Kelompok 1
1. Anisha rahimi( 183110202)
2. Fadia sukma Jaas ( 183110212)
3. Latifa Putri Agusti (183110218)
4. Namira Fitria (183110224)
5. Ramadhani Riska Sucianti (183110229)
6. Savikri Jurali ( 183110232)
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
Berdasarkan
luas
• .
1. Echimosis (Memar)
2. Spasme otot
3. Nyeri terus menerus
4. Deformitas
5. Pemendekan tulang
6. Krepitasi
7. Kurang/hilang sensasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal
D. Komplikasi Fraktur
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari
terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya.
cara nya hati – hati dalam aktivitas
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurang akibat-akibat
yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan
pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita.
Mengangkat penderita dengan posisi yang benar. Pemeriksaan
klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang
yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur
yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
memberikan tindakan pemulihan yang
tepat untuk menghindari atau mengurangi
kecacatan. tindakan operatif dan
rehabilitasi.
f. Pengobatan Fraktur
1. Pertolongan Pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan
jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi
2. Penilaian Klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah
luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada
trauma alat-alat
3. Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multibel tiba di RS dengan syok, sehingga
diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa
pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.
Prinsip Umum Pengobatan Fraktur :
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi dan
gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan yang
berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola istirahat terganggu atau berubah
seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga aktivitas pasien
harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan pasien masih dapat
melakukannya sendiri, (Doenges, 2000)
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun harus ada
bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat juga
terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada pasien yang masih
dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak
mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien
dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah
nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri
tekan pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
Nyeri berhubungan dengan fraktur Setelah dilakukan intervensi Dukungan nyeri akut :
keperawatan selama 3x 24 jam,
diharapkan tingakt nyeri menurun Pemberian analgesic
dan control nyeri meningkat dengan
kriteria hasil : Observasi
a) tidak mengeluh nyeri a. identifikasi karakteristik nyeri
b) tidak meringis b. identifikasi riwayat alergi obat
c) tidak bersikap protektif c. indentifikasi kesuaian jenis
d) tidak gelisah analgesic
e) kesulitan TiDur menurun d. monitor tanda –tanda vital
f) frekuensi nadi membaik sebeLum dan sesudah pembrian
g) melaporkan nyeri terkontrol analgesic
h) kemampuan mengenai onset e. monitor efektifitas analgesic
nyeri meningkat
i) kemampuan mngenali penyebab Terapeutik
nyeri meningkat f. diskusikan Jenis analgesic untuk
j) kemampuan menggunakan mengoptimalkan respons pasien
teknik non g. dokumentasikan respons
k) farmakologis meningkat. terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak di inginkan.
Edukasi
h. jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
i. kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesic sesuai dengan
indikasi.
Diagnosa Keperawatan Tujuan SLKI Perencanaan Keperawatan
SIKI