Hutahaean, 2013).
C. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk menentukan tanggal taksiran persalinan. Hal ini memungkinkan bidan
untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan usia
kehamilan saat itu.
- Haid teratur dan siklus
Dipergunakan untuk memperhitungkan tanggal persalinan. Taksiran Persalinan
dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus menstruasi teratur 25-35 hari
dengan menggunakan rumus neagle untuk wanita yang memiliki siklus mentruasi
tidak teratur untuk menghitung usia kehamilan dengan USG (Hutahaean, 2013).
- HPHT
Pada wanita dengan menstruasi yang terlambat dan diduga hamil, ditanyakan hari
pertama haid terakhirnya (HPHT). Bila ibu tidak ingat HPHT, tanyakan tentang hal
lain seperti quickening (Hutahean, 2013)
- Lama haid terakhir
Untuk membedakan dengan tanda Hartman (Spotting) yang terjadi pada 8-9 hari
setelah pembuahan dan lamanya 1-2 hari yaitu perdarahan vagina dalam kehamilan
trimester 1 yang merupakan hal fisiologis.
- HPL
Hari perkiraan lahir atau Taksiran Tanggal Partus dapat ditentukan dengan rumus
Neagle (TTP = hari + 7, bulan – 3, tahun + 1) (Hutahean, 2013)
E. Riwayat Kontrasepsi
- Kontrasepsi yang pernah digunakan : jenis, lama dan keluhan
- Alasan berhenti untuk kontrasepsi yang terakhir adalah ingin hamil lagi
- Rencana penggunaan kontrasepsi yang akan datang, contoh : ibu yang sudah
menggunakan kontrasepsi hormonal selama 7 tahun sebelumnya dianjurkan
mengganti kontrasepsi non-hormonal untuk berikutnya.
4. Daftar obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil
Pengaruh obat terhadap janin selama hamil akan terlihat pada bayi yang dilahirkan
ketika sudah menginjak usia remaja atau dewasa. Misalnya, pemberian estrogen pada
ibu hamil dapat menyebabkan tumor alat kandungan bila bayi tersebut telah berusia
remaja atau dewasa karena hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil
dapat melalui plasenta dan mencapai janin dan beberapa diantaranya dapat
mengganggu perkembangan janin (Saryono & Pantikawati, 2010). Berikut adalah
tabel daftar obat yang berportensi membahayakan atau menimbulkan kelainan pada
janin.
G. Riwayat Kesehatan Ibu
Apakah ibu pernah menderita peyakit menular atau menurun seperti jantung,
hipertensi, diabetes, HIV/AIDS. Perlu ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko
dalam kehamilannya.
a) Jantung
Frekuensi penyakit jantung pada kehamilan berkisar antara 1-4%. Pengaruh
penyakit jantung terhadap kehamilan :
- Dapat terjadi abortus
- Prematuritas : lahir tidak cukup bulan
- Dismaturitas : lahir cukup bulan namun dengan BBLR
- Lahir dengan Apgar rendah atau lahir mati
- Kematian janin dalam rahim (KJDR)
Tanda dan gejala dari penyakit jantung adalah aritmia, pembesaran jantung,
mudah lelah, dispnea, nadi tidak teratur, edema pulmonal, dan sianosis (Hutahean,
2013).
b) Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi
sebelum hamil disebut juga sebagai pre-eklamsi tidak murni. Hipertensi dibagi
menjadi dua yaitu hipertensi essensial dan hipertensi ganas. Hipertensi essensial
jika tekanan darah 140/90-160/100. Hipertensi ganas > 200/120 mmHg atau pre-
eklamsi berat. Efek pada kehamilan dapat mengakibatkan janin premature,
asfiksia neonatorum, dan kematian dalam uterus (Manuaba, 2012)
c) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes pada kehamilan adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang ditemukan
pertama kali pada kehamilan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-
perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilannya. Pengaruh diabetes terhadap kehamilan : abortus dan partus
prematurus, hidramnion, pre-eklamsia, kesalahan letak janin, insufisiesi plasenta.
Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan apabila ditemukan kadar gula darah
puasa > 92mg.dl (Kemenkes RI, 2013).
d) HIV/AIDS
AIDS yaitu gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat
kerusakan sistem imun oleh infeksi virus HIV. Pada ibu hamil yang terinfeksi
HIV dapat beresiko menularkan ke bayinqya jika ibu tidak rutin mengkonsumsi
obat karena bisa ditularkan lewat aliran darah ibu ke plasenta (Kemenkes RI,
2013).
1. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum baik, tingkat kesadaran composmentis (Uliyah, 2010)
b) Tanda-Tanda Vital
- TD
Tekanan darah yang sangat rendah atau menurun drastis bisa menunjukkan
hipovolemia akibat perdarahan. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum (Dewi,
2011). TD normal antara 100-130/ 60-80 mmHg.
- Suhu
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, suhu tubuh mungkin meningkat
sedikit (380C) sebagai respon terhadap stress persalinan, terutama dehidrasi
(Dewi, 2011). Suhu normal antara 360C – 370C.
- Nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam
pertama setelah bayi lahir. Setelah itu mulai turun dengan frekuensi yang tidak
diketahui (Dewi, 2011). Nadi normal antara 80-110 x/menit.
- Pernafasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Dewi, 2011).
Pernafasan normal antara 18-24 x/menit.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Kepala : rambut hitam, bersih, tidak oedem, jenis rambut, rambut
rontok/tidak
- Muka : bentuk wajah, sianosis/tidak, ikterus/tidak, ada lesi/tidak
- Mata : bersih/tidak, simetris/tidak, strabismus/tidak, warna konjungtiva,
warna sklera
- Hidung : bersih/tidal, ada secret/tidak, ada lesi/tidak
- Mulut : bersih/tidak, labioskisi/tidak, labiopalato skisis/tidak,
caries/tidak, lidah bersih/tidak
- Telinga : simetris/tidak,ada serumen/tidak, bersih/tidak
- Leher : bersih/tidak, ada kelainan/tidak
- Axilla : bersih/tidak, ada kelainan/tidak, ada lesi, oedem/tidak
- Dada : simetris/tidak, bersih/tidak, putting susu meninjol/tidak,
terdapat tarikan intracosta/tidak
- Abdomen : bersih/tidak, terdapat linea nigra/tidak, terdapat linea
alba/tidak, terdapat striae gravidarum/tidak, sesuai usia kehamilan/tidak,
terdapat luka bekas operasi/tidak
- Genetalia : bersih/tidak, terdapat condiloma/tidak, terdapat tanda
chatwict/tidak, terdapat jaringan parut/tidak,
- Punggung : bersih/tidak, kelainan bentuk tulang/tidak,
- Ekstremitas atas : simetris/tidak, bersih/tidak, kelainan jumlah
jari/tidak, kelainan bentuk jari/tidak
- Ekstremitas bawah : simetris/tidak, bersih/tidak, kelainan bentuk jari,
kelainan jumlah jari
b. Palpasi
- Mata : oedem palpebra/tidak
- Hidung : ada polip/tidak, Nyeri tekan/tidak
- Telinga : Nyeri tekan/tidak, ada pembesaran kelenjar mastoid/tidak
- Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid/tidak, ada pembesaran vena
jugularis/tidak
- Axilla : Nyeri tekan/tidak, pembesaran kelenjar limfe/tidak
- Abdomen : TFU teraba/tidak
- Ekstremitas bawah : oedem/tidak
c. Auskultasi :
- Dada : terdengar suara ronchi dan wheezing/tidak
- Abdomen : DJJ, bising usus
d. Perkusi
- Abdomen : meteorismus / tidak
- Patella : reflek patella
e. Pemeriksaan panggul luar
- Distansia spinarum
- Distansia cristarum
- Lingkar panggul
2. Analisa
Analisis data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan.
3. Penatalaksanaan
Langkah pelaksanaan harus disesuaikan dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan bidan bisa dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dengan tim medis lain. Selama kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan
serta diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kadang luka jahitan masih terasa nyeri
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengeluh perutnya masih mules dan nyeri luka jahitan, BAK 2x setelah melahirkan,
BAB (1x sehari), ibu telah makan nasi sayur dan lauk porsi sedang dan ibu sangat
bahagia atas kelahiran bayinya.
d. Riwayat yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan HIV
Aids dan tidak memiliki penyakit menurun atau menahun seperti penyakit TBC,
penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, serta tidak pernah operasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti
hepatitis dan HIV Aids dan tidak memiliki penyakit menurun atau menahun seperti
penyakit TBC, penyakit jantung, kencing manis, tekanan darah tinggi, tidak ada
keturunan kembar.
f. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
perka ke Usia Jeni Pnlng Tmpt Pnylt BB / Seks Hdp/ Pnylt ASI
KB
winan
s PB mti
40 Nor
1. 1 Bidan PMB - 3500/50 P Hdp - - -
mgg mal
g. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama ingin mengikuti KB suntik 3 bulanan
setelah 42 hari post partum nanti.
h. Riwayat Sosial Budaya
Kebiasaan klien mengadakan tingkepan dan akan mengadakan selamatan lepasnya tali
pusat serta 40 hari kelahiran bayi dan rencana akan memberikan ASI yang pertama bayi
keluar dan menyusui bayinya sampai 2 tahun. Tidak ada kebiasaan berpantang
makanan.
i. Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama Hamil : Ibu mengatakan selama hamil makan 3x1 porsi kecil
(nasi, sayur dan buah) tidak ada pantangan makanan
apapun dan minum ± 8 gelas / hari
Selama Nifas : Makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur,
dan kadang makan buah dan minum susu dan selalu
habis.
Minum 6 – 7 gelas per hari. Tidak ada pantangan
terhadap makanan seperti alergi telur dan ikan laut.
b. Pola Eliminasi
Selama Nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu BAK 400 cc warna kuning
jernih merasa tidak nyaman karena harus dipasang
kateter, Ibu tidak BAB selama Post Partum
c. Pola Istirahat
Selama Hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam/hr dan tidur malam
± 8 jam / hr
Selama Nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu tidak dapat tidur hanya
berbaring di bed
d. Pola Aktifitas
Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hr dengan sabun, ganti baju
dan celana dalam 2x/hr, keramas 1x/hr
Selama Nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu tidak mandi namun di seka
daerah bokongnya.
b. Palpasi
Muka : Bentuk simetris,tidak pucat,keadaan bersih, tidak oedema
Rambut : lurus, tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok.
Mata : Simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, berfungsi
dengan baik, keadaan bersih.
Mulut : Tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak terdapat
stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak caries, tidak ada
pembesaran tonsil.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe,
dan tidak ada pembengkakan vena jugularis.
Dada : tidak ada benjolan abnormal, dan tidak ada gatal-gatal.
Payudara : tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen : TFU teraba pertengahan antara sympisis dan pusat.
Genetalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada varises,
dan oedema.
Ekstremitas Atas : Bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema
Ekstremitas Bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedema, dapat berfungsi
dengan baik.
c. Auskultasi
d. Perkusi
d) Pemeriksaan Penunjang
e) Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 11gr/dl
- Leokosit : -
- GDA : 96
f) Terapi
ANALISA DATA
Ny. “N” P1001 6 Hari Post Partum dengan Nifas Fisiologis
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga secara terapeutik dan memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan kita lakukan dengan (senyum, sapa, salam).
2. Menjelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri dan mules yang dialami adalah hal yang
fisiologis yaitu proses kembalinya alat – alat kandungan secara normal.
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
4. Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran, dan TFU,TTV serta kontraksi perdarahan
yang mungkin terjadi dan tidak lupa kondisi bayi.
5. Memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu tentang gizi, KB, perawatan payudara,
perawatan diri (Personal Hygiene) baik ibu maupun bayi
6. Mengajari ibu bagaimana cara perawatan diri dan bayi
7. Memberikan diet yang seimbang dengan komposisi nasi, sayur sop 1 mangkuk kecil, lauk
ayam 1 potong, tempe 1 potong, 1 gelas air putih, buah pisang 1 buah dan jeruk 1 buah
8. Memberikan terapi analgesik dan antibiotik serta vitamin.
Mengetahui,
Preceptor Akademik Preceptor Praktek
Mahasiswa
Titin Sutriyani
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan kepada Ny”N” yang dilaksankan pada tanggal
17 Juli 2020, yaitu pada masa nifas yang dilakukan kunjungan ke PMB Supianah. Dalam hal ini
penulis ingin melakukan perbandingan antara kasus yang didapatkan dengan teori yang ada.
Stadar kunjungan nifas menurut Nurliana (2014) kunjungan pada masa nifas dilakukan
minimal 4 kali yaitu pada waktu 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu
setelah persalinan, 6 minggu setelah persalinan. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada
masa nifas. Pada kasus dilakukan kunjungan sebanyak 6 kali yaitu mulai dari 8 jam postpartum,
3 hari postpartum, 7 hari postpartum, 2 minggu postpartum, 1 bulan postpartum dan 4 hari
postpartum. Dalam hal ini tinjauan teori dan pealataksanaan yang dilakukan kepada Ny N sudah
sesuai dengan standar kunjungan masa nifas yang dianjurkan oleh pemerintah sehingga antara
teori sandar kunjungan masa nifas dan kasus sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.
Kunjungan yang pertama dilakukan pada tanggal 11 Juli 2020 yaitu pada 6 jam postpartum,
saat kunjungan pertama ibu dilakukan pemeriksaan data subektif dan obyektif serta diberikan
penatalaksanaan sesuai dengan keluhan dan keadaan ibu saat ini. Ibu mengeluhkan perut terasa
mulas, keadaan ibu dalam batas normal, pemeriksaan fisik dalam batas normal, pada bagian
payudara colostrum sudah keluar akan tetapi ibu masih belum bisa menyusui dengan benar. TFU
2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik (keras), lochea rubra ± 50cc. dalam hal pemeriksaan
subyektif dan obyekif yang di alami oleh ibu nifas hari pertama atau 8 jam postpartum yaitu
dengan keluhan perut terasa mulas, mulas tersebut datang karena adanya konraksi uterus yang
berlangsung dan adanya hisapan bayi Ketika bayi mulai menyusui, hal ini termasuk dalam
kategori normal yang dikeluhkan oleh ibu nifas hari pertama. Pada pemeriksaan obyekif
didapatkan hasil bahwa Ny “N” dalam batas normal yaitu TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
uterus baik (keras), lochea rubra berwarna merah ± 50cc. hal ini menurut teori Saleha (2009)
fisiologi masa nifas yaitu terjadinya perubahan uterus atau tinggi fundus uteri (TFU) yaitu pada 1
hari postpartum atau 8 jam postpartum berukuan 2 jari bawah pusat, sedangkan pada pengeluaran
perdarahan atau lochea masih termasuk kedalam lochea rubra yang berwarna merah karena berisi
darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban dan terjadi selama 1–2 hari post partum. Dalam hal
ini teori yang diungkapkan dan kasus yang ada sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan, sehingga
dapat disimpulan keadaan ibu dalam batas normal.
Pada kunjungan pertama ini didapatkan sebuah pernyataan yang diberikan oleh ibu kandung
Ny “N” yaitu jika bayi masih rewel dan Ny “N” masih belum bisa menyusui bayinya, maka
bayinya akan diberikan atau disadur dengan susu formula. Dan dalam keluarga terdapat budaya
penggunaan centing atau stagen yang terlalu ketat sampai 40 hari masa nifas. Dalam hal ini ibu
dan keluarga diberikan penjelasan tentang masalah yang di tanganinya seperti cara menusui yang
benar, cara perawatan payudara, dan penggunaan centing yang terlalu ketat. Menurut Nurliana
(2014) posisi menyusui yang benar yaitu bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan sanggah
seluruh tubuh bayi , jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu, dekatkan badan bayi
kebadan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susuna dan menunggu sampai mulut bayi terbuka
leba. Posisi bibir bayi yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan
bibir bawah bayi membuka lebar. Dan saat menyusui tidak terdengar isapan bayi. menurut
penelitian Taurisiawati tahun 2018. Penggunaan centing atau stagen diperbolehkan dengan
catatan tidak terlalu ketat. Penggunaan stagen bertujuan untuk mengembalikan uterus secara
cepat, akan tetapi menurut penelitina yang dilakukan perbadingan ibu nifas yang menggunakan
stagen dan ibu nifas yang tidak menggunakan stagen dalam proses pengembalian uterus tidak
ada perbedaan yang signifikan, dalam artian ibu yang menggunakan centing dan tidak
menggunakan centing lama proses involusi uteri berlangsung dalam batas waktu yang sama,
tidak ada yang lebih cepat atau yang terlambat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
centing pada ibu nifas diperbolehkan dengan catata tidak terlalu ketat. Pada tinjauan kasus yang
ada ibu di berikan pejelasan tentang penggunaan enting yang terlalu ketat dan efek samping yang
di hasilakan oleh penggunaan centing yang terlalu ketat, sehingga ibu dan keluarga
menggunakan centing yang tidak ketat. Dalam hal ini kasus yang ada dan teori yang sudah di
paparkan tidak ada kesenjangan.
Kunjungan ke dua dilakukan pada tanggal 17 Juli 2020 yaitu 6 hari postpartum. Dilakukan
pemeriksaan data subyektif, obyektif, Analisa data dan penatalaksanaan. Data subyektif
didapatkan keluhan saat kunjungan yaitu ibu mengeluhkan payudara sakit, bengkak dan badan
terasa menggigil panas. Data obyektif didapatkan hasil keadaan ibu dalam batas normal, pada
pemeriksaan fisik didapatkan payudara ibu bengkak dan ASI tidak keluar. TFU dalam batas
normal, pengeluaran lochea sanguinolenta. Dalam kasus kunjungan kedua ini ibu mempunyai
masalah pada payudara yaitu terjadinya pembengkakan pada payudara. Adapun penatalaksanaan
yang diberikan yaitu mengenai perawatan payudara bengkak. Menurut teori Nurliana (2014)
payudara bengkak terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga ASI terkumpul pada
system ductus yang menyebabkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini seirng terjadi
pada hari ketiga atau ke empat sesudah ibu melahirkan. Adapun tata cara perawatan payudara
bengkak yaitu 1; masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui, 2;
kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila
dilakukan selang-seling dengan kompres panas, untuk melancarkan alira darah payudara, 3;
menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI
dan menurunkan tegangan payudara. Sedangkan untuk pecegahannya bisa dilakukan 1; apabila
memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir, 2; susukan bayi tanpa dijadwal, 3; keluarkan
ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi. Penatalaksanaan
pada kasus, ibu diberikan penjelasan dan perawatan payudara bengkak, sehingga ibu Ketika di
rumah dapat mempraktikkan perawatan tersebut. Dalam hal ini teori dan kasus yang terjadi pada
Ny”N”sudah sesuai tidak ada kesenjangan. Dalam kunjungan nifas ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Asuhan kebidanan yang dilakukan
diantranya Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi, membantu ibu dalam
menyusui, mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengnan meningkatkan rasa nyaman,
mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan, memberikan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya,menjaga gizi yang baik,serta
Pada pengkajian pada ibu nifas di dapatkan kondisi ibu nifas dalam batas normal
Tensi : 110/70 mmhg, nadi : 84x/menit, suhu: 36.5ºc, RR: 20 x/menit. Tfu ½ simpisis-
pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 10 cc.
Diharapkan ibu mengetahui tentang kondisinya saat ini sehingga ibu tidak
khawatir tentang perubahan yang dialami saat masa nifas. Mengetahui tentang tanda
bahaya masa nifas. Mengetahui tanda merawat payudara agar asi ibu lancar.
4.2 SARAN
4.2.1. Bagi Institusi
Lebih banyak menyediakan literature yang berkaitan degan kasus sehingga lebih
memudahkan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan.
4.2.2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan para petugas bisa cepat dan tepat dalam memberikan Asuhan
Kebidanan sesuai Standart Pelayanan.
4.2.3. Bagi Penulis
Dengan penyusunan Asuhan Kebidanan semoga dapat dijadikan sebagai
pengalaman dan perbandingan antara teori yang didapat dengan kasus nyata yang
ada di lapangan.
4.2.4. Bagi Ibu
Diharapkan ibu lebih kooperatif, sehingga dalam pengobatan dapat dilakukan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo (YBP-SP)
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo (YBP-SP)
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelyanan Kontrasepsi. Jakarta