Anda di halaman 1dari 55

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM


DENGAN GANGGUAN LAKTASI

OLEH:
LATIFA PUTRI AGUSTI
( 183110218 )
2.B

Pembimbing Akademik :

Ns. Hj. Elvia Metti, M.Kep, Sp.Kep,Mat

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah Lapora
pendahuluan ini dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah
laporan pendahuluan praktek klinik Maternitas dengan judul “Ibu PostPartum dengan
Masalah Laktasi”.

Dalam pembuatan laporan ini, saya mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi kesempatan dan memfasilitasi kepada penulis sehingga laporan ini bisa
selesai dengan lancar. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu  persatu yang
membantu pembuatan laporan ini.

Akhir kata semoga laporan pendahuluan (LP) ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan saya sebagai penulis pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam
pembuatan Laporan pendahuluan (LP) ini masih  jauh dari sempurna untuk itu saya
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi  perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan terimakasih.

Padang, 13 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................4

B. Tujuan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. Konsep Post Partum..................................................................................6

B. Konsep laktasi............................................................................................7

C. Etiologi.....................................................................................................10

D. Patofisiologi.............................................................................................13

E. WOC........................................................................................................16

F. Penatalaksanaan.......................................................................................18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian................................................................................................22

B. Kemungkinan Dx ....................................................................................25

C. Perencanaan Keperawatan........................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plasenta
keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali
pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan
penting, salah satunya yaitu timbulnya laktasi. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama
enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman. Pemberian
ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai
dengan berusia enam bulan karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan
mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian
pada bayi.

Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI)
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Proses pengeluaran ASI ada
beberapa tahapan, tahapan pertama adalah Kolostrum, merupakan Air Susu Ibu yang
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, tahapan kedua air susu
masa peralihan (masa transisi), merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai
hari kesepuluh setelah bayi lahir dan tahapan ketiga ASI Mature, merupakan ASI yang
dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

Kegagalan proses manajemen laktasi dapat disebabkan karena kurang terpaparnya ibu
tentang informasi cara menyusui yang baik. Ketidaktahuan ibu tentang cara perawatan
payudara sehingga menyebabkan puting payudara ibu terbenam, saluran ASI menjadi
tersumbat dan bisa menyebabkan payudara ibu menjadi infeksi atau mastitis payudara.

Kegagalan menyusui akan berdampak terhadap ibu, baik terhadap fisik maupun
psikologis. Dampak fisik seperti puting payudara ibu terasa nyeri, payudara ibu bengkak dan
menyebabkan puting payudara ibu menjadi lecet. Kegagalan menyusui juga berdampak
pada bayi, bayi akan mudah sakit dan daya tahan tubuh bayi menjadi lemah. Menyusui

4
merupakan proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan ASI dari payudara
ibu. ASI merupakan cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung
berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi.

ASI mengandung zat atau komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen yang
termasuk makronutrien meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Komponen yang termasuk
mikronutrien meliputi vitamin dan mineral, hampir 90% tersusun dari air. Volume dan
komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari kebutuhan bayi (Astuti,
2015). Komponen-komponen tersebut sangat bermanfaat bagi bayi, sebagai antibodi,
mempunyai efek psikologis yang menguntungkan dan menyebabkan pertumbuhan yang
baik. Komponen yang ada di ASI jauh lebih menguntungkan dari susu formula.

B. TUJUAN
1. Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah manajemen laktasi.
2. Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan Pada Ibu Post
Partum dengan masalah manajemen laktasi
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada ibu post
partum dengan masalah manajemen laktasi
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Pada Ibu Post Partum
dengan masalah manajemen laktasi

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep PostPartum
1. Konsep postpartum

Masa nifas atau disebut juga masa postpartum (puerperium) merupakan masa
pemulihan kebali alat reproduksi ke bentuk normal yang memerlukan waktu sekitar 6
minggu.

Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung


selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal .

Post partum adalah masa setelah plasent lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung
selama kira- kira 6 minggu.

Sumber :

Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama.


Yogyakarta :Cv. Budi Utama.

Bagus, Ida.2013. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Tahapan Masa Postpartum


a. Inmersliude pistpurtum (setelah plaventa lahir-24 jam ) Masa segera
setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang sering terjadi
pendarahan karena atonia uteri. Olch karena itu perlu melakukan
pemeriksaan koontraksi ulerus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
b. Early posipaetam (24 jam-1 mg) I Harus dipastikan involusi uteri normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapat makanan dan caran serla ibu dapal menyusui dengan baik

6
c. Late pant partum (1 mg 6 mg) Telap melakukan perawalan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling/ pendidikan keschatan Kekuarga
Berencana ( KB.).

( Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan


pertama. Yogyakarta :Cv. Budi Utama.)

B. Konsep Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan.
Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain, kecuali
suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan medis sampai bayi
berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama
kehidupannya (Guyton & Hall, 2008).
Menyusui atau laktasi adalah suatu proses dimana seorang bayi menerima air
susu dari payudara ibu (Sumastri, 2012). Menyusui yang dikategorikan ASI eksklusif
adalah gerakan menghisap dan menelan dari mulut sang bayi langsung ke puting susu
ibu (Sitepoe, 2013). Pada bayi baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12
kali menyusu tiap 24 jam. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7
menit, sedangkan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Astutik,
2014).
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanna bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologi dan psikologik
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang
ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011,p.3)
2. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
dan pengeluaran ASI (oksitosin).
a. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan

7
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu
saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan
puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu

8
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,


mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:


1) Refleks menangkap (rooting refleks)
2) Refleks menghisap
3) Refleks menelan
4) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar
puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi.
Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara
gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang
terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis.
9
Sumber : Rahayu, Dwi.2018. Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan
Produksi Asi Ibu PosPartum.Volum 9 nomor 01. Akademi Keperawatan Dharma
Husada. Kediri.

C. Etiologi
1. Masalah menyusui pada ibu
Ada beberapa masalah menyusui yang sering ditemui pada ibu yaitu:

a. Permasalahan laktasi dari factor ibu


1) Payudara bengkak

Tiga hari post partum payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu berhenti
menyusui, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengilatnya
payudara dan ibu mengalami demam.

Penyebab payudara bengkak adalah:

a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah


b) Produksi ASI berlebihan
c) Terlambat menyusui
d) Pengeluaran ASI yang jarang
e) Waktu menyusui yang terbatas
Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:

a) Payudara penuh: rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa
ASI keluar dan tidak demam.
b) Payudara bengkak: payudara terasa sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar.
Badan biasa demam 24 jam

2) Masitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,


bengkak kadang diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di
dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian

10
ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh
sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena
kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

3) Saluran air susu tersumbat


Kalanjer air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI, saluran ini bisa
tersumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi bayi atau BH yang terlalu
ketat, sehingga sebagian saluran ASI tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga
dapat terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena
ada pembengkakan.

4) Puting susu nyeri


Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.

5) Puting susu tidak lentur


Puting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu.
Meskipun demikian, puting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan sering
kali akan menjadi lentur (normal) pada saat menjelang atau saat persalian,
sehingga tidak memerlukan tindakan khusus. Namun sebaiknya tetap
dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu yang terbenam.

6) Puting susu lecet


Puting lecet diakibat oleh beberapa faktor. Dapat disebabkan oleh
dermatitis atau ada kelainan pada kulit dan paling dominan adalah kesalahan
posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Bisa juga disebabkan oleh
cara perawatan yang tidak benar.

7) Ibu sakit
8) Ibu melahirkan dengan bedah sesar
9) Ibu yang bekerja

11
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu, banyak ibu
khawatir terpaksa memberikan bayinya susu formula karena ASI perah tidak
cukup.

10) Ibu penderita HIV/AIDS dan Hepatitis (HbsAg + )


11) Ibu penderita diabetes
12) Ibu yang memerlukan pengobatan
13) Ibu hamil
b. Permasalahan laktasi dari factor bayi
1) Bayi sering menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang- orang
disekitarnya. Karena itu, bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan
sebabnya tidak selalu karena kurang ASI.

2) Bayi bingung putting


Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi
karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan
menyusu pada ibu. Peristiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada
puting ibu berada dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada
ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sebaliknya
pada menyusu botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan.

3) Bayi BBLR
Bayi kecil, premature atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempunyai masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relative lemah.
Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih
menyusu.

4) Bayi dengan icterus


5) Bayi dengan bibir sumbing

Jika celah hanya terdapat pada bibir atau pallatum mole (langit- langit lunak),
bila dengan posisi tertentu bayi dapat disusukan. Namun, jika celahnya luas
meliputi bibir, gusi dan pallatum durum (langit-langit keras), perlu dibuatkan
protese yang akan menutup celah itu supaya bayi bisa minum tanpa tersedak.

12
6) Bayi kembar

Sebagian ibu menganggap apabila melahirkan kembar maka ASI nya


tidak dapat mencukupi kabutuhan kedua bayinya. Selanjutnya, ibu pun berusaha
memberikan makanan tambahan kepada kedua bayinya tanpa mencoba untuk
memberikan ASI terlebih dahulu.

7) Bayi sakit

Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus untuk
diperoleh mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan,
maka ASI harus terus diberikan. Bahkan pada penyakit-penyakit tertentu justru
harus diperbanyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam, misal pada diare,
pneumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah dapat menghisap, maka ASI
peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nasogastrik .

8) Bayi dengan lidah pendek

Keadaan seperti ini jarang terjadi, yaitu bayi mempunyai lingual


frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan
tebal serta kaku dan dan elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak
dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal. Bayi pada
kondisi seperti ini akan sulit dapat melaksanakan laktasi dengan sempurna, karena
lidahnya tidak sanggup menghisap puting dan areola dengan baik. Ibu dapat
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat
menangkap puting dan areola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua bibir
bayi agar posisi tidak berubah-ubah.

9) Bayi memerlukan perawatan

Sumber : Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI . Yogyakarta : CV Andi Offset.

D. Patofisiologi

Patofisiologi laktasi tidak hanya diperhatikan dari sisi fungsi glandulamammae dal
am memproduksi air susu, glandula mammae pada setiap
fase pertumbuhan meniadakan kapasitas fungsional glandula mammae.

Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dibagi 3 bagian yaitu :

13
a. Pembentukan kelenjar payudara :
1. Sebelum Pubertas

Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa
fetus. Mendekati Pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari system duktus
terutama di bawah pengaruh hormone estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh
hormone progesterone.Hormon yang juga ikut berperan adalah prolactin yang
dikeluarkan oleh kelnjer anterior adrenalin, tiroid, paratiroi dan hormone
pertubuhan.

2. Masa pubertas pada masa system duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-
unit lobu alveolar yang terletak pada ujung distal duktulus. Jaringan penyangga
stoma mengalai organisasi dan membentuk septum interlobalir.
3. Masa siklus menstruasiPerubahan kelenjar peyudara wanita dewasa berhubung
an siklusmentruasi dan pengaruh pengaruh 
hormone yang mengatur siklustersebut seperti estrogen dan 
progrsteron yang dihasilkan olehkorpus luteum. Bila kadarhormone tersebut mening
kat maka akanterjadi edema lobulus , secara klinik payudara dirasakan beratmentrua
si kadar estrogen dan progesterone, berkurang. Yang bekerjahanya prolaktin saja.
Oedem berkurang berkurang juga. Hal inimenyebabkan payudarabesar sampai umur 
30 tahun.
4. Masa KehamilanPada awal kehamilan terjadi perningkatan yang 
jelas dari duktulusyang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang 
dipengaruhi oleh hormon.  Hormon  yang  kurang
berperan adenohipofise adalahhormone ini terjadi pertumbuhanpercabangan-
percabangan  dan  penuh.  Setelah  sehingga  besar payudara selalu  tambah  pada
tiap siklus  ovulasi  mulai  dari
permulaan mentruasi plasenta dan korpusluteum. Hormon yang membantu memperc
epat pertumbuhan plasenta, korionik 
gonado tropin, insulin, kortisol hormone tiroid,Parathyroid, dan
hormone pertumbuhan.
5. Pada 3 bulan KehamilanProlaktin dari adenohipofise mulai 
merangsang kelenjar air susu untuk  menghasilkan air susu  yang
disebut kolostrum. Pada masa inikolostrum masih di hambat olehestrogen dan proge

14
sterone. Tetapi jumlah prolaktim meningkat  hanya aktifitas dalam pembuatan
kolustrum  yang ditekan.
6. Pada Trimester kedua KehamilanLaktogen plasenta mulai merangsang
pembentukan  kolostrum.Keaktifan  dari  rangsangan  hormone  terhadap
pengeluaran  air  susu telah
didemontrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang
melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal,  tetap
keluar kolostrum adalah Prolaktin, laktogen.

Sumber : Rahayu, Anik Puji Agustus 2016. Panduan Praktikum Kperawatan


maternitas .Edisi 1 Cet 1 .Yogyakarta : Deepublish .

15
E. WOC

Kehamilan Merangsang perubahan buah dada

Stimulasi hipofise Impuls syaraf dari Stimulasi hipofise


anterior hisapan posterior

Sekresi Sekresi
prolaktin oksitosin
Let down reflek
(mengalirnya asi ke sinus
laktiferus )
Produksi ASI dalam
Kontraksi sel
sel alveolar
myeopitel sekita
alveoli

Laktasi

(sumber Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes Kemenkes Ri Denpasar. Bali)

16
(sumber Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes Kemenkes Ri Denpasar. Bali)

17
F. Penatalaksanaan
1. Posisi dan Pelekatan Menyusui
Sumber : Koniak-Griffin. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,
Bayi, dan Keluarga, Ed. 18, Vol. 2. Jakarta: EGC
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berharing. Contoh cara menyusui yang
benar sebagai berikut.
a. Cara menyusui yang baik dengan posisi rebahan.
b. Cara menyusui yang haik dengan posisi duduk.

(sumber Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama. Yogyakarta :Cv. Budi Utama.)

2. Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI

Persiapan memperlancar dilaksanakan dengan jalan:

a. membersihlkan putting susu dengan air, sehingga epitel yang lepas


tidak menumpuk;
b. puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi:

18
c. bila puting susu belum menonjol dapan memakai 3- pengeluaran ASI
pompa susu.
3. Fungsi dari Teknik Menyusui yang Benar
Fungsi dari teknik menyusui yang benar adalah sebagai berikut :
a. Puting susu tidak lecet.
b. Perlekatan menyusu pada bayi kuat.
c. Bayi menjadi tenang.
d. Tidak terjadi gumoh.

Akibat teknik menyusui yang tidak benar adalah sebagai berikut :

a. Puting susu menjadi lecet.


b. ASI tidak keluar secara optimal, sehingga mempengaruhi produksi
ASI.
c. Bayi enggan menyusu.
d. Bayi menjadi kembung.

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut :

a. Bayi tampak tenang.


b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak masuk.
f. Bayi tampak mengisap dengan ritme yang perlahan-lahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah

4. Berbagai Teknik dalam Posisi Menysusui


a. The cradle.
Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Bagaimana caranya?
Pastikan punggung Anda benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi

19
di perut Anda, sampai kulicnya dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan
tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.
b. The cross cradle hold
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar
atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu
dengan puting payudara kecil.
c. The football hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda
dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang
bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal
untuk menopang bayi.
d. The cross cradle hold.
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan pusisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar
atas kepala bayi, Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu
dengan puting payudara kecil. e. The football hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda
dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang
bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal
untuk menopang bayi.
f.The lying position.
Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak
kesempatan untuk bersantai dan juga untuk cidur lebih banyak pada malam
hari, Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi
dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda. cara yang duduk
tegak dengan kaki 5-
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan ebnar,
maka akan memperlihatkan tanda- tanda sebagai berikut :
20
a. Bayi terlihat kenyang setelah minum ASI
b. Berat badannya bertambah setealh dua minggu pertama
c. Payudara dan puting susu ibu tidak terasa terlalu nyeri.
d. Payudara ibu kosong dan terasa lembek setelah menyusui.
e. Kulit hayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya. Bayi tidak
rewel, tampak tenang.
f. Badan bayi mnempel pada perut ibu.
g. Mulut bayi terbuka lebar.
h. Dagu bayi menempel pada payilara ibu. Sebagian areula masuk ke dalam
mulut bayi, areola bawah lebih bayak yang masuk.
i. Rayi nampak mengisap kuat đengan irama perlahan.
j. Telinga dan lengan bayi teretak pada satu garis lurus.
k. Kepala bayi agak menengadah.

(sumber Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama. Yogyakarta :Cv. Budi Utama).

21
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM DEGAN


MASALAH LAKTASI

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling utama dirasakan oleh ibu post partum, ASI yang
keluar sedikit, lecet pada puting susu ibu postpartum, terjadi mastitis dan payudara
bengkak.

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang di rasakan oleh ibu post partum saat dilakukan pengkajian, seperti
gejala atau perubahan fisiologis post partum meliputi involusi dan perubahan
payudara.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis


pengobatan yang dilakukan oleh ibu post partum, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan
dahulu, dan riwayat menyusui dahulu.

3. Faktor Psikososial
a. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor
budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu post partum,
dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh
ibu post partum.

22
b. Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai ibu post partum,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial ibu post partum dengan orang
lain.

4. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi pada ibu yang menyusui harus ditingkatkan.

5. Pola eliminasi

Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan


pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna dan bau.

6. Pola Aktivitas dan latihan

Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan


frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi,
makan minum, mobilisasi

7. Pola Istirahat dan Tidur


Pola istirahat dan tidur ibu akan terganggu, karena ibu harus menyusui bayi
satu kali dua jam atau sampai tiga jam.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Kaji tingkat kesadaran ibu post partum

b. Tanda-tanda vital : suhu akan meningkat apabila terjadi mastitis


c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan rambut :Tidak ada masalah
2) Telinga : Tidak ada masalah
3) Mulut : Tidak ada masalah
4) Leher : Tidak ada masalah
5) Dada :Tidak ada masalah

6) Payudara

23
a) Inspeksi ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, puting, aerola
apakah ada tanda kemerahan dan pecah. Perhatikan adanya
kelainan, dilatasi pembuluh darah, keadaan kulit pada
payudara ibu post partum (Reeder dkk, 2014). Puting susu
lecet, payudara memerah, payudara terbenam.
b) Palpasi konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi, palpasi dilakukan meliputi
seluruah bagian payudara, dilakukan dari parasternal ke arah
garis aksila belakang dan subklaikula ke arah distal (Reader
dkk, 2014).

7) Abdomen : tinggi fundus berkurang


8) Ekstremitas : tidak ada masalah

24
B. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan

Diangnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut Standar Diagnosa


Keperawatan Indonesia (SDKI) :

1) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan orang


tua tentang teknik menyusui

2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


(pembengkakan payudara).

3) Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan ibu bekerja

4) Ketidakcukupan ASI berhubungan dengan refleks menghisap tidak


efektif

5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


hormonal

6) Harga diri rendah situasional berhubungan


dengan ketidakadekuatan pemahaman

7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang


sumber pengetahuan

25
26
C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Bantuan pemberian ASI
efektif berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1) Kaji pengetahuan dan
dengan kurang pasien menunjukkan ibu mampu pengalaman ibu dalam
pengetahuan orang menyusui dengan baik, pemberian asi
tua tentang teknik dibuktikan dengan indikator: 2) Kaji kemampuan bayi
menyusui Kemantapan pemberian ASI untuk latch on dan
(SDKI. Hal 76) Indikator: mengisap secara efektif
1. Mempertahankan 3) Kaji pada periode awal
keefektifan pemberian asi prenatal untuk adanya faktor
selama yang diinginkan bayinya risiko ketidakefektifan
2. Menggambarkan pemberian ASI (misal usia
tingkat kepercayaan diri terkait dibawah 20 tahun, status
pemberian ASI sosial ekonomi yang rendah
3. Mengenali isyarat lapar dari dan puting inversi)
bayi dengan segera 4) Pantau berat badan dan
4. Mengindikasikan kepuasan pola eliminasi bayi
terhadap proses pemberian ASI 5) Kaji ketidaknyamanan
5. Tidak mengalami nyeri tekan (seperti putting lecet,
pada putting kongesti payudara)
6. Mengenali tanda-tanda
penurunan suplai Konseling laktasi (SIKI
ASI Hal.135)
1)Evaluasi pola mengisap dan
menelan bayi
2) Tentukan keinginan dan
motivasi ibu untuk menyusui
3) Evaluasi pemahaman
ibu tentang isyarat
menyusui dari bayi
4) Pantau keterampilan ibu
dalam menempelkan mulut
bayi ke puting
5) Pantau integritas kulit
putting
6) Evaluasi pemahaman
tentang sumbatan kelenjar
susu dan mastitis
7) Pantau kemampuan untuk

27
mengurangi
kongesti payudara dengan
benar
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI Hal.
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 201)
dengan agens pasien menunjukkan nyeri 1) Lakukan pengkajian
cedera biologis berkurang, dibuktikan dengan nyeri secara komprehensif
(pembengkakan indikator: termasuk lokasi,
payudara).(SDKI Kontrol Nyeri: (SLKI.Hal 58) karakteristik, durasi,
172) 1) Mengenali timbulnya nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
2) Menunjukkan faktor presipitasi
penyebab 2) Observasi reaksi non
3) Menggunakan catatan verbal dari
untuk memonitor gejala setiap ketidaknyamanan
waktu 3) Gunakan teknik
4) Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
pengukuran dengan non mengetahui pengalaman
analgetik nyeri pasien
5) Melaporkan perubahan 4) Bantu pasien untuk
nyeri mencari dan menemukan
6) Melaporkan kontrol nyeri dukungan
5) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
3 Diskontinuitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (SIKI
pemberian ASI keperawatan selama 3 x 24 jam, Hal.200)
berhubungan dengan pasien menunjukkan 1) Kaji adanya alergi
ibu bekerja keseimbangan nutrisi, makanan
dibuktikan dengan indikator: 2) Kaji kemampuan pasien
Status Nutrisi untuk mendapatkan nutrisi
(SLKI 3) Monitor jumlah nutrisi
Hal.121) dan kandungan kalori
1) Masukan/ intake nutrisi 4) Anjurkan pasien
dalam rentang normal meningkatkan Fe, protein
2) Masukan makanan dan dan vit C
cairan dalam rentang normal
5) Ajarkan pasien
3) Energi dan rasio berat badan membuat makan harian
dalam rentang normal 6) Beri informasi tentang
4) Nilai laboratorium (mis: kebutuhan nutrisi
hematokrit), bentuk otot, hidrasi
dalam rentang normal

Status Nutrisi: asupan


makanan dan cairan

28
1) Masukan makanan melalui
mulut dengan adekuat
2) Masukan makanan melalui
selang tube dengan adekuat
3) Masukan cairan melalui
selang IV normal
4) Masukan nutrisi parenteral
dengan adekuat
4 Ketidakcukupan Setelah dilakukan tindakan Supresi Laktasi
ASI berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1) Fasilitasi proses bantuan
dengan refleks pasien menunjukkan interaktif untuk membantu
menghisap tidak kemampuan pemberian ASI mempertahankan
efektif efektif, dibuktikan dengan keberhasilan proses
indikator: pemberian ASI
Breastfeeding ineffective 2) Sediakan informasi
1) Menyusui secara mandiri tentang laktasi dan teknik
2) Tetap mempertahankan memompa ASI (secara
laktasi manual atau dengan pompa
3) Pertumbuhan dan elektrik), cara
perkembangan bayi dalam batas mengumpulkan dan
normal menyimpan ASI
4) Mengetahui tanda-tanda 3) Tunjukkan dan
penurunan suplai ASI demonstrasikan berbagai
5) Ibu mampu jenis pompa payudara,
mengumpulkan dan tentang biaya, keefektifan,
menyimpan ASI secara aman dajn ketersediaan alat
6) Penyapihan pemberian tersebut
ASI diskontinuitas progresif 4) ajarkan orang tua
pemberian ASI mempersiapkan, menyimpan,
7) Kemampuan penyedia menghangatkan dan
perawatan untuk mencairkan, kemungkinan pemberian
menghangatkan dan menyimpan tambahan susu formula
ASI secara aman 5) Apabila penyapihan
8) Menunjukkan teknik diperlukan, informasikan
dalam memompa ASI ibu mengenai kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang sesuai

Konseling Laktasi (SIKI


Hal.135)

1) Gunakan bantuan
interaktif untuk membantu
ibu mempertahankan

29
keberhasilan proses
pemberian ASI
2) Beri dorongan untuk tetap
melanjutkan menyusui
sepulang kerja

30
DAFTAR PUSTAKA

Perry & Potter (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika Reeder, Martin,
Koniak-Griffin. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga,
Ed. 18, Vol. 2. Jakarta: EGC

Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama. Yogyakarta :Cv.


Budi Utama.

Bagus, Ida.2013. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI . Yogyakarta : CV Andi Offset

Rahayu, Anik Puji Agustus 2016. Panduan Praktikum Kperawatan maternitas .Edisi 1 Cet 1
.Yogyakarta : Deepublish

Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes
Kemenkes Ri Denpasar. Bali

Rahayu, Dwi.2018. Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi Asi Ibu
PosPartum.Volum 9 nomor 01. Akademi Keperawatan Dharma Husada. Kediri

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPN

31
LAPORAN KASUS
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. F POST PARTUM DENGAN MASALAH
LAKTASI DI PRAKTEK BIDAN MARNI PADANG

Kelas 2 B

Oleh:

LATIFA PUTRI AGUSTI


(183110218)

Dosen Akademik:

Hj. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
2019/ 2020

32
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR

NAMA MAHASISWA : LATIFA PUTRI AGUSTI......................................

NIM : 183110218..............................................................

RUANGAN PRAKTIK : .KEBIDANAN.......................................................

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny. F

Umur : 27 tahun

Pendidikan :-

Suku Bangsa : Minangkabau

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Rimbo Tarok Kampung Melayu RT 01/Rw IX Kel. Kuranji Padang

2. Identitas Suami

Nama :-

Umur :-

Pendidikan :-

Suku Bangsa :-

Pekerjaan :-

33
Agama :-

Alamat Rumah : Jl. Rimbo Tarok Kampung Melayu RT 01/Rw IX Kel. Kuranji Padang

3. Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk

Tanggal Masuk : 28 Maret 2020

No. Medical Record : -

Ruang Rawat :-

Diagnosa Medik : Putting susu nyeri

Yang Merujuk :-

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan Utama Masuk

Klien datang ke Praktik Bidan Marni pada tanggal 28 Maret 2020 yang baru saja
melahirkan dengan masalah laktasi. Klien mengatakan payudaranya nyeri, air susu hanya
sedikit keluar, dan mengalami kesulitan dalam menyusui.

2) Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian)

Pada saat pengkajian tanggal 29 maret 2020 pukul 16.00 WIB klien mengatakan
payudaranya terasa nyeri dan tegang dengan skala nyeri 5. Klien mengatakan air susunya
hanya sedikit keluar. Klien mengatakan menyusui bayinya kurang dari 8 kali sehari dan
nafsu makannya kurang.

b. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Klien mengatakan selama masa hamil pernah pingsan karena mual muntah terus menerus
dan mengakibatkan nafsu makan menurun sehingga mengalami sakit magh.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

34
Keluarga tidak memiliki riwayat Hipertensi, DM, TBC dan lain-lain.

d. Riwayat Haid

✓ Monarche : -

✓ Siklus :-

✓ Lama :-

✓ Hpht :-

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

G:1 A:1 P:0

No THN Lahir Tempat Cara Ditolong JK BB Nifas


Lahir Persalina Lahir
n

f. Riwayat Persalinan Sekarang

1) Jenis Persalinan : normal

2) Ditolong oleh : Bidan

3) Jenis Kelamin Bayi : Perempuan

4) BB / PB : 2100 gr

5) Komplikasi Persalinan :

- Ibu : Normal

- Bayi : Normal

g. Data Keluarga Berencana (KB)

1) Pernah ikut KB / Tidak, jelaskan

35
Klien berencana ikut Kb menggunakan metode suntik.

5. Data Psikologis

a. Kehamilan yang Lahir Sekarang

- Diinginkan

- Disusui

- Rencana lama menyusui 2 tahun

b. Dukungan suami untu menyusui : Ada

6. Data Spiritual

Klien berdoa kepada Alah SWT semoga berat badan anaknya cepat normal dan berhrap
anaknya tidak sakit.

7. Data Sosial Ekonomi

8.

Aktifitas Sehari- hari di rumah Sakit Dirumah


a) Dapat menolong diri sendiri
b) Ditolong dengan bantuan minimal
c) Ditolong dengan bantuan maksimal
d) Nafsu makan Kurang baik Kurang baik
e) Makan 2x sehari 2x sehari
f) Minum
g) Istirahat dan Pola tidur
g) Personal Hygiene

9. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Compos Mentis

2) Tekanan Darah : -

36
3) Suhu :-

4) Nadi :-

5) Pernapasan :-

6) BB : 38 kg

7) TB : 150 cm

8) LILA : 21 cm

b. Kulit :-

c. Rambut :-

d. Wajah : Wajah tampak sedikit pucat

1) Konjungtiva :-

2) Sklera :-

3) Mulut :-

4) Gigi :-

d. Leher :-

e. Payudara

1) Simetris / tidak : Simetris

2) Areola Mamae : -

3) Papila Mamae : putting tidak lecet

4) ASI : hanya sedikit yang keluar

5) Pembengkakkan : -

6) Proses Laktasi : reflex hisap An. A lemah

37
f. Abdomen

I :-

A :-

Pal : Tinggi fundus 2 cm dibawah pusat

P :-

h. Genetalia : klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

i. Eleminasi :-

- BAK : -

- BAB : -

j. Ekstremitas

- Atas : Tidak ada edema

- Bawah : Tidak ada edema, terpasang pembalut maternity

10. Pemeriksaan Penunjang : -

11. Program Terapi Dokter : -

FORMAT PENGKAJIAN LANJUTAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS DARING

38
DATA FOKUS

Nama Klien : Ny. F

No.- RM :

No Data Subjektif No Data Objektif


1 Ny. F mengatakan air susunya hanya 1 Ny. F tampak kurus.
sedikit keluar 2 Ny. F tampak salah daam teknik
2 Ny. F mengatakan payudara terasa menyusui.
nyeri dengan skala nyeri 5 serta terasa 3 An.A refelks hisap tampak lemah.
tegang 4 Ny. F tampak sedih dengan
3 Ny. F mengatakan menyususi bayi kondisinya saat ini.
kurang dari 8 kali sehari. 5 Ny. F tampak sedikit pucat
4 Ny. F mengatakan An.A BAK kurang
dari 6 kai sehari.
5 Ny. F mengatakan kurang nafsu
makan. Makan 2 kali sehari dengan
porsi sedang.
6 Ny. F mengatakan sering cepat
kenyang.
7 Ny. F mengatakan saat menggendong
masih gamng.
8 Ny. F merasa kawatir.
9 Ny. F mengatakan memakai pembalut
maternity.
10 Ny. F mengatakan kurang mengetahui
tentang masalah laktasi.

ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. F

39
No.- RM :

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1 Ds : Agen Pencidera Nyeri Akut


-Klien mengatakan payudara terasa fisiologis (Penyumbatan
nyeri dan terasa tegang dengan skala aliran ASI)
nyeri 5

Do :
-Klien tampak sedikit pucat

2 Ds : Faktor Psikologis (Stress, Resiko Defisit Nutrisi


- Klien mengatakan kurang nafsu keengganan untuk makan
makan, makan 2 kali sehari dengan )
porsi sedang.
- Klien mengatakan cepat kenyang
setelah makan.
Klien mengatakan air susunya hanya
sediit keluar.

Do :
- Klien tampak kurus
Klien tampak sedikit pucat
3 Ds : Kekawatiran Mengalami Ansietas
-Klien mengatakan saat Kegagalan
menggendong masih gamang
- Klien merasa kawatir.
Do :
- Klien tampak sedih dengan
kondisinya saat ini

40
4 Ds : Kurang Terpapar Defisit Pengetahuan
- -klien mengatakan kurang Informasi
mengetahui dengan masalah laktasi
- Do :
- - klien tampak salah dalam
menyusui.

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. F

No.- RM :

No Diagnosa Keperawatan TGL TGL TTD


Muncul Teratasi

41
1 Nyeri Akut berhubungan dengan 29/03/2020 30/03/2020
Agen Pencidera Fisiologis
(sumbatan aliran ASI)
SDKI hal.172
2 Resiko Defisit Nutrisi berhubungan 29/03/2020
dengan factor Psikologis (Stress,
Keengganan untuk makan )
SDKI hal.81

3 Anisetas berhubungan dengan 29/03/2020


Kekawatiran mengalami kegagalan.
SDKI hal.180

4 Defisit Pengetahuan berhubungan 29/03/2020


dengan Kurang terpapar informasi
SDKI hal.246

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. F

No.- RM :

Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan

42
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi - Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi
Agen Pencidera diharapkan nyeri teratasi dengan 1) Identifikasi lokasi,
Fisiologis (sumbatan kriteria hasil : karakteristik,durasi,
aliran ASI) - Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
SDKI hal.172 1) Keluhan nyeri intensitas nyeri.
menurun 2) Identifikasi skala nyeri
2) Nafsu makan 3) Identifikasi pengetahuan
membaik dan keyakinan tentang
3) Frekuensi nadi nyeri
membaik Teraupeutik
4) TD membaik 1) Berikan teknik
5) Pernapasan membaik\ nonfarnakologis untuk
SLKI hal.145 mengurangi rasa nyeri
( missal, kompres hangat,
atau dingin)
Edukasi
1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
SLKI hal. 201
2 Resiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi - Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
factor Psikologis diharapkan resiko deficit nutrisi 1) Identifikasi status nutrisi
(Stress, Keengganan teratasi dengan kriteria hasil : 2) Monitor asupan makanan
untuk makan ) - Status nutrisi : membaik 3) Monitor BB
SDKI hal.81 1) Porsi makanan yang 4) Lakukan oral hygiene
dihabiskan meningkat sebelum makan
2) Perasaan cepat 5) Beri makanan tinggi
kenyang menurun kalori tinggi protein
3) Indeks masa tubuh 6) Kolaborasi dengan ahli
(IMT) membaik gizi untuk menentukan

43
4) Frekuensi makan jumlah dan jenis nutrient
membaik yang dibutuhkan.
5) Nafsu makan SIKI hal. 200
membaik
SLKI hal. 121
3 Anisetas Setelah dilakukan intervensi - Terapi relaksasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
Kekawatiran ansietas teratasi dengan kriteria 1) Monitor respon terhadap
mengalami hasil : terapi relaksasi
kegagalan. - Tingkat Ansietas : Terapeutik
SDKI hal.180 menurun 1) Ciptakan lingkungan
1) Verbalisasi akibat tentang tanpa gangguan
kondisi yang dihadapi dengan pencahayaan dan
menurun suhu ruang yang nyaman.
2) Perilaku gelisah 2) Gunakan nada suara
menurun yang lembut dengan irama
3) Perilaku tegang lambat dan berirama.
menurun Edukasi
SLKI hal. 128 1) Jelaskan tujuan, manfaat,
dan jenis relaksasi yang
tersedia (meditasi)
2) Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi.
SIKI hal. 436
- Dukungan Keyakinan
Observasi
1) Identifikasi keyakinan,
masalah, dan tujuan
perawatan
Terapeutik
1) Berikan harapan yang

44
realitas sesuai prognosis
2) Fasilitasi memberikan
makna terhadap kondisi
kesehatan.
Edukasi
1) Jelaskan bahaya, atau
resiko yang terjadi akibat
keyakinan negative.
2) Jelaskan alternative yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan dan
perawatan.
3) Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami.
SIKI hal. 27

4 Defisit Pengetahuan Setelah dilkukan intervensi - Edukasi kesehatan


berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
Kurang terpapar diharapkan difisit pengetahuan 1) Identifikasi kemampuan
informasi teratasi dengan kriteria hasil : dan kesiapan menerima
SDKI hal.246 - Tingkat pengetahuan : informasi
meningkat Terapeutik
1) Kemampuan 1) Sediakan materi dan
menjelaskan media pendidikan kesehatan.
pengetahuan tentang 2) Jadwalkan pendidikan
suatu topic meningkat. kesehatan sesuai kesepakatan
2) Perilaku sesuai 3) Berikan kesempatan
dengan pengetahuan untuk bertanya.
meningkat. SIKI hal. 6
3) Pertanyaan tentang - Edukasi Nutrisi Bayi

45
masalah yang Observasi
dihadapi menurun 1) Identifikasi kemampuan
4) Persepsi yang keliru ibu menyediakan nutrisi
terhadap masalah 2) Sediakan materi dan
menurun. media pendidikan kesehatan
5) Perilaku membaik. 3) Jadwalkan pendidikan
SLKI hal.146 kesehatan sesuai
kesepakatan.
4) Berikan kesempatan ibu
untuk bertanya
Edukasi
1) Jelaskan tanda-tanda awal
rasa lapar ( missal bayi
gelisah, bayi membuka
mulut, menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulurkan lidah,
menghisap tangan).
2) 2) Ajarkan cara memilih
makanan sesuai usia bayi.
3) Ajarkan memberikan ASI
saat sakit.
SIKI hal. 74

46
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny. F

No.- RM :

Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


Jam Keperawatan
29/03/2020 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S : klien mengeluh
16.00 WIB berhubungan karakteristik, frekuensi, nyeri pada
dengan Agen kualitas, intensitas payudara dan
Pencidera nyeri. terasa tegang
Fisiologis 2. Mengidentifikasi skala
(sumbatan aliran nyeri O : Klien tampak
ASI) 3. Memberikan teknik lemah
SDKI hal.172 nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri A : Masalah nyeri
(kompres hangat/dingin, akut teratasi
teknik nafas dalam)
4. Menjelaskan strategi P : Intervensi

47
meredakan nyeri dihentikan

29/03/2020 Resiko Defisit 1. Mengidentifikasi status S : Klien


Nutrisi nutrisi mengatakan kurang
berhubungan 2. Monitor asupan nutrisi nafsu makan,
dengan factor 3. Monitor BB makan 2 x sehari
Psikologis 4. Melakukan oral hygiene dengan porsi
(Stress, sebelum makan sedang
Keengganan 5. Memberikan makanan
untuk makan ) tinggi kalori tinggi O:
SDKI hal.81 protein - klien tampak
6. Melakukan kolaborasi kurus
dengan ahli gizi untuk - Klien tampak
menentukan jumlah dan lemah
jnis makanan yang
dibutuhkan. A : masalah resiko
deficit nutrisi
belum teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

29/03/2020 Anisetas Terapi relaksasi S:


berhubungan 1. Monitor respon - klien mengatakan
dengan terhadap terapi relaksasi masih gamang
Kekawatiran 2. Menciptakan - klien mengatakan
mengalami lingkungan tenang tanpa kawatir
kegagalan. gangguan
SDKI hal.180 3. Menggunakan anda O : klien tampak
suara lembut dengan sedih dengan

48
irama lambat dan kondisinya saat ini
berirama
4. Menjelaskan tujuan A : Ansietas belum
manfaat dan jenis teratasi
relaksasi yang
disediakan P : Intervensi
5. Mendemonstrasikan dan dilanjutkan
latih tenik relaksasi
Dukungan Keyakinan
1. Mengidentifikasi
keyakinan, masalah dan
tujuan perawatan
2. Menjelaskan bahaya
atau resiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative.
3. Menjelaskan alternative
yang berdampak positif
untuk memenuhi
keyakinan dan
perawatan.
4. Memberikan penjelasan
yang relevan yang
mudah dipahami.
29/03/2020 Defisit 1. Mengidentifikasi S:
Pengetahuan kemampuan menerima
berhubungan informasi O : klien tampak
dengan Kurang 2. Menyediakan materi salah dalam teknik
terpapar dan media pendidikn menyusui
informasi kesehatan
SDKI hal.246 3. Menjadwalkan A : Defisit

49
pendidkan kesehatan pengetahuan belum
sesuai kesepakatan teratasi
4. Memberikan
kesempatan ibu untuk P : Intervensi
bertanya dilanjutkan
5. Mengidentifikasi
kemampuan ibu
mnyediakan informasi
6. Menjelaskan tanda –
tanda awal lapar
( missal bayi gelisah,
membuka mulut,
menggeleng- gelengkan
kepala, menjulurkan
lidah, menghisap
tangan)
7. Mengajarkan memilih
makanan sesuai usia
bayi
8. Menganjurkan memberi
ASI saat sakit
- Edukasi perawatan bayi
1. Menganjurkan
menyusui sesuai
kebtuhan bayi
30/03/2020 Resiko Defisit 1. Mengidentifikasi status S : klien
Nutrisi nutrisi mengtakan kurang
berhubungan 2. Monitor asupan nutrisi nafsu makan sering
dengan factor 3. Monitor BB cepat merasa
Psikologis 4. Melakukan oral hygiene kenyang. Makan 2x
(Stress, sebelum makan sehari dengan porsi

50
Keengganan 5. Memberikan makanan sedang
untuk makan ) tinggi kalori tinggi
SDKI hal.81 protein O : Klien ampak
6. Melakukan kolaborasi pucat
dengan ahli gizi untuk BB : 38 Kg
menentukan jumlah dan TB : 150 cm
jnis makanan yang Lingkar Lengan
dibutuhkan. Atas : 21 cm

A : masalah resiko
deficit nutrisi
belum teratasi

P : intervensi
dilanjutkan
30/03/2020 Anisetas - Terapi relaksasi S:
berhubungan 1. Monitor respon - Klien mengatakan
dengan terhadap terapi relaksasi menggendong
Kekawatiran 2. Menciptakan ananknya masih
mengalami lingkungan tenang tanpa gamang
kegagalan. gangguan - klien mengatakan
SDKI hal.180 3. Menggunakan anda merasa kawatir
suara lembut dengan
irama lambat dan O : klien tampak
berirama sedih dengan
4. Menjelaskan tujuan kondisinya saat ini
manfaat dan jenis
relaksasi yang disediakan A : ansietas belum
5. Mendemonstrasikan dan teratasi
latih tenik relaksasi
Dukungan Keyakinan P : Intervensi

51
1. Mengidentifikasi dilanjutkan
keyakinan, masalah dan
tujuan perawatan
2. Menjelaskan bahaya
atau resiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative.
5. Menjelaskan alternative
yang berdampak positif
untuk memenuhi
keyakinan dan
perawatan.
6. Memberikan penjelasan
yang relevan yang
mudah dipahami.
30/03/2020 Defisit 1. Mengidentifikasi S:
Pengetahuan kemampuan menerima -klien mengatakan
berhubungan informasi membedung
dengan Kurang 2. Menyediakan materi bayinya masih
terpapar dan media pendidikn kurang pandai
informasi kesehatan - klien mengatakan
SDKI hal.246 3. Menjadwalkan kurang mengetahui
pendidkan kesehatan tentang masalah
sesuai kesepakatan laktasi
4. Memberikan
kesempatan ibu untuk O : Klien tampak
bertanya salah dalam
5. Mengidentifikasi menyusui
kemampuan ibu
mnyediakan informasi A : Defisit
6. Menjelaskan tanda – pengetahuan belum

52
tanda awal lapar teratasi
( missal bayi gelisah,
membuka mulut, P : Intervensi
menggeleng- gelengkan dilanjutkan
kepala, menjulurkan
lidah, menghisap
tangan)
7. Mengajarkan memilih
makanan sesuai usia
bayi
8. Menganjurkan memberi
ASI saat sakit
- Edukasi perawatan bayi
1. Menganjurkan
menyusui sesuai

DAFTAR PUSTAKA

TIM POKJA DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI

TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI

TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI

53
Cover buku sumber

54
55

Anda mungkin juga menyukai