LITERATURE REVIEW
LITERATURE REVIEW
NIM : 18057
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh
range of motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis lutut” ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
bukan hasil karya penulis lain.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah
ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.
Pembuat pernyataan
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis iImiah dengan judul “Pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut” ini telah disetujui
untuk diujikan dihadapan Tim penguji.
i
i
Jakarta, 03 Juni 2021
Pembimbing KTI
NUPN : 0310116107
Mengetahui,
Direktur
NUPN : 0310116107
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Lady Julieta Solihin dengan judul pengaruh range of
motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis
lutut ini telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam ujian sidang dihadapan
Tim penguji pada tanggal 03 Juni 2021.
i
i
i
Jakarta , 03 Juni 2021
Penguji I
(Ns.Rini Rahmasari,M.Kep)
NUPN : 9903261342
Penguji II
NUPN : 0310116107
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya sehingga peneliti
dapat menyusun studi kasus yang berjudul “ Pengaruh range of motion aktif
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian
akhir dalam memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan. Selama menyusun KTI ini peneliti menyadari banyak menemukan
dukungan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan pembimbing
sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dengan segala
i
v
kerendahan hati dalam kesempatan ini izinkanlah peneliti menghaturkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Letjen TNI Mar (Purn) Safzen Noerdin, selaku ketua Yayasan Kesehatan
Sumber Waras.
2. Dr. Hj. Seosilowati S.Sp.PD., KEMD-FINASIM, selaku pembina Akademi
Keperawatan Sumber Waras Jakarta.
3. Drg. Damayanti Grahila, selaku pembina Akademi Keperawatan Sumber
Waras Jakarta.
4. Ns. Esther Lenny Dorlan Marisi, SKM, M.Kep., selaku Direktur dan
pembimbing serta penguji II KTI studi literatur Akademi Keperawatan
Sumber Waras.
5. Ns.Rini Rahmasari,M.Kep selaku penguji I sidang KTI Akademi
Keperawatan Sumber Waras.
6. Ns. Cicilia Ernawati Rahayu M.Kep., selaku koordinator mata kuliah KTI
Akademi Keperawatan Sumber Waras.
7. Ns. Donny Richard Mataputun, M.Kep., selaku koordinator mahasiswa
angkatan XXI Akademi Keperawatan Sumber Waras.
8. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan Sumber Waras yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti mengikuti
pendidikan di Akademi Keperawatan Sumber Waras Jakarta.
9. Orang tua Bapak Cecep Solihin , Ibu Yuli Haryati dan seluruh anggota
keluarga besar yang telah memberikan perhatian dan dukungan yang tulus
baik moral maupun material sehingga peneliti dapat menyelesaikan KTI ini
dengan baik.
10. Kepada Inayahtun Najijah, Adinda Putri Milenia, Marsela Triyanto Putri,
Venesya Amanda, Firda Erine Hafifah, Eka Septi Nuraini dan semua rekan
– rekan mahasiswa dan mahasiswi khususnya Angkatan XXI Akademi
Keperawatan Sumber Waras yang turut berpartisipasi dalam pembuatan
KTI.
Akhirnya dengan satu harapan semoga KTI ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
peneliti dan institusi. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan kepada
Bapak atau Ibu atas bantuan yang diberikan kepada peneliti, amin.
v
Jakarta, 03 Juni 2021
Hormat saya
v
i
Nursing Academy of Sumber Waras Jakarta
Lady Julieta Solihin
Advisor : Ns. Esther Lenny D.M. SKM, M.Kep
v
i
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1. Tujuan Umum .............................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep osteoarthritis ..................................................................... 4
1. Pengertian ................................................................................... 4
2. Klasifikasi .................................................................................. 4
3. Etiologi ....................................................................................... 4 4.
Patofisiologi ............................................................................... 5
5. Penatalaksanaan .......................................................................... 6
B. Konsep Lansia ................................................................................ 9
C. Konsep Range Of Motion ............................................................... 10
1. Pengertian ................................................................................... 10
2. Tujuan ........................................................................................ 10 3.
Jenis Range Of Motion ................................................................ 10
4. Indikasi Dan Sasaran ROM ......................................................... 11 5.
Macam-Macam Gerakan ROM ................................................... 12
6. SOP ROM Aktif .......................................................................... 13
D. Jurnal Terkait ................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Dan Jenis Penelitian ........................................................... 19
B. Waktu Penelitian ............................................................................ 19
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 19
D. Metode Analisa Data Dan Interpretasi Data ................................. 21
E. Etika Penelitian .............................................................................. 23
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Identifikasi Persamaan Dan Perbedaan Penelitian .............
24
v
i
i
i
B. Hasil Analisa Persamaan Dan Perbedaan Penelitian ....................
30
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap manusia pada dasarnya akan menjadi tua atau disebut lansia.
Proses menuaan tersebut berjalan lambat dan mengakibatkan terjadi
penurunan fungsi tubuh. Penurunnan fungsi tubuh terjadi pada
beberapa sistem, yakni; system persarafan, system penglihatan, system
pendengaran, system kardiovaskuler, system integument, dan salah
satunya sistem muskoloskeletal seperti kehilangan densitas (cairan)
dan semakin rapuh, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang
penyangga rusak dan haus, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari
pergelangan terbatas bahkan bisa terjadinya timbul rasa nyeri. Masalah
kesehatan terkait muskuloskeletal pada usia tua yakni osteoarthritis
(OA).
1
2
B. Rumusan masalah
3
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Didapatkan gambaran pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
2. Tujuan khusus
a. Dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaan penelitian
sebelumnya terkait pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
b. Dapat dianalisa persamaan dan perbedaan pengaruh dari range of
motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis lutut.
c. Dapat diketahui keterbatasan penelitian – penelitian sebelumnya
terkait pengaruh range of motion aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
D. Manfaat
1. Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang akan diteliti.
2. Mengetahui hasil penelitian pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
3. Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam pengaruh range of motion aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh range of motion aktif untuk
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis
lutut.
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya menurut (Prieharti, 2017) OA
diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.
a. OA primer atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
b. OA sekunder adalah jenis OA yang penyebabnya jelas, seperti
akibat penuaan, cedera atau trauma berulang pada sendi, infeksi
pada sendi, penyakit yang menyerang tulang rawan, dan obesitas.
3. Etiologi
Menurut (Wiarto, 2017) penyebab dari OA ialah :
a. Peningkatan usia.
OA biasanya terjadi pada usia lanjut. Usia rata-rata laki-laki yang
mendapat osteoarthritis lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan
puncaknya pada 55-64 tahun, sedangkan wanita 65 tahun dengan
puncaknya pada usia 65-74 tahun.
b. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
bekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya
OA.
4
c. Jenis kelamin
Angka kejadian OA berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih
tinggi pada perempuan dengan nilai presentase lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki.
d. Riwayat trauma
5
4. Patofisiologi
Menurut (Wiarto, 2017) penyakit sendi degeneratif merupakan suatu
penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakanakan meupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
6
5. Penatalaksanaan
Menurut (Prieharti, 2017) :
a. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
b. Non Farmakologi : edukasi, diet, terapi fisik, latihan rentang gerak
(ROM) aktif/pasif, kompres hangat, mengistirahatkan sendi.
c. Keperawatan
1) Pengkajian
a) Riwayat kesehatan, yaitu riwayat kejadian awal nyeri sendi,
saat aktivitas atau istirahat, serta faktor penyebab dan resiko
dari nyeri sendi
b) Pemeriksaan fisik, yaitu adanya nyeri sendi karena gerakan,
pembengkakan pada sendi, adanya rasa nyeri pada area yang
terjadi peradangan sendi, kesulitan melakukan aktivitas
seharihari dan bergantung dengan orang lain. Pengukuran
skala nyeri; Visual Analog Scale (VAS), Pain Rating Scale
(PRS), dan Numeric Rating Scale (NRS).
(1) Visual Analog Scale (VAS) merupakan alat pengukuran
intensitas nyeri yang dianggap paling efisien yang telah
7
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang penulis angkat dari buku sumber
(PPNI, 2017), yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan muskoloskeletal.
Gejala dan tanda mayor :
a) Subjektif antara lain, mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas.
b) Objektif antara lain, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun.
Gejala dan tanda minor :
a) Subjektif antara lain, nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak.
b) Objektif antara lain, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah.
9
C. Konsep ROM
1. Pengertian
ROM adalah jumlah maksimum Gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potogan tubuh, yaitu sagittal, transversal, dan
frontal.
ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan tonus otot (Rudi, 2019).
2. Tujuan
Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas
persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk
tulang, mencegah kekakuan sendi, dan memperbaiki tonus otot (Rudi,
2019).
a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah sejenis ROM aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual
atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c) ROM aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d) ROM aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas
dan di bawah daerah yang tidak dapat bergerak.
Sasaran :
a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM
aktif serupa dengan ROM pasif.
b) Kentungan fisiolgis dari kontraksi otot aktif dan pembelajara gerak
dari control gerak volunter.
c) Sasaran spesifik :
(1) Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot
yang terlibat.
(2) Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi.
(3) Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan
persendian.
(4) Meningkatkan sirkulasi.
(5) Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik.
2) ROM pasif, indikasi :
a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan.
b) Ketika paisen tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bedrest total Sasaran :
a) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat.
12
D. Jurnal terkait
1. Jurnal I, Hannan dan Suprayitno (2016)
“Pengaruh latihan ROM terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan
osteoarthritis Di Posyandu Lansia Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep”. Populasi dalam penelitian
ini sebanyak 64 responden lansia dengan OA di Posyandu Lansia Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.
Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan Pain Rating Scale
sebelum dan sesudah melakukan ROM selama satu minggu yang
dilakukan minimal 2 kali sehari. Tidak ada komparasi pada jurnal ini
karena intervensi dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok
pembanding.
B. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2021.
19
Screening:
a. Rentang waktu 5 tahun terakhir dari
Screening(n=
2016 sampai2021 dengan kata kunci
1.470) osteoarthritis,ROM,dan nyeri sendi
b. Artikel menggunakan bahasa
Indonesia (nasional) dan bahasa
inggris (internasional)
c. Tipe artikel penelitian (review
articles, research articles)
d. Google Schoolar (n = 980)
Kriteria Inklusi :
a. Jurnal yang berkaitandengan
osteoarthritis,ROM,dan nyeri sendi
pada lansia.
b. Jurnal yang membahas pengaruh ROM
terhadap penurunan nyeri sendi
dengan osteoarthritis.
Google Scholar (n= 5)
2. Intepretasi data
a. Komparatif
Membandingkan objek penelitian dengan konsep pembanding. Dalam
penelitian ini penulis mengambil objek penelitian tentang tindakan
ROM terhadap lansia yang memiliki nyeri dengan skala 3 -8.
b. Criticize
Membuat pendapat sendiri, review sebuah artikel juga bias bersifat setuju
atau tidak setuju terhadap pandangan penulis dengan pembaca dan bisa
juga digunakan sebagai penghubung lebih dari satu pandangan
(sintesa). Penulis akan menuliskan analisa penulis yang
menggambarkan pandangan setuju atau tidak setuju terhadap lima
penelitian dengan topik yang sama, dengan dasar-dasar pemikiran
maupun literatur yang menunjang lainnya.
c. Synthesize
23
E. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan literature review, terdapat beberapa
etika dalam penelitian. Menurut Wager & Wiffes (2011) mengatakan
terdapat beberapa standar etik untuk penelitian, yaitu :
1. Hindari duplikat yang berlebihan dengan cara menyeleksi artikel yang
sama pada setiap publikasi yang digunakan supaya tidak double
counting.
2. Memastikan ekstraksi data yang akurat dengan membaca kembali
secara berulang karya tulis ilmiah yang disertakan untuk menemukan
duplikat publikasi.
3. Menghindari plagiat, plagiarism merupakan perbuatan yang serius
dikarenakan mengambil karya milik orang lain dan diakui sebagai
karyanya sendiri. Tindakan plagiarism ini memberikan dampak pada
disintegritas sivitas akademik dan menurunkan moral pelaku.
BAB IV
PEMBAHASAN
\
25
24
b. Penelitian 2
Tabel 4.2 Karateristik responden pada penelitian 2
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN
USIA
45-59 tahun 13
60-74 tahun 14
75-90 tahun 3
JENIS KELAMIN
Laki-laki 5
Perempuan 25
Keterangan : karateristik responden mayoritas berusia lebih dari 60
tahun dan berjenis kelamin perempuan.
Intervensi Kontrol
Jenis kelamin :
Laki-laki 7 5
Perempuan 11 13
Usia :
45-59 tahun 3 6
60-74 tahun 15 12
Pendidikan :
Tidak sekolah 6 5
SD 9 10
SMP 2 2
SMA 1 1
Jenis pekerjaan :
Bekerja 4 3
Tidak bekerja 14 15
e. Penelitian 5
Tabel 4.4 Karateristik responden pada penelitian 5
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN
Intervensi Kontrol
Jenis kelamin :
Laki-laki 24 8
Perempuan 44 14
Usia :
60-65 tahun 25 9
66-70 tahun 30 13
>70 tahun 13 0
Indeks Masa Tubuh
IMT Normal 25 9
IMT lebih 43 13
2. Intervention
Intervensi yang diberikan homogen, yakni intervensi manajemen nyeri
non farmakologi berupa latihan ROM aktif untuk menurunkan
intensitas nyeri karena OA. Kelima penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan pengukuran skala nyeri.
Perbedaan terdapat pada ;
3. Comparation
Penelitian 1,2,3 dari kelompok intervensi, penelitian 4,5 terdiri dari
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
4. Outcome
Penulis menemukan persamaan pada 5 penelitian sebelumnya, yakni
dalam kelima penelitian terdapat penurunan intensitas nyeri pada
pasien OA. Hasil uji statistik pada kelima penelitian tersebut terdapat
pengaruh yang signifikan dari tindakan ROM aktif terhadap penurunan
intensitas nyeri.
Perbedaan pada outcome ini lebih kepada tingkat atau skala penurunan
nyeri yang berbeda-beda, yakni :
a. Penelitian 1
Tabel 4.6 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 1
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
Pre Test Post test
Tidak nyeri 4
Ringan 11 30
Sedang 31 20
Berat 22 10
Total 64 64
b. Penelitian 2
Tabel 4.7 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 2
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
28
c. Penelitian 3
Tabel 4.8 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 3
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
Pre Test Post test
Tidak nyeri 3 32
Ringan 25 1
Sedang 5 0
Total 33 33
d. Penelitian 4
Tabel 4.9 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 4
Kelompok Nilai Mean
Pre Test Post test
Intervensi 5,11 2,11
kontrol 6,05 4,16
e. Penelitian 5
29
5. Statistic
Penulis menemukan persamaan metode penelitian yang digunakan
pada penelitian 1,2,3 yakni pre experiment one group pretest posttest
design. Pada penelitian 4,5 yakni quasi experiment pretest posttest
control group design. Perbedaan terdapat pada : a. Jumlah sampel
Tabel 4.11 jumlah sampel pada kelima penelitian
Penelitian Jumlah sampel Total
Kelompok Kelompok
intervensi kontrol
b. Kriteria inklusi
1) Penelitian 1,2,4, mengalami nyeri sedang
2) Penelitian 3 lansia dengan nyeri sendi ekstremitas bawah.
3) Penelitian 5 lansia yang mengalami osteoarthritis lutut.
c. Uji statistik yang digunakan
30
6. Time
Penulis menemukan 5 penelitian dilakukan pada tahun 2016-2021,
adapun lama yang dilakukan peneliti yakni terdapat perbedaan
penelitian 1 pada bulan November 2016, penelitian 2 pada bulan April
2018, penelitian 3 dilakukan selama 2 minggu, penelitian 4,5 dilakukan
selama 1 bulan.
Nyeri juga merupakan salah satu tanda gejala utama lansia dengan OA,
hal tersebut dituliskan dalam teori Wiarto (2017). Klasifikasi lansia
menurut WHO adalah : 1) Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, 2) Usia
tua (old) 75-90 tahun, 3) Usia sangat tua (very old) > 90 tahun. Kelima
penelitian memiliki batasan klasifikasi lansia elderly, old, dan very old.
Pada dasarnya menurut azizah (2011) menyatakan bahwa pada lansia
terjadi penurunan fungsi sistem muskoloskeletal yang diakibatkan
adanya perubahan pada kolagen, dampak dari perubahan ini adalah
berkurangnya fleksibilitas sendi, selain itu terjadi pula erosi pada
kapsul persendian yang menyebabkan penurunan luas pergerakan sendi
dan menyebabkan nyeri. Hal ini juga sejalan dengan penelitian lain
yang dilakukan oleh Firmansyah dan Suprayitno (2018) Lia,
Handayani dan Adi (2017) dan Hartinah dan Koerniawan (2019) yang
memiliki populasi lansia yang mengalami nyeri kronis dengan OA.
2. Intervention
Intervensi yang diberikan homogen, yakni intervensi manajemen nyeri
non farmakologi berupa latihan ROM aktif untuk menurunkan
intensitas nyeri karena OA. Kelima penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan pengukuran skala nyeri.
3. Comparation
Pada penelitian 1,2,3 menggunakan one group, yakni kelompok
intervensi. Penulis menemukan perbedaan pada penelitian 4,5
menggunakan two group, yakni terdapat dua kelompok yang terdiri
dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
4. Outcome
Penulis juga mendapatkan persamaan hasil dari 5 penelitian
sebelumnya, yakni semua penelitian memiliki penurunan intensitas
nyeri pada lansia dengan OA setelah diberikan intervensi ROM aktif
dan terdapat persamaan hasil uji statistik pengaruh yang signifikan
ROM aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA.
5. Statistic
35
Keterangan :
n = Jumlah sampel N = Total populasi e2 =
Tingkatan kesalahan dalam pengambilam sampel
a) Pada penelitian 1,2,3 tidak diketahui jumlah populasinya,
sedangkan
b) Pada penelitian 4 diketahui jumlah populasi 474, berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus Slovin didapatkan penetapan
sampel dengan besaran kesalahan 5% (0,05) yakni 217
36
Tehnik sampling
Penelitian 1,5 menggunakan simple random sampling, penelitian 2
menggunakan teknik accidental sampling dan penelitian 3,4
menggunakan teknik purposive sampling.
6. Time
Penulis menemukan 5 penelitian dilakukan pada tahun 2016-2021,
adapun lama yang dilakukan peneliti yakni terdapat perbedaan
penelitian 1 pada bulan November 2016, penelitian 2 pada bulan April
2018, penelitian 3 dilakukan selama 2 minggu, penelitian 4,5 dilakukan
selama 1 bulan.
C. Keterbatasan penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan metode studi litetarure review
penulis mendapatkan adanya kelemahan atau kekurangan, sehingga hasil
yang didapatkan memungkinkan belum optimal. Kelemahan atau
kekurangan tersebut, diantaranya :
1. Penulis hanya menemukan 8 penelitian dengan judul yang homogen, 5
diantaranya sebagai jurnal yang dianalisa, 3 jurnal lainnya sebagai data
penunjang. Kelima penelitian tersebut tidak mencantumkan
langkahlangkah kerja ROM, durasi dilakukannya ROM sehingga
penulis kesulitan untuk melakukan perbandingan antara penelitian-
penelitian tersebut.
2. Penelitian 1 dan 2 tidak dituliskan tanggal penelitian tetapi bulan dan
tahun saja dalam jurnal tersebut. Hal ini membuat penulis tidak dapat
39
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang berjudul Pengaruh ROM
aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA yang
sudah penulis uraikan, didapatkan kesimpulan yakni :
1. Pada kelima penelitian didapatkan hasil identifikasi persamaan
dan perbedaan terhadap; populasi (karateristik lansia
terdiagnosa OA dengan nyeri pada persendian ekstremitas
bawah), intervensi yang dilakukan yakni melakukan ROM
aktif, terdapat kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
hasil terdapat penurunan skala nyeri dengan tingkatan yang
berbeda-beda dan terdapat pengaruh signifikan dari tindakan
yang diberikan pada kelompok intervensi, statistik (desain
penelitian) yang digunakan disesuaikan dengan kelompok
penelitian yang ada (kriteria inklusi, jumlah responden, waktu
dan lamanya penelitian).
2. Pada kelima penelitian didapatkan hasil analisa mengenai hasil
uji statistik p-value < 0,05, maka Ho ditolak dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh ROM aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan OA.
B. Saran
Berdasarkan analisa terhadap hasil studi literature, kesimpulan dan
keterbatasan yang dihadapi peneliti, maka peneliti mencoba
memberikan saran : 1. Bagi rumah sakit
Berdasarkan dari berbagai sumber literatur diharapkan bahwa
rumah sakit dapat melakukan ROM aktif terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan OA.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Donsu Jenita, D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru
Press
Firmansyah, Dedi. (2018). Pengaruh latihan gerak sendi lutut terhadap nyeri
sendi lutut pada lansia yang mengalami osteoarthritis di wilayah kerja
Puskesmas Pengasih 1 Kulon Progo Yogyakarta. Diakses pada Sabtu 22 Mei
2021 pukul 07.48.
Hartinah, Siti. (2019). Efektivitas range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan
otot ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pada lansia. Diakses pada Sabtu
22 Mei 2021 pukul 08.32.
PPNI DPP SIKI POKJA TIM. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
ABSTRACT
Background: Osteoarthritis is a degenerative joint disease in which damage to the joints of aging
been anticipated plays an important role in the development of osteoarthritis (Stanley, 2006). It
forced a decline in activity or immobilization so it accelerate the prognosis of the disease. This
study aimed to determine the Range of Motion (ROM) exercise influence in changing the pain scale
in elderly with osteoarthritis in the elderly Posyandu Kalianget Timur Kalianget Sumenep.
Method: This Research design is pre experiment one group pre and post test design with simple
random sampling. The population are 76 people with total sample of 64 people. Data were
analyzed using wilcoxon test.
Result: The results of the study prior to Range of Motion (ROM) exercise pain scale at nearly half
the respondents (48.4%) had moderate pain (scale 4-6). And after Range of Motion (ROM) exercise
pain scale at nearly half the respondents (46.9%) had mild pain (scale 1-3). Data were analyzed
using wilcoxon test. The results obtained p = 0.000 which means Range of Motion (ROM) exercise
significantly effective in changing the pain scale in osteoarthritis patients in the elderly Posyandu
Kalianget Timur Sumenep.
Conclusion: ROM exercises is non pharmacological therapy that can aplied to reduce the scale of
pain in elderly with osteoarthritis. The result of this study is expected to increase the knowledge and
prevent pain by creating and ROM maintaining positive habit to avoid degenerative joint stiffness
that caused by pain.
terbesar terhadap morbiditas diseluruh dunia orang penderita osteoartritis. Berdasarkan data
dan memiliki pengaruh besar pada kesehatan, Puskesmas Kalienget mengenai jumlah lansia
kualitas hidup, serta beban biaya kesehatan yang terdaftar dikeseluruhan Posyandu sebanyak
yang besar. Lebih dari 150 berbagai kondisi 164 orang dengan keluhan terbanyak pada lansia,
dan sindrom masalah yaitu osteoartritis, hipertensi, ISPA, DM, sesak,
batuk, diare dan kusta. Kemudian data Posyandu
55 lansia Desa Kalianget Timur didapat jumlah
tulang diderita oleh seseorang yang menyebabkan lansia sebanyak 76 orang dengan osteoartritis.
nyeri, inflamasi dan kecacatan fisik. Di atas usia Uraian prevelensi osteoartritis di atas,
70 tahun, 40 % diantaranya menderita merupakan proses alami pada penuaan yang
osteoartritis lutut, 80 % pasien dengan menyebabkan beberapa situasi, yaitu penurunan
osteoartritis mempunyai keterbatasan gerak, dan tonus otot, kekuatan dan ketahanan sistem
25 % tidak dapat melakukan aktivitas pokok muskuloskelatal. Di samping itu, kekakuan dan
harian. erosi sendi menurunkan pergerakan sendi, serta
Lawrence et al. (2008) dalam Guglielmi, penurunan hormon menyebabkan pengeroposan
Peh, dan Guermazi (2013) tulang dan mempengaruhi kemampuan tulang
berpendapat, prevalensi OA tangan dan untuk melakukan proses penyembuhan. Hal
lutut meningkat seiring dengan pertambahan usia tersebut memicu gangguan muskuloskelatal dan
dan lebih banyak pada wanita penyakit yang sering dialami lansia yaitu
dibandingkan pria, khususnya mereka yang osteoartritis (Dewi, 2014).
berusia ≥ 50 tahun. Keadaan ini akan mengakibatkan adanya
Prevalensi OA yang ditemukan di Eropa sebesar gangguan rasa nyaman (nyeri) dan penurunan
30 % pada individu yang berusia 75 dan lebih. aktivitas. Kemudian Stanley (2006) juga
Sampai hari ini, osteoartritis merupakan berpendapat bahwa mobilitas atau aktivitas
gangguan muskuloskeletal yang paling sering adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia.
pada lansia. Sekitar 43 juta orang di United Vitalnya aktivitas akan memicu terjadi
States dan 15 % dari populasi dunia mengalami penambahan mortalitas atau kesakitan dan
gangguan tersebut. berisiko terjadi gangguan kesehatan pada sistem
Peningkatan jumlah lansia pula terjadi di yang lain. Stanley (2006) memaparkan
Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes RI (2014) osteoartritis mengalami degenerasi kartilago
jumlah lansia tertinggi tahun 2012 adalah persendian karena membentuknya tulang baru
Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dibagian tepi sendi.
Jawa Tengah (10,34%). Selain itu, disebutkan Perubahan degeneratif menyebabkan
bahwa jumlah penyakit lansia tahun 2012 sebesar kartilago yang halus, putih, tembus cahaya
26,93%. Data SUSENAS tahun sehingga gelap dan kuning, permukaannya
2012, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menjadi kasar dan terjadi pelunakan. Pada saat
dikumpulkan informasi mengenai macam lapisan kartilago terjadi penipisan, permukaan
keluhan kesehatan yang umum. Masalah tulang tumbuh bertambah dekat satu dan lainnya.
kesehatan tertinggi yaitu jenis keluhan lainnya Hal tersebut mengakibatkan rasa nyeri, kekakuan
(32,99%) yaitu keluhan yang diakibatkan oleh dan penurunan fungsi yang dihubungkan dengan
penyakit kronis misalnya: darah tinggi, asam tanda peradangan misalnya nyeri tekan,
urat, rematik, diabetes dan darah rendah. kehangatan dan pembengkakan.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Dalam artikel ilmiah Ambardini (2011),
Sumenep didapatkan jumlah lansia sebanyak memaparkan proses penuaan diperkiran menjadi
80.720 ribu orang, lelaki sejumlah 48.556 orang penyebab kelemahan sendi, berkurangnya
dan perempuan sejumlah 32.164 orang. Didapat propriosepsi sendi, kalsifikasi kartilago, dan
pula bahwa prevalensi osteoartritis terbanyak berkurangnya fungsi kondrosit. Range Of Motion
pada usia lansia, yaitu usia 55-59 tahun 2696 (ROM) merupakan latihan rentang gerak pada
orang penderita osteoartritis, 60-69 tahun 4288 sendi. Ulliya (2007), juga menyatakan bahwa
orang penderita osteoartritis dan >70 tahun 3083 terdapat pengaruh latihan ROM terhadap
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 57
fleksibilitas sendi lanjut usia. ROM mampu (1) bersedia diteliti, Lansia yang kooperatif, Tidak
menjaga kekuatan otot, (2) menjaga mengkonsumsi obat penghilang rasa
pergerakanpersendian, (3) melancarkan aliran nyeri/analgesik sebelum latihan Range of Motion
darah, (4) menghindari terjadinya kelainan (ROM) dilakukan dan bersedia diteliti.
bentuk. Latihan ROM mengakibatkan Kriteria eksklusi: Lansia dengan
peningkatan peredaran darah ke dalam kapsula osteoartritis yang mengalami nyeri,tetapi tidak
sendi dan meningkatkan fleksibiltas persendian bersedia diteliti, Lansia dengan osteoartritis yang
sehingga nyeri dapat berkurang bahkan teratasi depresi berat. instrument penelitian dengan
(Suratun, 2008). kuesioner untuk engukur nyeri osteoartritis,
Kemudian, menyadari ada adapun instrument dalam mengukur nyeri
suatu perbaikan hasil latihan ROM yang mudah osteoartritis pada responden menggunakan Pain
dilakukan baik secara aktif ataupun pasif, dapat Rating Scale, perlakuan dilakukan selama satu
menjadi langkah dalam mengatasi masalah minggu dengan minimal 2 kali sehari.
degeneratif pada lansia yang mengalami
osteoartritis. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada
tanggal 19 Desember 2015 didapatkan bahwa 1. DATA UMUM
masalah kesehatan osteoartritis sangat dirasakan Tabel 1.1 Karakteristik responden
pada lansia di Posyandu lansia desa Kalianget berdasarkan usia
Timur. Keluhan utama lansia yaitu nyeri sendi Kategori Jumlah Prosentase
yang memaksa untuk lebih banyak berdiam diri
atau imobilisasi daripada melakukan aktivitas, 45-59 tahun 22 34.4
seperti olahraga, senam, yoga ataupun rentang
gerak lainnya. 60-74 tahun 38 59.4
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
75-90 tahun 4 6.2
sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Latihan Range of Motion Tabel 1.1 menggambarkan responden sebagian
(ROM) Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada besar yaitu 60-70 tahun (elderly) sejumlah 38
Lansia Dengan Osteoartritis Di Posyandu Lansia orang (59,4%).
Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep”. Penelitian ini dilakukan Tabel 1.2 Karakteristik responden
sebagai upaya mengetahui pengaruh riil latihan berdasarkan jenis kelamin
ROM pada lansia terhadap perubahan skala nyeri Jenis kelamin Jumlah Prosentase
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan
aktivitas dan menunjang hidup khususnya lansia laki-laki 7 10.9
lebih berkualitas. Peningkatan kesehatan pada
lansia menjadi kunci suatu negara dikatakan perempuan 57 89.1
sehat. Tabel 1.2 menggambarkan jenis kelamin
responden hampir seluruhnya yaitu perempuan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN sebanyak 57 orang (89,1 %).
Penelitian ini merupakan jenis pre
eksperimental dengan one-group pre-test posttest Tabel 1.3 Karakteristik responden
design. Sampel penelitian adalah Sebagian Lansia berdasarkan tingkat pendidikan
Osteoartritis Dengan Nyeri Sendi Dari Populasi
Di Posyandu Desa Kalianget Timur Pendidikan Jumlah Prosentase
Sebanyak 64 Orang. Simple Random SD 64 100
Sampling.Kriteria inklusi yaitu: Lansia yang
didiagnosa osteoartritis oleh dokter, Lansia SMP 0 0
dengan osteoartritis yang mengalami nyeri
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 58
SMA 0 0
Tabel 2.2 menjelaskan skala nyeri responden
Tabel 1.3 menggambarkan tingkat pendidikan sebelum dilakukan latihan Range of
responden seluruhnya yaitu SD (100%). Motion(ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri
2. data Khusus sedang (skala 4-6) sebanyak 31 orang (48,4%).
Tabel 2.1 Karakteristik nyeri osteoartritis pada Tabel 2.3 Skala nyeri setelah dilakukan
responden latihan ROM
Karakteristik Skala nyeri Jumlah Prosentase
Jumlah Prosentase
nyeri tidak nyeri 4 6.3
Penyebab nyeri ringan 30 46.8
udara dingin 22 34.4 nyeri sedang 20 31.3
Kelelahan 25 39 nyeri berat 10 15.6
Bergerak 17 26.6 Total 64 100
Total 64 100 Tabel 2.3 menjelaskan bahwa skala nyeri
Kualitas responden sesudah dilakukan latihan Range of
terus-menerus 31 48.4 Motion (ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri
hilang timbul 33 51.6 ringan (skala 1-3) sebanyak 30 orang (46,8 %).
Total 64 100
Lokasi Tabel 2.4 Skala nyeri sebelum dan sesudah
satu persendian 32 50 dilakukan latihan Range of Motion
dua persendian 31 48.4
>2 ersendian 1 1.6
Total 64 100 ∑ % ∑ %
Waktu 0 0 4 6.3
1x/hari (10-25 11 17.2 30 46.8
34 53.1 31 48.4 20 31.3
menit)
2x/hari (25-40 22 34.4 10 15.6
30 46.9 64 100 64 100
menit)
Total 64 100 Sebelum Sesudah
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penyebab nyeri Skala nyeri
osteoartritis hampir setengahnya yaitu kelelahan
Tidak nyeri
sebanyak 25 orang (39,0 %). Karakteristik nyeri
Nyeri ringan
berdasarkan kualitas sebagian besar yaitu hilang-
Nyeri sedang
timbul (dipukulpukul) sebanyak 33 orang (51,6
Nyeri berat Total
%). Karakteristik nyeri berdasarkan lokasi
setengahnya yaitu satu persendian sebanyak 32
Tabel 2.4 menunjukkan secara deskriptif
orang (50 %). Karakteristik nyeri berdasarkan
tampak ada perbedaan skala nyeri sebelum dan
waktu sebagian besar yaitu 1 kali/hari (10-25
sesudah (pre dan post) dilakukan latihan Range
menit) sebanyak 34 orang (53,1 %).
of Motion (ROM). Sebelum dilakukan latihan
Range of Motion jumlah responden yang
Tabel 2.2 Skala nyeri sebelum dilakukan
mengeluh nyeri berat dengan skala 7-9 awalnya
Skala nyeri Jumlah Prosentase berjumlah 22 responden, setelah itu berkurang
nyeri ringan 11 17.2 menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah
nyeri sedang 31 48.4 responden dengan keluhan nyeri sedang dengan
nyeri berat 22 34.4 skala 4-6 awalnya 31 responden, setekah itu
Total 64 100 berkurang menjadi 20 responden, dan responden
latihan ROM yang mengeluh nyeri ringan dengan skala 1-3
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 59
awalnya 11 kemudian meningkat menjadi 30 skala nyeri osteoartritis pada lansia. Hasil uji
responden serta jumlah responden yang tidak analisis statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa
mengeluh nyeri awalnya 0 setelah itu menjadi 4 nilai p=0,00. Hasil ini bisa disimpulkan jika H1
responden. diterima. P= 0,000 yang menunjukkan bahwa
Hal tersebut menggambarkan latihan ROM memiliki pengaruh pada perubahan
keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan skala nyeri pasien osteoartritis.
PEMBAHASAN Karakteristik nyeri berdasarkan kualitas
sebagian besar yaitu hilang-timbul (dipukul-
1. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan pukul), dan karakteristik lokasi setengahnya
Osteoartritis Sebelum Dilakukan Latihan yaitu satu persendian. Menurut Potter & Perry
Range of Motion (ROM)
(2006) nyeri dapat mengakibatkan berbagai
Pengukuran skala nyeri lansia dengan respon, yaitu efek fisik, perilaku dan pengaruh
osteoartritis menggunakan VDS (Verbal pada aktifitas sehari-hari. Kemudian, terjadi
Discriptor Scale) dan kuisioner. Hasil penelitian peningkatan respons stress yang terdiri dari
berdasarkan karakteristik responden percepatan
metabolisme, curah jantung,
menjelaskan sebagian besar responden berjenis penurunan respons insulin,
bertambahnya
kelamin perempuan. Menurut Potter & Perry pengeluaran kortisol serta penurunan cairan. (2006)
pada umumnya perempuan dan laki-laki
Respons stress juga dapat meningkatkan resiko
tidak jauh beda jika merespon nyeri. pasien terhadap gangguan fisiologis. Kebudayaan berpengaruh
terhadap jenis
Karakteristik nyeri berdasarkan waktu nyeri
kelamin dalam memaknai nyeri, sepertil menilai menunjukkan sebagian besar yaitu 1 kali/hari
bahwa seorang laki-laki tidak boleh menangis
(10-25 menit). Rasa sakit pada persendian di
dan harus berani, perempuan bisa menangis pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan
dalam keadaan yang sama. Keadaan tersebut sendi sebelum beraktifitas, biasanya nyeri sendi
terus berkembang dan menjadi fenomena akan menurun di siang hari setelah aktifitas.
sendiri. Kemudian situasi tersebut secara tidak
Nyeri sendi berhubungan dengan kadar kortisol
langsung mempengaruhi koping nyeri untuk yang terendah pada pagi hari. Menurut
setiap individu. Koopman (2007) menjelaskan
American College of Reumathology (ACR)
kejadian arthritis lebih besar diderita dalam (Ashari,
2009) secara klinis penderita
perempuan, dengan perbandingan 3:1, yang osteoatritis dikatakan positif, yaitu usia > 50
diperkirakan berkaitan dengan faktor hormon. tahun, kekakuan pada pagi hari kurang dari
Karakteristik responden berdasarkan setengah jam, krepitasi, pembesaran tulang,
umur menunjukkan sebagian besar yaitu 60-70 nyeri tekan pada tulang serta sekitar sendi teraba
tahun (elderly).
Pamungkas
dkk
(2010)
tidak hangat.
menjelaskan jika kemampuan mengatasi pada
Osteoartritis (OA) merupakan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 60
nyeri meningkat sesuai dengan bertambahnya abnormalitas pada kartilago (tulang rawan
umur, bertambahnya umur seseorang akan sendi) dengan gejala klinis perubahan klinis,
semakin bertambah pula pengetahuan pada histology dan radiologis (Kuntono, 2011).
nyeri dan cara dalam mengatasinya, orang
Tanda gejala utama terdapat nyeri pada sendi
dewasa terkadang memeriksakan keluhan jika yang yang terserang terutama saat bergerak,
nyeri telah patologis dan menyebabkan
sering muncul dengan perlahan, kekakuan lalu
penurunan fungsi. Penanganan kasus lansia muncul rasa nyeri yang menurun ketika
perlu adanya perhatian lebih mengingat lansia istirahat. Adanya gangguan pergerakan sendi,
tetap merupakan individu yang memiliki hak kaku dipagi hari, krepitasi, pembesaran
untuk diobati baik bio-psiko-sosial dan spritual persendian dan berubahnya cara berjalan
sehingga proses perawatan berjalan optimal.
(Soeroso, 2006). Skala nyeri pada responden
Jika nyeri tidak teratasii akan menyebabkan hampir setengahnya yaitu berada pada skala 4-6
bahaya diluar rasa tidak nyaman yang
(nyeri sedang) sebelum dilakukan latihan Range
diakibatkannya dan setiap individu memiliki of Motion (ROM). Mahon (1994) dalam Potter
cara yang berbeda dalam mempersepsikan serta
(2006), mengartikan nyeri yaitu kondisi lebih
terdapat pula perbedaan dalam batasan-batasan dari hanya rasa tunggal yang diakibatkan
koping nyeri. Berdasarkan hasil penelitian rangsangan tertentu. Rangsangan nyeri bisa
karakteristik responden berdasarkan faktor seperti rangsangan terhadap fisik dan psikis
penyebab nyeri osteoartritis hampir
Skala nyeri menentukan respon individu dalam
setengahnya yaitu kelelahan. Rasa lelah akan mempersepsikannya. Semakin tinggi skala
mengakibatkan rasa nyeri semakin sering dan nyeri, maka berbanding lurus dengan respon
mengurangi koping seseorang. Jika mengalami aktif individu. Hal tersebut, nampak sekali turut
lelah dan insomnia, rasa nyeri akan semakin dirasakan oleh responden yang berkeluh kesah
lebih berat (Potter, 2006).
tentang nyeri osteoartritis yang dialami sebelum Penerapan latihan ROM dilakukan di
dilakukan latihan Range of Motion (ROM) Posyandu lansia Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.
2. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan Latihan ROM dilakukan dua kali sehari selama
Osteoartritis Sesudah Dilakukan Latihan satu minggu. Kemudian, didapatkan skala nyeri
Range of Motion (ROM) pada responden hampir setengahnya yaitu skala
Nyeri akibat osteoartritis tidak dapat 1-3 (nyeri ringan). Jumlah responden yang
dihindari oleh sebagian besar lansia. Hal mengeluh nyeri dengan skala 7-9 awalnya
tersebut tergambar jelas dengan prevelensi berjumlah 22 responden yang berkurang
kejadian osteoartritis baik dunia maupun di menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah
Indonesia. Keadaan tersebut turut dirasakan oleh responden dengan kjeluhan nyeri skala 4-6
responden di Posyandu lansia Desa Kalianget awalnya 31 responden yang berkurang menjadi
Timur yang memaksa untuk mengurangi 20 responden, responden dengan keluhan nyeri
aktivitas atau imobilisasi. Kemudian, perlu skala 1-3 awalnya 11 kemudian meningkat
dilakukan upaya menejemen untuk mengatasi menjadi 30 responden serta jumlah responden
permasalahan tersebut. Salah satunya dari segi yang tidak nyeri awalnya 0 menjadi 4
nonfarmakologi yaitu terapi fisik yaitu latihan responden. Hal tersebut menggambarkan
memperbaiki batas gerak sendi dengan keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan
pemberian latihan ROM. skala nyeri osteoartritis pada lansia. Dampak
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 61
positif latihan ROM terjadi karena berlandaskan bantu pergerakan sendi. Penelitian sebelumnya
prinsip dasar pelaksanaan, yaitu: ROM tentang ROM juga pernah dilakukan oleh Ulliya
dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali dan (2007) dengan hasil terdapat pengaruh latihan
dilakukan paling sedikit 2 kali sehari. ROM ROM terhadap fleksibilitas sendi lanjut usia.
dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga ROM mampu (1) menjaga kemampuan otot, (2)
tidak membuat lelah pasien. Merencanakan menjaga gerakan sendi, (3) melancarkan
latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, peredaran darah, (4) menghindari kecacatan.
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. Latihan ROM meningkatkan aliran darah
Bagian tubuh yang bisa diterapkan latihan ROM menuju kapsula sendi dan meningkatkan
yaitu: jari, leher, siku, lengan, bahu, tumit, kaki fleksibiltas persendian sehingga nyeri dapat
serta pergelangan kaki. ROM bisa dilakukan berkurang bahkan teratasi (Suratun, 2008).
pada seluruh persendian. ROM wajib tepat Latihan ROM merupakan kegiatan sederhana
waktu misalnya sesudah mandi atau perawatan yang mampu memberikan efek besar terhadap
rutin sudah dilakukan (Suratun, 2008). perubahan skala nyeri. Di samping itu,
Latihan Range of Motion (ROM) mampu perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot, latihan ROM dapat dijadikan tolak ukur. Dapat
memelihara gerakan sendi, melancarkan ditarik kesimpulan jika latihan ROM mampu
peredaran darah, menghindari kecacatan dan mempengaruhi perubahan skala nyeri
kontraktur. Mempertahankan kesehatan osteoartritis dengan tetap mempertahankan
pernapasan serta jantung (Potter, 2006). rentang gerak sendi sehingga terjadi perbaikan
Kemudian semua aspek tersebut mampu dalam diarea sendi yang bermasalah.
mengurangi skala nyeri bahkan mengatasi nyeri
yang dirasakan. KESIMPULAN
1. Skala nyeri sebelum dilakukan latihan
3. Skala Nyeri Pada Lansia ROM hampir setengahnya lansia mengalami
Dengan skala nyeri sedang.
Osteoartritis Sebelum Dan setelah Dilakukan 2. Skala nyeri setelah dilakukan latihan
Latihan Range of Motion (ROM) ROM hampir setengahnya lansia mengalami
Hasil uji analisis statistik Wilcoxon skala nyeri ringan.
menunjukkan bahwa latihan ROM memiliki 3. Ada pengaruh latihan ROM dengan
pengaruh dalam menurunkan skala nyeri pada perubahan skala nyeri osteoartritis di Posyandu
pasien osteoartritis. Hasil uji analisis ini lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan
menunjukkan bahwa latihan ROM bisa Kalianget Kabupaten Sumenep.
diterapkan untuk intervensi dalam menangani
pasien osteoartritis. Hal tersebut juga SARAN
dipaparkan dari hasil penelitian Petrus (2014) 1. Bagi institusi pendidikan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Diharapkan bisa mengaktifkan keterampilan
ROM pada skala nyeri lutut lansia osteoartritis mahasiswa untuk melakukan pendidikan
dan latihan ROM bisa dipakai untuk terapi kesehatan pada lansia yang menderita
selain farmakologis untuk mengurangi nyeri osteoartritis, sehingga dalam praktik di
lutut penderita osteoartritis. Potter (2006) lapangan mahasiswa dapat memberikan
menjelaskan bahwa ada keadaan yang selalu penyuluhan yang baikuntuk menambah
dapat diperbaiki dengan terapi latihan, salah pengetahuan tentang pentingnya mengontrol
satunya yaitu nyeri. keadaan skala nyeri.
Menurut Himpunan Reumatologi 2. Bagi perawat
Indonesia atau IRA (2009) penatalaksanaan Kepada perawat diharapkan dapat menggunakan
osteoartritis yakni terapi non farmakologi, salah latihan Range of Motion (ROM) sebagai
satunya yaitu terapi fisik seperti latihan intervensi nonfarmakologi pada penyakit
perbaikan lingkup pergerakan persendian, osteoartritis, sehingga angka kesakitan lansia
kekuatan otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat akibat nyeri osteoartritis berkurang bahkan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 62
teratasi tanpa ada efek samping yang perlu Guermazi, A. (Eds.). (2013). Geriatric Imaging.
dikhawatirkan. Berlin: Springer
3. Bagi responden Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Metode
Kepada responden diharapkan dapat Penelitian Kesehatan Paradigma
menggunakan latihan Range of Motion (ROM) Kuantitatif. Jakarta : Heath Books.
sebagai pilihan pengobatan nonfarmakologi Kalim, H. (2009).Diagnosis Dan
penyakit osteoartritis, sehingga meningkatkan Penatalaksanaan Osteoartritis. Jakarta:
kualitas hidup lansia. IRA.
4. Bagi penelitian selanjutnya Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan
Penelitian lanjutan diharapkan menggunakan Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta : Pusat
variabel penelitian lainnya yang berkaitan Data Dan Informasi Kementerian
dengan osteoartritis. Misal pengaruh latihan Kesehatan RI.
yoga terhadap perubahan skala nyeri pada lansia Koopman, C, 2007. Reconciling Classical
osteoartitris. dengan lebih banyak sampelnya Pragmatism and Neopragmatism.
sehingga hasil lebih baik dan akurat. Indiana University Press : BuffLo
DAFTAR PUSTAKA Kuntono, H. (2011). Nyeri Secara Umum dan
Osteo Arthritis Lutut dari
Ambardini,R.(2011).Peran Pelatihan Aspek Fisioterapi. Surakarta :
Fisik Dalam Manajemen Terpadu Perpustakaan Nasional RI.
Osteoartritis. Maleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian
Arovah, et al (2007). Fisioterapi Dan Latihan Kualitatif. Bandung: PT.
Fisik Pada Osteoartritis. Medikora Remaja Rodaskarya.
Vol.III, No 1. 18-41.
Maryam, R. S, Ekasari, M. Rosidawati, jubaedi,
Ashari I, (2009). Penatalaksanaan A. Batubara, Irwan. (2008). Mengenal
Osteoarthritis. http://www. irwanashari. Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta :
com/ 2009/ 03/ Penatalaksanaan- Salemba medika
Osteoarthritis.html. Diakses tanggal 13 Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. (2012).
Desember 2015
Ilmu Keperawatan Komunitas 2; konsep
Bell, Petrus Andriyanto. (2014). Pengaruh
dan aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Latihan ROM Terhadap Intesitas Nyeri
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan
Lutut Pada Lansia Yang Mengalami
Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta :
Osteoartritis. Skripsi.
Universitas Katolik Widya Mandala EGC
Surabaya. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Departemen kesehatan RI. (1992). UU Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi
Kesehatan RI No 23 Tentang kesehatan 3. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (1998). Pamungkas et al. 2010. Pengaruh latihan gerak
UndangUndang Kesehatan RI No 13 kaki (stretching) terhadap penurunan
tentang Usia Lanjut nyeri sendi ekstrimitas bawah pada
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan lansia sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.
Gerontik . Yogyakarta: Deepublish. Vol. 3, Edisi 1, from
Felson D.T, et al. (2006). The Incidence and Potter, P. A & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Natural History of Knee Osteoarthritis Fundamental Keperawatan. Jakarta:
in the Elderly : The Framingham EGC.
Osteoarthritis Study. Arthritis Price, A. S., Wilson M. L. (2006). Patofisiologi
Rheumatology;38:15001505. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Giriwijoyo, H. S. (2012). Ilmu Kesehatan Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit.
Olahraga. Bandung: PT Remaja Jakarta: EGC
Rodaskarya. Guglielmi, G., Peh, W.C.G., Putra, et al. 2015. Pengaruh Terapi Kompres
Jahe Terhadap Tingkat
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 63
ABSTRACT
Keywords:
Osteoarthritis;
Exercise Theraphy Joint Osteoarthritis (OA) is a degenerative joint disease, where the overall structure of the
joint undergoes pathological changes. One of the changes that occur in the
musculoskeletal system can cause mobility disorders. The impact that will occur in the
elderly with osteoarthritis is likely to experience a decrease in musculoskeletal
function. This study aims to determine the effect of osteoarthritis knee joint pain levels
before and after exercise therapy for joint mobility. The design of this study uses a
quasiexperimental method with a Pre and Post Test without Control research design.
The sample in this study consisted of 30 respondents. The sampling method in this
study is accidental sampling. Research data were analyzed using the Wilcoxon test. It is
known that more than half of respondents who have osteoarthritis are in the age range
of 45-59 years, which is 46.7% (14 respondents). The results showed that in general
osteoarthritis pain before ROM was in the range of 80% moderate pain, and the results
showed that in general osteoarthritis pain after ROM was in the range of 76.7%. Data
analysis found that the p-value was 0,000 (p = <0.05) indicating that there was an effect
of exercise joint mobility on the level of osteoarthritis knee joint pain in the elderly in
the Posyandu of the Belakang Padang elderly. This research is expected to be able to
contribute and develop nursing, as a material for making policies on psychological
approaches in the form of exercise therapy for joint mobility in overcoming joint pain
in patients with osteoarthritis. osteoarthritis by involving variables that affect the level
of pain.
Article History:
Received: 04-03-2018
Revised : 28-03-2018
This is an open access article under the CC–BY-SA
Accepted: 29-04-2018
license
Online : 30-04-2018
https://doi.org/10.31764/ijeca.v1i1.2098
————————————————————
A. INTRODUCTION
Elderly person is someone who has entered the age of 60 years and above. The elderly is a
group of age in humans who have entered the final stages of its life phase. Groups categorized in
this elderly there will be a process called Aging process or the aging process (WHO, 2015)
Elderly are individuals who are in the stage of the final adult age, with age above 60 years. The
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...15
elderly is defined also as a decline, immolation, increased susceptibility to various diseases and
Environmental changes, loss of mobility and dexterity, and age-related physiological changes.
(Candra Widyanto, 2014)
One of the elderly stages is the aging process, where the aging process is a cycle of life
characterized by the declining stages of various functions of the body organs, which are
14
characterized by the increasing range of the body against various disease attacks that can cause
death eg in the cardiovascular system and blood vessels, respiratory, digestive, endocrine and
other
Etc. This is due to the increasing age resulting in changes in the structure and function of
cells, tissues, and organ systems. These changes generally point to the decline of physical and
psychic health that will eventually affect the elderly economy and social. So it will generally
affect the activity of daily living (Nugroho Wahjudi, 2015).
Elderly tend to decline in musculoskeletal function. The function of a joint cartilage has
decreased so that the cartilage will thin and result in joint stiffness. Joint stiffness when not
immediately treated can interfere with physical mobility in the elderly. Joint muscle when used
to move then synovial fluid will increase and increase so that the elderly do the activity well.
When muscle joints are not used to perform the activity, this synovial fluid will remain, thus, not
increased (Theresia, 2014).
Based on the prevalence of data an estimated 15.8 million (12%) Adults between 25-74 year
experience symptoms such as osteoarthritis (Spetz, Tellez, & Fulton, 2016). The prevalence and
severity of osteoarthritis differ between the age range of adults and the elderly. As an overview,
the prevalence of osteoarthritis of the hands is 20% in patients under 45 years and only 8.5% at
the age of 75-79. Conversely, osteoarthritis of the knee occurs < 0.1% in the 25-34 year group
from 10-20% in the 65-74 year group. Moderate knee osteoarthritis until the weight of 33%
patients aged 65-74 years and moderate pelvic osteoarthritis to the weight experienced by 50%
patients with the same age range. The National Arthritis Data Work Group by using The First
National Health and Nutritional Examination Survey (HANES I) and other Data predicted, that in
2020 Estimated 18.2% of the American community will suffer osteoarthritis. Women in America
are apparently more often affected by osteoarthritis by doubling than men. Based on his dance
involvement, Osteoarthritis is most commonly found in the knees, hands, and pelvis. According
to Framingham's cohort study, the prevalence of symptomatic Osteoarthritis of the hands of
6.8%, knee 4.9%, and pelvic 4.3%. Meanwhile, Radiographic Osteoarthritis is found as much as
19.2% in the knee, 27.2% in the hands, and 19.6% in the pelvic. This figure differs from the
Johnston County Osteoarthritis Project (JCOP), in which the prevalence of symptomatic
Osteoarthritis is found as much as 16.7% in the knee and 9% in the pelvic. In China,
Osteoarthritis is most commonly found to occur in the knee joint.
Based on data from Central Statistics Agency (Badan Pusat Statistik, 2014) the elderly
population in Indonesia reaches 20.24 inhabitants equal to 8.03% of the entire population of
Indonesia. Increasing the number of elderly people showed that the age of life expectancy in
Indonesia is higher year after year. The number of elderly women is 10.77 million elderly, and
elderly men 9.47 million elderly. From the results of the data shows that the pain of the joints is
enough to interfere with the activity of Indonesian people, especially in the elderly as we grow
older. According to basic health Research (RISKESDAS 2013), the most diseases experienced by
the elderly are hypertension (57.6%), arthritis (51.9%),and stroke (46.1%). In Indonesia, the
number of osteoarthritis disease is 5% at the age of < 40 years, 30% at the age of 40-60 years,
and 65% at the age of > 61. According to Riskesdas in 2013, the number of joint disease
prevalence is based on a diagnosis of 11.9% and based on the symptoms 24.7%. When viewed
from age characteristics, the highest prevalence at age ≥ 75 years (54.8%).
Female sufferers also more (27.5%) Compared to men (21.8%) (Flower, 2015) The national
precondition of joint or osteoarthritis disease is 30.3% and the prevalence based on nakes '
16 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
diagnosis is 14%. The pravalency of joint disease osteoarthritis showed, 17.6% of the population
of Riau archipelago suffered joint interference, and this figure is still under national pravalency
of 22.6%. While the pravalency of joint disease osteoarthritis based on the diagnosis by health
personnel is 9.5%,. Which is still below the fate of 15.02%. According to the regency of the city,
the prevalence of joint disease of osteoarthritis in the Riau archipelago ranged from 13.4% to
26.5% and the prevalence in Lingga is found higher than other city districts, otherwise Batarn
has the lowest prevalence. As a consequence the prevalence of joint diseases of osteoarthritis
that have been diagnosed by health personnel ranges from 7.3%-22.3,%, and the highest
prevalence is pronounced in Lingga district, conversely the prevalence of Lowest in Batam city
(Riskesdas, 2018).
Results of the report system of health records of the elderly group of Batam City Health office
in 2016 the number of elderly aged 45-59 is 19,394, elderly people aged 60-69 are7,347 people,
elderly aged > 70 is 2,515 with the highest number of elderly in Tanjung Sengkuang Puskesmas
with the number of4,238 and the second in Sei Lekop Puskesmas with the amount of 3,639
people and third in the health center behind Padang with the number of 3,282 inhabitants, the
data of the number of elderly enclosed (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2018).
The impact that will occur in elderly with osteoarthritis is prone to decline in
musculoskeletal function. The function of a joint cartilage has decreased so that the cartilage will
thin and result in joint stiffness. Joint stiffness If notcan interfere with physical mobility in the
elderly. Muscle joints when used to move then synovial fluid will increase and increase so that
the elderly do the activity well. If the joint muscle is not used to perform the activity then the
synovial fluid will remain so as not to increase (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiadi,
2014).
Joint pain is the most common complaint experienced by the elderly with impaired
musculoskeletal system and is a long case that is very often tested. Usually there are many
physical signs. Joint pain is often experienced by the elderly, so it is necessary to care and special
attention to the elderly with joint pain. Such conditions also appear on all musculoskeletal
systems and other networks that have to do with the possibility of occurrence of some groups of
joint pains (Kholifah, 2016).
According to mobility is a person's ability to move freely, easily and regularly aiming to meet
the needs of healthy living. Everyone needs to move. In addition to joint pain, another problem
experienced by elderly with impaired musculoskeletal system has impaired mobility. One of the
changes occurring in the musculoskeletal system and causing impaired mobility is the decrease
in the scope of motion joints. The largest decrease in the scope of joint motion occurs in cervical
and trunk, particularly in the lateral and rotational movement of extensions. Patients who have
performed surgery can often cause problems that the presence of surgical injuries to the soft
tissues can cause acute inflammatory processes and the presence of oedema and fibrosis in the
muscles around the joints resulting in limited joint mobility, fracture caused the onset of pain,
oedema in the lower limbs area as well as Decreased hamstring muscle fufled and muscles
Quadriceps that cause especially degenerative diseases and for self-actualization (self-esteem
and body image) limitation of motion in the knee joint area (Mubarak, Indrawati, & Susanto,
2015).
Exercise Theraphy Joint Mobility is closely related to joints, because joints are essential to
maximize joint mobility space, improve muscle performance, reduce the risk of injury and
improve the nutrients of cartilage. Joints are a place of meeting two or more bones, so it can be
concluded that the joints are the relationship or meeting of two or more bones that allow the
movement of each other or that cannot move to each other.
Pain management can be done with pharmacological and non-pharmacological therapies.
Pharmacological therapy using a sislooksigenase inhibitor (COX inhibitor) often causes side
effects of gastrointestinal disorders e.g. Beartburn. In addition, its long-term use may result in
gastrointestinal bleeding, peptic ulcer, perforation and kidney disorders. Research on
osteoarthritis has also found that the largest cost associated with joint pain treatment comes
from treating the side effects of the medication. Thus, non-pharmacological therapy may be
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...17
appropriate to one alternative to treat joint pain in the elderly Exercise Theraphy Joint Mobility
is non-pharmacological therapy. Mesort Mc Clokey and Bulecheck in Nursing Intervention
Classification (NIC), Exercise Theraphy Joint Mobility is defined as the use of active or passive
body movements to maintain or restore the flexibility of joints. The functional advantages of
exercise therapy (joint mobility) to increase self-reliance, improve health, slow down disease
processes, affect the quality of the knee joint pain and the level of mobility experienced by the
elderly. Joint mobility is crucial for increasing self-reliance, improving health, slowing down
disease processes, particularly degenarative diseases and for self-actualisation (self-esteem and
body image).
Based on the descriptions above and from the existing data, the researcher looked at this
problem very precisely in the review through a study. Then the author is interested to do the
research with the title: Effect of Exercise Theraphy Joint Mobility to the level of knee pain joints
Osteoarthritis in the elderly in the elderly Posyandu Padang.
B. METHODS
This study used the quasi own method with Pre and Post Test Without Control Research
plan. Research is done by comparing the Post Test and Pre Test values. This research was
conducted to know the influence of Exercise Theraphy Joint Mobility to decrease knee pain
osteoarthritis in the elderly. The independent variable in this study is the Exercise Theraphy
Joint Mobility.
According to Table 1 above, it is known that more than half of the respondents are in the
4559 year range of 46.7% or 14 respondents.
Total 30 100
According to Table 2 above, it is known that generally the respondent is in the female gender
of 83.3% or 25 respondents.
30 100
18 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
Based on the Table 3 above, it is noted that generally respondents who suffered a decrease in
the pain of osteoarthritis before the ROM was at a moderate pain range of 80% or 24
respondents.
Table 4. Painful frequency of Osteoarthritis after ROM
Painful Osteoarthritis f (%)
Moderate Pain (4-6) 7 23 23,3
Mild Pain (1-3) 76,7
30 100
According to the Table 4 above, it is known that generally respondents who have decreased
osteoarthritis joint pain ROM is in the range of 76.7% or 23 respondents.
According to Table 5 above, shows that the score before and after is done ROM found result
1.43333. Based on the "test statistic" output in table 4.5 above, the P-value is known to be 0.000.
Because 0.000 value is smaller than < 0.05, it can be concluded that "H0 is rejected", or in other
words there is "the influence of exercise theraphy joint mobility of knee joint pain level of
osteoarthritis in the elderly in the elderly Posyandu in Padang".
Based on the results of bivariate analysis, using the statistic dependent test of T-Test (Paired
T-Test) obtained the result of a significant value of 0.000 (P = 0.05) thus Ha received and H0
rejected, until it can be concluded that there is a influence of exercise theraphy joint mobility to
the level of knee joint pain of osteoarthritis in the elderly in the elderly This research is done by
giving a ROM treatment of osteoarthritis joint pain for approximately 2 weeks to be obtained
average results before the ROM and after done a ROM that means a change in joint pain by doing
a ROM. In this research researchers compare osteoarthritis joint pain
Before and after the ROM. From the results of the research done before the average ROM the
respondent experienced moderate pain. Once the average ROM is done, the patient has mild
pain. This is in accordance with the theory conveyed by Sumintarsih the exercise of the ROM can
increase muscle strength can also improve the balance in the elderly, because the exercise of the
ROM can increase the gain, endurance, and flexibility of the joints, so that the decreased
musculoskeletal system can be 2014 corrected Balance is recommended for the elderly as it
relates to the attitude of maintaining a balanced state while being silent or moving. Seniors who
have physical fitness are required not to rely on others, and are expected to still be able to stand
up and run well (Sumintarsih, 2006).
This is in accordance with the theory found in the association of Rheumatologists in
Indonesia or IRA (2015) of osteoarthritis management, which is non-pharmacological therapy,
which is physical therapy, such as exercise improvement in the scope of joint movement, muscle
strength (QUADRISEP/groin) and joint mobility aids. Previous research on ROME was also
conducted by Ulliya with the results of the influence of ROM exercises on the flexibility of elderly
joints. ROM capable (1) maintain muscular ability, (2) Maintain joint movement, (3) Blood
circulation, (4) Avoid defects. The ROM exercises increase the blood flow to the joint kapsula and
increase the flexibility of joints so that the pain can be reduced even resolved (Mas’adah, 2017).
Exercise ROM is a simple activity that is able to give a big effect to changes in pain scale. In
addition, the painful scale difference before and after the ROM exercises Can be used as a
benchmark. It can be concluded if a ROM exercise is capable of affecting changes in the pain of
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...19
osteoarthritis while maintaining a range of joint motion so that there is improvement in the area
of problematic joints.
ACKNOWLEDGMENT
A thank you researchers say to the lecturers STIKes Awal Bros Batam who have guided and gave
directions so that the research can be carried out well and the party to Elderly Padang
Posyanduworkshop that has given permission to conduct research on the resident who is
undergoing rehabilitation.
REFERENCES
Riskesdas. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Ri. Jakarta:
Laporan Nasional 2013, 87–90. Https://Doi.Org/1 Desember 2013
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Indonesia. Statistical Yearbook Of Indonesia, Vol. 6, Pp. 78–79.
Https://Doi.Org/10.3389/Fpsyg.2015.00002
Candra Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. In Nuha Medika.
Https://Doi.Org/10.1080/10837450902911929
Dinas Kesehatan Kota Batam. (2018). Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2018. Profil Kesehatan Kota
Batam, (54), 38–74. Https://Doi.Org/10.1016/J.Ajog.2006.12.019
20 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Gerontik. In Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved From
Https://Id.Scribd.Com/Document/332269062/Strategi-Untuk-Promosi-Kesehatan-
DanKesejahteraan-Lansia
Mas’adah, M. (2017). Model Senam Rematik Sebagai Upaya Peningkatan Aktifitas Fungsional Lansia Di
Pstw Puspakarma Mataram. Adi Husada Nursing Journal, 3(1), 28.
Https://Doi.Org/10.37036/Ahnj.V3i1.73
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. In Buku 1.
Https://Doi.Org/10.1111/Ecoj.12426
Nugroho Wahjudi. (2015). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: Egc.
Riskesdas. (2018). Kemenkes Ri. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Data Dan Informasi. Kementrian
Keseahtan Ri; 2018. In Jurnal Ilmu Kesehatan.
Spetz, J., Tellez, M., & Fulton, B. (2016). Global Human Resources For
Health. Https://Doi.Org/10.1142/9789813140530_0002
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiadi, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisis Vi. In Interna Publishing. Https://Doi.Org/10.1111/J.1365-2958.2011.07583.X
Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. In Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia (Pp.
147–160).
Theresia, M. (2014). Theresia, M. Gambaran Tingkat Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Trimester Iii Di Puskesmas Kulonprogo. Jurnal ; 2014. Jurnal Keperawatan. Https://Doi.Org/E-Issn
2443-0900
WHO. (2015). World Health Statiscs 2015. In Ekp (Vol. 13).
International Journal of Medical Science and Clinical Invention 5(01): 3473-3476, 2018
DOI:10.18535/ijmsci/v5i1.22 ICV 2016:
77.2 e-ISSN:2348-991X, p-ISSN: 2454-9576 © 2018,IJMSCI
Research Article
The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for
Elderly at Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar
Cut Rahmiati¹, Novi Afrianti2
Lecturer of Academic Nursing Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Jl. ,ayjen T. Hamzah Bendahara Lr. Bahagia
Banda Aceh 23121
ABSTRACT:
BACKGROUND
Joint pain is a condition that often experienced for elderly and caused by a degenerative disease that causes reduced joint
synovial fluid and give a pain and joint stiffness. ROM excercise is an exercise to increasing flexibility of muscles and
joints.
PURPOSE
The purpose of this research was to find out the effect of ROM excercise on lower extremities joint pain level for elderly.
METHODS
The method of this research was a quasi experimental research design consisted of pre and postest without control. The
data collected by 6 time for 2 weeks, with amount of sample counted 33 respondents. The level of the lower extremities
joint pain was measured by VAS pain scale. The data were analyzed with SPSS 17 program with non parametric statistic
test, to see the scale of lower extremities joint pain in elderly when there was no movement was measured by McNemar
test, while moving (walk) and to see the general lower extremities pain scale before and after ROM exercise was measured
by Marginal Homogenity test.
RESULTS
The research result showed the differences of joint pain scale before and after ROM exercise when the elderly has no
movement (p value = 0,05), and there is a differences for pain scale before and after ROM exercise when the elderly has
movement (p value = 0,005). Generally, there is a difference joint pain level between before and after ROM exercise (p
value = 0,014).
CONCLUSIONS
After doing ROM exercise for 6 times, the reduction of joint pain in elderly was occured. When there was no any
movement, the level of low joint pain in elderly before ROM exercise was about 30,3% to being 3% after ROM exercise.
When moving (walk) the level of low joint pain which is being suffering by elderly from 54% before ROM exercise being
36,4% after ROM exercise. While generally before ROM exercise, the level of medium joint pain in elderly was about
15,2% before ROM exercise being null (0%), means that no body suffers joint pain after ROM exercise.
Statistically, based on non-parametric test by McNemar and Marginal Homogeneity test, there was the significant
difference in scale of average scores in joint pain before and after ROM exercise when there was no any movement with
Pvalue 0,004 and when the was a movement (walk) P-value 0,005. Generally, there was the difference in avarage scores in
joint pain in elderly before and after ROM exercise with P-Value 0,014. So, ROM exercise can be used as a way to
decrease the scale of joint pain in erderly.
INTRODUCTION
Joint pain is a disease that is often experienced by the elderly, high at 30.3%. At the age of 45-55 the prevalence is 46.3%,
From 5 million people in the UK, 80% of joint pain sufferers the age of 55-64 is 56.4%, the age of 65-74 is 62.9% and the
are over the age of 70 years. Likewise from 40 million age of over 75 is 65.4% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Americans, an estimated 70-90% of patients with joint pain Kesehatan, Depkes RI, 2008). Efforts to overcome joint pain
are 75 years old (Bachtiar A, 2010) in elderly, can be done with pharmacology and
nonpharmacology. Pharmacologic treatment for the elderly
2 Cut Rahmiati often has side effects on the gastroenteritis and central nervous
system (Stanley, 2012). Non-pharmacologically, it can be
In general, the prevalence of joint disease in Indonesia is very
of Medical Science and Clinical Invention, vol. 5, Issue 01 January, 2018
done with mild exercises to maintain movement and strength thus
preventing deformity in elderly people with joint pain such as
range of motion exercises (ROM).
The range of motion (ROM) exercise is an exercise performed to
maintain or improve the level of perfection of the ability to move
the joints normally and completely to increase muscle mass and 4 Cut Rahmiati
muscle tone. ROM exercises are useful for preventing joint Tabel. 2 The frequency distribution of lower extremity joint
stiffness, improving blood circulation and improving joint pain scale at rest before and after ROM exercises in Gampong
mobilization (Potter & Perry, 2005). Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
RESEARCH QUESTION Besar, May 016
RESEARCH METHOD
The type of research used in this study is quasi experimental
research with the design of pre and post test without control. The
sampling technique used in this research is purposive sampling that
is elderly with joint pain of lower extremity, still able to move and
willing to be respondent amounting to 33 people.
TIME AND PLACE OF RESEARCH Tabel. 4 The frequency distribution of lower extremity joint
pain scale after ROM exercisesin Gampong Tanjong Selamat
This research was conducted in Gampong Tanjong Selamat
Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar, May 016
Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Conducted from 9
to 28 May 2016, starting from checking or collecting the elderly
who have lower extremity joint pain, while for ROM exercise
interval from 16 to 28 May 2016, with frequency 3 times a week
and done for 2 weeks or 6 Times of practice.
DATA ANALYSIS
Tabel. 5 The frequency distribution of lower extremity joint
Statistic test used Non-Parametric, to see the scale of lower pain scale at rest after ROM exercises in Gampong Tanjong
extremity joint pain in the elderly at rest using the McNemar Test Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar, May
to see the scale of lower extremity joint pain (moving), as well as
016
to see the scale of knee joint pain in general before and after the
ROM exercise using the Marginal Homogeneity Test.
RESULT OF THE RESEARCH
Tabel. 1 The frequency distribution of the elderly based on the
lower extremity joint pain level prior to the ROM exercise in
Gampong Tanjong Selamat Kec. Darussalam Aceh Besar, May
2016.
Besar, May 016 There is a difference between before and after giving ROM
exercise with p value 0.014 where Ho is rejected which means
there is a significant difference of mean value of pain scale
between before and after ROM exercise.
SUGGESTION
ROM exercises can be used as an alternative therapy to reduce joint
pain in the elderly. Although the findings of this study indicate a
decrease in joint pain scale lower extremities in elderly after giving
Tabel 4.8 The frequency distribution of lower extremity joint
ROM exercise, but this study is inseparable from the limitations, so
pain scale before and after ROM exercises in Gampong
that more research is needed by perfecting the method of research
Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
so that get consistent truth.
Besar, May 016
REFERENCES
Ambardini, L. R, Jurnal peran latihan fisik dalam manajemen
terpadu osteoartritis
American Geriatrics Society. (2001). Journal of the American
Geriatrics Siciety vol. 49
Arikunto. (2000). Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktek
Ed. 3, Jakarta : Rineka Cipta
Tabel 4.10 Distribution of lower extremity joint pain scale Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta :
before and after ROM exercises at moving (walk) in Trans Info Media
Gampong Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
Hamijoyo, L. (2014). Pengapuran sendi atau osteoartritis, copyright
Besar, May 016
2014 Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Handoko, S & Richard, D. S. (2013). Upaya menurunkan keluhan
nyeri sendi lutut pada lansia di Posyandu lansia sejahtera, Jurnal
Stikes Volume 6, No. 1 Juli 2013
Hardywinoto. (2007). Panduan Gerontologi, Jakarta : Gramedia
Pustaka Umum
Henniwati. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Aceh
Timur.
Statistically based on non parametric test is McNemar and
Marginal Homogeneity test, there is a significant difference of Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
mean value of lower extremity joint pain scale before and after Indonesia, Jakarta
ROM exercise at rest with p-value 0.004, When moving (walk) p- 8 Cut Rahmiati
value 0.005. In general there is difference of mean value of lower
extremity joint pain in elderly before and after exercise of ROM Kosasi Kwek. (2013). Sakit lutut, asam urat atau rematik, http
with p-value 0,014. ://kesehatan. Kompasiana.com/medis/2013/11/02/sakitlutut-asam-
CONCLUSION
3475 International Journal of Medical Science and Clinical Invention, vol. 4, Issue 12, December, 2017
Cut Rahmiati et.al / The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for Elderly at
Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar
3476 International Journal of Medical Science and Clinical Invention, vol. 4, Issue 12, December, 2017
36
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018
Pengaruh Range Of Motion Untuk Menurunkan Nyeri Sendi Pada lansia Dengan
Osteoartritis di Wilayah Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta
ABSTRACT
False one disease degenerative on the elderly who often experienced that is
osteoarthritis , which is characterized with existence pain on extremities under and its
prevalence increasingly increased with increase age. Non- pharmacological
management is component important in resolve pain , wrong one shape is exercise
Range of Motion. Research this aim for knowing influence Range of Motion for lowered
pain joints on elderly with osteoarthritis in region work mini hospital Godean I Sleman
Yogyakarta. Research this is a study of intervention form research quantitative with
design Quasi Eksperiment Design: Pretest-Posttest Control Group Design. Research do
in two hamlet in district Sleman that is in hamlet Mertosutan and hamlet Ngabangan.
The sample in this study were 36 elderly with 18 elderly as intervention group and 18
elderly as control group. Fetch sample use technique purposive sampling. Analysis of
data used is Wilcoxon Test and Mann Whitney Test . After do exercise Range of Motion
for 4 weeks , obtained results that there influence Range of Motion to scale pain joints
on elderly with osteoarthritis with p value 0,000 (α <0,05). Range of Motion take effect
on significant to decline level scale pain joints on elderly with osteoarthritis .
Word Keywords : Elderly , Pain Joints , Osteoarthritis, Range of Motion
ABSTRAK
Salah satu penyakit degeneratif pada lansia yang sering dialami yaitu osteoartritis, yang
ditandai dengan adanya nyeri pada ekstremitas bawah dan prevalensinya semakin
meningkat dengan bertambahnya usia. Penatalaksanaan non farmakologi merupakan
komponen yang sangat penting dalam mengatasi nyeri, salah satu bentuknya adalah
latihan range of Motion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh range of
Motion untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia dengan osteoartritis di wilayah kerja
Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta. Penelitian ini adalah study intervensi berupa
penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperiment design, pretest-posttest
control group design. Penelitian dilakukan di dua dusun di Kabupaten Sleman yaitu di
dusun Mertosutan dan dusun Ngabangan.Sampel pada penelitian ini sebanyak 36 orang
lansia dengan masing-masing 18 lansia sebagai kelompok intervensi dan 18 lansia
sebagai kelompok kontrol.Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah ROM dan skala nyeri sendi pada
lansia.ROM merupakan latihan fisik yang dilakukan 2 kali seminggu selama 4 minggu
37
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018
pada lansia yang mengalami nyeri sendi Analisis data yang digunakan adalah wilcoxon
test dan mann whitney Test.Setelah melakukan latihan range of motion selama 4 minggu,
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh range of Motion terhadap skala nyeri sendi
pada lansia dengan osteoartritis dengan p value 0,000 (α < 0,05). Range of motion
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat skala nyeri sendi pada lansia
dengan osteoartritis.
Olahraga adalah aktivitas fisik yang penelitian ini adalah lansia yang
bertujuan mengondisikan tubuh, mengalami osteoartritis. Berdasarkan
meningkatkan kesehatan, dan data tahun 2016 di wilayah Puskesmas
mempertahankan kebugaran, atau dapat Godean I Sleman Yogyakarta serta dari
digunakan sebagai tindakan hasil studi pendahuluan jumlah lansia
terapeutik.Program aktivitas fisik terbaik dengan osteoartritis di wilayah
meliputi kombinasi olahraga yang Puskesmas Godean I berjumlah 474
menghasilkan berbagai manfaat orang. Jumlah ini adalah keseluruhan
fisiologis dan psikologis.Olahraga jumlah lansia baik laki-laki maupun
rentang gerak (Range of Motion) yang perempuan sesuai dengan kriteria inklusi
disertakan dalam aktifitas harian dapat dan kriteria eksklusi
melibatkan satu atau seluruh sendi tubuh
(Potter & Perry, 2005).Latihan Range Of Tehnik pengambilan sampel
Motion (ROM) dapat digunakan sebagai pada penelitian ini
terapi non farmakologis dalam menggunakan purposive sampling
menurunkan nyeri lutut pada lansia yang sedangkan tehnik penentuan sampel
mengalami osteoartritis (Bell, setiap kelompok menggunakan random
2014).Berdasarkan latar belakang assignment.Jumlah sampel yang
masalah dan beberapa penelitian diperlukan untuk masing-masing
tersebut, maka peneliti tertarik untuk kelompok adalah 36 responden terbagi
melakukan penelitian tentang “Pengaruh
menjadi 18 orang kelompok intervensi
Range of Motion Untuk Menurunkan
dan 18 orang kelompok kontrol.
Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan
Osteoartritis Di Wilayah Kerja
Variabel dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Godean I Sleman
ROM dan skala nyeri sendi pada
Yogyakarta”.
lansia.ROM merupakan latihan fisik
yang dilakukan 2 kali
METODE PENELITIAN
seminggu selama 4 minggu pada lansia
Penelitian ini menggunakan metode
yang mengalami nyeri sendi dan
penelitian kuantitatif.Dengan rancangan
dilakukan lansung oleh peneliti.Nyeri
quasi eksperiment pretest-posttest
sendi merupakan manifestasi
control group design. Responden pada
dari osteoartritis yang di ukur dengan
penelitian ini terdiri dari dua kelompok
skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS).
intervensi dan kontrol.Populasi pada
39
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018
kelompok control
kelompok kontrol. Tabel 3 hasil analisis skala nyeri sendi menunjukkan terdapat
Wilcoxon Test skala nyeri sendi p value < 0,05. Hal ini menunjukkan
ROM dapat menurunkan nyeri sendi.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ratarata usia responden pada penelitian
Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Tingkat Skala Nyeri Sendi Pada Responden Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok Skala Nyeri
Mean±SD 95%CI Min Maks
Intervensi
Pretest 5,11±1,27 4,48, 5,75 3,00 7,00
Posttest 2,11±0,96 1,63, 2,59 1,00 4,00
Kontrol
Pretest 6,05±0,63 5,74, 6,37 5,00 7,00
Posttest 4,16±1,24 3,55, 4,79 2,00 7,00
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 3.Analisis Wilcoxon Test Skala Nyeri Sendi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Mean
Kelompok Mean±SD Z Score p Value
Rank
PreTest 5,11±1,27
Intervensi 09,50 -3,861 0,000
PostTest 2,11±0,96
PreTest 6,05±0.63
Kontrol 09,50 -3,695 0,000 PostTest 4,16±1,24
Tabel 4.Analisis Mann-Whitney Test Skala Nyeri Sendi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Mean
Variabel Kelompok Z p Value
Rank
ini adalah > 60 tahun. Usia 65 tahun laki-laki.Hal ini menunjukkan adanya
termasuk salah satu faktor penyebab peran hormonal pada patogensis
munculnya masalah persendian yang osteoartritis (Sudoyo, 2010).Hal ini juga
diakibatkan oleh perubahan fisiologis diperkuat dengan data demografi dimana
lanjut usia adalah usia (Sulaiman, jumlah lanjut usia berjenis kelamin
2013).Osteoartritis sendi umumnya perempuan lebih besar dibandingkan
terjadi dua kali lipat pada wanita laki-laki dikarenakan usia harapan hidup
dibanding pria.Wanita dengan dengan perempuan lebih panjang dibandingkan
umur diatas 50 tahun dapat laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding
meningkatkan risiko terjadinya 9,26 juta jiwa). Oleh karena itu,
osteoarthritis lutut. Hal tersebut permasalahan lanjut usia secara umum di
dikarenakan pada usia 50-80 tahun Indonesia sebenarnya tidak lain adalah
wanita mengalami pengurangan permasalahan yang lebih didominasi
hormone estrogen yang signifikan oleh perempuan (BPS, 2013). Lukman
(Sudoyo, 2010). Hasil ini sesuai dengan dan Ningsih (2011) menyatakan bahwa
hasil penelitian Sonjaya (2015) bahwa perempuan rentan terkena osteoarthritis
kelompok usia 56-65 tahun merupakan yang diakibatkan oleh penurunan
kelompok usia dengan kejadian hormone estrogen saat menopause,
osteoartritis lutut primer yang paling hormone tersebut berperan dalam
banyak. hilangnya masa tulang yang berakibat
menimbulkan sensasi nyeri sendi pada
Responden perempuan lebih banyak lanjut usia.
dibandingkan laki-laki, baik pada
kelompok intervensi maupun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kontrol.Hasil penelitian Komalasari kedua kelompok yaitu kelompok
(2015) menyatakan bahwa 61,8% intervensi dan kelompok kontrol
responden berjenis kelamin perempuan beragama Islam dimana kepercayaan
pada kelompok intervensi dan 58,8% seseorang mempengaruhi persepsinya
pada kelompok kontrol. Hasil penelitian terhadap nyeri sehingga mempengaruhi
ini juga didukung oleh penelitian seseorang memaknai nyeri tersebut (Ayu
Sugiura & Demura (2012) yang & Warsito, 2012). Hal ini sesuai dengan
menyebutkan bahwa prevalensi terutama penelitian Hidayat (2014) yang seluruh
pada degeneratif sendi terutama arthritis respondennya beragama islam.
lebih sering dialami perempuan daripada
42
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018
Osteoarthritis adalah jenis arthritis yang paling umum yang berhubungan dengan degenerasi progresif dari tulang rawan
artikular dalam sendi sinovial. Masalah utama osteoarthritis yaitu rasa nyeri, kekakuan sendi sehingga menyebabkan rentang
gerak sendi terbatas. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh latihan Range of Motion aktif terhadap nyeri dan rentang
gerak sendi lutut pada lansia dengan osteoarthritis di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan pada April-
Mei 2020 dengan rancangan quasy experimental pretest-posttest control group. Responden dipilih dengan teknik simple
random sampling dibagi dalam kelompok intervensi (n=22) yang menerima latihan Range of Motion selama 4 minggu
(5xseminggu) dilakukan 8 kali dengan repetisi atau pengulangan 3 kali dan kelompok kontrol (n=68) tidak dilakukan
intervensi oleh peneliti. Intensitas nyeri diukur menggunakan VAS & rentang gerak sendi diukur menggunakan alat goniometer.
Hasil penelitian mayoritas intensitas nyeri sebelum dilakukan latihan Range of Motion kelompok intervensi nyeri sedang (4-6)
= 60,0% sesudah intervensi nyeri ringan (1-3) = 33,3%, sedangkan kelompok kontrol sebelum dan sesudah penelitian tetap
mayoritas nyeri sedang (4-6). Rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan intervensi 24,4% dan sesudah intervensi 92,2%,
sedangkan kelompok kontrol sebelum dan sesudah penelitian 4.55%. Hasil analisis uji paired sampel t-tes ada perbedaan
penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut sebelum dengan sesudah intervensi Range Of Motion (p=0,000
; <0,05). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa intervensi Range of Motion berpengaruh terhadap nyeri
(p=0,000) & rentang gerak sendi lutut (p=0,000). Penelitian ini merekomendasikan latihan Range of Motion sebagai salah satu
jenis terapi yang mudah dilakukan oleh Lansia dengan osteoarthritis untuk menurunkan nyeri sendi dan meningkatkan
rentang gerak sendi lutut. Di sarankan agar latihan ini dapat dilakukan oleh Lansia secara rutin dan teratur.
Kata Kunci : Osteoarthritis, Lansia, Nyeri, Rentang Gerak Sendi Lutut, dan Range Of Motion
Abstract
Osteoarthritis is the most common type of arthritis associated with the progressive degeneration of the articular cartilage in the
synovial joint. The main problem with osteoarthritis is pain and joint stiffness, causing limited range of motion. The puof this
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
31
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
study was to analyzed the effect of active Range of Motion exercise on pain and range of motion of the knee joint in rpose elderly
with osteoarthritis at Puskesmas Doda, Central Sulawesi. This research was conducted in April-May 2020 with a quasy
experimental pretest-posttest control group design. Respondents were selected by simple random sampling technique divided
into intervention groups (n = 22) who received Range of Motion training for 4 weeks (5 times a week) performed 8 times with
3using VAS and range of motion was measured using a goniometer. The results of the study were the majority of pain intensity
repetitions or repetitions and the control group (n = 68) was not intervened by the researcher. Pain intensity was measured
before doing Range of Motion exercise in the moderate pain intervention group (4-6) = 60.0% after mild pain intervention (1-
3) = 33.3%, while the control group before and after the study remained the majority of pain medium (4-6). The range of
motion of the knee joint before intervention was 24.4% and after intervention 92.2%, while the control group before and after
the study was 4.55%. The results of the paired sample t-test analysis showed that there was a difference in the reduction in pain
and range of motion of the knee joint before and after the Range of Motion intervention (p = 0.000; <0.05). The results
of the multiple linear regression test showed that the range of motion intervention had an effect on pain (p = 0.000) & range of
motion of the knee joint (p = 0.000). This study recommends Range of Motion exercise as a type of therapy that is easy for
elderly people with osteoarthritis to reduce joint pain and increase the range of motion of the knee joint. It is suggested that this
exercise can be done by the elderly regularly.
Keywords: Osteoarthritis, Elderly, Pain, Knee Joint Range of Motion, and Range of Motion
PENDAHULUAN
Lansia adalah kelompok masyarakat dengan laju pertumbuhan tercepat di AS. Pada tahun 2000, terdapat 35
juta warga AS yang berusia 65 tahun keatas yang menunjukkan peningkatan sebesar12%. Peningkatan presentase
tertinggi terjadi pada kelompok usia paling lanjut. Kelompok usia 85 tahun atau lebih mengalami peningkatan
sebesar 38%. BPS (Badan Pusat Statistik) memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki
sekitar 63,31 juta penduduk lanjut usia (lansia) atau hampir mencapai 20% populasi. Bahkan, proyeksi PBB juga
menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25% pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta lansia.
Akan tetapi, di sisi lain, peningkatan jumlah lansia juga akan menjadi tantangan tersendiri ketika persiapan pra-
lansia untuk menyambut masa senja tidak terlalu baik yang mengakibatkan lansia di masa mendatang jauh dari kata
sehat, aktif, dan produktif. Hal tersebut berimplikasi terhadap berbagai aspek kehidupan, baik kesehatan, sosial,
ekonomi, maupun lingkungan (1).
Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia adalah penyakit sendi. Penyakit sendi yang
dimaksud salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani ‘Arthron’ yang berarti sendi
dan dan ‘Itis’ yang berarti peradangan atau inflamasi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai penyakit sendi generatif
atau artritis degeratif atau artritis hipertrofi atau osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (2). Kata radang sendi, diterjemahkan secara harfiah,
berarti peradangan sendi. Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif non peradangan yang dapat
mempengaruhi setiap sendi yang menahan beban. Osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan seringkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Peningkatan insiden osteoarthritis pada wanita yang mengalami penuaan diyakini karena pengurangan
estrogen saat menopause. Faktor genetik juga tampaknya memainkan peran penting dalam terjadinya osteoarthritis.
Faktor risiko yang dapat diubah telah diidentifikasi, termasuk obesitas, yang memberikan kontribusi untuk
osteoarthritis pinggul dan lutut. Olahraga ringan secara teratur, yang juga membantu dengan kontrol berat badan,
telah terbukti mengurangi kemungkinan perkembangan penyakit dan progresifitasnya. Manifestasi osteoarthritis
pada sendi berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai ketidakmampuan yang signifikan. Nyeri sendi adalah
gejala utama dari osteoarthritis dan menjadi alasan umum sehingga pasien mencari pertolongan medis. Saat
osteoarthritis berlangsung, meningkatnya rasa sakit dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
ketidakmampuan dan hilangnya fungsi (3). Dengan berlanjutnya osteoarthritis pada ekstremitas bawah, pasien akan
mulai tampak pincang. Berjalan dengan pincang merupakan sesuatu yang bersifat mengganggu bagi pasien karena
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
32
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
mempengaruhi kegiatan sehari-hari pasien dan kemandirian pasien dalam beraktivitas. Gejala pada sendi yang
terpengaruh juga akan bertambah setelah aktivitas berat (4).
Walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi osteoarthritis dapat mengganggu aktivitas penderitanya dan
menyebabkan gangguan dalam produktivitas oleh karena terjadinya nyeri pada sendi lutut, menimbulkan kekakuan,
bengkak dan seringkali menyebabkan terjadinya keterbatasan gerak sendi, yang pada akhirnya akan berdampak
pada kualitas hidup penderitanya, khususnya pada yang lanjut usia (2). Seiring penuaan, serat otot akan mengecil.
Kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya masa otot mengakibatkan berkurangnya aktivitas atau gerakan
sehingga menurunkan kualitas hidupnya. Masa tulang juga berkurang. Lansia yang berolahraga teratur tidak
mengalami kehilangan yang sama dengan lansia yang tidak aktif (5). Setengah dari semua lansia melaporkan nyeri
lutut atau pinggul. Selain itu, obesitas dan gaya hidup yang tidak bergerak berkontribusi terhadap kejadian dan
prevalensi osteoarthritis dengan kondisi lutut dan pinggul yang menyakitkan (6).
Terapi non farmakologis dapat mencakup latihan Range Of Motion, latihan penguatan otot, latihan aerobik,
berjalan, yoga, tai chi, dan latihan berbasis air direkomendasikan, panas dan es, keseimbangan antara latihan dan
istirahat, penggunaan tongkat, kruk, atau walker jika diperlukan, penurunan berat badan jika diindikasikan, terapi
herbal, terapi masase, terapi vitamin dan yoga (7).
Di wilayah kerja Puskesmas Doda terdapat cukup banyak komunitas lansia diwilayah tersebut. Dengan studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas tersebut tahun 2019 dari bulan Januari-Desember terdapat sekitar 250
pasien lansia yang berobat ke Puskesmas Doda dengan berbagai keluhan salah satunya adalah nyeri sendi akibat
osteoarthritis. Jumlah lansia yang menderita osteoarthritis dengan keluhan nyeri sendi dan mengalami rentang gerak
terbatas yaitu berjumlah 60 orang atau sekitar 24% yang terdapat didua Desa yaitu Desa Bariri dan Desa Baleura,
sedangkan wilayah Puskesmas Doda terdiri dari 8 Desa. Hasil wawancara tidak terstruktur dengan petugas
Puskesmas yang menangani lansia bahwa masih banyak lansia di Desa lain yang belum terdata yang mengalami
osteoarthritis. Angka kejadian osteoarthritis di wilayah Puskesmas tersebut tidak hanya terjadi pada lansia dengan
umur lebih dari 60 tahun keatas, tapi osteoarthritis juga terjadi pada orang usia produktif yaitu 45 tahun. Data yang
disampaikan pula bahwa rata-rata pada lansia seringkali mengeluhkan adanya rasa nyeri pada sendi tertentu
misalnya sendi lutut dan menyebabkan terjadinya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keluhan
pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal pada saat bangun pagi, nyeri saat melakukan aktivitas ringan
seperti berjalan, menyapu halaman rumah bahkan ketika jongkok pada saat BAB. Umumnya nyeri dan rentang
gerak terbatas hanya berlangsung sebentar lalu hilang setelah digerak-gerakan. Program yang dilakukan Puskesmas
Doda saat ini yaitu Posyandu lansia dan juga senam lansia. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan, bahwa belum ada yang melakukan penelitian mengenai latihan Range Of Motion aktif yang dilakukan di
wilayah Puskesmas tersebut.
Penderita osteoarthritis banyak yang mengalami kesulitan dalam hal melakukan aktivitas sehari-hari
sehingga kebutuhan ADLnya harus dibantu oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Turki mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan fungsi dan menyebabkan peningkatan
ketergantungan pada orang lain (8). Salah satu konsep keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien osteoarthritis
adalah model konseptual self care Orem. Menggunakan pendekatan model konseptual Self Care dari Orem
diharapkan perawat dapat mengoptimalkan kemampuan setiap pasien osteoarthritis dalam memenuhi
kebutuhannya. Peran perawat yaitu membantu pasien dalam mengembalikan perannya sebagai self care agency.
Diharapkan dengan penerapan teori keperawatan self care dapat memfasilitasi kemampuan pasien dalam
menghadapi perubahan pemenuhan kebutuhan dasar dan mencegah timbulnya kembali masalah kesehatan yang
pernah dialami oleh pasien, sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan memenuhi
kebutuhannya (9).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
latihan Range Of Motion aktif terhadap nyeri dan rentang gerak sendi lutut pada kelompok lansia yang berada di
Puskesmas Doda, dengan tujuan untuk mengaplikasikan bidang keilmuwan keperawatan khususnya keperawatan
medikal bedah pada lingkup yang nyata.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian Quasi
Eksperimental; Pre Test – Post Test dengan menggunakan kelompok pembanding (control group) yaitu pendekatan
yang dilakukan 2 kali, sebelum dan setelah eksperimen (10). Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok lanjut
usia yang mengalami osteoarthritis lutut yang berjumlah 250 orang yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas Doda
Provinsi Sulawesi Tengah yang memenuhi kriteria penelitian. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
33
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam anggota populasi (11). Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
rules of thumbs: n > 50+8 m yaitu 75% (68 responden) pada kelompok intervensi dan 25 % (22 responden) pada
kelompok kontrol. Alat pengumpulan data (instrument) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : lembar data
identitas diri, lembar instrumen (SOP) prosedur latihan Range Of Motion aktif dan prosedur pengukuran rentang
gerak sendi menggunakan goniometer sesuai standar, lembar instrument visual analog scale (VAS) skala numerik 0-
10, timbangan berat badan dan meteran tinggi badan yang sudah dikalibrasi, lembar check list. Analisa univariat :
Analisa yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel independen. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui presentase dari variabel adalah (12) :
𝑓
x = 𝑥 100%
𝑛
Analisa bivariat menggunakan analisis paired sampel t-test Analisis bivariat dengan uji paired sampel t-test
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut sebelum
dan sesudah intervensi (before-after) pada kelompok intervensi. Dengan demikian maka: Jika P-value(sig)>0,05
maka H0 diterima, jika P-value(sig) <0,05 maka H 0 ditolak. Uji beda independen parametrik digunakan untuk
menganalisis perbedaan penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut antara kelompok intervensi latihan Range of
Motion aktif dengan kelompok kontrol, serta melihat perbedaan variabel independen lainnya (jenis kelamin, usia,
IMT). Pada penelitian ini analisa multivariat menggunakan Uji Regresi Linear Berganda. Regresi linear berganda
merupakan suatu model matematik yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh yang lebih kompleks antara
sejumlah variabel yang berbeda (13).
Tabel 1. Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Dan Indeks Masa Tubuh
No Variabel Kelompok
Kontrol Intervensi
n % n %
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 8 36,4 24 36,8
Perempuan 14 63 ,6 44 64 ,7
2 Usia Responden
60 - 65 Tahun 9 40,9 25 36,8
66 – 70 Tahun 13 59,1 30 44,1
> 70 Tahun 0 0, 0 13 19 ,1
3 Indeks Masa Tubuh IMT
Normal 9 40,9 25 36,8
IMT Lebih 13 59,1 43 63,2
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
34
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan sebanyak 14 responden (63,6%) dan kelompok intervensi sebanyak 44 responden (64,7%). Berdasarkan
luaran dari tabel di atas, responden yang paling banyak adalah perempuan. Usia responden pada kelompok kontrol
terbanyak adalah 66 – 70 tahun sebanyak 13 responden (59,1%) dan kelompok intervensi sebanyak 30 responden
(44,1%). Berdasarkan klasifikasi umur pada lansia, maka umur responden yang mengalami OA lutut adalah umur
tua (elderly). Indeks masa tubuh terbanyak pada kelompok kontrol adalah IMT lebih sebanyak 13 responden
(59,1%) dan kelompok intervensi sebanyak 43 responden (63,2%). Dapat dilihat distribusi frekuensi responden
berdasarkan IMT, yang terbesar adalah lansia yang memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Nyeri dan Rentang Gerak Sendi Lutut
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Nyeri dan Rentang Gerak Sendi Lutut
Pada Lansia Dengan Osteoarthritis di Puskesmas Doda 2020
Intervensi Min Max Mean Std. Deviation
Nyeri Pre 4 9 6,12 1,579
Nyeri Post 0 5 2,32 1,398
Rgs Pre 80 120 97,79 11,440
Rgs Post 110 130 125,15 5,857
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa, intensitas nyeri pada kelompok intervensi yang terdiri dari 68 responden
sebelum dilakukan latihan Range Of Motion aktif yaitu nyeri sedang (4-6) dan setelah dilakukan latihan Range Of
Motion aktif menurun menjadi 0 (tidak nyeri) untuk nilai minimum atau mengalami penurunan sekitar 3,8%.
Sementara intensitas nyeri pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion aktif berada pada
nyeri sedang (4-6). Sedangkan untuk rentang gerak sendi lutut pada kelompok intervensi sebelum dilakukan latihan
Range Of Motion aktif yaitu 800 (nilai minimum) dan setelah dilakukan latihan Range Of Motion aktif rentang
gerak sendi lutut meningkat menjadi 1300 (nilai maximum) atau mengalami peningkatan rentang gerak sendi lutut
sekitar 27,33%. Pada kelompok kontrol, rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion
aktif berada pada nilai 800 (nilai minimum) sedangkan nilai maximum 1200.
Analisis Bivariat
Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum dan sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok Intervensi
Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum dan sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok
Intervensi
Intervensi Mean N Std. Deviation P Value
Nyeri Pre 6,12 68 1,579
0.000
Nyeri Post 2,32 68 1,398
Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel nyeri sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion aktif pada
kelompok intervensi ditemukan nilai rata-rata nyeri pre sebesar 6.12 sedangkan nilai rata-rata nyeri post sebesar
2,32 dengan P-value 0.000. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok intervensi.
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
35
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok Kontrol
Tabel 4. Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok
Kontrol
Kontrol Mean N Std. Deviation P Value
Nyeri Pre 5,77 22 1,270
0.171
Nyeri Post 5,55 22 1,101
Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel post sebesar 5,55 dengan P-value 0.171. Hal ini
nyeri sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
aktif pada kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion
nyeri pre sebesar 5,77 sedangkan nilai rata-rata nyeri aktif pada kelompok kontrol.
Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre Test
Tabel 5 Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre Test
Nyeri Pre N Mean Std. Deviation P Value
Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel nyeri sebelum dilakukan latihan Range Of Motion aktif
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri pada kelompok kontrol sebesar
5,77 sedangkan nilai rata-rata nyeri pada kelompok intervensi sebesar 6,12 dengan P-value 0.355. Hal ini
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dilakukan latihan Range of Motion aktif pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post Test
Tabel 6 Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post Test
Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel nyeri sesudah dilakukan latihan Range Of Motion aktif
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri pada kelompok kontrol sebesar
5,55 sedangkan nilai rata-rata nyeri pada kelompok intervensi sebesar 2.32 dengan P-value 0.000. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sesudah dilakukan latihan Range Of Motion aktif pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
36
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada
Kelompok Intervensi
Tabel 7 Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range Of Motion
Aktif Pada Kelompok Intervensi
Intervensi Mean N Std. Deviation P Value
Rentang Gerak Sendi Pre 97,79 68 11,440
0.000
Rentang Gerak Sendi Post 125,15 68 5,857
Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok intervensi ditemukan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pre
sebesar 97.79 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut post sebesar 125.15 dengan P-value 0.000. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi.
Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada
Kelompok Kontrol
Tabel 8 Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion
Aktif Pada Kelompok Kontrol
Kontrol Mean N Std. Deviation P Value
Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pre
sebesar 102.27 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut post sebesar 106.82 dengan P-value 0.329. Hal
ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan latihan Range of Motion
aktif pada kelompok kontrol.
Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre
Test
Tabel 9 Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada
Saat Pre Test
Rentang Gerak Sendi Pre N Mean Std. Deviation P Value
Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak
sendi lutut pada kelompok kontrol sebesar 102.27 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pada
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
37
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
kelompok intervensi sebesar 97.79 dengan P-value 0.115. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan latihan Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post
Test
Tabel 10 Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada
Saat Post Test
Rentang Gerak Sendi Post N Mean Std. Deviation P Value
Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sesudah dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak
sendi lutut pada kelompok kontrol sebesar 106.82 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pada
kelompok intervensi sebesar 125.15 dengan P-value 0.000.
Analisis Multivariat Pengaruh Latihan Range of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut
dan variabel counfonding
Tabel 11 Pengaruh Latihan Range of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan
variabel counfonding
Model df Mean Square F Sig.
Residual 82 0,030
Total 89
Dari hasil uji regresi linear multivariat secara simultan ditemukan ada pengaruh antara intervensi latihan
Range Of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan variabel counfonding dengan nilai
signifikan 0,000b.
Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Nyeri dan Variabel Counfonding
Tabel 12 Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Nyeri dan Variabel Counfonding
Variabel Koef B Sig.
Range Of Motion 0,713 0,000
Jenis Kelamin 0,269 0,761
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda atau liniear multivariat didapatkan terdapat hasil model regresi
menggunakan metode enter, hasil uji variabel ditemukan nilai signifikan Jenis Kelamin 0,761, Usia 0, 810, Indeks
Masa Tubuh 0,584 dan nyeri 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel nyeri sangat berpengaruh
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
38
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan secara parsial bahwa latihan Range Of
Motion aktif mempengaruhi nyeri.
Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Rentang Gerak Sendi Lutut dan Variabel Counfonding
Tabel 13 Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Rentang Gerak Sendi Lutut dan Variabel
Counfonding
Variabel Koef B Sig.
Range Of Motion 1,507 0,003
Jenis Kelamin 0,317 0,838
Usia 0,223 0,448
Indeks Masa Tubuh 0,312 0,112
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda atau liniear multivariat didapatkan terdapat hasil model regresi
menggunakan metode enter, hasil uji variabel ditemukan nilai signifikan Jenis Kelamin 0,838, Usia 0,448, Indeks
Masa Tubuh 0,112, dan rentang gerak sendi lutut 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel rentang
gerak sendi sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan secara
parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi rentang gerak sendi.
PEMBAHASAN
Wanita lebih sering terkena daripada pria dan mereka mungkin memiliki osteoarthritis lebih parah (4). Pria
terkena lebih sering dari wanita pada usia awal, tetapi angka osteoarthritis pada wanita melebihi pria di usia dewasa
tengah. Pria lebih cenderung terkena osteoarthritis pinggul daripada wanita, sedangkan wanita pascamenopause
lebih sering mengalami osteoarthritis tangan (7). Wanita lebih sering terkena dan penyakitnya adalah sebagian
besar terkait dengan faktor risiko obesitas yang dapat dimodifikasi (14). Pada umumnya di bawah 45 tahun
frekuensi Osteoarthritis sama antara perempuan dan laki-laki, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi
Osteoarthritis lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Peningkatan insiden osteoarthritis pada wanita yang
mengalami penuaan diyakini karena pengurangan estrogen saat menopause (15). Wanita dengan umur diatas 50
tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis lutut. Hal tersebut dikarenakan pada usia 50-80 tahun
wanita mengalami pengurangan hormone estrogen yang signifikan (5). Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
(16) bahwa kelompok usia 56-65 tahun merupakan kelompok usia dengan kejadian osteoarthritis lutut primer yang
paling banyak.
Berdasarkan klasifikasi umur pada lansia, maka umur responden yang mengalami OA lutut adalah umur tua
(elderly). Hal ini pun sejalan dengan teori dan penelitian-penelitian yang terdahulu yang menyatakan bahwa
Osteoarthritis lutut kebanyakan terjadi pada umur 60-74 tahun (elderly). Kerusakan tulang rawan mungkin benar
dimulai antara usia 20 dan 30, dan sebagian besar orang dewasa terpengaruh pada usia 40. Beberapa pasien
mengalami gejala setelah usia 50 atau 60, tetapi lebih dari setengah dari mereka di atas 65 tahun memiliki bukti
xray penyakit tersebut setidaknya satu sendi (7). Walaupun asimtomatik tetapi perubahan pada permukaan sendi
sudah terjadi pada usia 40 tahun (4). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahin, Ozer & Yanardag
di Turki pada tahun 2019, mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan fungsi dan
menyebabkan peningkatan ketergantungan pada orang lain dan juga menyebabkan gangguan dalam produktifitas
karena menyebabkan sendi lutut terasa nyeri, kaku, dan bengkak sehingga seringkali menyebabkan gerak sendi
terbatas (8).
Berat badan berlebih berkontribusi terhadap terjadinya osteoarthritis, khususnya pada pinggul dan lutut.
Peningkatan berat badan secara signifikan meningkatkan beban yang diberikan pada lutut selama berjalan.
Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko yang jelas untuk terjadinya osteoarthritis. Penelitian berdasarkan
populasi secara konsisten telah menunjukkan hubungan antara kelebihan berat badan atau obesitas dan kejadian
osteoarthritis lutut (7). Obesitas adalah faktor penyebab umum osteoarthritis. Sendi yang menahan beban, seperti
pinggul dan lutut paling sering terpengaruh pada orang gemuk (17). Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa
individu yang mengalami obesitas lebih beresiko tinggi menderita osteoarthritis lutut daripada kelompok individu
dengan berat badan normal. Hal ini berkaitan dengan jumlah tekanan yang berbeda yang diberikan pada sendi
ketika seseorang berdiri ataupun berjalan. Pengurangan berat badan atau pemeliharaan penting untuk
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
39
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
meminimalisasi efek osteoarthritis. Kelebihan berat badan (termasuk obesitas) mengalami peningkatan resiko
penyakit jatung, hipertensi, penyakit degenerasi sendi, dan lain-lain (18).
Pada kelompok kontrol, rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah latihan Range of Motion aktif berada
pada nilai 800 (nilai minimum) sedangkan nilai maximum 120 0. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Arab Saudi oleh Alkhawajah & Alshami pada tahun 2019, bahwa mobilisasi dengan gerakan (Range of Motion)
dapat menurunkan nyeri lutut dengan hasil signifikan yaitu nilai p = < 0,001. Penelitian lain yang dilakukan di
Yogyakarta oleh Taufandas pada tahun 2018, juga didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh latihan range of
motion terhadap skala nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis dengan p value 0,000 (α < 0,05). Range of
motion berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat skala nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Istanbul oleh Yilmaz pada tahun 2018, bahwa program
latihan dirumah (latihan Range of Motion) terbukti meningkatkan rentang gerak sendi lutut pada lansia dengan nilai
(p <0,05).
Menurut asumsi peneliti, terjadinya penurunan nyeri sekitar 3,8% dan peningkatan rentang gerak sendi lutut
sekitar 27,33% dikarenakan kesadaran dan minat dari responden untuk meningkatkan kesehatannya sehingga
mereka rutin melakukan latihan Range of Motion aktif sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di Turki mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan
fungsi dan menyebabkan peningkatan ketergantungan pada orang lain (8). Salah satu konsep keperawatan yang
dapat diterapkan pada penelitian ini adalah model konseptual self care Orem. Pendekatan model konseptual Self
Care dari Orem dapat mengoptimalkan kemampuan setiap responden dalam memenuhi kebutuhannya. Peran
perawat yaitu membantu pasien dalam mengembalikan perannya sebagai self care agency. Penerapan teori
keperawatan self care dapat memfasilitasi kemampuan lansia dalam menghadapi perubahan pemenuhan kebutuhan
dasar dan mencegah timbulnya kembali masalah kesehatan yang pernah dialami, sehingga tercapai kemampuan
untuk mempertahankan kesehatan dan memenuhi kebutuhannya (9).
Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion
aktif pada kelompok intervensi. Hal ini dikarenakan adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara
kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam
hialuronat yang bersifat hidrophilik, sehingga kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-75%. Adanya
penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan sinovial. Bila tekanan berhenti
maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan sinovial (19).
Sehingga dengan dilakukan latihan Range Of Motion secara rutin dan teratur, dapat mengurangi nyeri (20).
Tidak terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion aktif pada kelompok
kontrol. Menurut asumsi peneliti, nyeri post pada kelompok kontrol mengalami penurunan walaupun sedikit
dikarenakan sebagian besar responden merupakan petani, sehingga kebanyakan dari mereka melakukan aktifitas
fisik seperti berjalan kaki ke sawah atau ke kebun, menanam padi, menyangkul, dan lain sebagainya. Melakukan
latihan ringan setiap hari, akan membuat sendi menjadi optimal melalui latihan rentang gerak, daripada melakukan
latihan yang sekali-kali/jarang. Latihan fisik aerobik seperti jalan cepat atau berjalan akan meringankan nyeri dan
meningkatkan mobilitas sendi. Latihan rentang gerak (Range Of Motion) juga dianjurkan untuk menjaga sendi tetap
lentur/fleksibel (18).
Dalam panduan dari NIAMS (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease) disebutkan
bahwa latihan merupakan salah satu dari penatalaksanaan osteoarthritis. Olahraga/latihan dapat meningkatkan
mood dan pandangan, mengurangi nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat jantung dan meningkatkan aliran
darah, menjaga berat badan, dan meningkatkan kebugaran fisik secara umum. Latihan ini merupakan latihan yang
mudah dilakukan dan juga murah, jika dilakukan dengan benar, dan tidak memberikan efek samping yang negatif.
Jumlah dan bentuk latihan yang ditentukan akan tergantung pada sendi yang terlibat, seberapa stabil sendi, dan
apakah penggantian sendi telah dilakukan (21).
Latihan rentang pergerakan sendi diberikan ketika seseorang sedang mengalami gangguan pada sistem
muskuloskeletalnya termasuk gangguan oleh karena osteoarthritis, perlu melakukan latihan pergerakan sendi
hingga sembuh dan pada akhirnya dapat melakukan tingkat aktivitas yang normal kembali (22).
Cairan sinovial pada sendi yang berkurang akan menyebabkan terjadinya nyeri dan kekakuan pada daerah
persendian (19). Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke
dalam kapsula sendi dan memberikan nutrisi yang memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar tanpa rasa
sakit atau ketidaknyamanan dan meningkatkan rentang gerak sendi. Perubahan yang terjadi pada persendian lansia,
yaitu pengurangan viskositas cairan sinovial, degenerasi kolagen dan sel elastin, fragmentasi struktur jaringan
fibrosa pada jaringan penghubung dan kartilago, pembentukan jaringan sikatrik dan kalsifikasi pada area kapsula
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
40
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
persendian dan jaringan penghubung, perubahan degenerative pada peredaran arteri kartilago. Perubahan tersebut
akan menurunkan fleksibilitas jaringan fibrosa sehingga ROM pada sendi lutut menurun (20).
Penelitian yang dilakukan di Amerika Utara pada tahun 2019 oleh Benner et all yang mengatakan bahwa
latihan rentang gerak (Range Of Motion) lutut pada pasien dengan osteoarthritis, efektif untuk meningkatkan
rentang gerak sendi, menurunkan nyeri, mengurangi gejala, dan memperbaiki fungsi sendi pada pasien dengan
osteoarthritis dengan hasil signifikan (23).
Dari hasil uji regresi linear multivariat secara simultan ditemukan ada pengaruh antara intervensi latihan
Range Of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan variabel counfonding dengan nilai
signifikan 0,000b. Manfaat yang didapatkan ketika melakukan latihan Range Of Motion antara lain memperbaiki
tonus otot, menurunkan nyeri, meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan massa otot, memperlancar
sirkulasi darah serta meningkatkan mobilisasi sendi (20).
Berkaitan dengan kondisi lansia di atas bila dikaitkan dengan bagaimana cara mempertahankan mobilitas
sendi, salah satunya adalah dengan melakukan latihan Range of Motion aktif, bahwa merupakan suatu kekhususan
untuk lansia, tidak perlu mencapai rentang pergerakan sendi yang lengkap. Akan tetapi ditekankan untuk
melakukan latihan secukupnya sehingga lansia mampu melakukan aktivitas kebutuhan sehari-harinya seperti
berjalan, berpakaian, naik dan turun tangga, dan aktifitas lainnya (22).
Variabel nyeri sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan
secara parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi nyeri. Pada usia lanjut terjadi perubahan pada
sistem tubuh, terutama pada sistem muskuloskeletal dan kerusakan pada jaringan lain yang menyebabkan penyakit
arthritis. Proses penuaan menyebabkan penurunan pada fungsi muskuloskeletal. Penurunan fungsi tersebut
menimbulkan berbagai macam keluhan seperti nyeri, kaku, dan terasa lemah. Namun keluhan utama pada penyakit
tersebut adalah nyeri sendi. Nyeri sendi pada lansia dipengaruhi oleh faktor penyebab yaitu faktor degeneratif.
Sedangkan faktor predisposisi antara lain usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, diet, penyakit dan stress. Proses
degenerasi tulang rawan pada sistem muskuloskeletal pada lansia menyebabkan peningkatan tekanan interoseus
karena tulang mengalami pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan menyebabkan benjolan (oste ofit).
Peningkatan ini akan merangsang stimulus pada nosiseptor (reseptor) nyeri dan di persepsi di korteks otak sebagai
nyeri sendi (20).
Penelitian yang dilakukan oleh Marlina di Yogyakarta (2015) kepada 80 responden, didapatkan hasil latihan
lutut secara statistik efektif menurunkan intensitas nyeri (p=0,004). Implikasi keperawatan dengan melakukan
latihan lutut secara teratur, maka akan mengurangi morbiditas akibat nyeri osteoarthritis lutut (24). Studi literature
sistematika review dan meta-analisis tentang pengaruh latihan fisik, manajemen nyeri pada pasien dengan
osteoarthritis lutut yang dilakukan di Brasil pada tahun 2019 didapatkan hasil yang signifikan bahwa ada pengaruh
latihan fisik seperti Range Of Motion terhadap penurunan nyeri sendi pada pasien dengan osteoarthritis (25).
Variabel rentang gerak sendi sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range Of Motion aktif. Hasil ini
membuktikan secara parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi rentang gerak sendi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, tinjauan teoritis dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang lainnya sedikitnya memberikan gambaran bahwa keadaan fleksibilitas suatu sendi, dalam hal ini sendi
lutut yang mengalami osteoarthritis pada kelompok lanjut usia adalah sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yang
penting, berkaitan dengan tingkat keparahan disability yang dialami oleh setiap lansia dengan osteoarthritis.
Pada uraian-uraian sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa keadaan rentang gerak sendi (Range Of Motion)
sangat bervariasi setiap individu dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, apakah
latihan Range Of Motion itu secara aktif berkelanjutan dilakukan, juga faktor indeks massa tubuh, bagaimana
aktifitas kerja sehari-harinya, dan kegiatan rekreasi lainnya yang dapat mempengaruhi rentangb gerak sendi. Maka
berdasarkan pada hasil penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa rentang gerak sendi lutut
dapat mengalami peningkatan ataupun penurunan nilai rentang geraknya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti yang sudah disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Statistik BP. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistik; 2018.
2. Kushariyadi. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
3. Lewis S, Bucher, Heitkemper, Harding, Kwong, Roberts. Medical Surgical Nursing : Assesment and
Management of Clinical Problems. Edisi 10. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2017.
4. Huether SE, McCance KL. Buku Ajar Patofisiologi. 6th ed. Singapore: Elsevier; 2019.
5. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata K., Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2010.
6. Peterson NE, Osterloh KD, Graff MN. The Journal for Nurse Practitioners Exercises for Older Adults With
Knee and Hip Pain. TJNP J Nurse Pract. 2019;15(4):263-267.e3.
7. LeMone P, Burke KM, Bauldoff G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Muskuloskeletal
Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan, NIC & NOC. 5th ed. Jakarta: EGC; 2017.
8. Şahin DS, Özer Ö, Yanardağ MZ. Perceived social support , quality of life and satisfaction with life in elderly
people. Educ Gerontol. 2019;0(0):1–9.
9. Alligood MR. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Hamid A, editor. Singapore: Elsevier; 2017.
10. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
11. Susilo WH, Aima MH, Suprapti F. Biostatistika Lanjut dan Aplikasi Riset. Jakarta: CV Trans Info Media;
2014.
12. Hastono SP. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2016.
13. Susilo WH, Aima MH, Suprapti F. Biostatistika lanjut dan aplikasi riset. Jakarta: Trans Info Media; 2014.
14. Magnusson K, Turkiewicz A, Englund M. Nature vs nurture in knee osteoarthritis e the importance of age , sex
and body mass index. Osteoarthr Cartil. 2019;27(4):586–92.
15. Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, Camera. Medical-Surgical Nursing Assessment and Management Of
Clinical Problems. 8th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2011.
16. Sonjaya MR. Karakteristik Pasien Osteoarthritis Lutut Primer Di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam
Bandung. 2015;506–12.
17. Ignatavicius DD, Workman ML. Medical-Surgical Nursing Patient-Centered Collaborative Care. 8th ed. St.
Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
18. Black JM, Hawks J. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. 8th ed.
Singapore: Elsevier Ltd; 2014.
19. Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Revisi. Jakarta: EGC; 2012.
20. Potter PA, Perry AG. Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan. 7th ed. Singapore: Elsevier; 2010.
21. NIAMS. Handout on Health. 2013;
22. Kozier B, Erb G, Berman A, Snyder S. Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2009.
23. Benner RW, Shelbourne KD, Bauman SN, Norris A, Gray T. Knee Osteoarthritis Alternative Range of Motion
Treatment. Orthop Clin NA. 2019;50(4):425–32.
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
42
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
24. Marlina TT. Efektivitas latihan lutut terhadap penurunan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut di
yogyakarta. 2015;2(2355):44–56.
25. Rocha TC, Dias AG, Martins EA. The Effects of Physical Exercise on Pain Management in Patients with Knee
Osteoarthritis : A Systematic Review with Metanalysis à Os efeitos do exercício físico sobre o manejo da dor
em pacientes com osteoartrose de joelho : Uma revisão sistemática com me. 2019;
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved