OLEH:
LATIFA PUTRI AGUSTI
( 183110218 )
2.B
Pembimbing Akademik :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah Lapora
pendahuluan ini dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah
laporan pendahuluan praktek klinik Maternitas dengan judul “Ibu PostPartum dengan
Masalah Laktasi”.
Dalam pembuatan laporan ini, saya mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi kesempatan dan memfasilitasi kepada penulis sehingga laporan ini bisa
selesai dengan lancar. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan pendahuluan (LP) ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan saya sebagai penulis pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam
pembuatan Laporan pendahuluan (LP) ini masih jauh dari sempurna untuk itu saya
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
B. Konsep laktasi............................................................................................7
C. Etiologi.....................................................................................................10
D. Patofisiologi.............................................................................................13
E. WOC........................................................................................................16
F. Penatalaksanaan.......................................................................................18
A. Pengkajian................................................................................................22
B. Kemungkinan Dx ....................................................................................25
C. Perencanaan Keperawatan........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plasenta
keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali
pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan
penting, salah satunya yaitu timbulnya laktasi. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama
enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman. Pemberian
ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai
dengan berusia enam bulan karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan
mengandung zat-zat penting seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian
pada bayi.
Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI)
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Proses pengeluaran ASI ada
beberapa tahapan, tahapan pertama adalah Kolostrum, merupakan Air Susu Ibu yang
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, tahapan kedua air susu
masa peralihan (masa transisi), merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai
hari kesepuluh setelah bayi lahir dan tahapan ketiga ASI Mature, merupakan ASI yang
dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
Kegagalan proses manajemen laktasi dapat disebabkan karena kurang terpaparnya ibu
tentang informasi cara menyusui yang baik. Ketidaktahuan ibu tentang cara perawatan
payudara sehingga menyebabkan puting payudara ibu terbenam, saluran ASI menjadi
tersumbat dan bisa menyebabkan payudara ibu menjadi infeksi atau mastitis payudara.
Kegagalan menyusui akan berdampak terhadap ibu, baik terhadap fisik maupun
psikologis. Dampak fisik seperti puting payudara ibu terasa nyeri, payudara ibu bengkak dan
menyebabkan puting payudara ibu menjadi lecet. Kegagalan menyusui juga berdampak
pada bayi, bayi akan mudah sakit dan daya tahan tubuh bayi menjadi lemah. Menyusui
4
merupakan proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan ASI dari payudara
ibu. ASI merupakan cairan kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung
berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi.
ASI mengandung zat atau komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen yang
termasuk makronutrien meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Komponen yang termasuk
mikronutrien meliputi vitamin dan mineral, hampir 90% tersusun dari air. Volume dan
komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari kebutuhan bayi (Astuti,
2015). Komponen-komponen tersebut sangat bermanfaat bagi bayi, sebagai antibodi,
mempunyai efek psikologis yang menguntungkan dan menyebabkan pertumbuhan yang
baik. Komponen yang ada di ASI jauh lebih menguntungkan dari susu formula.
B. TUJUAN
1. Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
masalah manajemen laktasi.
2. Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan Pada Ibu Post
Partum dengan masalah manajemen laktasi
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada ibu post
partum dengan masalah manajemen laktasi
c. Mampu mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada ibu post partum
dengan masalah manajemen laktasi
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Pada Ibu Post Partum
dengan masalah manajemen laktasi
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep PostPartum
1. Konsep postpartum
Masa nifas atau disebut juga masa postpartum (puerperium) merupakan masa
pemulihan kebali alat reproduksi ke bentuk normal yang memerlukan waktu sekitar 6
minggu.
Post partum adalah masa setelah plasent lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung
selama kira- kira 6 minggu.
Sumber :
6
c. Late pant partum (1 mg 6 mg) Telap melakukan perawalan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling/ pendidikan keschatan Kekuarga
Berencana ( KB.).
B. Konsep Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan.
Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain, kecuali
suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan medis sampai bayi
berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama
kehidupannya (Guyton & Hall, 2008).
Menyusui atau laktasi adalah suatu proses dimana seorang bayi menerima air
susu dari payudara ibu (Sumastri, 2012). Menyusui yang dikategorikan ASI eksklusif
adalah gerakan menghisap dan menelan dari mulut sang bayi langsung ke puting susu
ibu (Sitepoe, 2013). Pada bayi baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12
kali menyusu tiap 24 jam. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7
menit, sedangkan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Astutik,
2014).
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanna bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologi dan psikologik
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang
ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011,p.3)
2. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
dan pengeluaran ASI (oksitosin).
a. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
7
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu
saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan
puting susu
8
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
C. Etiologi
1. Masalah menyusui pada ibu
Ada beberapa masalah menyusui yang sering ditemui pada ibu yaitu:
Tiga hari post partum payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu berhenti
menyusui, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengilatnya
payudara dan ibu mengalami demam.
a) Payudara penuh: rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa
ASI keluar dan tidak demam.
b) Payudara bengkak: payudara terasa sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar.
Badan biasa demam 24 jam
2) Masitis
10
ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh
sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena
kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
7) Ibu sakit
8) Ibu melahirkan dengan bedah sesar
9) Ibu yang bekerja
11
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu, banyak ibu
khawatir terpaksa memberikan bayinya susu formula karena ASI perah tidak
cukup.
3) Bayi BBLR
Bayi kecil, premature atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempunyai masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relative lemah.
Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih
menyusu.
Jika celah hanya terdapat pada bibir atau pallatum mole (langit- langit lunak),
bila dengan posisi tertentu bayi dapat disusukan. Namun, jika celahnya luas
meliputi bibir, gusi dan pallatum durum (langit-langit keras), perlu dibuatkan
protese yang akan menutup celah itu supaya bayi bisa minum tanpa tersedak.
12
6) Bayi kembar
7) Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus untuk
diperoleh mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan,
maka ASI harus terus diberikan. Bahkan pada penyakit-penyakit tertentu justru
harus diperbanyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam, misal pada diare,
pneumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah dapat menghisap, maka ASI
peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nasogastrik .
D. Patofisiologi
Patofisiologi laktasi tidak hanya diperhatikan dari sisi fungsi glandulamammae dal
am memproduksi air susu, glandula mammae pada setiap
fase pertumbuhan meniadakan kapasitas fungsional glandula mammae.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dibagi 3 bagian yaitu :
13
a. Pembentukan kelenjar payudara :
1. Sebelum Pubertas
Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa
fetus. Mendekati Pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari system duktus
terutama di bawah pengaruh hormone estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh
hormone progesterone.Hormon yang juga ikut berperan adalah prolactin yang
dikeluarkan oleh kelnjer anterior adrenalin, tiroid, paratiroi dan hormone
pertubuhan.
2. Masa pubertas pada masa system duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-
unit lobu alveolar yang terletak pada ujung distal duktulus. Jaringan penyangga
stoma mengalai organisasi dan membentuk septum interlobalir.
3. Masa siklus menstruasiPerubahan kelenjar peyudara wanita dewasa berhubung
an siklusmentruasi dan pengaruh pengaruh
hormone yang mengatur siklustersebut seperti estrogen dan
progrsteron yang dihasilkan olehkorpus luteum. Bila kadarhormone tersebut mening
kat maka akanterjadi edema lobulus , secara klinik payudara dirasakan beratmentrua
si kadar estrogen dan progesterone, berkurang. Yang bekerjahanya prolaktin saja.
Oedem berkurang berkurang juga. Hal inimenyebabkan payudarabesar sampai umur
30 tahun.
4. Masa KehamilanPada awal kehamilan terjadi perningkatan yang
jelas dari duktulusyang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang
dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang kurang
berperan adenohipofise adalahhormone ini terjadi pertumbuhanpercabangan-
percabangan dan penuh. Setelah sehingga besar payudara selalu tambah pada
tiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan mentruasi plasenta dan korpusluteum. Hormon yang membantu memperc
epat pertumbuhan plasenta, korionik
gonado tropin, insulin, kortisol hormone tiroid,Parathyroid, dan
hormone pertumbuhan.
5. Pada 3 bulan KehamilanProlaktin dari adenohipofise mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang
disebut kolostrum. Pada masa inikolostrum masih di hambat olehestrogen dan proge
14
sterone. Tetapi jumlah prolaktim meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan
kolustrum yang ditekan.
6. Pada Trimester kedua KehamilanLaktogen plasenta mulai merangsang
pembentukan kolostrum.Keaktifan dari rangsangan hormone terhadap
pengeluaran air susu telah
didemontrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang
melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap
keluar kolostrum adalah Prolaktin, laktogen.
15
E. WOC
Sekresi Sekresi
prolaktin oksitosin
Let down reflek
(mengalirnya asi ke sinus
laktiferus )
Produksi ASI dalam
Kontraksi sel
sel alveolar
myeopitel sekita
alveoli
Laktasi
(sumber Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes Kemenkes Ri Denpasar. Bali)
16
(sumber Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan Kesiapan Peningkatan
Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes Kemenkes Ri Denpasar. Bali)
17
F. Penatalaksanaan
1. Posisi dan Pelekatan Menyusui
Sumber : Koniak-Griffin. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,
Bayi, dan Keluarga, Ed. 18, Vol. 2. Jakarta: EGC
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berharing. Contoh cara menyusui yang
benar sebagai berikut.
a. Cara menyusui yang baik dengan posisi rebahan.
b. Cara menyusui yang haik dengan posisi duduk.
(sumber Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama. Yogyakarta :Cv. Budi Utama.)
18
c. bila puting susu belum menonjol dapan memakai 3- pengeluaran ASI
pompa susu.
3. Fungsi dari Teknik Menyusui yang Benar
Fungsi dari teknik menyusui yang benar adalah sebagai berikut :
a. Puting susu tidak lecet.
b. Perlekatan menyusu pada bayi kuat.
c. Bayi menjadi tenang.
d. Tidak terjadi gumoh.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-
tanda sebagai berikut :
19
di perut Anda, sampai kulicnya dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan
tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.
b. The cross cradle hold
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar
atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu
dengan puting payudara kecil.
c. The football hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda
dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang
bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal
untuk menopang bayi.
d. The cross cradle hold.
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala,
mirip dengan pusisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar
atas kepala bayi, Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu
dengan puting payudara kecil. e. The football hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda
dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang
bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi
caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal
untuk menopang bayi.
f.The lying position.
Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak
kesempatan untuk bersantai dan juga untuk cidur lebih banyak pada malam
hari, Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi
dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda. cara yang duduk
tegak dengan kaki 5-
5. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan ebnar,
maka akan memperlihatkan tanda- tanda sebagai berikut :
20
a. Bayi terlihat kenyang setelah minum ASI
b. Berat badannya bertambah setealh dua minggu pertama
c. Payudara dan puting susu ibu tidak terasa terlalu nyeri.
d. Payudara ibu kosong dan terasa lembek setelah menyusui.
e. Kulit hayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya. Bayi tidak
rewel, tampak tenang.
f. Badan bayi mnempel pada perut ibu.
g. Mulut bayi terbuka lebar.
h. Dagu bayi menempel pada payilara ibu. Sebagian areula masuk ke dalam
mulut bayi, areola bawah lebih bayak yang masuk.
i. Rayi nampak mengisap kuat đengan irama perlahan.
j. Telinga dan lengan bayi teretak pada satu garis lurus.
k. Kepala bayi agak menengadah.
(sumber Wahyuningsih,Sri.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum cetakan pertama. Yogyakarta :Cv. Budi Utama).
21
BAB III
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh ibu post partum, ASI yang
keluar sedikit, lecet pada puting susu ibu postpartum, terjadi mastitis dan payudara
bengkak.
Keluhan yang di rasakan oleh ibu post partum saat dilakukan pengkajian, seperti
gejala atau perubahan fisiologis post partum meliputi involusi dan perubahan
payudara.
3. Faktor Psikososial
a. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor
budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu post partum,
dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh
ibu post partum.
22
b. Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai ibu post partum,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial ibu post partum dengan orang
lain.
5. Pola eliminasi
6) Payudara
23
a) Inspeksi ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, puting, aerola
apakah ada tanda kemerahan dan pecah. Perhatikan adanya
kelainan, dilatasi pembuluh darah, keadaan kulit pada
payudara ibu post partum (Reeder dkk, 2014). Puting susu
lecet, payudara memerah, payudara terbenam.
b) Palpasi konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi, palpasi dilakukan meliputi
seluruah bagian payudara, dilakukan dari parasternal ke arah
garis aksila belakang dan subklaikula ke arah distal (Reader
dkk, 2014).
24
B. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
25
26
C. Perencanaan Keperawatan
27
mengurangi
kongesti payudara dengan
benar
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI Hal.
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 201)
dengan agens pasien menunjukkan nyeri 1) Lakukan pengkajian
cedera biologis berkurang, dibuktikan dengan nyeri secara komprehensif
(pembengkakan indikator: termasuk lokasi,
payudara).(SDKI Kontrol Nyeri: (SLKI.Hal 58) karakteristik, durasi,
172) 1) Mengenali timbulnya nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
2) Menunjukkan faktor presipitasi
penyebab 2) Observasi reaksi non
3) Menggunakan catatan verbal dari
untuk memonitor gejala setiap ketidaknyamanan
waktu 3) Gunakan teknik
4) Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
pengukuran dengan non mengetahui pengalaman
analgetik nyeri pasien
5) Melaporkan perubahan 4) Bantu pasien untuk
nyeri mencari dan menemukan
6) Melaporkan kontrol nyeri dukungan
5) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
3 Diskontinuitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (SIKI
pemberian ASI keperawatan selama 3 x 24 jam, Hal.200)
berhubungan dengan pasien menunjukkan 1) Kaji adanya alergi
ibu bekerja keseimbangan nutrisi, makanan
dibuktikan dengan indikator: 2) Kaji kemampuan pasien
Status Nutrisi untuk mendapatkan nutrisi
(SLKI 3) Monitor jumlah nutrisi
Hal.121) dan kandungan kalori
1) Masukan/ intake nutrisi 4) Anjurkan pasien
dalam rentang normal meningkatkan Fe, protein
2) Masukan makanan dan dan vit C
cairan dalam rentang normal
5) Ajarkan pasien
3) Energi dan rasio berat badan membuat makan harian
dalam rentang normal 6) Beri informasi tentang
4) Nilai laboratorium (mis: kebutuhan nutrisi
hematokrit), bentuk otot, hidrasi
dalam rentang normal
28
1) Masukan makanan melalui
mulut dengan adekuat
2) Masukan makanan melalui
selang tube dengan adekuat
3) Masukan cairan melalui
selang IV normal
4) Masukan nutrisi parenteral
dengan adekuat
4 Ketidakcukupan Setelah dilakukan tindakan Supresi Laktasi
ASI berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1) Fasilitasi proses bantuan
dengan refleks pasien menunjukkan interaktif untuk membantu
menghisap tidak kemampuan pemberian ASI mempertahankan
efektif efektif, dibuktikan dengan keberhasilan proses
indikator: pemberian ASI
Breastfeeding ineffective 2) Sediakan informasi
1) Menyusui secara mandiri tentang laktasi dan teknik
2) Tetap mempertahankan memompa ASI (secara
laktasi manual atau dengan pompa
3) Pertumbuhan dan elektrik), cara
perkembangan bayi dalam batas mengumpulkan dan
normal menyimpan ASI
4) Mengetahui tanda-tanda 3) Tunjukkan dan
penurunan suplai ASI demonstrasikan berbagai
5) Ibu mampu jenis pompa payudara,
mengumpulkan dan tentang biaya, keefektifan,
menyimpan ASI secara aman dajn ketersediaan alat
6) Penyapihan pemberian tersebut
ASI diskontinuitas progresif 4) ajarkan orang tua
pemberian ASI mempersiapkan, menyimpan,
7) Kemampuan penyedia menghangatkan dan
perawatan untuk mencairkan, kemungkinan pemberian
menghangatkan dan menyimpan tambahan susu formula
ASI secara aman 5) Apabila penyapihan
8) Menunjukkan teknik diperlukan, informasikan
dalam memompa ASI ibu mengenai kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang sesuai
1) Gunakan bantuan
interaktif untuk membantu
ibu mempertahankan
29
keberhasilan proses
pemberian ASI
2) Beri dorongan untuk tetap
melanjutkan menyusui
sepulang kerja
30
DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika Reeder, Martin,
Koniak-Griffin. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga,
Ed. 18, Vol. 2. Jakarta: EGC
Bagus, Ida.2013. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rahayu, Anik Puji Agustus 2016. Panduan Praktikum Kperawatan maternitas .Edisi 1 Cet 1
.Yogyakarta : Deepublish
Putri, Ni Ayu Suparmini.2018 Gambaran Asuhan keperawatan pada Ibu Primipara Dengan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan tentang Pemberian ASI.Fakultas keperawatan. Poltekkes
Kemenkes Ri Denpasar. Bali
Rahayu, Dwi.2018. Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi Asi Ibu
PosPartum.Volum 9 nomor 01. Akademi Keperawatan Dharma Husada. Kediri
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPN
31
LAPORAN KASUS
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. F POST PARTUM DENGAN MASALAH
LAKTASI DI PRAKTEK BIDAN MARNI PADANG
Kelas 2 B
Oleh:
Dosen Akademik:
32
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR
NIM : 183110218..............................................................
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
Umur : 27 tahun
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Rimbo Tarok Kampung Melayu RT 01/Rw IX Kel. Kuranji Padang
2. Identitas Suami
Nama :-
Umur :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa :-
Pekerjaan :-
33
Agama :-
Alamat Rumah : Jl. Rimbo Tarok Kampung Melayu RT 01/Rw IX Kel. Kuranji Padang
Ruang Rawat :-
Yang Merujuk :-
4. Riwayat Kesehatan
Klien datang ke Praktik Bidan Marni pada tanggal 28 Maret 2020 yang baru saja
melahirkan dengan masalah laktasi. Klien mengatakan payudaranya nyeri, air susu hanya
sedikit keluar, dan mengalami kesulitan dalam menyusui.
Pada saat pengkajian tanggal 29 maret 2020 pukul 16.00 WIB klien mengatakan
payudaranya terasa nyeri dan tegang dengan skala nyeri 5. Klien mengatakan air susunya
hanya sedikit keluar. Klien mengatakan menyusui bayinya kurang dari 8 kali sehari dan
nafsu makannya kurang.
Klien mengatakan selama masa hamil pernah pingsan karena mual muntah terus menerus
dan mengakibatkan nafsu makan menurun sehingga mengalami sakit magh.
34
Keluarga tidak memiliki riwayat Hipertensi, DM, TBC dan lain-lain.
d. Riwayat Haid
✓ Monarche : -
✓ Siklus :-
✓ Lama :-
✓ Hpht :-
4) BB / PB : 2100 gr
5) Komplikasi Persalinan :
- Ibu : Normal
- Bayi : Normal
35
Klien berencana ikut Kb menggunakan metode suntik.
5. Data Psikologis
- Diinginkan
- Disusui
6. Data Spiritual
Klien berdoa kepada Alah SWT semoga berat badan anaknya cepat normal dan berhrap
anaknya tidak sakit.
8.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
2) Tekanan Darah : -
36
3) Suhu :-
4) Nadi :-
5) Pernapasan :-
6) BB : 38 kg
7) TB : 150 cm
8) LILA : 21 cm
b. Kulit :-
c. Rambut :-
1) Konjungtiva :-
2) Sklera :-
3) Mulut :-
4) Gigi :-
d. Leher :-
e. Payudara
2) Areola Mamae : -
5) Pembengkakkan : -
37
f. Abdomen
I :-
A :-
P :-
i. Eleminasi :-
- BAK : -
- BAB : -
j. Ekstremitas
38
DATA FOKUS
No.- RM :
ANALISA DATA
39
No.- RM :
Do :
-Klien tampak sedikit pucat
Do :
- Klien tampak kurus
Klien tampak sedikit pucat
3 Ds : Kekawatiran Mengalami Ansietas
-Klien mengatakan saat Kegagalan
menggendong masih gamang
- Klien merasa kawatir.
Do :
- Klien tampak sedih dengan
kondisinya saat ini
40
4 Ds : Kurang Terpapar Defisit Pengetahuan
- -klien mengatakan kurang Informasi
mengetahui dengan masalah laktasi
- Do :
- - klien tampak salah dalam
menyusui.
No.- RM :
41
1 Nyeri Akut berhubungan dengan 29/03/2020 30/03/2020
Agen Pencidera Fisiologis
(sumbatan aliran ASI)
SDKI hal.172
2 Resiko Defisit Nutrisi berhubungan 29/03/2020
dengan factor Psikologis (Stress,
Keengganan untuk makan )
SDKI hal.81
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No.- RM :
Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
42
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi - Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi
Agen Pencidera diharapkan nyeri teratasi dengan 1) Identifikasi lokasi,
Fisiologis (sumbatan kriteria hasil : karakteristik,durasi,
aliran ASI) - Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
SDKI hal.172 1) Keluhan nyeri intensitas nyeri.
menurun 2) Identifikasi skala nyeri
2) Nafsu makan 3) Identifikasi pengetahuan
membaik dan keyakinan tentang
3) Frekuensi nadi nyeri
membaik Teraupeutik
4) TD membaik 1) Berikan teknik
5) Pernapasan membaik\ nonfarnakologis untuk
SLKI hal.145 mengurangi rasa nyeri
( missal, kompres hangat,
atau dingin)
Edukasi
1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
SLKI hal. 201
2 Resiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi - Manajemen nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
factor Psikologis diharapkan resiko deficit nutrisi 1) Identifikasi status nutrisi
(Stress, Keengganan teratasi dengan kriteria hasil : 2) Monitor asupan makanan
untuk makan ) - Status nutrisi : membaik 3) Monitor BB
SDKI hal.81 1) Porsi makanan yang 4) Lakukan oral hygiene
dihabiskan meningkat sebelum makan
2) Perasaan cepat 5) Beri makanan tinggi
kenyang menurun kalori tinggi protein
3) Indeks masa tubuh 6) Kolaborasi dengan ahli
(IMT) membaik gizi untuk menentukan
43
4) Frekuensi makan jumlah dan jenis nutrient
membaik yang dibutuhkan.
5) Nafsu makan SIKI hal. 200
membaik
SLKI hal. 121
3 Anisetas Setelah dilakukan intervensi - Terapi relaksasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
Kekawatiran ansietas teratasi dengan kriteria 1) Monitor respon terhadap
mengalami hasil : terapi relaksasi
kegagalan. - Tingkat Ansietas : Terapeutik
SDKI hal.180 menurun 1) Ciptakan lingkungan
1) Verbalisasi akibat tentang tanpa gangguan
kondisi yang dihadapi dengan pencahayaan dan
menurun suhu ruang yang nyaman.
2) Perilaku gelisah 2) Gunakan nada suara
menurun yang lembut dengan irama
3) Perilaku tegang lambat dan berirama.
menurun Edukasi
SLKI hal. 128 1) Jelaskan tujuan, manfaat,
dan jenis relaksasi yang
tersedia (meditasi)
2) Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi.
SIKI hal. 436
- Dukungan Keyakinan
Observasi
1) Identifikasi keyakinan,
masalah, dan tujuan
perawatan
Terapeutik
1) Berikan harapan yang
44
realitas sesuai prognosis
2) Fasilitasi memberikan
makna terhadap kondisi
kesehatan.
Edukasi
1) Jelaskan bahaya, atau
resiko yang terjadi akibat
keyakinan negative.
2) Jelaskan alternative yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan dan
perawatan.
3) Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami.
SIKI hal. 27
45
masalah yang Observasi
dihadapi menurun 1) Identifikasi kemampuan
4) Persepsi yang keliru ibu menyediakan nutrisi
terhadap masalah 2) Sediakan materi dan
menurun. media pendidikan kesehatan
5) Perilaku membaik. 3) Jadwalkan pendidikan
SLKI hal.146 kesehatan sesuai
kesepakatan.
4) Berikan kesempatan ibu
untuk bertanya
Edukasi
1) Jelaskan tanda-tanda awal
rasa lapar ( missal bayi
gelisah, bayi membuka
mulut, menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulurkan lidah,
menghisap tangan).
2) 2) Ajarkan cara memilih
makanan sesuai usia bayi.
3) Ajarkan memberikan ASI
saat sakit.
SIKI hal. 74
46
CATATAN PERKEMBANGAN
No.- RM :
47
meredakan nyeri dihentikan
P : Intervensi
dilanjutkan
48
irama lambat dan kondisinya saat ini
berirama
4. Menjelaskan tujuan A : Ansietas belum
manfaat dan jenis teratasi
relaksasi yang
disediakan P : Intervensi
5. Mendemonstrasikan dan dilanjutkan
latih tenik relaksasi
Dukungan Keyakinan
1. Mengidentifikasi
keyakinan, masalah dan
tujuan perawatan
2. Menjelaskan bahaya
atau resiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative.
3. Menjelaskan alternative
yang berdampak positif
untuk memenuhi
keyakinan dan
perawatan.
4. Memberikan penjelasan
yang relevan yang
mudah dipahami.
29/03/2020 Defisit 1. Mengidentifikasi S:
Pengetahuan kemampuan menerima
berhubungan informasi O : klien tampak
dengan Kurang 2. Menyediakan materi salah dalam teknik
terpapar dan media pendidikn menyusui
informasi kesehatan
SDKI hal.246 3. Menjadwalkan A : Defisit
49
pendidkan kesehatan pengetahuan belum
sesuai kesepakatan teratasi
4. Memberikan
kesempatan ibu untuk P : Intervensi
bertanya dilanjutkan
5. Mengidentifikasi
kemampuan ibu
mnyediakan informasi
6. Menjelaskan tanda –
tanda awal lapar
( missal bayi gelisah,
membuka mulut,
menggeleng- gelengkan
kepala, menjulurkan
lidah, menghisap
tangan)
7. Mengajarkan memilih
makanan sesuai usia
bayi
8. Menganjurkan memberi
ASI saat sakit
- Edukasi perawatan bayi
1. Menganjurkan
menyusui sesuai
kebtuhan bayi
30/03/2020 Resiko Defisit 1. Mengidentifikasi status S : klien
Nutrisi nutrisi mengtakan kurang
berhubungan 2. Monitor asupan nutrisi nafsu makan sering
dengan factor 3. Monitor BB cepat merasa
Psikologis 4. Melakukan oral hygiene kenyang. Makan 2x
(Stress, sebelum makan sehari dengan porsi
50
Keengganan 5. Memberikan makanan sedang
untuk makan ) tinggi kalori tinggi
SDKI hal.81 protein O : Klien ampak
6. Melakukan kolaborasi pucat
dengan ahli gizi untuk BB : 38 Kg
menentukan jumlah dan TB : 150 cm
jnis makanan yang Lingkar Lengan
dibutuhkan. Atas : 21 cm
A : masalah resiko
deficit nutrisi
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
30/03/2020 Anisetas - Terapi relaksasi S:
berhubungan 1. Monitor respon - Klien mengatakan
dengan terhadap terapi relaksasi menggendong
Kekawatiran 2. Menciptakan ananknya masih
mengalami lingkungan tenang tanpa gamang
kegagalan. gangguan - klien mengatakan
SDKI hal.180 3. Menggunakan anda merasa kawatir
suara lembut dengan
irama lambat dan O : klien tampak
berirama sedih dengan
4. Menjelaskan tujuan kondisinya saat ini
manfaat dan jenis
relaksasi yang disediakan A : ansietas belum
5. Mendemonstrasikan dan teratasi
latih tenik relaksasi
Dukungan Keyakinan P : Intervensi
51
1. Mengidentifikasi dilanjutkan
keyakinan, masalah dan
tujuan perawatan
2. Menjelaskan bahaya
atau resiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative.
5. Menjelaskan alternative
yang berdampak positif
untuk memenuhi
keyakinan dan
perawatan.
6. Memberikan penjelasan
yang relevan yang
mudah dipahami.
30/03/2020 Defisit 1. Mengidentifikasi S:
Pengetahuan kemampuan menerima -klien mengatakan
berhubungan informasi membedung
dengan Kurang 2. Menyediakan materi bayinya masih
terpapar dan media pendidikn kurang pandai
informasi kesehatan - klien mengatakan
SDKI hal.246 3. Menjadwalkan kurang mengetahui
pendidkan kesehatan tentang masalah
sesuai kesepakatan laktasi
4. Memberikan
kesempatan ibu untuk O : Klien tampak
bertanya salah dalam
5. Mengidentifikasi menyusui
kemampuan ibu
mnyediakan informasi A : Defisit
6. Menjelaskan tanda – pengetahuan belum
52
tanda awal lapar teratasi
( missal bayi gelisah,
membuka mulut, P : Intervensi
menggeleng- gelengkan dilanjutkan
kepala, menjulurkan
lidah, menghisap
tangan)
7. Mengajarkan memilih
makanan sesuai usia
bayi
8. Menganjurkan memberi
ASI saat sakit
- Edukasi perawatan bayi
1. Menganjurkan
menyusui sesuai
DAFTAR PUSTAKA
TIM POKJA DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI
TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI
TIM POKJA DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI
53
Cover buku sumber
54
55