Anda di halaman 1dari 44

i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka perineum sering terjadi pada wanita pasca melahirkan atau persalinan.
Persalinan bagi para perempuan adalah salah satu tahap kehidupan menjadi
seorang ibu bagi keluarganya dengan melewati cara yang berbeda-beda seperti
persalinan normal, persalinan memakai alat dan persalinan operatif. Setiap ibu
yang menjalankan persalinan, selanjutnya akan mengalami masa postpartum.
Seorang perawat perlu memperhatikan kondisi terhadap ibu post partum yakni
Hemoragic post partum (HPP) dan adanya luka perineum. Luka perineum
merupakan robekan spontan maupun adanya tindakan episiotomi. Luka
perineum dapat menyebabkan ketidaknyamanan ibu karena rasa sakit yang
ditimbulkan luka tersebut, berisiko terjadi infeksi, bahkan sepsis yang dapat
mengancam kematian ibu. Hal ini sering dialami oleh ibu primigravida
dibandingkan dengan multigravida, dikarenakan elastisitas perineum yang
masih rapat. Proses Pengeluaran janin yang dilalui ibu primigravida belum
pernah dilalui oleh janin mengakibatkan vagina mengalami peregangan yang
tidak terkendali pada proses persalinan yang mengakibatkan luka perineum
(Choirunissa R, 2019).

Menurut data World Health Organization, WHO (2018) mencatat terdapat AKI
sebanyak 126 jiwa. Selain itu, prevalensi di Indonesia menurut RISKESDAS
(2018) pelayanan perasalinan normal di fasilitas kesehatan di Indonesia
sebanyak 79,3% dan prevalensi di Indonesia tertinggi mencapai 85% ibu partus
spontan. Ibu yang mengalami luka perineum karena tindakan episiotomi
mencapai 33% sedangkan yang mengalami luka perineum secara spontan
mencapai 52%.

Menurut data Profil Kesehatan Dki Jakarta (2018) AKI mencapai 98 jiwa dan
jumlah terbesar kematian post partum mencapai 53 jiwa per 100.000 kelahiran.
Salah satu yang menyebabkan kematian ibu yakni perdarahan post partum

1
2

mencapai 39 jiwa dan penyebab lain yakni luka perineum yang mengalami
infeksi atau sepsis mencapai 8 jiwa. AKI di DKI Jakarta pada tahun 2020
sebanyak 4.267 per 100.000 kematian di Indonesia. Pengurangan AKI belum
melampui sasaran Sustainable Development Goals (SDG’s) yang menargetkan
sebanyak 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2021).

Melihat tingginya data – data tersebut, perlu upaya perawatan pada ibu post
partum yang mengalami luka perineum berguna untuk menjaga kebersihan,
untuk menghindari infeksi dan memacu pemulihan. Proses lambatnya
penyembuhan luka perineum dapat dikarenakan perawatan yang kurang bersih
sehingga terdapat 2 cara untuk perawatan perineum yakni dengan cara
farmakologis menggunakan antiseptik dan non farmakologis yaitu dengan cara
memakai teknik tradisional. Teknik trasidisional dapat dilakukan dengan
rebusan daun sirih merah untuk cebok supaya darah yang keluar pada luka
perineum tidak bau amis. Sirih merah mengandung minyak atsiri bersifat
sebagai antiseptik dan antibakteri yang bagus dipakai oleh ibu untuk luka
perineum (Megawati, 2021).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dijalankan oleh Rostika, dkk (2020)
yang berjudul pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah terhadap waktu
penyembuhan luka perineum di klinik aster kabupaten karawang jawa barat
rebusan sirih merah diberikan oleh ibu post partum dengan luka perineum pada
pagi, siang dan sore hari. Rata-rata cepat pemulihan luka pada perineum
setelah diberikan rebusan daun sirih merah yaitu 5 hari, terdapat pengaruh
pemberian rebusan daun sirih merah akan waktu penyembuhan luka perineum
oleh ibu postpartum (pvalue=0,000).

Berdasarkan uraian fenomena di atas tentang masalah bagi ibu postpartum


yang menderita luka pada perineum dengan menggunakan rebusan daun sirih
merah. Peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh rebusan daun sirih merah
terhadap waktu penyembuhan luka perineum pada ibu post partum dengan
metode literature review

2
3

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Adakah Pengaruh rebusan daun
sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka perineum pada ibu
postpartum?” Penelitian ini dilakukan dengan metode literature review dengan
menelaah 7 penelitian terkait yang dilakukan di Indonesia maupun di luar
negeri. Penelitian ini dilakukan sejak Desember 2021.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Didapatkan pengaruh rebusan daun sirih merah terhadap waktu
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum dari penelitian-penelitian
sebelumnya.

2. Tujuan khusus
a. Didapatkan identifikasi bagaimana hasil penelitian sebelumnya terkait
dengan jurnal pengaruh rebusan daun sirih merah terhadap waktu
penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum.
b. Didapatkan analisa persamaan dan perbedaan pengaruh rebusan daun
sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka perineum pada ibu
postpartum dari hasil jurnal yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan pengetahuan
mengenai rebusan daun sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Sebagai salah satu pedoman dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melakukan rebusan daun sirih merah terhadap proses
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.
b. Bagi peneliti

3
4

Sebagai penambahan ilmu atau wawasan mengenai penelitian dan


pengembangan dalam konsep terapi non farmakologi dengan melakukan
rebusan daun sirih merah sebagai salah satu upaya penyembuhan luka
perineum ibu post partum.
c. Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan, dapat sebagai acuan
ataupun referensi dalam pembelajaran tentang pentingnya rebusan daun
sirih merah.

4
5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Post Partum


1. Pengertian
Menurut Sutanto (2018). Masa nifas atau postpartum merupakan suatu masa
sejak awali setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika kandungan
kembali seperti semula sama dengan ketika sebelum hamil. Lamanya masa
postpartum sekitar 6 minggu atau 40 hari. Sedangkan menurut Fitriani
(2021). Post partum merupakan masa sesudah melahirkan sampai pemulihan
rahim dan organ kewanitaan dan bersamaan dengan pendarahan nifas,
lamanya periode post partum yakni 6-8 minggu. Selanjutnya mengakibatkan
perubahan tubuh dan psikologis.

2. Tahapan masa nifas


Menurut penelitian Fitriani (2021). penyesuaian psikologi ibu dalam masa
post partum terdiri dari 3 tahapan yakni:
a. Fase taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
1) Untuk mengembalikan kondisi normal yakni membutuhkan
ketenangan dalam tidur
2) Para ibu khawatiran mengalami perubahan pada bagian tubuhnya
3) Ibu akan mengulangi pengalaman pada waktu melahirkan
b. Fase taking on/taking hold (hari ke-2-4 setelah melahirkan)
1) Ibu berfokus untuk melihat kondisi fungsi tubuh bayi, BAB, BAK dan
pertahanan imun tubuh bayi
2) Ibu belajar supaya dapat merawat bayinya seperti cara memandikan,
mengganti popok, menggendong, dan menyusui
3) Ibu akan mengalami stress postpartum karena merasa tidak bisa untuk
merawat bayinya
c. Fase letting go (hari ke-10 sampai selesai masa postpartum)

5
6

1) Terjadi setelah pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta


perhatian suami serta keluarga
2) Ibu bertanggung jawab untuk merawat bayi sehingga akan
mengurangi hak ibu dalam interaksi sosial
3) Depresi postpartum rentan terjadi pada masa ini

3. Kondisi postpartum
a. Menurut Wahyuningsih (2019) rasa kram di bagian bawah perut setelah
bayi lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya. Uterus perlahan mengecil sampai keadaan sebelum hamil.
Table 2.1 Perubahan Uterus
Waktu TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat sympsis 500 gr

2 minggu Tidak teraba di atas sympisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr


8 minggu Normal 30 gr

b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lokhea)


Menurut Sutanto (2018). Lokhea yaitu cairan/ secret dari kavum uteri
dan vagina selama masa post partum. Pengeluaran lokhea dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, sebagai berikut:
1) Lokhea Rubra : selama 1 sampai 3 hari berwarna merah kehitaman
memiliki ciri-ciri berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, lemak
bayi, rambut, sisa meconium dan sisa darah.
2) Lokhea Sangilnoenta : selama 4 sampai 7 hari berwarna merah
kecoklatan dan sisa darah bercampur berlendir.
3) Lokhea Serosa : selama 7 sampai 14 hari berwarna kuning kecoklatan
memiliki ciri-ciri darah lebih sedikit, mengandung serum, dan terdiri
leukosit dan robekan plasenta. Berlanjut dapat menyebabkan
endometritis, yang disertai nyeri tekan pada abdomen dan demam.

6
7

4) Lokhea Alba : berlangsung 14 hari berwarna putih terdiri atas leukosit


dan sel desidua dan sel epitel, selaput lender serviks, dan selaput
jaringan mati.
c. Payudara membesar karena terjadi pembentukan ASI
Ibu pada awal persalinan masih dalam tahap belajar menyusui dengan
benar sehingga mengeluh putingnya terasa perih saat pertama menyusui.
Payudara akan terasa nyeri dan mengeras jika tidak dihisap oleh bayi.
Dan di fase tersebut bidan akan memberi dorongan terhadap ibu bersalin
untuk belajar menyusui bayinya dengan benar.
d. Kesulitan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB)
Pada 1-2 hari ibu post partum merasakan panas, nyeri, dan sulit ketika
hendak buang air kecil. Disebabkan oleh pembengkakan dan trauma
kandung kemih pada perineum dan karena faktor psikologis membuat ibu
potpartum khawatir robekan luka perineum bertambah besar.
e. Gangguan otot
Terjadi pada area bokong, panggul, perut, dada, dan betis. Dapat memicu
lamanya proses persalinan. Setelah bersalin ibu diharuskan istirahat
dengan cukup agar segera pulih dan dapat segera menyusui bayinya.
f. Perlukaan jalan lahir (Lecet atau jahitan)
Melalui persalinan normal akan menyebabkan robekan perineum setelah
keluarnya bayi dan akan menimbulkan rasa nyeri di daerah luka
perineum tersebut. Jika dilakukan penjahitan dan episiotomi akan
menyebabkan luka bertambah nyeri. Selanjutnya pada persalinan caesar
terdapat luka bekas sayatan di perut akan menimbulkan rasa nyeri
sehingga ibu takut untuk menggerakan tubuh.

B. Konsep Luka Perineum


1. Pengertian
Perineum terletak di pertengahan pada kedua bagian paha yang dibatasi oleh
anus dan vulva. (Zubaidah, dkk, 2021). Robekan perineum merupakan
cedera obstetric dan bermacam–macam tingkat keparahannya. Robekan
perineum merupakan robekan pada kulit dan struktur jaringan lunak yang

7
8

terjadi saat persalinan spontan pada perempuan yang memisahkan vagina


dari anus (Kurniawati, dkk 2022).

2. Etiologi
Jenis luka perineum disebabkan oleh 2 macam, yaitu:
a. Spontan
Terjadi karena robekan perineum yang tidak disenggaja disebabkan oleh
tekanan kepala dan tubuh bayi yang terlalu besar pada proses persalinan
(Pakpahan, 2021).
b. Episiotomi
Episiotomi merupakan tindakan bedah karena besarnya ukuran janin dan
kelahiran yang sangat cepat (Kurniawati, dkk 2022).

3. Klasifikasi
Menurut Rosdahl (2017) menjelaskan tentang klarifikasi derajat luka
perineum berdasarkan luasnya robekan yakni :
a. Derajat pertama: Robekan pada badan perineum dan membrane mukosa
vagina
b. Derajat kedua: Robekan pada badan perineum, membrane mukosa vagina,
dan otot pada perineum
c. Derajat ketiga: Robekan pada badan perineum, membrane mukosa pada
vagina, dan otot perineum sfingter anus eksterna
d. Derajat keempat: Robekan meluas pada semua badan perineum, stingfer
ani, hingga menyeluruh sampai saluran anus/ mukosa rectum.

8
9

Gambar 1 Derajat Luka Perineum


Diambil dari: https://images.app.goo.gl/orXL4k5jm9sBhYsMA

4. Proses penyembuhan luka


Menurut Smeltzer (2018), lama penyembuhan luka perineum terdiri dari
sebagai berikut:
a. Cepat: yakni luka perineum sembuh dalam waktu 1-6 hari, penutupan
luka baik, jaringan granulasi tidak tampak.
b. Normal: yakni luka perineum sembuh dalam waktu 7-14 hari,
penutupan luka baik, jaringan granulasi tidak tampak, pembentukan
jaringan parut minimal, akan tetapi waktu lebih lama.
c. Lama: yakni luka perineum sembuh dalam waktu ≥ 14 hari, tepi luka
tidak saling merapat, proses perbaikan kurang, kadang disertai adanya
pus dan waktu penyembuhan lebih lama.

5. Patofisiologi
Menurut Intiyaswati (2020) yang mempengaruhi lamanya penyembuhan
luka yaitu karena faktor – faktor antara lain budaya, personal hygine,
ekonomi dan pengetahuan. Dan adapun tanda gejala infeksi luka perineum
disebabkan oleh robekan jalan lahir, dapat menyebabkan nyeri, demam,
keputihan dan lokhea yang menimbulkan bau busuk yakni merupakan
tanda-tanda terjadinya peradangan pada dinding lahir atau endometriotis.

9
10

Luka perineum diawali dengan terjadinya robekan pada badan perineum,


terpenting pada saat proses melahirkan yang dapat terjadinya perobekan
pada dinding vagina yang bisa meluas sampai bagian anus. Kondisi seperti
kepala dan tubuh bayi yang cukup besar/primiparitas dapat menimbulkan
terjadinya robekan perineum karena pada jalan lahir dan badan per ineum
tidak pernah mengalami peregangan oleh persalinan sebelumnya. Dan oleh
karena itu menyebabkan kelenturan pada perineum karena ukuran bayi yang
terlalu besar masih belum cukup menahan tekanan dorongan ibu, sehingga
dapat terjadi robekan perineum dan perdarahan (Chandra, 2019).

Komplikasi pada masa post partum meliputi terjadinya perdarahan, nyeri,


memar merupakan perdarahan ke dalam jaringan subkutan di area perineum.
Ibu akan mengalami nyeri hebat setelah kandung kemih terinfeksi
disebabkan Streptococcus dan staphylococcus yakni bakteri penyebab
infeksi postpartum (Rosdahl, 2017). Proses yang dapat menyembukan luka
terdiri atas fase inflamasi (berlansung 1 - 4 hari). Fase ploliferatif atau
regenerasi yakni penyatuan lapisan kulit (berlangsung selama 5-20 hari).
Fase maturasi atau remodeling (berlangsung selama 21 hari hingga sebulan
bahkan tahunan) (Zubaedah, dkk 2021).

6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Pencegahan resiko infeksi dengan melakukan perawatan luka perineum
bisa dengan menggunakan pengobatan antiseptik. Namun, pengobatan
antiseptic untuk perawatan luka perineum penting untuk dihindari pada
ibu dengan kondisi hipersensitif terhadap antiseptik terutama pada ibu
hamil dan menyusui karena berisiko menyebabkan iritasi atau gatal
(Rostika 2020).
b. Non farmakologi
Masyarakat menggunakan pengobatan alternatif sebagai pembersih organ
kewanitaan yang dapat menjauhkan dari bakteri yang dapat beresiko

10
11

menimbulkan infeksi dengan salah satunya pengobatan menggunakan


daun sirih merah untuk tetap terjaga kebersihannya. (Hendarto, 2019).

7. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pengkajian:
Dilakukan dengan menempatkan ibu pada posisi senyaman mungkin dan
tetap menjaga privasi dengan inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA”
(Rednes yakni kemerahan, Echymosis yakni perdarahan bawah kulit,
Edema yakni bengkak, Discharge yakni bercak perdarahan ialah
perubahan yang terjadi pada lochea. Approximation yakni pertautan
jaringan luka. Skor mulai dengan angka 0-3 yang ditentukan oleh tenaga
medis. Jika skor semakin tinggi yang didapat maka tingkat robekan pada
jaringan tinggi.

Gambar 2 Skala Reeda


Diambil dari: https://images.app.goo.gl/qemVC7mKSBtiFr7t7
Keterangan nilai:
1) Nilai 0 = Penyembuhan luka baik
2) Nilai 1 – 5 = Penyembuhan luka kurang baik
3) Nilai > 5 = Penyembuhan luka buruk
b. Diagnosa:

11
12

Berdasarkan asuhan keperawatan Indonesia yang penulis angkat dari


SDKI (2018) yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasi. (0142) hal 304
c. Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
infeksi tidak terjadi. (L.14137) hal 139
Kriteria hasil: Demam, kemerahan, nyeri, bengkak, cairan berbau busuk
menurun SLKI (2018)
d. Intervensi: SIKI (2018)
Perawatan perineum (I.07226) hal 337
1) Observasi: inpeksi insisi atau robekan perineum
2) Terapeutik: memfasilitasi dalam membersihkan perineum;
mempertahankan perineum tetap kering; memberikan posisi nyaman;
membersihkan bagian perineum dengan teratur.
3) Edukasi: memberikan arahan terhadap pasien dan keluarga
mengobservasi tanda abnormal pada perineum seperti terjadinya
infeksi, kemerahan, dan pengeluran cairan abnormal
4) Kolaborasi: berkolaborasi pemberian obat tradisional mengandung
antisptik dengan rebusan daun sirih merah.

C. Konsep daun sirih merah


1. Pengertian
Jenis luka pada perineum berdasarkan peneliti Megawati dkk (2021). Sirih
merah (Piper Crocatum) adalah tumbuhan tradisional yakni penggunaanya
sebagai obat. Umumnya daun sirih dibudidayakan di negara Malaysia,
Afrika timur, Sri Lanka, India, Filipina, dan Indonesia. Daun sirih
mempunyai bentuk daun yang cantik sehingga bagus sebagai koleksi
tanaman untuk memperindah halaman rumah. Selanjutnya menurut
penelitian Hendarto (2019) tanaman daun sirih merah tumbuh pada tempat
yang teduh dengan bentuk seperti hati dan bertangkai yang berselang-seling
dari batangnya. Beraroma tajam dan memiliki rasa pahit, berwarna merah
mengilap dan tergolong tanaman family piperaceae yang biasa dipakai para
masyarakat leluhur untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

12
13

Gambar 3 Daun Sirih Merah


Diambil dari: https://www.orami.co.id/magazine/sirih-merah/

2. Manfaat serta kandungan dalam pemberian rebusan daun sirih merah


Menurut Hendarto (2019) menjelaskan bahwa sirih merah bermanfaat serta
kandungannya untuk obat tradisional bagi masyarakat, yaitu:
a. Mencegah infeksi bakteri:
Daun sirih merah memiliki kandungan fenol dan flavonoid memiliki sifat
antibakteri, sehingga mampu untuk menghambat perkembangan sebuah
bakteri Staphylococcus, yang dapat menyebabkan infeksi.
b. Mencegah pembentukan plak gigi:
Manfaat daun sirih merah ini didapatkan dari minyak atsiri yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri plak gigi, seperti Streptococcus.
c. Mempercepat penyembuhan luka:
Mengunakan air rebusan daun sirih merah mengandung senyawa saponin
dan senyawa tannin yang bersifat antiseptik dapat memicu terbentuknya
kolagen (protein yang memberi tekstur elastis pada kulit). Kolagen dapat
membuat tepi luka untuk menyusut dan menutup. Dan dapat
mempercepat penyembuhan luka terbuka.

3. Mekanisme rebusan daun sirih merah dengan waktu penyembuhan


luka perineum
Menurut penelitian Samura dkk (2021). Yakni cara langkah-langkah dalam
membuat dan pengunaan rebusan air sirih merah, yaitu:
a. Rebus 5 lembar daun sirih merah dengan memakai air 600 ml tunggu
sampai 15 menit perebusan.
b. Setelah 15 menit direbus, tunggu air rebusan daun sirih dingin

13
14

c. Lalu rebusannya dapat dipakai untuk cebok bersamaan dengan mandi dan
buang air besar atau kecil.
d. Lalu pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari.
e. Waktu penyembuhan dengan menggunakan daun sirih merah yakni 2-5
hari.

4. Jurnal Terkait
1. Peneliti Rostika, T., Choirunissa, R., Rifiana, A. J. (2020)
“Pemberian penggunaan air rebusan daun sirih merah terhadap waktu
penyembuhan luka perineum Derajat I Dan II di Klinik Aster Kabupaten
Karawang. Penelitian ini di lakukan di Klinik Aster Kabupaten
Karawang”.
a. Populasi:
Seluruh ibu post partum yang mengalami luka perineum di Klinik
Aster Kabupaten Karawang. Sample penelitian ini adalah 18
responden terdapat kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
b. Intervensi:
Kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah, rebus
5 lembar daun sirih merah dengan air 600 ml, dicebok dalam satu hari
sekali, kelopok kontrol menggunakan antiseptik pengamatan
dilakukan sampai hari ke 10.
c. Comparation:
Rata-rata waktu penyembuhan luka pada kelompok intervensi
sebanyak 15 responden setelah menggunakan daun sirih merah yakni
4-6 hari sedangkan kelompok kontrol sebanyak 15 responden
menggunakan antibiotik yakni 7-8 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian diperoleh ada pengaruh dalam penggunaan rebusan
daun sirih merah dengan lama pemulihan luka pada perineum yakni
(p-value = <0,005) diperoleh (p-value = 0,001).
e. Study desain:

14
15

Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan (posttest-only


control group).
f. Time:
Penelitian ini di bulan Mei-Juli 2020 dan dipublikasikan pada tahun
2020.

2. Peneliti Siagian, N. A., Yanti, M. D., Siregar, G. G., Manalu, A. B.,


Hutabarat, V. (2021)
“Pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah (piper crocatum)
terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum di Desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.”
a. Populasi:
Seluruh Ibu pos partum yang mengalami luka perineum desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Sample
sebanyak 36 responden yang mengalami luka perineum terdapat
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
b. Intervensi:
Kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah,
rebus 4-5 lembar daun sirih merah dengan air 200 ml, dicebok
dalam dua kali sehari, kelompok kontrol menggunakan antiseptic,
pengamatan dilakukan sampai hari ke 7.
c. Comparation:
Rata-rata waktu pemulihan luka oleh kelompok intervensi
sebanyak 18 responden setelah menggunakan daun sirih merah
yakni 2-5 hari sedangkan kelompok kontrol menggunakan
antiseptik sebanyak 18 responden yakni 3-6 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian menyatakan terdapat perbedaan dengan
menggunakan rebusan sirih merah terhadap lama penyembuhan
luka perineum didapat hasil dengan (pvalue = <0,005) diperoleh
(pvalue = 0,001).
e. Study design:

15
16

Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan (posttest-


only control group).
f. Time:
Penelitian ini di bulan April-Juli dan dipublikasikan pada tahun
2021.

3. Peneliti Samura, M. D., Azrianti, M. (2021)


“Pemberian rebusan daun sirih merah terhadap penyembuhan luka
perineum pada Ibu nifas Di Klinik Bidan Fina Sembiring Kecamatan
Medan Polonia.”
a. Populasi:
Seluruh ibu post partum yang mengalami luka Perineum di Klinik
Bidan Fina Sembiring Kecamatan Medan Polonia. Sample
penelitian ini adalah 10 responden terdiri dari kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.
b. Intervensi:
kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah,
rebus 4-5 lembar daun sirih merah dengan air 600 ml, dicebok
dalam satu hari sekali, pengamatan dilakukan sampai hari ke 7.
c. Comparation:
Rata-rata waktu pemulihan luka pada kelompok intervensi setelah
memakai perebusan sirih merah yakni 2-5 hari sementara pada
kelompok kontrol yang tidak memakai sirih merah yakni 3-6 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian diperoleh yakni ada pengaruh dalam penggunaan
rebusan daun sirih merah dengan lama pemulihan luka perineum
yakni (pvalue = <0,005) diperoleh (pvalue = 0,001).
e. Study design:
Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan (pre post
test two group).
f. Time:
Penelitian waktu tidak dijelaskan dan dipublikasikan pada tahun
2021.

16
17

4. Peneliti Wanti, D., Sitanggang, T, W. (2017)


“Pengaruh penggunaan rebusan air daun sirih terhadap lama
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di rs. Sariningsih
tahun 2017.”
a. Populasi:
Seluruh ibu postpartum yang mengalami luka perineum grade ii di
rs. Sariningsih. Sample sebanyak 30 responden terdiri dari
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
b. Intervensi:
Kelompok intervensi diberi rebusan daun sirih merah sebagai vulva
hygiene, pengamatan dilakukan sampai hari ke 5.
c. Comparation:
Rata-rata lama penyembuhan luka pada kelompok intervensi
sebanyak 15 responden setelah menggunakan daun sirih merah
yakni 5 hari sedangkan kelompok kontrol sebanyak 15 responden
yang tidak menggunakan daun sirih yakni 11 orang > 5 hari dan
cepat ada 4 orang <5 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian diperoleh yakni ada pengaruh dalam penggunaan
rebusan daun sirih merah dengan lama pemulihan luka pada
perineum yakni (pvalue = <0,005) diperoleh (pvalue = 0,000).
e. Study design:
Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan (posttest-
only control group).
f. Time:
Penelitian ini tahun 2017 dan dipublikasikan pada tahun 2017.

5. Peneliti Saridewi, W., Marlina, D., Meilani, S. P. (2018)


“Piper Crocatum dalam percepatan penyembuhan luka perineum di
Praktik Mandiri Bidan Nia Rosmawati A. Md. Keb Kota Cimahi.”
a. Populasi:

17
18

Seluruh ibu post partum yang mengalami luka perineum di praktik


mandiri bidan nia rosmawati, amd.keb kota cimahi. Sample
sebanyak 10 responden terdiri dari kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
b. Intervensi:
Kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah,
rebus 10-20 lembar daun sirih merah dengan air 2 liter, dicebok
dalam 3-4 kali sehari, kelompok kontrol menggunakan teknik cuci
berih, pengamatan dilakukan sampai hari ke 8.
c. Comparation:
Rata-rata lama penyembuhan luka pada kelompok intervensi
sebanyak 5 responden setelah menggunakan daun sirih merah yakni
4-5 hari sedangkan kelompok kontrol sebanyak 5 responden
menggunakan teknik cuci bersih 7-8 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian menyatakan terdapat perbedaan lama waktu
pemulihan luka pada perineum yang diberikan daun sirih merah
dan teknik cuci bersih diperoleh (p-value = 0,002).
e. Study design:
Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan posttest-
only control group design.
f. Time:
Penelitian ini di bulan desember 2017 dan dipublikasikan pada
tahun 2018.

6. Peneliti Indrayani, T., Rahmawati, R. S., & Kurniati, D. (2021)


“The effect of red betel leaves (piper crocatum) boiled water on the
perineal wounds healing in Public Health Center Of Karangpawitan
Of Garut Regency in 2021.”
a. Populasi:

18
19

Seluruh ibu post partum yang mengalami luka perineum Puskesmas


Karangpawitan Kabupaten Garut. Sample sebanyak 44 responden
terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
b. Intervensi:
Kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah,
perawatannya dilakukan dengan cara jongkok atau duduk
menggunakan bath seat kemudian membasuh luka perineum,
kelompok kontrol menggunakan antiseptik, dan kedua kelompok
dilakukan pre test serta post test.
c. Comparation:
Rata-rata waktu pemulihan luka pada kelompok intervensi
sebanyak 22 responden setelah memakai perebusan sirih merah
yakni 6 hari sementara pada kelompok kontrol sebanyak 22
responden memakai antiseptic yakni 5 hari.
d. Outcome:
Hasil analisis bivariat dengan uji non parametrik menunjukkan nilai
(p - 0,000 < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata hasil pemeriksaan luka perineum antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
e. Study design:
Desain penelitian quasy eksperimen dengan rancangan pretest-
posttest-only control group design.
f. Time:
Penelitian di bulan Juli-Agustus 2021 dan dipublikasikan pada
tahun 2021.

7. Supadmi, K., Farich, A., Putri, R. D., Lathifah, N. S. (2021)


“The effectiveness of betel leave soaking to perineum wound recovery
speed of post-partum mothers.”
a. Populasi:
Seluruh ibu post partum yang mengalami luka perineum di Praktik
Mandiri Bidan Wirahayu. Sample sebanyak 30 responden terdiri
dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

19
20

b. Intervensi:
Kelompok intervensi yang diberikan rebusan daun sirih merah
untuk membersihkan area genetalia supaya luka perineum dapat
cepat sembuh dan bau darah keluar tidak amis, kelompok kontrol
menggunakan 10% larutan povidon iodin, pengamatan dilakukan
sampai hari ke 11.
c. Comparation:
Rata-rata lama penyembuhan luka pada kelompok intervensi
sebanyak 15 responden setelah menggunakan daun sirih merah
yakni 8-9 hari sedangkan kelompok kontrol sebanyak 15 responden
menggunakan 10% larutan povidon iodin 11 hari.
d. Outcome:
Hasil penelitian menyatakan terdapat pengaruh rebusan daun sirih
dan povidine iodin 10% untuk penyembuhan luka perineum dengan
(p-value= 0,005).
e. Study design:
Desain penelitian Quasy eksperimen dengan rancangan (two group
pre test and post test).
f. Time:
Penelitian di bulan Juli 2020 dan dipublikasikan pada tahun 2021.

20
21

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literature Review


1. Pencarian literature
Penelitian ini diawali dengan melakukan protokol dan registrasi berupa
pencarian penelitian – penelitian yang sesuai dengan judul dan trujuan
dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode literature review.
Literature review merupakan rangkuman keseluruhan yang berdasarkan
studi penelitian yang sesuai dengan tema penelitian yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini hasil data yang digunakan yaitu data sekunder yang
didapatkan berdasarkan dari penelitian terdahulu bukan berdasarkan
pengamatan secara langsung. Sumber data sekunder diperoleh dari jurnal
yang bereputasi nasional maupun internasional. Peneliti mencari melalui
situs pencarian Google scholar.

2. Kata kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword

Tabel 3.1 Kata Kunci


Daun Sirih Merah Luka Perineum

Daun sirih merah Luka perinium


And And

Red betel leaf Perineal wound

B. Kriteria Inklusi dan Eklusi


Menurut Rahayu, C, E. (2020) PICOST kepanjangan dari:
1. Population/Problem
Merupakan populasi atau masalah yang dianalisis berdasarkan tema yang
telah ditetapkan dalam pembuatan literature review.
2. Intervention/Indicators
Merupakan suatu pelaksanaan tindakan dari masalah yang berdasarkan tema
yang ditetapkan dalam literature review.

21
22

3. Comparation
Merupakan sesuatu intervensi yang digunakan untuk pembanding. Jika tidak
bisa digunakan maka dapat menggunakan kelompok kontrol pada studi yang
dipilih.
4. Outcome
Merupakan suatu hasil yang didapatkan dari studi terdahulu berdasarkan
yang sesuai dengan tema yang telah ditetapkan dalam literature review.
5. Study design
Merupakan suatu desain penelitian yang dipakai dalam artikel untuk
direview.
6. Time
Merupakan waktu yang dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian
yang telah dilakukan.

Tabel 3.2 Kata Kunci Kriteria Inklusi dan Eklusi


Kriteria Inklusi Eksklusi

Population Pasien post partum dengan luka Pasien post partum


perineum tanpa luka perineum

Intervention Penyembuhan menggunakan rebusan Menggunakan upaya


daun sirih merah selain rebusan daun
sirih merah

Comparation Ada pretest dan posttest, kelompok Tidak ada pretest dan
intervensi dan kontrol posttest, kelompok
intervensi dan kontrol

Outcome Waktu penyembuhan luka perineum Selain waktu


pada ibu post partum penyembuhan luka
perineum pada ibu post
partum

Study design Quasy eksperimen posttest-only Cross sectional dan


control group design, pre post test literatur review
two group design.

Time Setelah tahun 2015 Sesudah tahun 2015

22
23

C. Seleksi dan Penilaian Kualitas Studi


1. Seleksi dan Penilaian Kualitas Studi

Database Jurnal Yang Digunakan Dalam


Pencarian Pustaka: Google scholar
(n = 33)

Jumlah artikel duplikasi yang dikeluarkan


berdasarkan dari Tahun 2016 - 2021
(n = 31)

Penelitian sesuai tema dan telah


melalui proses eksklusi
Jumlah Artikel Yang Sesuai Berdasarkan (n = 14)
Judul 1. Populasi
Pasien post partum tanpa luka
(n = 27)
perineum
2. Intervensi
Menggunakan upaya selain
rebusan daun sirih merah
Penelitian berdasarkan abstrak full teks 3. Outcame
Selain waktu penyembuhan luka
(n= 13) perineum pada ibu post partum

Penelitian berdasarkan full teks dan eligible


(n = 11)
Penelitian sesuai tema dan telah
melalui proses eksklusi
(n = 4)
4. Populasi
Penelitian yang digunakan eligible dan
Pasien post partum tanpa luka
memenuhi kriteria inklusi (n=7) serta akan
perineum
dilakukan critical apraisal 5. Intervensi
1. Populasi, Pasien post partum dengan Menggunakan upaya selain
luka perineum rebusan daun sirih merah
2. Intervensi, Penyembuhan 6. Outcame
menggunakan rebusan daun sirih Selain waktu penyembuhan luka
merah perineum pada ibu post partum
3. Outcome, Waktu penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum

Skema 3.1 Bagan Alir Literature Review

23
24

Keterangan :
Hasil seleksi studi dalam pemilihan jurnal berdasarkan publikasi dari satu
data base yaitu google scholar dengan menggunakan kata kunci yang sesuai
dengan tema penelitian yaitu daun sirih merah, luka perineum, dan post
partum (Bahasa Indonesia) dan red betel leaf, perineal wound, and post
partum (Bahasa Internasional). Peneliti mendapatkan 33 artikel yang sesuai
kata kunci. Lalu diskrining berdasarkan rentang tahun 2016-2021 sejumlah
(n = 31). Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan judul (n = 27),
eksklusi (n = 14). Kemudian diskrining diperoleh berdasarkan abstrak (n =
2), full text (n = 11), eksklusi (n = 4). Lalu jumlah penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan critical appraisal sebanyak 7
penelitian.

2. Penilaian kualitas studi


Peneliti melakukan penilaian kualitas studi terhadap 7 penelitian yang telah
sesuai dengan kriteria inklusi - eksklusi dengan menggunakan format
critical apprasial. Hasil penilaian kualitas studi mendapatkan skor
kesesuaian lebih dari 50 %, yakni 77,8%.
Tabel 3.3 Penilaian Kualitas Studi

No. Judul Penelitian Hasil


1. Pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah terhadap waktu 77,8%
penyembuhan luka perineum di klinik aster kabupaten
karawang jawa barat.
2. Pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah (piper 77,8%
crocatum) terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
postpartum di desa tanjung jati kecamatan binjai kabupaten
langkat.
3. Pemberian rebusan daun sirih merah terhadap penyembuhan 77,8%
luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan fina sembiring
kecamatan medan polonia
4. Pengaruh Penggunaan Rebusan Air Daun Sirih terhadap Lama 77,8%
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Postpartum di RS
Sariningsih tahun 2017
5. Piper crocatum dalam percepatan penyembuhan luka 77,8%
perineum di pmb nia rosmawati a.md.keb kota cimahi
6. The effect of red betel leaves (piper crocatum) boiled water on 77,8%
the perineal wounds healing in Public Health Center Of
Karangpawitan Of Garut Regency in 2021
7. The effectiveness of betel leave soaking to perineum wound rec 77,8%
overy speed of post-partum mothers

24
25

D. Intepretaasi data
Setelah mendapatkan jurnal sesuai dengan kriteria inklusi. Peneliti menganalisa
dan menginterpretasikan dengan cara, yaitu:

1. Compare
Teknik melakukan penelitian literature review dengan mencari
perbandingan diantara objek penelitian dan konsep. Di penelitian ini peneliti
mengambil objek penelitian tentang pengaruh rebusan daun sirih merah
terhadap ibu post partum yang mengalami luka perineum.
2. Mencari kesamaan (Compare)
Teknik yang digunakan dengan mencari kesamaan yang terdapat diantara
beberapa sumber literature dan diambil kesimpulannya.
3. Mencari ketidaksamaan (Contrast)
Teknik yang digunakan dengan cara mencari perbedaan yang ada diantara
beberapa sumber literature dan diambil kesimpulannya.
4. Memberikan pandangan (Criticize)
Teknik yang digunakan dengan menggunakan pendapat dari diri sendiri
terhadap sumber yang dibaca.
5. Membandingkan (Synthesize)
Teknik yang digunakan dengan cara digabungkan beberapa sumber yang
menjadi ide baru.
6. Meringkas (Summarize)
Teknik yang digunakan dengan cara menulis kembali sumbernya
menggunakan kalimat sendiri.

E. Etika Penelitian
Irwan (2017) etika penelitian dengan metode literature review, yaitu:

1. Menghindari duplikasi

25
26

Publikasi yang berlebihan dalam menyelekasi hasil artikel yang serupa


sehingga data yang dipublikasikan hanya sekali agar menghindari data yang
berlebihan.
2. Menghindari plagiat
Menggunakan cara memasukkan kutipan hasil penelitian yang dilakukan
orang lain dan memasukan referensi yang digunakan dengan menggunakan
bahsa sendiri atau memparafrasekan.
3. Keakuratan data
Data yang dipublikasikan harus memastikan akuratannya dan tidak adanya
indikasi kecenderungan mengarahkan data.
4. Transparansi
Hasil penelitian yang dipaparkan harus sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, harus jelas dan terbuka.

26
27

BAB IV
PEMBAHASAN

Peneliti akan menguraikan hasil identifikasi persamaan maupun perbedaan


dan menganalisis Penelitian – Penelitian sebelumnya yang dilakukan selama 5
tahun ke belakang. Tema Penelitian - Penelitian tersebut terkait pengaruh rebu
san daun sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka perineum pada ibu po
st partum. Peneliti, juga mengkaitkan dengan konsep teori penyembuhan luka,
luka perineum, ibu post partum, dan konsep daun sirih merah.
A. Hasil identifikasi persamaan dan perbedaan Penelitian-Penelitian
Peneliti mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam
ketujuh Penelitian berdasarkan unsur PICOST, yakni :

1. Population
Seluruh Peneliti menggunakan populasi yang terdiri dari seluruh ibu post
partum yang mengalami luka perineum.

a. Karakteristik responden
Tabel 4.1 Karateristik Responden
JUMLAH RESPONDEN DALAM
KARAKTERISTIK PENELITIAN
2 7
USIA
<20 8 -
20-35 Tahun 27 27
>35 Tahun 11 3
Total 36 responden 30 responden
PENDIDIKAN

D3 - 5
SMP 6 11
SMA 19 14
Sarjana 11 -
Total 36 responden 30 responden
PEKERJAAN
Buruh - 7
IRT - 8
Swasta - 5
Wiraswasta - 10
Total - 30 responden
PARITAS

27
28

Multigravida - 12
Primigravida - 18
Total - 30 responden
DERAJAT LUKA
Derajat 1 13 -
Derajat 2 23 -
Total 36 responden -
Keterangan:
Tabel 4.1 terdapat karateristik usia pada penelitian berumur 20-35
tahun sebanyak 27 tahun, berpendidikan SMA sebanyak 19,
pekerjaan wiraswasta sebanyak 10, paritas primigravida sebanyak 18
dan derajat 2 sebanyak 23 responden.

b. Jumlah sampel
Tabel 4.2 Jumlah Sampel
PENELITIA KELOMPOK KELOMPOK TOTAL
N INTERVENSI KONTROL SAMPLE
1 15 15 30
2 18 18 36
3 5 5 10
4 15 15 30
5 5 5 10
6 22 22 44
7 15 15 30
Keterangan:
Tabel 4.2 terdapat mayoritas jumlah sampel sebanyak 30 responden
dalam 2 kelompok (15 responden pada kelompok intervensi dan 15
responden pada kelompok kontrol).

c. Kriteria inklusi
Pada ketujuh Penelitian tidak dijelaskan kriteria inklusinya.

d. Teknik sampling
Tabel 4.3 Teknik Sampling
PENELITIAN TEKNIK SAMPLING
1 dan 3 Tidak dijelaskan
2 dan 4 consecutive sampling
7 purposive sampling
5 dan 6 total sampling
Keterangan:
Tabel 4.3 terdapat 2 Penelitian dengan consecutive sampling dan 2
Penelitian lainnya dengan total sampling.

28
29

2. Intervensi
Ketujuh Penelitian memiliki persamaan tindakan atau perlakuan Penelitian,
yakni rebusan daun sirih merah yang dibasuhkan luka perineum ibu post
partum. Adapun instrument dan teknik pemberian terdapat beberapa
perbedaan diantara ketujuh Penelitian tersebut.

a. Instrumen Penelitian
Tabel 4.4 Instrumen
PENELITIA INSTRUMEN
N
1,3,4,5 Lembar observasi
2 Tidak dijelaskan
dan 7 6 Skala REEDA
Keterangan:
Tabel 4.4 terdapat 4 Penelitian menggunakan instrumen lembar observasi
dan 2 Penelitian lainnya skala REEDA.

b. Teknik pemberian rebusan daun sirih merah


Tabel 4.5 Teknik Pemberian Rebusan Daun Sirih Merah
PENELITIAN CARA FREKUENSI PENGAMATAN
PEMBERIAN PENELITIAN
1 Dicebok 1x/hari 10 hari
2 Dicebok 2x/hari 7 hari
3 Dicebok 1x/hari 7 hari
4 Dicebok - 5 hari
5 Dicebok 2-4x/hari 8 hari
6 Dicebok - 6 hari
7 Dicebok - 11 hari
keterangan :
Tabel 4.5 terdapat keseluruhan penelitian menggunakan teknik pemberian
rebusan daun sirih merah dengan cara dicebok dengan frekuensi paling
sering penelitian 5 yaitu 2-4x/hari. Pengamatan penelitian tercepat pada
penelitian 4 yakni 5 hari.

29
30

3. Comparation
Pada ketujuh penelitian terdapat 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan pemberian rebusan
daun sirih merah dan pada kelompok kontrol dilakukan pemberian obat
antiseptik.
Tabel 4.6 Tindakan Penelitian
PENELITIAN KELOMPOK KELOMPOK
INTERVENSI (JUMLAH DAUN KONTROL
DAN AIR)
PERLAKUAN PENELITIAN
1 Menggunakan daun 4 – 5 daun Menggunakan
sirih merah 600 ml antiseptik
2 Menggunakan daun 4 – 5 daun Menggunakan
sirih merah 200 ml antiseptik
3 Menggunakan daun 4 – 5 daun Menggunakan
sirih merah 600 ml antiseptik
4 Menggunakan daun - Menggunakan
sirih merah antiseptik
5 Menggunakan daun 10-20 Menggunakan teknik
sirih merah 2 liter cuci bersih
6 Menggunakan daun - Menggunakan
sirih merah antiseptik
7 Menggunakan daun - Menggunakan
sirih merah antiseptik
Keterangan:
Tabel 4.6 terdapat keseluruhan Penelitian pada kelompok intervensi
tindakan penelitian menggunakan rebusan daun sirih merah dengan jumlah
daun pada 3 Penelitian 4 – 5 lembar daun. Dan menggunakan air pada 1
Penelitian sebanyak 2 liter dan kelompok kontrol menggunakan antiseptik
seperti betadine.

4. Outcome
Pada ketujuh Penelitian mayoritas didapatkan hasil yang sama yakni adanya
pengaruh yang signifikan setelah dilakukan tindakan pemberian rebusan
daun sirih merah pada ibu post partum yang mengalami luka perineum.
Tabel 4.7 Hasil Pretest -Posttest
LAMA PENYEMBUHAN LUKA
KELOMPOK KELOMPOK KONTROL
PENELITIAN INTERVENSI
PRETEST POSTTEST PRETEST POSTTEST
1 - 5 hari - 8 hari
2 - 2-5 hari - 3-6 hari
3 - 8 hari - 3-6 hari
4 - <5 hari - >5 hari
5 - 5 hari - 8 hari

30
31

6 - 2 hari - 5 hari
7 - 8 hari - 11 hari
Keterangan :
Tabel 4.7 terdapat 4 penelitian hasil posttest pada kelompok intervensi 5
hari dan penelitian lainnya 8 hari. Pada kelompok kontrol terdapat 4
penelitian hasil posttest 3-6 hari dan 2 penelitian lainnya 8 hari.

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik


PENELITIAN P_VALUE MAKNA
1 <0,001
2 <0,001
3 <0,000 Terdapat pengaruh rebusan daun sirih merah
4 <0,002 terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
5 <0,000 post partum
6 <0,000
7 <0,000
Keterangan:
Tabel 4.8 terdapat seluruh penelitian memiliki hasil p_value <0,005 yang
bermakna terdapat pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah terhadap
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.
5. Statistic
Didapatkan perbedaan dalam ketujuh penelitian, yakni jenis analisa dan
metode Penelitian Perbedaan terdapat pada:

Tabel 4.9 Metode dan Uji Statistik Penelitian


PENELITIAN UJI STATISTIK METODE PENELITIAN

1 Uji independen sampel t-test Quasi eksperimen


dengan kelompok kontrol posttest
2 Uji non-parametrik Uji Wilcoxon Quasi eksperimen
dengan kelompok kontrol posttes
3 Uji independen sampel t- Quasi eksperimen
test dengan 2 kelompok prettest dan
posttest
4 Uji non-parametrik Uji Quasi eksperimen
mann whiteney dengan kelompok kontrol posttest

5 Uji non-paired sampel t- Quasi eksperimen


test dengan kelompok kontrol posttest
6 Uji non-parametrik yaitu Quasi eksperimen dengan
Uji Wilcoxon dan Mann kelompok kontrol prettest dan
Whitney posttest
7 Uji paired sampel t-test Quasi eksperimen
(dependent sample test) Dengan 2 kelompok prettest dan
posttest
Keterangan:
Tabel 4.9 terdapat 3 Penelitian menggunakan metode Quasi eksperimen
dengan kelompok kontrol posttes dan 3 Penelitian lainnya menggunakan
metode Quasi eksperimen dengan 2 kelompok prettest dan posttest Sedang

31
32

uji statistik yang digunakan yakni 3 Penelitian Uji non-parametrik yaitu Uji
Wilcoxon dan Mann Whitney.

6. Time
Tabel 4.10 Waktu Pelaksanaan & Publikasi Penelitian
TAHUN PENELITIAN
PENELITIAN Pelaksanaan Publikasi
1 2020 2020
2 2020 2020
3 Tidak dijelaskan 2021
4 2017 2017
5 2017 2018
6 2021 2021
7 2020 2021
Keterangan:
Tabel 4.10 terdapat mayoritas waktu pelaksanaan penelitian pada 3
penelitian tahun 2020. Dan pada waktu publikasi pada 3 penelitian pada
tahun 2021
.
B. Hasil Analisa Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Peneliti menganalisa persamaan dan perbedaan PICOST pada 7 penelitian
sebelumnya tentang pengaruh rebusan daun sirih merah terhadap waktu
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum, yakni :
1. Population
a. Karakteristik responden
Peneliti menemukan populasi pada ketujuh penelitian yang ditelaah,
mayoritas karakteristik berusia 20 - 35 tahun, Pendidikan SMA,
pekerjaan wiraswasta, paritas dengan primigravida, dan dengan luka
derajat 2. Nurdin (2019) menuliskan populasi merupakan suatu
keseluruhan dari variabel penting yang akan diteliti. Pamungkas (2017)
juga menuliskan tentang definisi populasi yakni keseluruhan dari suatu
karakteristik yang akan diteliti dan sudah ditetapkan dalam Penelitian
seperti orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, masyarakat
dan lainnya).
Karakteristik pertama yang terdapat dalam penelitian yg ditelaah, yakni
mayoritas responden dengan usia 20-35 tahun. Asumsi Peneliti: Pada
usia tersebut seorang perempuan, mayoritas memiliki pengalaman
partum yang pertama kali atau masih sedikit memiliki pengetahuan

32
33

maupun pengalaman dalam proses melahirkan, khususnya pencegahan


terjadinya luka perineum. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecakapan
dalam mengejan. Hal ini didukung dari Penelitian Risza (2019) yang
menyatakan bahwa pada usia tersebut merupakan usia reproduksi.
Dengan kata lain seorang perempuan sudah memiliki kesiapan untuk
menjalankan proses persalinan. Penelitian tambahan yang dilakukan
Untari (2022) menggunakan karakteristik yang sama.
Karakteristik responden yang kedua, yakni memiliki pendidikan SMA.
Asumsi peneliti: pendidikan merupakan hal yang identik untuk
mendapatkan pengetahuan seseorang. Apabila seseorang meraih
pendidikan yang tinggi, maka akan mendapatkan pengetahuan yang luas
dan mudah mengerti informasi baru, khususnya mengenai kesehatan.
Pengetahuan ibu sangat penting dalam merawat kebersihan perineum
agar tidak terkena infeksi. Menurut Penelitian Losu (2018) informasi
mengenai kesehatan berdampak kepada seseorang dalam hal upaya
deteksi dini komplikasi kehamilan dan persalinan. Upaya deteksi ini
seseorang cendrung rendah disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan, dab sebaliknya apabila tingkat pendidikan sesorang tinggi
maka akan memudahkan memperoleh informasi, sampai pengetahuan
yang dimiliki juga banyak.
Karakteristik responden ketiga, pekerjaan wiraswasta, Asumsi Peneliti:
pekerjaan merupakan hal yang penting bagi semua orang untuk dapat
meneruskan hidup dan karena tidak ada waktu dalam merawat luka
perineum dengan baik karena kewajiban ibu rumah tangga dalam
mengurus pekerjaan rumah dan pekerjaan laiinnya sehingga terdapat ibu
post partum yang mengalami luka perineum kurang memperdulikan cara
perawatan luka perineum yang rutin. Hal ini didukung Penelitian Sinaga
(2019) pekerjaan adalah kegiatan untuk mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan setiap hari dan faktor ekonomi atau
penghasilan keluarga akan memepengaruhi seseorang untuk upaya dalam
persalinan.

33
34

Karakteristik responden keempat, paritas dengan primigravida. Asumsi


Peneliti: Pada paritas primigravida ialah persalinan pertama ibu oleh
karena itulah ibu belum berpengalaman mengenai persalinan benar. Hal
ini didukung oleh penelitian Candrayanti (2019) menyatakan paritas ialah
salah satu faktor yang dapat menyebabkan robekan perineum pada ibu
yang baru berpengalaman dalam persalinan, dibandingkan ibu dengan
paritas multigravida .
Karakteristik selanjutnya, yakni luka derajat 2. Asumsi peneliti:  robekan
luka perineum dibagi menjadi beberapa derajat dan pada penelitian
ini ibu yang mengalami luka perineum adalah derajat 2, yakni bagian
yang robek adalah kulit dan otot-otot perineum di bagian dalam vagina.
Kondisi ini perlu ditangani dan perlu waktu untuk sembuh. Hal ini
didukung penelitan oleh Rohmin (2017) yaitu diperoleh bahwa ibu
memiliki jenis luka derajat 2 dengan waktu penyembuhan luka perineum
sebanyak 70%. Uji chi square diperoleh p=0,000, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis luka dengan waktu penyembuhan
luka perineum pada ibu post partum.

b. Jumlah sampel
Analisa lainnya lagi dari populasi penelitian, yakni terkait kesesuaian
jumlah sampel penelitian yang dilakukan oleh ketujuh Peneliti
sebelumnya. Pada penelitian 3 dan 5 memiliki jumlah sampel kurang dari
30 responden. Hal ini sesuai dengan konsep teori yang dituliskan
Sugiyono (2019) menuliskan jika penelitian eksperimen yang sederhana,
yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka
jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai 20. Asumsi
Peneliti: untuk hasil yang lebih maksimal peneliti bisa menambahkan
jumlah responden lebih banyak untuk didapatkan hasil yang lebih valid.
Semakin banyak jumlah sampel dan dengan proporsional antara jumlah
sampel pada kelompok kontrol dengan jumlah sampel pada kelompok
intervensi maka semakin baik hasil dari suatu penelitian.

34
35

c. Inklusi
Peneliti tidak mendapatkan kriteria inklusi dari ketujuh Penelitian terkait.
Asumsi Peneliti terkait hal tersebut, setiap penelitian seyogyanya
menuliskan kriteria inklusi. Hal ini sangat penting untuk melihat
konsistensi kriteria sampel yang diambil oleh Peneliti. Kriteria sampel
dapat mempengaruhi hasil Penelitian yang reliabel dan valid. Asumsi ini
didukung oleh penelitian tambahan yang dilakukan oleh kusumaningsih
(2016) terdapat kriteria inklusi dalam yang berjudul serupa. Penelitian ini
adalah paritas multigravida, hari pertama nifas, persalinan spontan, luka
derajat 1 dan 2, dan bersedia untuk menggunakan perawatan dengan
rebusan daun sirih merah dan antiseptik deperti betadine. dan konsep
teori yang dituliskan oleh Irfannudin (2019) Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subjek Penelitian dari suatu popolusi target yang
terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi
pedoman saat menentukan kriteria inklusi.

d. Teknik sampling
Analisa lainnya lagi pada ketujuh penelitian memiliki perbedaan teknik
sampling terdapat 2 Penelitian dengan consecutive sampling dan 2
Penelitian lainnya dengan total sampling. Yakni merupakan teknik
sampling non probality sampling yaitu, teknik consecutive, purposive, dan
total sampling. Asumsi peneliti, teknik sampling yang efektif digunakan,
Ketika disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri. Menurut teori
Purnomo (2020) Pemilihan sampel dengan consecutive (berurutan) adalah
pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria
penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu
sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Pamungkas (2017)
menuliskan total sampling adalah teknik penarikan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi. Dan 1 penelitian lainnya dengan purposive
sampling. Menurut teori Riyanto dan hatmawan (2020) purposive
sampling merupakan penelitian yang didasarkan atas ciri-ciri populasi
yang sudah diketahui peneliti.

35
36

2. Intervention
a. Instrumen
Adapun instrument terdapat beberapa perbedaan diantara ketujuh
penelitian tersebut yaitu menggunakan lembar observasi dan skala reeda.
Asumsi Peneliti: instrument yang dipakai peneliti dalam memperoleh
data agar mempermudah penelitiannya lebih mudah dan cermat, secara
sistematis dapat diolah. Lembar observasi berupa pertanyaan yang sesuai
konsep peneliti, lalu diberi nilai 1 apabila bisa menjawab dengan sesuai,
sedangkan diberikan nilai 0 apabila tidak sesuai, selanjutnya nilai akan
diperhitungkan kemudian total nilai tersebut dikategorikan berdasarkan
cepat, normal, dan lama. Sehingga orang diteliti tidak mengetahui bahwa
dia sedang diteliti dan kelebihannya peneliti dapat melakukan sebuah
penelitian dengan melihat secara langsung dan bisa mendapatkan data
yang valid untuk diteliti sesuai tujuan peneliti. dan kekurangannnya
dengan memperoleh data dengan waktu yang lama hasil observasi
langsung terhadap penelitian. Hal ini didukung oleh teori Irmawartini
(2017) menyatakan pengumpulan data menggunakan observasi
merupakan pengamatan sesuai kebutuhan Penelitian secara sistematis
berdasarkan teori dan konsep mengenai fenomena, gejala-gejala sesuai
tujuan Penelitian yang kemudian dilakukan pencatatan. Didukung berupa
alat pengumpul data berupa lembar pengamatan untuk tanda checklist (√)
pada lembar tersebut jika responden sesuai dengan sasaran pengamatan
yang diharapkan.
Instrumen yang kedua yakni, menggunakan skala reeda. Asumsi Peneliti:
skala reeda merupakan alat pengukuran untuk mengetahui perkembangan
luka perineum tersebut dengan diberikan beberapa pertanyaan saat
pengamatan mengenai proses perkembangan penyembuhan luka
perineum seperti apakah terdapat kemerehan, pembengkakan, bercak
perdarahan, keluarnya pus yakni cairan, penyatuan antara tepi luka. Hal
ini didukung dengan teori Pakpahan (2021) yakni menerangkan tentang
untuk menentukan proses penyembuhan luka perineum Peneliti

36
37

menggunakan skala REEDA yang diamati setiap hari sampai luka


tampak kering dan terlihat penyatuan lapisan kulit dengan menggunakan
skor tingkat penyembuhan cepat, normal dan lama.

b. Teknik pemberian
Adapun teknik pemberian rebusan daun sirih merah dengan cara dicebok
dengan frekuensi paling sering 2-4x/hari. Pengamatan Penelitian tercepat
pada Penelitian yakni 5 hari. Asumsi Peneliti: Jika dilakukan secara rutin
setiap hari saat pagi atau sore hari dilakukan pemberian tersebut
menggunakan SOP yang telah terstandarkan maka dapat dievaluasi akan
memberikan hasil yang maksimal mempercepat penyembuhan luka. Hai
ini sejalan dengan Penelitian tambahan yang Peneliti temukan oleh
Agustina (2022) dan Untari (2022) dengan menyatakan hal yang serupa.
Hal ini didukung oleh teori Hendarto (2019) menyatakan gunakan
rebusan daun sirih merah untuk cebok dengan frekuensi 2-4x/hari saat
mandi, buang air kecil, maupun besar dan sebelum tidur pemakai
dilakukan secara rutin selama 7 hari.

3. Comparation
Pada ketujuh Penelitian terdapat 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan pemberian rebusan
daun sirih merah dan pada kelompok kontrol dilakukan pemberian obat
antiseptik seperti povidone iodone atau biasa disebut di masyarakat betadine.
Asumsi Peneliti: Dapat diketahui adanya pengaruh yang signifikan dalam
pemberian rebusan daun sirih dan pemberian antiseptik kepada ibu post
partum yang mengalami luka perineum untuk mempercepat proses
penyembuhan lukanya. Sejalan dengan Penelitian Agustina (2022) dan
Untari (2022) yang menyatakan hal serupa. Hal ini dukung teori Hendarto
(2019) menjelaskan bahwa sirih merah sebagai obat tradisional bagi
masyarakat dengan merebus 5 lembar daun sirih merah memakai air 600 ml
tunggu sampai 15 menit perebusan lalu pakai unruk dicebok dekat luka
perineum. Dan pendukung lainnya dengan teori Dartiwen (2020)
menyatakan membersihkan luka menggunakan larutan antiseptik yakni

37
38

betadine untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah luka perineum dan


untuk menjaga kebersihan perineum dan vulva serta memberikan rasa
nyaman pada ibu yang mengalami luka perineum.

4. Outcome
a. Hasil pretest dan posttest
Peneliti menemukan persamaan dari ketujuh Penelitian yang direview,
sehingga dari keseluruhan penelitian yang ada memperoleh hasil yakni
adanya pengaruh yang signifikan setelah dilakukan tindakan pemberian
rebusan daun sirih merah pada ibu post partum yang mengalami luka
perineum. Terdapat 4 Penelitian hasil posttest pada kelompok intervensi 5
hari dan Penelitian lainnya 8 hari. Pada kelompok kontrol terdapat 4
Penelitian hasil posttest 3 - 6 hari dan 2 Penelitian lainnya 8 hari. Asumsi
Penelitian: penyembuhan luka membutuhkan proses sesuai dengan tingkat
kerajinan responden dalam merawat luka tersebut. Apabila rutin merawat
luka makan proses penyembuhan luka akan cepat dan sebaliknya jika tidak
rutin maka akan memperlama proses penyembuhan luka tersebut.
Penelitian tambahan yang Peneliti temukan Agustina (2022) dan Untari
(2022) yang mengatakan hal serupa. Hal ini didukung oleh teori Smeltzer
(2018) lama penyembuhan luka perineum terdiri dari cepat 1-6 hari,
normal 7-14 hari dan lama dalam waktu ≥ 14 hari.

b. Hasil uji statistik


Berdasarkan outcome dari ketujuh penelitian yang direview terdapat
seluruh Penelitian memiliki hasil p_value <0,005 yang bermakna
terdapat pengaruh pemberian rebusan daun sirih merah terhadap
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum. Asumsi Penelitian:
menyimpulkan bahwa jika hasil akhir Penelitian didapatkan p_value <
0,05 tersebut dapat dikatakan bahwa semua memberikan hasil yang
signifikan akan penyembuhan luka perineum dengan menggunakan air
rebusan daun sirih pada ibu post partum. Sejalan dengan Penelitian
Agustina (2022) dan Untari (2022) menyatakan hal yang serupa.
Didukung oleh teori Tyastirin (2017) menyatakan p-value < 0,05 yang

38
39

berarti p-value lebih kecil dari a dengan kata lain Ho ditolak dan Ha
diterima karena ada pengaruh yang signifikan terhadap intervensi yang
diberikan kepada responden.

5. Statistic
a. Metode Penelitian
Didapatkan perbedaan dalam ketujuh Penelitian, yakni jenis analisa dan
metode Penelitian. Terdapat Penelitian menggunakan metode Penelitian
yakni quasy experimental dengan desain post test only control grup dan
Quasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol prettest dan posttest
Asumsi Peneliti: Penelitian eksperimen merupakan pengamatan yang
yang bertujuan untuk mengenal akibat yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan lalu dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan
intervensi. Hal ini didukung berdasarkan teori Sugiyono (2018)
menyatakan bahwa Penelitian eksperimental adalah suatu metode
Penelitian yang berfungsi mencari pengaruh atas perlakuan tertentu
terhadap sesuatu dalam kondisi yang bisa dikendalikan. Hal ini didukung
menurut teori Frisca (2022) posttest only cotrol grup design merupakan
responden Penelitian terbagi menjadi dua kelompok secara acak sebagai
pembanding. Tetapi kekurangannya hanya dilakukan pengamatan/
pengkuran setelah tindakan selesai dilakukan. Dan menurut Penelitian
lainnya oleh Adiputra (2021) desain kelompok kontrol prettest dan
posttest menyatakan terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol yang diambil secara acak kemudian
diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal antara 2 kelompok
tersebut.

b. Uji statistik
Asumsi Peneliti: berdasarkan dengan desain study yang digunakan dari
ketujuh jurnal sudah tepat dikarenakan dengan desain study yang peneliti
gunakan dapat memperoleh hasil yang signifikan dalam melakukan
Penelitian. Mayoritas penelitian menggunakan Uji non-parametrik yaitu
Uji Wilcoxon dan Mann Whitney. Hal ini didukun oleh teori Amalia

39
40

(2019) Uji Wilcoxon digunakan untuk mengukur perbedaan antara dua


sampel dependen yang berpasangan atau berkaitan dan digunakan
sebagai alternatif pengganti uji paired sample t test jika data tidak
berdistribusi normal. Lalu uji man whitney untuk mengetahui perbedaan
median 2 kelompok dengan distribusi tidak normal. Hal ini sesuai dengan
teori Sugiyono (2016) maka dapat menyimpulkan bahwa Peneliti harus
dapat menentukan sampel yang ada sesuai dengan rumus statistik yang
diperlukan untuk melakukan Penelitian.

6. Time
Ketujuh Penelitian menganalisis Penelitian yang Peneliti review, dengan
interveal waktu 2017- 2021 proposional yakni dalam 5 tahun terakhir
Semakin bertambahnya tahun, maka teknologi dan pengetahuan semakin
maju. Hasil Penelitian pun yang sudah terlalu lampau tidak begitu relevan.
Peneliti juga menganalisis tahun publikasi dari ketujuh Penelitian yang
direview, mayoritas dengan interval waktu 1 tahun. Asumsi Peneliti, waktu
publikasi dari suatu Penelitian, sebaiknya, dengan rentang waktu yang tidak
lama. Hasil Penelitian masih memiliki relevansi kuat karena seringkali
dijadikan dasar pemikiran atau latar belakang oleh Peneliti lainnya atau
Penelitian berikutnya. Menurut Suwartono (2014) mengatakan bahwa
sumber semampunya mungkin yang memiliki terbitan <10 tahun.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menemukan beberapa kelemahan atau kekurangan dari tujuh Penelitian
terkait yang ditelaah. Hal ini menjadi hambatan bagi Peneliti dalam melakukan
analisa mendalam terhadap ketujuh Penelitian tersebut. Adapun kelemahan
atau kekurangan Penelitian – Penelitian tersebut, sebagai berikut;
1. Populasi
Terdapat beberapa Penelitian yang tidak menuliskan karakteristik
populasi,kriteria inklusinya, serta teknik sampling yang digunakan
dalam melakukan Penelitian.
2. Intervensi

40
41

Pada ketujuh Penelitian tidak dituliskan tanggal Penelitian tetapi bulan


dan tahun saja dan pada Penelitian 3 tidak dijelaskan tanggal, bulan, dan
tahun Penelitian. Hal ini membuat penulis tidak dapat mengetahui
berapa lama frekuensi pemberian tektik tindakan kepada responden
sehingga data yang didapatkan kurang mendukung Penelitian penulis.
3. Comparation
Terdapat Penelitian yang tidak menjelaskan brapa pemakaian lembar dau
dan jumlah air yang akan dipakai.
4. Outcame
Tidak menjelaskan pada ketujuh penelitian pretest
5. Statistic
Peneliti mendapatkan penelitian yang menggunakan metode penelitian
yang berbeda.
6. Time
Terdapat penelitian yang tidak dijelasakan waktu penelitian dan
publikasi.

41
42

BAB V

PENUTUP

Pada BAB ini, Peneliti akan menuliskan kesimpulan dan saran terkait Penelitian
study literature review yang berjudul “Pengaruh Rebusan Daun Sirih Merah Terh
adap Waktu Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum”.
A. Simpulan
1. Pada Penelitian didapatkan hasil identifikasi persamaan dan perbedaan
terhadap:
a. Populasi ibu postpartum yang memiliki luka perineum dengan
karakteristik populasi, jumlah sampel, inklusi, teknik sampling.
b. Intervensi dari ketujuh Penelitian terdapat beberapa penelitian yang
tidak dituliskan frekuensi pemberian rebusan daun sairih merah berapa
kali dalam sehari dan mayoritas instrumen yang digunakan lembar
observasi.
c. Comparasi dari ketujuh Penelitian Semua Penelitian yakni tujuh
Penelitian memiliki komparasi artinya terdiri dari dua kelompok yakni
kelompok kontrol dan intervensi
d. Outcome dari ketujuh peneliti yang ada memperoleh hasil yang
signifikan setelah diberikan rebusan daun sirih merah terhadap
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum,
e. Metode dan uji statistic yang digunakan oleh ketujuh Penelitian yang
direview mayoritas menggunakan metode quasi eksperimen dengan
kelompok kontrol post test dan uji
f. Time Terdapat 2 Penelitian dipublikasikan tahun

B. Saran
1. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan pengetahuan
mengenai rebusan daun sirih merah terhadap waktu penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat

42
43

Sebagai salah satu pedoman dalam meningkatkan mutu asuhan


keperawatan melakukan rebusan daun sirih merah terhadap proses
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.
b. Bagi Peneliti
Sebagai penambahan ilmu atau wawasan mengenai Penelitian dan
pengembangan dalam konsep terapi non farmakologi dengan melakukan
rebusan daun sirih merah sebagai salah satu upaya penyembuhan luka
perineum ibu post partum.
c. Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan, dapat sebagai acuan
ataupun referensi dalam pembelajaran tentang pentingnya rebusan daun
sirih merah.

43

Anda mungkin juga menyukai