Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 2

Terapi Somatic

Terapi somatik merupakan terapi yang


diberikan apda klien dengan tujuan
merubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dalam melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
Jenis – jenis Terapi Somatik
1. Pengikatan
Terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien. Tujuannya melindungi
klien dan orang lain dari cidera fisik,
khususnya bila terapi
Tindakan keperawatan :
a. Hargai hak azasi klien, lakukan :
1) Identifikasi kejadian pencetus
2) Observasi
3) Buat rencana tindakan sesuai standar dan document

b. Lindungi klien dari cidera fisik akibat pengikatan


c. Sediakan lingkungan yang aman
d. Jaga integritas biologis klien, dengan :
1) Cek tanda vital secara rutin
2) Mandikan & jaga kulit ttp bersih & kering
3) Penuhi kebutuhan toileting
4) Atur suhu ruangan tetap nyaman
5) Beri posisi anatomis
6) Periksa daerah ikatan
7) Ganti posisi klien minimal tiap 2 jam

e. Jaga harga diri klien, dengan :


1) Pertahankan privacy klien
2) Jangan memberi penjelasan yang bersifat merendahkan
3) Tetap mempertahankan komunikasi verbal
4) Staf yang merawat harus konsisten
5) Staf yang menangani berjenis kelamin sama
6) Lepaskan ikatan sesuai indikasi.
2. Isolasi
Bentuk terapi ini dengan menempatkan
klien sendiri di ruang tersendiri. Di indikasikan
pada klien yang tidak mampu
mengendalikan perilakunya dan tidak bisa
dikendalikan dengan cara lain.
a. Prosedur Isolasi :
1) Tunjuk seorang pemimpin
2) Perlihatkan kepada klien kekuatan yang ada
3) Buat rancangan yang tepat, siapkan lingkungan
ruangan
4) Komunikasikan antar perawat
5) Tangkap klien tanpa menyakiti
6) Kendalikan perilaku agresif klien
7) Pindahkan klien ke ruang isolasi
8) Ganti pakaian dengan yang aman dan nyaman
9) Pindahkan benda-benda yang membahayakan klien
10) Buat rencana askep lanjutan
11) Tetap pertahankan kontak dgn klien
3. ECT ( Elektro Confulsive Therapy )
Bentuk terapi ini dengan menimbulkan
kejang grand mall, dimana mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yg ditempelkan
pd pelipis klien. Awalnya ditujkan untuk klien
skizopreni, tetapi lebih cocok untuk
gangguan afektif. Kontra indikasi : Tumor
intra kranial, Kehamilan, Osteoporosis, Infarc
miokard dan Asthma bronchiale.
1) Pelaksanaan :
a) Baringkan klien
b) Siapkan alat
c) Pasang bantalan gigi
d) Sementara ECT dilakukan, tahan persendian dgn
supel
e) Setelah selesai, berikan bantuan nafas

3) Setelah ECT :
a) Observasi TTV sampai stabil
b) Jaga keamanan klien
c) Bila sudah sadar, orientasikan klien
4. Fototerapi
Foto terapi atau terapi cahaya merupak terapi pemaparan cahaya terapeutik buatan kepada
pasien yang kekuatannya 5-20 kali lebih terang dari pencahayaan dalam ruangan. Terapi ini
berlangsung cepat dan dapat efektif. Pasien merasakan sembuh setelah 3-5 hari terapi dan
kambuh bila terapi dihentikan.

5. Terapi deprivasi tidur


Sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah dilakukan satu malam deprivasi tidur total
namun pasien dapat depresi kembali ketika mereka hanya tidur selama kurang dari 2 jam pada
malam hari.

6. Stimulasi magnetik transkranial


Stimulasi magnetik transkranial (SMT) adalah prosedur noninvasif memasukkan bidang magnetik
yang berubah ke dalam otak untuk mempengaruhi aktifitas otak.

7. Stimulasi saraf vagus


Stimulasi saraf vagus (SSV) mencakup penanaman suatu generator kecil (seukuran jarum jam) ke
dada pasien melalui pembedahan. SSV hanya boleh digunakan secara klinis pada terapi
epilepsi. Penggunaan SSV yang paling meyakinkan dalam psikiatri adalah pada terapi
gangguan afektif terutama depresi.
Terapi Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat
yang bekerja pada susunan syaraf pusat.
Efek utamanya pada aktivitas mental dan
perilaku, yang biasanya digunakan untuk
pengobatan gangguan kejiwaan.
Berdasarkan efek klinik, oat psikofarmaka dibagi menjadi golongan
antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik (mood
stabilizer).
1. Antipsikotik
a. Deribat dibenzoxasepin
Contoh: Loksapin
b. Derivat difenilbutilpiperidin
Contoh Pimozide (Orap)
c .Derivat benzamide
Contoh: Sulpirid (dogmatil)
d. Derivat benzisoxazole
Contoh: Risperidon (Risperdal)
e. Derivat dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Contoh: Clozapin (Leponex)
2. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya
bekerja meningkatkan neurotransmitter norepinefrin dan serotonin.
Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
a. Golongan trisiklik
Contoh: Imipramin (Tofranil), Amitriptilin (Laroxyl), Clomipramin
(Anafranil)
b. Golongan tetrasiklik
Contoh: Maprotilin (Ludiomil)
c. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Contoh: Rima/Moclobemide (Auroric)
d. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Contoh: Setralin (Zoloft), Paroxetine (Seroxal), Fluoxetine (Prozax)
3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan
yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif.
Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi
menimbulkan toleransi/ketergantungan terutama pada golongan
Benzodiazepin. Klasifikasinya adalah sebagai berikut.
a. Derivat benzodiazepin
Contoh: Klordiazopoksid (Librium), Diazepam (Valium), Bromazepam
(Lexotan), Lorazepam (Aktivan), Clobazam (Frisium), Alprazolam
(Xanax), Buspiron (Buspar)
b. Derivat gliserol
Contoh: Meprobamat (Deparon)
c. Derivat barbitrat
Contoh: Fenobarbital (Luminal)
4. Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat
untuk kasus gangguan afektif bipolar terutama
episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya. Obat yang
termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut.
a. Golongan garam lithium (Teralith, Priadel)
b. Karbamazepin (Tegretol, Temporol)
c. Asam Valproat
Peran Perawat Dalam
Pemberian Psikofarmaka
Peran perawat dalam penatalaksanaan obat di
rumah sakit jiwa adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan.
2. Mengoordinasikan obat dengan terapi
modalitas.
3. Pendidikan kesehatan.
4. Memonitor efek samping obat.
5. Melaksanakan prinsip-prinsip pengobatan
psikofarmakologi.
6. Melaksanakan program pengobatan
berkelanjutan.
7. Menyesuaikan dengan terapi nonfarmakologi.
Metode pendekatan khusus dalam pemberian
obat untuk pasien curiga, risiko bunuh diri, dan
ketergantungan obat adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan khusus pada pasien curiga.
2. Pendekatan khusus pada pasien dengan
risiko bunuh diri.
3. Pendekatan khusus pada pasien yang
mengalami ketergantungan obat.

Anda mungkin juga menyukai