Anda di halaman 1dari 106

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH RANGE OF MOTION AKTIF

TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI

PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT

LITERATURE REVIEW

Lady Julieta Solihin


18057

AKADEMI KEPERAWATAN SUMBER WARAS


TAHUN 2021
Jl. Kyai tapa Grogol Jakarta Barat 11440
Telp.5682011,Pes.146,Fax.56967453
Website : http://akpersumberwaras.ac.id e-
mail : info@akpersumberwaras.ac.id
KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH RANGE OF MOTION AKTIF

TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI

PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT

LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

Lady Julieta Solihin


18057

AKADEMI KEPERAWATAN SUMBER WARAS


TAHUN 2021

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


i
Nama : Lady Julieta Solihin

NIM : 18057

Intitusi : Akademi Keperawatan Sumber Waras

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh
range of motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis lutut” ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
bukan hasil karya penulis lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah
ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Jakarta, 03 Juni 2021

Pembuat pernyataan

Lady Julieta Solihin

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis iImiah dengan judul “Pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut” ini telah disetujui
untuk diujikan dihadapan Tim penguji.

i
i
Jakarta, 03 Juni 2021

Pembimbing KTI

( Ns. Esther Lenny D.M, SKM, M.Kep )

NUPN : 0310116107

Mengetahui,

Akademi Keperawatan Sumber Waras

Direktur

( Ns. Esther Lenny D.M, SKM, M.Kep )

NUPN : 0310116107

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Lady Julieta Solihin dengan judul pengaruh range of
motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis
lutut ini telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” dalam ujian sidang dihadapan
Tim penguji pada tanggal 03 Juni 2021.

i
i
i
Jakarta , 03 Juni 2021
Penguji I

(Ns.Rini Rahmasari,M.Kep)
NUPN : 9903261342

Penguji II

( Ns.Esther Lenny D.M,SKM,M.Kep )

NUPN : 0310116107

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya sehingga peneliti
dapat menyusun studi kasus yang berjudul “ Pengaruh range of motion aktif
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian
akhir dalam memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan. Selama menyusun KTI ini peneliti menyadari banyak menemukan
dukungan dan hambatan, namun berkat bimbingan dan arahan pembimbing
sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dengan segala

i
v
kerendahan hati dalam kesempatan ini izinkanlah peneliti menghaturkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Letjen TNI Mar (Purn) Safzen Noerdin, selaku ketua Yayasan Kesehatan
Sumber Waras.
2. Dr. Hj. Seosilowati S.Sp.PD., KEMD-FINASIM, selaku pembina Akademi
Keperawatan Sumber Waras Jakarta.
3. Drg. Damayanti Grahila, selaku pembina Akademi Keperawatan Sumber
Waras Jakarta.
4. Ns. Esther Lenny Dorlan Marisi, SKM, M.Kep., selaku Direktur dan
pembimbing serta penguji II KTI studi literatur Akademi Keperawatan
Sumber Waras.
5. Ns.Rini Rahmasari,M.Kep selaku penguji I sidang KTI Akademi
Keperawatan Sumber Waras.
6. Ns. Cicilia Ernawati Rahayu M.Kep., selaku koordinator mata kuliah KTI
Akademi Keperawatan Sumber Waras.
7. Ns. Donny Richard Mataputun, M.Kep., selaku koordinator mahasiswa
angkatan XXI Akademi Keperawatan Sumber Waras.
8. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan Sumber Waras yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti mengikuti
pendidikan di Akademi Keperawatan Sumber Waras Jakarta.
9. Orang tua Bapak Cecep Solihin , Ibu Yuli Haryati dan seluruh anggota
keluarga besar yang telah memberikan perhatian dan dukungan yang tulus
baik moral maupun material sehingga peneliti dapat menyelesaikan KTI ini
dengan baik.
10. Kepada Inayahtun Najijah, Adinda Putri Milenia, Marsela Triyanto Putri,
Venesya Amanda, Firda Erine Hafifah, Eka Septi Nuraini dan semua rekan
– rekan mahasiswa dan mahasiswi khususnya Angkatan XXI Akademi
Keperawatan Sumber Waras yang turut berpartisipasi dalam pembuatan
KTI.

Akhirnya dengan satu harapan semoga KTI ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
peneliti dan institusi. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan kepada
Bapak atau Ibu atas bantuan yang diberikan kepada peneliti, amin.

v
Jakarta, 03 Juni 2021
Hormat saya

Lady Julieta Solihin

Akademi Keperawatan Sumber waras Jakarta


Karya Tulis Ilmiah, Mei 2021

Lady Julieta Solihin


Pembimbing : Ns. Esther Lenny D.M. SKM, M.Kep
Xi+ 55 halaman + 11 tabel + 1 skema + 3 lampiran

Literature Review : Pengaruh Range Of Motion Aktif Terhadap Penurunan


Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Lutut
ABSTRAK
Latar belakang : Osteoarthritis (OA) merupakan jenis penyakit sendi akibat
proses degeneratif sekaligus peradangan (inflamasi) pada tulang rawan sendi yang
ditandai dengan adanya nyeri pada ekstremitas bawah yang prevalensinya semakin
meningkat dengan bertambahnya usia. Penatalaksanaan non farmakologi
merupakan komponen yang sangat penting dalam mengatasi nyeri salah satu
bentuknya adalah latihan range of motion. Metode : Literature review pencarian
dengan Publish of Perish terhadap 5 penelitian tahun 2016-2021 dengan analisa
PICOST; (Hannan dan Suprayitno, 2016), (M. Noer dan Sheilla, 2018), (Rahmiati
dan Afrianti, 2018), (Taufandas dkk, 2018), (Matongka dkk, 2021). Tujuan :
diketahui pengaruh range of motion terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan osteoarthritis. Hasil : dari 8 penelitian didapatkan hasil uji statistik pvalue
< 0,05, ada pengaruh range of motion terhadap penurunan skala nyeri pada lansia
dengan osteoarthritis. Kesimpulan : kelima penelitian menunjukkan ada pengaruh
range of motion terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan durasi 15-45
menit, 2 kali dalam seminggu.

Kata Kunci : Range Of Motion, Nyeri sendi, Lansia, Osteoarthritis.

v
i
Nursing Academy of Sumber Waras Jakarta
Lady Julieta Solihin
Advisor : Ns. Esther Lenny D.M. SKM, M.Kep

Literature Riview :The Effect of Actife Range Of Motion on Reducing Joint


Pain in The Elderly With Knee Osteoarthritis
ABSTRACT
Background : Osteoarthritis (OA) is a type of joint disease due to a degenerative
process as well as inflammation (inflammation) in joint cartilage which is
characterized by pain in the lower extremities whose prevalence increases with
age. Non-pharmacological management is a very important component in
overcoming pain, one of which is range of motion exercises. Methods : Literature
review search by Publish of Perish on 5 studies in 2016-2021 with PICOST
analysis; (Hannan and Suprayitno, 2016), (M. Noer and Sheilla, 2018), (Rahmiati
and Afrianti, 2018), (Taufandas et al, 2018), (Matongka et al, 2021). Objective :
To determine the effect of range of motion on reducing joint pain in the elderly
with osteoarthritis. Results : From 5 studies, statistical test results obtained
pvalue <0.05, there is an effect of range of motion on decreasing pain scale in the
elderly with osteoarthritis. Conclusion : the five studies show that there is an
effect of range of motion on reducing joint pain in the elderly with a duration of
15-45 minutes, 2 times a week.

Keywords : Range Of Motion, Joint Pain, Elderly, Osteoarthritis.

v
i
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1. Tujuan Umum .............................................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep osteoarthritis ..................................................................... 4
1. Pengertian ................................................................................... 4
2. Klasifikasi .................................................................................. 4
3. Etiologi ....................................................................................... 4 4.
Patofisiologi ............................................................................... 5
5. Penatalaksanaan .......................................................................... 6
B. Konsep Lansia ................................................................................ 9
C. Konsep Range Of Motion ............................................................... 10
1. Pengertian ................................................................................... 10
2. Tujuan ........................................................................................ 10 3.
Jenis Range Of Motion ................................................................ 10
4. Indikasi Dan Sasaran ROM ......................................................... 11 5.
Macam-Macam Gerakan ROM ................................................... 12
6. SOP ROM Aktif .......................................................................... 13
D. Jurnal Terkait ................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Dan Jenis Penelitian ........................................................... 19
B. Waktu Penelitian ............................................................................ 19
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 19
D. Metode Analisa Data Dan Interpretasi Data ................................. 21
E. Etika Penelitian .............................................................................. 23
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Identifikasi Persamaan Dan Perbedaan Penelitian .............
24
v
i
i
i
B. Hasil Analisa Persamaan Dan Perbedaan Penelitian ....................
30
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap manusia pada dasarnya akan menjadi tua atau disebut lansia.
Proses menuaan tersebut berjalan lambat dan mengakibatkan terjadi
penurunan fungsi tubuh. Penurunnan fungsi tubuh terjadi pada
beberapa sistem, yakni; system persarafan, system penglihatan, system
pendengaran, system kardiovaskuler, system integument, dan salah
satunya sistem muskoloskeletal seperti kehilangan densitas (cairan)
dan semakin rapuh, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang
penyangga rusak dan haus, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari
pergelangan terbatas bahkan bisa terjadinya timbul rasa nyeri. Masalah
kesehatan terkait muskuloskeletal pada usia tua yakni osteoarthritis
(OA).

OA yang terjadi ditandai dengan kekakuan pada sendi, kehilangan


fungsi sendi, dan nyeri (Prieharti, 2017). Dampak dari nyeri
menyebabkan keengganan pada lansia untuk melakukan kegiatannya
sehari-hari dan menyebabkan kekakuan pada anggota gerak bahkan
dapat menyebabkan kelumpuhan (Mujib, 2016). Sedangkan menurut
Maruli (2018) menyatakan proporsi OA lutut primer paling banyak
pada kelompok umur 56-65 tahun (45,58%), berdasarkan kelompok
jenis kelamin proporsi kejadian OA lutut primer paling banyak pada
kelompok jenis kelamin perempuan (82,54%).

Berdasarkan data World Health Organization (2016) terdapat distribusi


penderita osteoartritis yang berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia
pada pria adalah 9,6% dan 18,0% pada wanita. OA bisa menyebabkan
nyeri hebat dan cacat pada penderita, sehingga dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Sebanyak 80% penderita OA memiliki
keterbatasan dalam bergerak dan 25% di antaranya bahkan

1
2

tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan data


Kementrian Kesehatan RI (2016), yakni lansia menderita OA
berdasarkan umur yaitu usia 55-64 tahun sebesar 45%, 65-74 sebesar
51,9% dan lebih dari 75 tahun sebesar 54,8%.

Peradangan sendi yang disebabkan oleh pecahnya tulang rawan di


sendi menimbulkan nyeri. Nyeri merupakan respon fisiologis tubuh
sebagai bentuk proteksi dari bahaya, tetapi jika nyeri tidak ditangani
maka akan mengganggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Menurut (Yulian Heiwer, 2021) menjelaskan bahwa adanya gangguan
rasa nyaman nyeri pada lansia dengan osteoarthritis membuat lansia
tidak dapat memenuhi Activity Daily Living (ADL) secara mandiri.

Penanganan dalam menurunkan rasa nyeri pada lansia dengan


osteoarthritis dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Cara farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
obat anti nyeri atau obat peradangan pada sendi. Sedangkan non
farmakologi dengan cara mengubah gaya hidup seperti menurunkan
berat badan, menghindari mengangkat beban berlebih dan dengan cara
berolahraga atau melakukan latihan gerak (Rachmawaty, 2018). Salah
satu latihan yang dapat dilakukan pada lansia dengan osteoarthritis
adalah dengan melakukan rentang gerak atau range of motion (ROM).

Penulis telah menguraikan masalah nyeri OA pada lansia dapat


mengganggu ADLnya dengan data dan sumber bacaan maupun
penelitian terkait. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
metode literature review mengenai pengaruh latihan range of motion
aktif terhadap nyeri sendi lutut pada kelompok lansia.

B. Rumusan masalah
3

Penulis merumuskan masalah dalam penelitian literature review ini


adalah “Bagaimanakah pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut?”

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Didapatkan gambaran pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
2. Tujuan khusus
a. Dapat diidentifikasi persamaan dan perbedaan penelitian
sebelumnya terkait pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
b. Dapat dianalisa persamaan dan perbedaan pengaruh dari range of
motion aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis lutut.
c. Dapat diketahui keterbatasan penelitian – penelitian sebelumnya
terkait pengaruh range of motion aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.

D. Manfaat
1. Memperdalam pengetahuan tentang bidang yang akan diteliti.
2. Mengetahui hasil penelitian pengaruh range of motion aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
3. Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam pengaruh range of motion aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan osteoarthritis lutut.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh range of motion aktif untuk
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis
lutut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep osteoarthritis (OA)


1. Pengertian osteoarthritis
OA merupakan jenis penyakit sendi akibat proses degeneratif sekaligus
peradangan (inflamasi) pada tulang rawan sendi. Osteoarthritis
(pengapuran sendi) merupakan radang persendian yang diakibatkan
oleh obesitas, cedera sendi yang menimbulkan rasa nyeri karena adanya
gesekan ujung-ujung tulang pada sendi (Prieharti, 2017).

2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya menurut (Prieharti, 2017) OA
diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder.
a. OA primer atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh
penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
b. OA sekunder adalah jenis OA yang penyebabnya jelas, seperti
akibat penuaan, cedera atau trauma berulang pada sendi, infeksi
pada sendi, penyakit yang menyerang tulang rawan, dan obesitas.

3. Etiologi
Menurut (Wiarto, 2017) penyebab dari OA ialah :
a. Peningkatan usia.
OA biasanya terjadi pada usia lanjut. Usia rata-rata laki-laki yang
mendapat osteoarthritis lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan
puncaknya pada 55-64 tahun, sedangkan wanita 65 tahun dengan
puncaknya pada usia 65-74 tahun.
b. Obesitas
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
bekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya
OA.

4
c. Jenis kelamin
Angka kejadian OA berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih
tinggi pada perempuan dengan nilai presentase lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki.
d. Riwayat trauma
5

Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum


krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoarthritis
lutut.
e. Riwayat cedera
Cedera sendi berat dan beban benturan yang berulang dapat menjadi
faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai
predisposisi OA.
f. Faktor genetik
Memiliki riwayat keluarga yang menderita osteoarthritis.
g. Pekerjaan dengan beban berat
Bekerja dengan beban berat, lama kerja lebih dari 10 tahun dan
kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari OA
lutut.

4. Patofisiologi
Menurut (Wiarto, 2017) penyakit sendi degeneratif merupakan suatu
penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakanakan meupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
6

Perubahan-perubahan degenerative yang mengakibatkan karena


peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas kongenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsic dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligament atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. Manifestasi klinis
pada lansia yang menderita osteoarthritis adalah nyeri sendi, hambatan
gerak pada sendi, kekakuan sendi, sensasi gemeretak pada sendi yang
sakit, deformitas sendi, pembengkakan pada tulang sendi, perubahan
gaya berjalan.

5. Penatalaksanaan
Menurut (Prieharti, 2017) :
a. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
b. Non Farmakologi : edukasi, diet, terapi fisik, latihan rentang gerak
(ROM) aktif/pasif, kompres hangat, mengistirahatkan sendi.
c. Keperawatan
1) Pengkajian
a) Riwayat kesehatan, yaitu riwayat kejadian awal nyeri sendi,
saat aktivitas atau istirahat, serta faktor penyebab dan resiko
dari nyeri sendi
b) Pemeriksaan fisik, yaitu adanya nyeri sendi karena gerakan,
pembengkakan pada sendi, adanya rasa nyeri pada area yang
terjadi peradangan sendi, kesulitan melakukan aktivitas
seharihari dan bergantung dengan orang lain. Pengukuran
skala nyeri; Visual Analog Scale (VAS), Pain Rating Scale
(PRS), dan Numeric Rating Scale (NRS).
(1) Visual Analog Scale (VAS) merupakan alat pengukuran
intensitas nyeri yang dianggap paling efisien yang telah
7

digunakan dalam penelitian dan pengaturan klinis.VAS


umumnya disajikan dalam bentuk garis horizontal.

• Skala Nyeri 0 : Tidak terasa nyeri.


• Skala Nyeri 1-3 : Nyeri ringan seperti gatal, kesetrum, nyut-
nyutan, perih.
• Skala Nyeri 4-6 : Nyeri sedang seperti kram, kaku, terbakar,
ditusuk-tusuk.
• Skala Nyeri 7-9 : Nyeri berat namun masih dapat dikontrol oleh
pasien.
• Skala Nyeri 10 : Nyeri berat yang tidak dapat dikontrol pasien.
(2) Pain Rating Scale (PRS), skala nyeri ini tergolong mudah
untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi
wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita
menanyakan keluhannya. Skala ini menunjukkan
serangkaian wajah mulai dari wajah gembira pada 0 (tidak
ada sakit) sampai wajah menangis di skala 10 yang
menggambarkan sakit terburuk.

• Wajah Pertama 0 : Tidak merasa sakit sama sekali.


• Wajah Kedua 2 : Sakit hanya sedikit.
• Wajah Ketiga 4 : Sedikit lebih sakit.
8

• Wajah Keempat 6 : Lebih sakit.


• Wajah Kelima 8 : Jauh lebih sakit
• Wajah Keenam 10 : Sangat sakit luar biasa.
(3) Numeric Rating Scale (NRS) adalah salah sayu alat
diagnostik yang digunakan dokter untuk mengetahui
kualitas nyeri yang dialami pasien. Pasien diminta untuk
memilih angka di antara 0-10. Angka 0 menandakan tidak
nyeri dan 10 menandakan nyeri yang sangat hebat.

• Angka 0 artinya tidak nyeri


• Angka 1-3 nyeri ringan
• Angka 4-6 nyeri sedang
• Angka 7-10 nyeri berat

2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang penulis angkat dari buku sumber
(PPNI, 2017), yaitu Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan muskoloskeletal.
Gejala dan tanda mayor :
a) Subjektif antara lain, mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas.
b) Objektif antara lain, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun.
Gejala dan tanda minor :
a) Subjektif antara lain, nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak.
b) Objektif antara lain, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,
gerakan terbatas, fisik lemah.
9

3) Intervensi keperawatan (PPNI, 2019) dan (PPNI, 2018)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
dapat berkurang.
Kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, kaku pada sendi menurun,
kecemasan menurun, gerakan terbatas menurun,
kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat.
Intervensi : identifikasi keterbatasan pergerakan sendi, monitor
lokasi ketidaknyamanan atau nyeri pada saat bergerak,
anjurkan melakukan rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis, ajarkan rentang gerak aktif sesuai dengan
program latihan, cegah terjadinya cedera selama latihan
rentang gerak dilakukan.
B. Konsep lansia
1. Konsep lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis, maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti megalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak
proporsional (Nasrullah, 2016)

2. Batasan usia lansia


Menurut WHO batasan usia lansia yaitu :
1) Lanjut usia petengahan (Middle Age) adalah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
2) Lanjut usia (Elderly) adalah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) adalah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun 4)
Usia sangat tua (very old) adalah kelompok diatas usia 90 tahun
10

C. Konsep ROM
1. Pengertian
ROM adalah jumlah maksimum Gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potogan tubuh, yaitu sagittal, transversal, dan
frontal.
ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan tonus otot (Rudi, 2019).

2. Tujuan
Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas
persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk
tulang, mencegah kekakuan sendi, dan memperbaiki tonus otot (Rudi,
2019).

3. Jenis - jenis ROM


Menurut (Rudi, 2019) ROM dbedakan menjadi dua jenis, yaitu a.
ROM aktif
ROM aktif yaitu Gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif). Kekuatan otot 75%.
b. ROM pasif
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk Latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan Gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien
pasif). Kekuatan otot 50%.
c. Indikasi dan sasaran ROM 1) ROM aktif, indikasi :
11

a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah sejenis ROM aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual
atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
c) ROM aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d) ROM aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas
dan di bawah daerah yang tidak dapat bergerak.
Sasaran :
a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM
aktif serupa dengan ROM pasif.
b) Kentungan fisiolgis dari kontraksi otot aktif dan pembelajara gerak
dari control gerak volunter.
c) Sasaran spesifik :
(1) Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot
yang terlibat.
(2) Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi.
(3) Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan
persendian.
(4) Meningkatkan sirkulasi.
(5) Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik.
2) ROM pasif, indikasi :
a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan.
b) Ketika paisen tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bedrest total Sasaran :
a) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat.
12

b) Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur


c) Mempertahankan elastisitas mekanik dari otot
d) Membantu kelancaran sirkulasi.
e) Meningkatkan pergerakan synovial untuk nutrisi tulang rawan serta
difusi persendian.
f) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri.
g) Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi
h) Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.

4. Macam-macam Gerakan ROM


Menurut (Rudi, 2019) ada berbagai macam Gerakan ROM, yaitu :
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut
d. Abduksi, yaitu Gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh
e. Adduksi, yaitu Gerakan mendekati garis tengah tubuh
f. Rotasi, yaitu Gerakan memutari pusat dari tulang
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak kebawah
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas
k. Oposisi, yaitu Gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan
pada tangan yang sama
13

5. Standar prosedur operasional ROM Aktif (Rudi, 2019)


Menurut Rudi (2019) ROM dilakukan selama 2 kali dalam seminggu
dengan durasi 15-45 menit.
a. Persiapan :
1) Persiapan pasien
a) Pastikan identitas pasien
b) Jelaskan prosedur Tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
dilakukan Tindakan keperawatan, berikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan pasien.
c) Pastikan pasien pada posisi aman dan nyaman.
d) Jaga privasi pasien.
2) Persiapan alat; bantal, goniometer, tempat duduk/pegangan
3) Minyak penghangat, bila diperlukan
4) Lakukan pengecekan program terapi yang dijalani klien
5) Cuci tangan
6) Tempatkan alat di dekat pasien.
b. Penatalaksanaan
14

1) Berikan salam, serta memperkenalkan diri pada klien dan juga


keluarga
2) Jelaskan prosedur tindakan dan tujuan dilakukan tindakan pada
pasien
3) Bantu klien untuk berada pada posisi yang nyaman (berdiri)
4) Amati klien dan jaga keamanan gerak klien
5) Pelaksanaan
c. Dokumentasi
1) Catat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukanAwas tanda-tanda adanya gangguan system neurologi 2)
Catat tingkat toleransi gerakan pada pasien.

D. Jurnal terkait
1. Jurnal I, Hannan dan Suprayitno (2016)
“Pengaruh latihan ROM terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan
osteoarthritis Di Posyandu Lansia Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep”. Populasi dalam penelitian
ini sebanyak 64 responden lansia dengan OA di Posyandu Lansia Desa
Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.
Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan Pain Rating Scale
sebelum dan sesudah melakukan ROM selama satu minggu yang
dilakukan minimal 2 kali sehari. Tidak ada komparasi pada jurnal ini
karena intervensi dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok
pembanding.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ROM terhadap


penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis. Dari hasil
penelitian ini terbukti adanya pengaruh ROM terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan OA di Posyandu Lansia Desa Kalianget
Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep dengan mengukur
skala nyeri menggunakan Pain Rating Scale presentasi sebelum
dilakukannya ROM (pretest) skala nyeri hampir setengahnya
15

responden (48,4%) mengalami nyeri sedang (skala 4-6), dam setelah


dilakukannya ROM (posttest) skala nyeri pada hampir separuh
responden (46,9%) mengalami nyeri ringan (skala 1-3), maka
diperoleh dengan nilai p value 0,000. Desain penelitian yang
digunakan adalah Pre eksperimental. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah One-group pre-test post test
design dengan melakukan ROM. Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep pada bulan November 2016.

2. Jurnal II, Noer dan Sheilla (2018)


”Effect of joint therapy mobility exercises on the level of osteoarthritis
knee joint pain in the elderly Padang”. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 30 responden lansia dengan OA di Posyandu Lansia Padang.
Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan Visual Analog Scale
(VAS) sebelum dan sesudah melakukan ROM. Peneliti tidak
menjelaskan frekuensi dilakukannya ROM. Tidak ada komparasi pada
jurnal ini karena intervensi dilakukan pada satu kelompok tanpa
kelompok pembanding. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh ROM terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
OA.
Hasil penelitian ini terbukti adanya pengaruh ROM terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan OA di Posyandu Lansia Padang dengan
mengukur skala nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS)
presentasi sebelum dilakukannya ROM (pretest) skala nyeri responden
(80%) mengalami nyeri sedang, dan setelah dilakukannya ROM
(posttest) skala nyeri responden mengalami penurunan pada kisaran
(76,7%) mengalami nyeri ringan, maka diperoleh dengan nilai p value
0,000 (p = <0,05). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pre and post test without control dengan melakukan ROM.
16

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Padang pada bulan


April 2018.

3. Jurnal III, Rahmiati dan Afrianti (2018)


” The effect range of motion exercise on lower extremities joint pain
level for elderly at Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab.
Aceh Besar”. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 33 responden
lansia dengan OA di Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam
Kab. Aceh Besar. Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan
Visual Analog Scale (VAS) sebelum dan sesudah melakukan ROM
selama 2 minggu sebanyak 6 kali. Tidak ada komparasi pada jurnal ini
karena intervensi dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok
pembanding. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ROM
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA.

Hasil penelitian ini terbukti adanya pengaruh ROM terhadap penurunan


nyeri sendi pada lansia dengan OA di Gampong Tanjung Selamat Kec.
Darussalam Kab. Aceh Besar dengan mengukur skala nyeri
menggunakan Visual Analog Scale (VAS) presentasi sebelum
dilakukannya ROM (pretest) skala nyeri responden (30,3%) mengalami
nyeri ringan, dan setelah dilakukannya ROM (posttest) skala nyeri
responden berkurang menjadi (3%), maka diperoleh dengan nilai (p
value = 0,014). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pre and post test without control dengan melakukan ROM.
Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Tanjung Selamat Kec.
Darussalam Kab. Aceh Besar pada bulan Januari 2018.

4. Jurnal IV, Taufandas, Rosa dan Afandi (2018)


“Pengaruh ROM untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis di Wilayah Puskesmas Godean 1 Sleman Yogyakarta”.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 36 responden lansia dengan 18
17

lansia kelompok intervensi dan 18 lansia kelompok control di Wilayah


Puskesmas Godean 1 Sleman Yogyakarta. Melakukan pengukuran
skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) sebelum dan
sesudah melakukan ROM selama 4 minggu sebanyak 2 kali dalam
seminggu. Komparasi pada jurnal ini antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri lebih banyak pada kelompok
intervensi dibandingkan pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian kelompok intervensi dan kelompok kontrol


menunjukkan adanya pengaruh ROM, namun pada kelompok intervensi
skala nyeri pada sendi lansia menurun lebih signifikan. Dari hasil
penelitian ini terbukti adanya pengaruh ROM terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan kelompok intervensi p value pre-test dan
posttest 0,000, sedangkan p value pre-test dan post-test kelompok
control adalah 0,000. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
eksperiment. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pretest-posttest control group design dengan melakukan ROM.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Godean 1 Sleman
Yogyakarta pada tahun 2018.

5. Jurnal V, Matongka, Astrid dan Hastono (2021)


“Pengaruh latihan ROM aktif terhadap nyeri dan rentang gerak sendi
lutut pada lansia dengan osteoarthritis di Puskesmas Doda Sulawesi
Tengah”. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 90 responden lansia di
Puskesmas Doda Sulawesi Tengah. Melakukan pengukuran skala nyeri
menggunakan Visual Analog Scale (VAS) dan menggunakan alat
goniometer sebelum dan sesudah melakukan ROM selama 4 minggu
sebanyak 5 kali dalam seminggu. Komparasi pada jurnal ini antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri
lebih banyak pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok
kontrol.
18

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh ROM terhadap


penurunan nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis. Dari hasil
penelitian ini terbukti adanya pengaruh ROM terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan OA di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah
dengan mengukur skala nyeri menggunakan Visual Analog Scale
(VAS) dan menggunakan alat goniometer presentasi sebelum
dilakukannya ROM (pretest) skala nyeri pada kelompok intervensi nyeri
sedang (4-6) 60% sesudah intervensi nyeri ringan (1-3) 33,3%,
sedangkan kelompok control sebelum dan sesudah penelitian tetap
mayoritas nyeri sedang (4-6), maka diperoleh dengan nilai p value
0,000;<0,05). Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi
eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pretest-posttest control group dengan melakukan ROM.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah pada
bulan Januari 2021.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain dan jenis penelitian


Desain penelitian ini adalah literature review yang merupakan metode untuk
mensintesis berbagai temuan penelitian dalam rangka membangun tingkat
pemahaman konsep tertentu yang berbasis bukti serta mengungkap area
penelitian terkait, sehingga dapat dirumuskan kerangka kerja teoritis dan
model konseptual (Snyder, 2019). Penelitian kepustakaan atau kajian literatur
(literature review, literature research) merupakan penelitian yang mengkaji
atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat
di dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature),
serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu.

B. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2021.

C. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang digunakan dengan publish of perish yaitu :
1. Penulis menggunakan google scholar untuk mencari literature dengan
memasukkan kata kunci “Range Of Motion” dan “Osteoarthritis” sehingga
mendapatkan 3.252 jurnal secara keseluruhan.
2. Penulis melakukan screening kembali didapatkan 1.470 jurnal yang sesuai
dengan keyword tersebut.
3. Sebanyak 980 jurnal dalam rentang waktu 5 tahun dari 2016 sampai 2021
menggunakan bahasa Indonesia (nasional) dan bahasa inggris
(internasional) dan Tipe artikel penelitian (review articles, research
articles) dengan kata kunci osteoarthritis, nyeri, lansia, range of motion.
4. Jurnal dipilih kembali berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan
oleh penulis, seperti jurnal yang memiliki judul yang sama ataupun ada
tujuan penelitian yang sama seperti penelitian ini.
20

19

5. Selanjutnya, mengidentifikasi abstrak pada jurnal-jurnal tersebut. Penulis


pada akhirnya mendapatkan 5 jurnal yang akan dilakukan ulasan pada
setiap jurnalnya.

Skema 3.1 Diagram alir Publish and Perish

Pencarian pada situsGoogle Scholar

Hasil Jurnal Keseluruhan


(n= 3.252)

Screening:
a. Rentang waktu 5 tahun terakhir dari
Screening(n=
2016 sampai2021 dengan kata kunci
1.470) osteoarthritis,ROM,dan nyeri sendi
b. Artikel menggunakan bahasa
Indonesia (nasional) dan bahasa
inggris (internasional)
c. Tipe artikel penelitian (review
articles, research articles)
d. Google Schoolar (n = 980)

Jurnal yang diakses full text Google


Scholar(n= 540)

Kriteria Inklusi :
a. Jurnal yang berkaitandengan
osteoarthritis,ROM,dan nyeri sendi
pada lansia.
b. Jurnal yang membahas pengaruh ROM
terhadap penurunan nyeri sendi
dengan osteoarthritis.
Google Scholar (n= 5)

Jurnal akhir yang sesuai


dengan kriteria inklusi (n= 5)
21

D. Metode analisa data dan interpretasi data


1. Analisa data
a. Induktif
Metode analisa data yang menggunakan induktif. Analisa induktif
merupakan mengambil suatu konklusi atau kesimpulan dari situasi yang
konkrit menuju hal-hal yang abstrak, atau dari pengertian yang khusus
menuju pengertian yang bersifat umum. Dalam analisa induktif terkait
kelima penelitian ini, penulis menemukan tema secara khusus, yaitu
pengaruh Range Of Motion terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
dengan osteoarthritis.
b. PICOST
Berikut adalah penjelasan dari PISCOT :
1) Population
Populasi yang akan digunakan dalam jurnal untuk melakukan
Literature Review yang sesuai dengan topik penelitian. Populasi
penelitian ini yakni lansia dengan osteoarthritis. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 30-250 responden lansia.
2) Intervention
Tindakan atau perlakuan yang diberikan kepada populasi dalam
penelitian yang diambil sesuai dengan topik penelitian Literature
Review. Intervensi yang akan peneliti analisa yaitu range of motion.
Intervensi yang akan peneliti analisa yakni melakukan range of
motion. Intervensi yang dilakukan dalam kelima jurnal penelitian
ratarata melakukan range of motion.
3) Statistic
Metode statistik yang digunakan dalam Literature Review. Penelitian
dengan desain pra eksperimen dan quasy eksperimen one group
pretest-posttest dengan variabel independen lansia yang mengalami
osteoarthritis dan variabel dependen penurunan skala nyeri. Sampel
pada penelitian ini dengan kriteria inklusi pada penelitian ini, yakni :
a) Merupakan penelitian eksperimen
b) Perlakuan yang diberikan adalah intervensi keperawatan dalam
melakukan Range Of Motion.
c) Variable dependen adalah penurunan penurunan skala nyeri
22

d) Responden dalam jurnal hasil penelitian adalah lansia dengan


osteoarthritis.
e) Lokasi penelitian di negara Indonesia : Pulau Jawa, Pulau Sumatera
dan Pulau Sulawesi.
f) Hasil penelitian dipublikasikan dalam rentang tahun 2016-2021
4) Comparation
Tindakan atau perlakuan lain yang digunakan sebagai pembanding
dalam jurnal tersebut. Penelitian ini membandingkan antara kelompok
kontrol dan intervensi. Dari kelima jurnal ini ada 4 penelitian yang
menggunakan one group (intervensi) dan ada 1 penelitian yang
menggunakan two group (kelompok intervensi dan kelompok
kontrol).
5) Outcome
Luaran atau hasil yang tertuang dalam jurnal sesuai dengan topic
Literature Review. Hasil penelitian yang dianalisa yakni penurunan
skala nyeri akibat osteoarthritis.
6) Time
Waktu penelitian tersebut dilakukan dalam jurnal yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016-2021.

2. Intepretasi data
a. Komparatif
Membandingkan objek penelitian dengan konsep pembanding. Dalam
penelitian ini penulis mengambil objek penelitian tentang tindakan
ROM terhadap lansia yang memiliki nyeri dengan skala 3 -8.
b. Criticize
Membuat pendapat sendiri, review sebuah artikel juga bias bersifat setuju
atau tidak setuju terhadap pandangan penulis dengan pembaca dan bisa
juga digunakan sebagai penghubung lebih dari satu pandangan
(sintesa). Penulis akan menuliskan analisa penulis yang
menggambarkan pandangan setuju atau tidak setuju terhadap lima
penelitian dengan topik yang sama, dengan dasar-dasar pemikiran
maupun literatur yang menunjang lainnya.
c. Synthesize
23

Yakni menyatukan hasil organisasi literature menjadi suatu ringkasan agar


menjadi satu kesatuan yang padu, dengan mencari keterkaitan antar
literatur. Synthesize dalam kelima penelitian yang diambil yakni
peradangan pada sendi yang diakibatkan oleh hiperurisemia dapat
menimbulkan salah satu masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia
yaitu nyeri yang dapat mengganggu rasa nyaman pada pasien sehingga
diperlukan tindakan manajemen nyeri yang tepat dalam
pelaksanaannya, salah satunya dengan melakukan ROM.
d. Summarize
Menuliskan kembali dengan kalimat sendiri. Penelitian ini menganalisa
dan menyimpulkan lima penelitian dengan topik pengaruh ROM yang
dianggap efektif dalam menurunkan nyeri pada lansia dengan OA.

E. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan literature review, terdapat beberapa
etika dalam penelitian. Menurut Wager & Wiffes (2011) mengatakan
terdapat beberapa standar etik untuk penelitian, yaitu :
1. Hindari duplikat yang berlebihan dengan cara menyeleksi artikel yang
sama pada setiap publikasi yang digunakan supaya tidak double
counting.
2. Memastikan ekstraksi data yang akurat dengan membaca kembali
secara berulang karya tulis ilmiah yang disertakan untuk menemukan
duplikat publikasi.
3. Menghindari plagiat, plagiarism merupakan perbuatan yang serius
dikarenakan mengambil karya milik orang lain dan diakui sebagai
karyanya sendiri. Tindakan plagiarism ini memberikan dampak pada
disintegritas sivitas akademik dan menurunkan moral pelaku.
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan menguraikan hasil identifikasi persamaan maupun perbedaan serta


hasil analisa dengan menggunakan konsep teori yang terkait terhadap
penelitianpenelitian sebelumnya tentang pengaruh ROM aktif terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis.

A. Hasil identifikasi persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian


Peneliti mengidentifikasi persamaan dan perbedaan PICOST pada 5
penelitian sebelumnya tentang pengaruh ROM aktif terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan OA, yakni ;
1. Population
Seluruh peneliti menggunakan populasi yang terdiri dari lansia dengan
terdiagnosa OA yang mengalami nyeri.
Perbedaan terdapat pada : Karateristik
responden
a. Penelitian 1
Tabel 4.1 Karateristik responden pada penelitian 1
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN
USIA
45-59 tahun 22
60-74 tahun 38
75-90 tahun 4
JENIS KELAMIN
Laki-laki 7
Perempuan 57
PENDIDIKAN
SD 64
SMP 0
SMA 0
Keterangan : karateristik responden mayoritas berusia lebih dari 60
tahun, jenis kelamin perempuan, dan berpendidikan SD

\
25

24
b. Penelitian 2
Tabel 4.2 Karateristik responden pada penelitian 2
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN
USIA
45-59 tahun 13
60-74 tahun 14
75-90 tahun 3
JENIS KELAMIN
Laki-laki 5
Perempuan 25
Keterangan : karateristik responden mayoritas berusia lebih dari 60
tahun dan berjenis kelamin perempuan.

c. Penelitian 3 tidak dituliskan karateristik respondennya


d. Penelitian 4
Tabel 4.3 Karateristik responden pada penelitian 4
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN

Intervensi Kontrol
Jenis kelamin :
Laki-laki 7 5
Perempuan 11 13
Usia :
45-59 tahun 3 6
60-74 tahun 15 12
Pendidikan :
Tidak sekolah 6 5
SD 9 10
SMP 2 2
SMA 1 1
Jenis pekerjaan :
Bekerja 4 3
Tidak bekerja 14 15

Keterangan : karateristik responden kelompok intervensi berjenis


kelamin perempuan, berusia 60-74 tahun, berpendidikan SD, dan
tidak bekerja. Sedangkan pada kelompok kontrol berjenis kelamin
perempuan, berusia 60-74 tahun, berpendidikan SD, dan tidak
bekerja.
26

e. Penelitian 5
Tabel 4.4 Karateristik responden pada penelitian 5
KARATERISTIK JUMLAH RESPONDEN

Intervensi Kontrol
Jenis kelamin :
Laki-laki 24 8
Perempuan 44 14
Usia :
60-65 tahun 25 9
66-70 tahun 30 13
>70 tahun 13 0
Indeks Masa Tubuh
IMT Normal 25 9
IMT lebih 43 13

Keterangan : karateristik responden kelompok intervensi berjenis


kelamin perempuan, usia lebih dari 66 tahun, dan IMT lebih.
Sedangkan kelompok kontrol berjenis kelamin perempuan, usia
lebih dari 66 tahun, dan IMT lebih.

2. Intervention
Intervensi yang diberikan homogen, yakni intervensi manajemen nyeri
non farmakologi berupa latihan ROM aktif untuk menurunkan
intensitas nyeri karena OA. Kelima penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan pengukuran skala nyeri.
Perbedaan terdapat pada ;

Tabel 4.5 skala ukur nyeri pada kelima penelitian


PENELITIAN SKALA UKUR NYERI
1 PRS
2,3,5 VAS
4 NRS
Keterangan : penelitian 1 menggunakan PRS, penelitian 2,3,5
menggunakan VAS, dan penelitian 4 menggunakan NRS.

a) Durasi ROM aktif;


27

1) Penelitian 1, dilakukan 2 kali dalam sehari


2) Penelitian 2 tidak dituliskan durasi
3) Penelitian 3, dilakukan 6 kali dalam 2 minggu
4) Penelitian 4, dilakukan 2 kali dalam seminggu, selama 4 minggu
5) Penelitian 5, 5 kali dalam seminggu

3. Comparation
Penelitian 1,2,3 dari kelompok intervensi, penelitian 4,5 terdiri dari
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

4. Outcome
Penulis menemukan persamaan pada 5 penelitian sebelumnya, yakni
dalam kelima penelitian terdapat penurunan intensitas nyeri pada
pasien OA. Hasil uji statistik pada kelima penelitian tersebut terdapat
pengaruh yang signifikan dari tindakan ROM aktif terhadap penurunan
intensitas nyeri.
Perbedaan pada outcome ini lebih kepada tingkat atau skala penurunan
nyeri yang berbeda-beda, yakni :
a. Penelitian 1
Tabel 4.6 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 1
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
Pre Test Post test
Tidak nyeri 4
Ringan 11 30
Sedang 31 20
Berat 22 10
Total 64 64

Keterangan : bahwa terjadi perubahan nyeri saat pretest mayoritas


skala nyeri sedang 31 responden dan saat posttest mayoritas skala
nyeri ringan 30 responden.

b. Penelitian 2
Tabel 4.7 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 2
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
28

Pre Test Post test


Sedang (4-6) 24 7
Ringan (1-3) 6 23
Total 30 30

Keterangan : bahwa terjadi perubahan nyeri saat pretest mayoritas


skala nyeri sedang 24 responden dan saat posttest mayoritas skala
nyeri ringan 23 responden.

c. Penelitian 3
Tabel 4.8 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 3
Skala nyeri JUMLAH RESPONDEN
Pre Test Post test
Tidak nyeri 3 32
Ringan 25 1
Sedang 5 0
Total 33 33

Keterangan : bahwa terjadi perubahan nyeri saat pretest mayoritas


skala nyeri ringan 25 responden dan saat posttest mayoritas tidak
nyeri 32 responden.

d. Penelitian 4
Tabel 4.9 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 4
Kelompok Nilai Mean
Pre Test Post test
Intervensi 5,11 2,11
kontrol 6,05 4,16

Keterangan : bahwa terjadi perubahan nyeri berdasarkan nilai


ratarata (mean) pada kelompok intervensi pretest 5,11 ke posttest
2,11.
Sedangkan pada kelompok kontrol pretest 6,05 ke posstest 4,16.

e. Penelitian 5
29

Tabel 4.10 tingkat penurunan nyeri pada penelitian 5


Kelompok Nilai Mean
Pre Test Post test
Intervensi 6,12 2,32
kontrol 5,77 5,55

Keterangan : bahwa terjadi perubahan nyeri berdasarkan nilai


ratarata (mean) pada kelompok intervensi pretest 6,12 ke posttest
2,32.
Sedangkan pada kelompok kontrol pretest 5,77 ke posstest 5,55.

5. Statistic
Penulis menemukan persamaan metode penelitian yang digunakan
pada penelitian 1,2,3 yakni pre experiment one group pretest posttest
design. Pada penelitian 4,5 yakni quasi experiment pretest posttest
control group design. Perbedaan terdapat pada : a. Jumlah sampel
Tabel 4.11 jumlah sampel pada kelima penelitian
Penelitian Jumlah sampel Total
Kelompok Kelompok
intervensi kontrol

1. Hannan dan Suprayitno 64 64


2. M. Noer dan Sheilla 30 30
3. Rahmiati dan Afrianti 33 33
4. Taufandas, dkk 18 18 36
5. Matongka, dkk 68 22 90

Keterangan : penelitian 1,2,3 terdiri dari 1 kelompok intervensi dan


penelitian 4,5 terdiri dari 2 kelompok (intervensi dan kontrol).
Pada kelima penelitian didapatkan rata-rata hasil responden
sebanyak 51 sampel.

b. Kriteria inklusi
1) Penelitian 1,2,4, mengalami nyeri sedang
2) Penelitian 3 lansia dengan nyeri sendi ekstremitas bawah.
3) Penelitian 5 lansia yang mengalami osteoarthritis lutut.
c. Uji statistik yang digunakan
30

1) Penelitian 1,2,3 menggunakan Uji Wilcoxon


2) Penelitian 4 menggunakan Uji Wilcoxon dan Mann Whitney
3) Penelitian 5 menggunakan Uji paired sampel t-test
d. Teknik sampling
1) Penelitian 1,5 menggunakan simple random sampling
2) Penelitan 2 menggunakan accidental sampling
3) Penelitian 3,4 menggunakan purposive sampling

6. Time
Penulis menemukan 5 penelitian dilakukan pada tahun 2016-2021,
adapun lama yang dilakukan peneliti yakni terdapat perbedaan
penelitian 1 pada bulan November 2016, penelitian 2 pada bulan April
2018, penelitian 3 dilakukan selama 2 minggu, penelitian 4,5 dilakukan
selama 1 bulan.

B. Hasil analisa persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian Penulis


menganalisa persamaan dan perbedaan PICOST pada 5 penelitian
sebelumnya tentang pengaruh ROM aktif terhadap penurunan nyeri sendi
pada lansia dengan OA, yakni;
1. Population
Seluruh peneliti menggunakan populasi yang terdiri dari lansia dengan
terdiagnosa OA yang mengalami nyeri pada lutut.

Asumsi penulis : Menurut Donsu (2016) yang mengemukakan populasi


merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karateristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya,
populasi bersifat homogen. Teori lain yang ditulis oleh Pamungkas
(2017) populasi merupakan objek yang akan diteliti yang memiliki
kriteria atau parameter. Kelima penelitian ini memiliki kriteria atau
parameter yang sama, yakni lansia, terdiagnosa OA, mengalami nyeri
kronik. Menurut Andarmoyo (2020) Nyeri kronik adalah nyeri yang
berlangsung selama lebih dari 6 bulan timbul secara bertahap dan nyeri
yang dirasakan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
31

Nyeri juga merupakan salah satu tanda gejala utama lansia dengan OA,
hal tersebut dituliskan dalam teori Wiarto (2017). Klasifikasi lansia
menurut WHO adalah : 1) Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, 2) Usia
tua (old) 75-90 tahun, 3) Usia sangat tua (very old) > 90 tahun. Kelima
penelitian memiliki batasan klasifikasi lansia elderly, old, dan very old.
Pada dasarnya menurut azizah (2011) menyatakan bahwa pada lansia
terjadi penurunan fungsi sistem muskoloskeletal yang diakibatkan
adanya perubahan pada kolagen, dampak dari perubahan ini adalah
berkurangnya fleksibilitas sendi, selain itu terjadi pula erosi pada
kapsul persendian yang menyebabkan penurunan luas pergerakan sendi
dan menyebabkan nyeri. Hal ini juga sejalan dengan penelitian lain
yang dilakukan oleh Firmansyah dan Suprayitno (2018) Lia,
Handayani dan Adi (2017) dan Hartinah dan Koerniawan (2019) yang
memiliki populasi lansia yang mengalami nyeri kronis dengan OA.

2. Intervention
Intervensi yang diberikan homogen, yakni intervensi manajemen nyeri
non farmakologi berupa latihan ROM aktif untuk menurunkan
intensitas nyeri karena OA. Kelima penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan pengukuran skala nyeri.

Asumsi penulis : Kelima penelitian tersebut memiliki satu intervensi


yang homogen, yakni melakukan ROM aktif terhadap penurunan skala
nyeri pada lansia dengan OA. Hal ini memudahkan penulis dalam
menganalisa intervensi dalam penelitian-penelitian tersebut.
Mekanisme kerja ROM aktif pada 5 penelitian, yakni :
a. Penelitian 1 oleh Hannan dan Suprayitno (2016) menyatakan
latihan ROM mengakibatkan peningkatan peredaran darah ke
dalam kapsula sendi dan meningkatkan fleksibiltas persendian
sehingga nyeri dapat berkurang bahkan teratasi.
b. Penelitian 2 oleh Noer dan Sheilla (2018) menyatakan latihan
ROM dapat meningkatkan daya tahan dan kelenturan sendi
sehingga penurunan sistem muskoloskeletal dapat diperbaiki
32

keseimbangan dianjurkan untuk lansia karena berkaitan dengan


sikap menjaga keseimbangan saat diam atau bergerak.
c. Penelitian 3 oleh Rahmiati dan Afrianti (2018) menyatakan ROM
dapat meningkatkan kesempurnaan kemampuan menggerakan
sendi secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan kekencangan otot. Latihan ROM berguna untuk mencegah
kekakuan sendi, memperlancar peredaran darah dan meningkatkan
mobilisasi sendi.
d. Penelitian 4 oleh Taufandas, Rosa, dan Afandi (2018) menyatakan
ROM dilakukan kepada lansia yang menderita OA untuk
mempertahankan serta memperbaiki kemampuan pergerakan
persendian secara normal karena terjadinya pergerakan persendian
menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi.
e. Penelitian 5 oleh Matongka, Astrid, dan Hastono (2021)
menyatakan ROM dilakukan kepada lansia yang menderita OA
untuk meningkatkan rentang gerak sendi, menurunkan nyeri,
mengurangi gejala, dan memperbaiki fungsi sendi pada pasien OA.

Hal ini diperkuat oleh tiga penelitian lain mengenai mekanisme


kerja, yakni menurut Firmansyah dan Suprayitno (2018)
menyatakan ROM dilakukan kepada lansia yang menderita OA
untuk mempertahankan serta memperbaiki kemampuan pergerakan
persendian secara normal karena terjadinya pergerakan persendian
menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi.
Lia, Handayani, dan Adi (2017) menytakan ROM dilakukan untuk
mempertahankan ataupun untuk memperbaiki tingkat
kesempurnaan. Dan menurut Hartinah, Pranata, dan Koerniawan
(2019) mengemukakan ROM untuk menambah atau
mempertahankan gerak sendi dan memperkuat otot.

Perbedaan pada skala pengukuran nyeri pada penelitian 1


menggunakan PRS, penelitian 4 menggunakan NRS, dan penelitian
2,3,5 menggunakan VAS.
33

Penulis berasumsi bahwa NRS lebih efektif dan lebih sederhana


digunakan untuk mengukur tingkat nyeri yang dirasakan lansia. Lansia
dapat menyebutkan sendiri angka berdasarkan tingkat nyeri yang
dirasakannya, sedangkan penggunaan VAS dibutuhkan konsentrasi
yang tinggi untuk memberikan tanda pada garis lurus yang telah
disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien
dirasakan. Menurut penulis, lansia sudah mengalami penurunan daya
kognitif sehingga skala ukur nyeri dengan VAS tidak tepat guna untuk
lansia.

Perbedaan lainnya lagi, yakni durasi ROM aktif. Kelima penelitian


yang ditelaah melakukan intervensi ROM aktif dengan minimal durasi
2 kali dalam sehari dan maksimal frekuensi 5 kali dalam seminggu.
Asumsi penulis : Kelima penelitian tersebut sudah cukup baik sesuai
dengan standar waktu yang telah ditentukan dalam konsep teori untuk
mencapai penurunan nyeri sendi pada lansia OA. Hal tersebut
didukung oleh teori Rudi (2019) bahwa waktu untuk melakukan ROM
dalam menurunkan nyeri sendi lansia OA adalah 2 kali dalam
seminggu selama 15-45 menit.

3. Comparation
Pada penelitian 1,2,3 menggunakan one group, yakni kelompok
intervensi. Penulis menemukan perbedaan pada penelitian 4,5
menggunakan two group, yakni terdapat dua kelompok yang terdiri
dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Asumsi penulis : Ketika suatu penelitian terdiri dari 2 kelompok maka


akan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan penelitian yang
hanya memiliki 1 kelompok saja. Pada penelitian dengan 1 kelompok
saja, tidak dapat diketahui adanya pengaruh yang signifikan dari
tindakan ROM aktif terhadap nyeri. Hal ini sejalan dengan teori
menurut Setiadi (2013) menyatakan bahwa penelitian one group
memiliki kelemahan berupa perubahan yang terjadi pada kelompok
intervensi tidak optimal, walaupun telah dilakukan observasi saat
34

sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Tingkat validitasnya pun


belum optimal. Sedangkan penelitian 4,5 dengan two group memiliki
kualitas lebih optimal sebab dilakukan perbandingan antara dua
kelompok intervensi dengan kontrol.

4. Outcome
Penulis juga mendapatkan persamaan hasil dari 5 penelitian
sebelumnya, yakni semua penelitian memiliki penurunan intensitas
nyeri pada lansia dengan OA setelah diberikan intervensi ROM aktif
dan terdapat persamaan hasil uji statistik pengaruh yang signifikan
ROM aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA.

Asumsi penulis : ROM aktif merupakan salah satu intervensi terapi


komplementer keperawatan. Perawat melakukan ROM aktif untuk
mengurangi nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Rudi (2019) ROM adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara nrmal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.

Perbedaan pada outcome lebih kepada tingkat atau skala penurunan


nyeri. Kelima penelitian memiliki penurunan intensitas nyeri 2-4 poin.
Penurunan yang lebih banyak pada penelitian ketiga.

Asumsi penulis : kelima penelitian tersebut menunjukkan hasil uji


statistik p-value < 0,05, maka Ho ditolak berarti Ha diterima dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tindakan ROM aktif yang
signifikan terhadap penurunan skala nyeri sesuai yang dituliskan dalam
buku Rudi (2019) bahwa ROM adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.

5. Statistic
35

Penulis menemukan persamaan metode penelitian yang digunakan


pada penelitian 1,2,3 yakni pre experiment one group pretest posttest
design. Pada penelitian 4,5 yakni quasi experiment pretest posttest
control group design.

Asumsi penulis : penulis mengasumsikan bahwa desain quasi


eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan desain pre eksperimen
terdapat kelompok kontrol sebagai kelompok banding. Berdasarkan
teori Pamungkas (2017) mengemukakan bahwa desain quasi
eksperimen melibatkan suatu intervensi namun tanpa disertai sampel
acak pada penelitian kelompok sampelnya. Sedangkan pada desain pre
eksperiment hanya menggunakan satu kelompok intervnsi tanpa
adanya kelompok kontrol (Donsu, 2016). Dalam penelitian kelima
jurnal tersebut terdapat beberapa jurnal yang terdapat dua kelompok
yaitu kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, dan dilakukan
pengukuran awal dan akhir terhadap kelompok eksperimen.

Asumsi peneliti : rata-rata kelima penelitian memiliki jumlah sampel


sebesar 51 responden. Hal ini sesuai dengan teori Sugiyono (2019)
bahwa ukuran sampel untuk penelitian eksperimen jumlah responden
yang layak masing-masing kelompok antara 10-20 responden. Riyanto
dan Hatmawan (2020) mengemukakan bahwa penentuan jumlah
sampel dari populasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin, yakni sebagai berikut :

Keterangan :
n = Jumlah sampel N = Total populasi e2 =
Tingkatan kesalahan dalam pengambilam sampel
a) Pada penelitian 1,2,3 tidak diketahui jumlah populasinya,
sedangkan
b) Pada penelitian 4 diketahui jumlah populasi 474, berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus Slovin didapatkan penetapan
sampel dengan besaran kesalahan 5% (0,05) yakni 217
36

responden. Maka jumlah sampel pada penelitian 4 yang


berjumlah 36 sampel dinilai kurang memenuhi standar minimal.
c) Pada penelitian 5 diketahui jumlah populasi 250, berdasarkan
perhitungan menggunakan rumus Slovin didapatkan penetapan
sampel dengan besaran kesalahan 5% (0,05) yakni 154
responden. Maka jumlah sampel pada penelitian 5 yang
berjumlah 90 sampel dinilai kurang memenuhi standar minimal.

a. Uji statistik yang digunakan


Penelitian 1,2,3 menggunakan uji Wilcoxon dan, penelitian 4
menggunakan uji non parametik Wilcoxon test dan Mann Whitney,
penelitian 5 menggunakan uji parametik T paired test.

Asumsi penulis : penetapan uji statistik pada 5 penelitian terdahulu


digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya penurunan atau
keefektifan intervensi yang signifikan. Menurut Donsu (2016) uji
menggunakan Wilcoxon test merupakan uji non parametrik, uji ini
digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua
perlakuan yang berbeda, uji ini tidak memiliki data sebaran normal
(tanpa memperhatikan distribusi data responden) bertipe nominal
atau ordinal. Pada penelitian 1 didapatkan data nominal
menggunakan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) dan usia
(6073 tahun), karakteristik responden nyeri OA dan pada data
ordinal tidak dituliskan karakteristik data ordial. Masih menurut
Donsu (2016) mann whitney u merupakan uji non parametik yang
tidak memiliki data sebaran normal seperti jumlah sampel sedikit.
Uji beda ini digunakan untuk membandingkan perbedaan dari 2
kelompok yang berbeda (intervensi,kontrol) melalui variabel
independen dan data berskala nominal atau ordinal. Hal ini sesuai
penelitian 4 yang terdiri 2 kelompok (eksperimen,kontrol) dan data
ordinal yang dimiliki yakni lansia dengan OA dan data nominal
37

yakni usia (60-80 tahun) dan jenis kelamin (perempuan dan


lakilaki).

Donsu (2016) juga menuliskan T paired sample t-test merupakan


bagian dari uji parametik yang memiliki data sebaran atau distribusi
normal dan menggunakan nilai rata-rata pretest posttest bertipe
interval atau rasio. Pada penelitian 5 data interval dikelompokan
dalam usia dari 60-90 tahun, berjenis kelamin.

Tehnik sampling
Penelitian 1,5 menggunakan simple random sampling, penelitian 2
menggunakan teknik accidental sampling dan penelitian 3,4
menggunakan teknik purposive sampling.

Asumsi peneliti : kelima penelitian tersebut mengunakan teknik


pengambilan sampel yang berbeda-beda sesuai kebutuhan
penelitian. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan terlebih dahulu, artinya peneliti
sudah menentukan kriteria tertentu untuk memilih responden yang
akan dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2016). Dapat
diasumsikan bahwa purposive sampling mudah digunakan karena
dapat dilakukan sendiri oleh peneliti untuk menentukan kriteria
sampel yang akan diteliti. Menurut Donsu (2016) accidental
sampling merupakan pengambilan sampel karena kebetulan
bertemu. Sampel yang diambil tidak berdasarkan perencanaan,
melainkan karena spontanitas. Sedangkan, menurut Pamungkas
(2017) sample random sampling apabila anggota populasi bersifat
homogen. Pengambilan sampel secara acak atau undian yang
dianggap cara yang sederhana pada pengambilan populasi yang
akan diperoleh, sample yang bersifat representatif. sample random
sampling dapat diartikan upaya pengambilan sampel dengan cara
acak, tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi.
38

6. Time
Penulis menemukan 5 penelitian dilakukan pada tahun 2016-2021,
adapun lama yang dilakukan peneliti yakni terdapat perbedaan
penelitian 1 pada bulan November 2016, penelitian 2 pada bulan April
2018, penelitian 3 dilakukan selama 2 minggu, penelitian 4,5 dilakukan
selama 1 bulan.

Asumsi penelitian : Penelitian-penelitian yang penulis lakukan riview


ini dengan interval 5 tahun, dengan dasar pemikiran untuk menelaah
beberapa penelitian dengan interval 5 tahun masih memiliki tingkat
kerelevanan yang tinggi. Suwartono (2014) dalam Yusuf dan
Khasanah (2018) mengemukakan bahwa sumber literatur sebisa
mungkin dengan terbitan kurang dari 10 tahun. Kelima penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dan keefektifan ROM
aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA. Teori
menurut penelitian ke 3 didapatkan bahwa waktu untuk melakukan
ROM dalam menurunkan nyeri sendi lansia OA adalah 2 kali dalam
seminggu selama 15-45 menit. ROM aktif dapat dilakukan sebagai
terapi alternatif terapi pendukung obat yang dapat digunakan dalam
saat ataupun dan mudah untuk dilakukan oleh penderita OA.

C. Keterbatasan penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan metode studi litetarure review
penulis mendapatkan adanya kelemahan atau kekurangan, sehingga hasil
yang didapatkan memungkinkan belum optimal. Kelemahan atau
kekurangan tersebut, diantaranya :
1. Penulis hanya menemukan 8 penelitian dengan judul yang homogen, 5
diantaranya sebagai jurnal yang dianalisa, 3 jurnal lainnya sebagai data
penunjang. Kelima penelitian tersebut tidak mencantumkan
langkahlangkah kerja ROM, durasi dilakukannya ROM sehingga
penulis kesulitan untuk melakukan perbandingan antara penelitian-
penelitian tersebut.
2. Penelitian 1 dan 2 tidak dituliskan tanggal penelitian tetapi bulan dan
tahun saja dalam jurnal tersebut. Hal ini membuat penulis tidak dapat
39

mengetahui berapa lama frekuensi dilakukannya ROM kepada


responden sehingga data yang didapatkan kurang mendukung penelitian
penulis.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang berjudul Pengaruh ROM
aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan OA yang
sudah penulis uraikan, didapatkan kesimpulan yakni :
1. Pada kelima penelitian didapatkan hasil identifikasi persamaan
dan perbedaan terhadap; populasi (karateristik lansia
terdiagnosa OA dengan nyeri pada persendian ekstremitas
bawah), intervensi yang dilakukan yakni melakukan ROM
aktif, terdapat kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
hasil terdapat penurunan skala nyeri dengan tingkatan yang
berbeda-beda dan terdapat pengaruh signifikan dari tindakan
yang diberikan pada kelompok intervensi, statistik (desain
penelitian) yang digunakan disesuaikan dengan kelompok
penelitian yang ada (kriteria inklusi, jumlah responden, waktu
dan lamanya penelitian).
2. Pada kelima penelitian didapatkan hasil analisa mengenai hasil
uji statistik p-value < 0,05, maka Ho ditolak dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh ROM aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan OA.

B. Saran
Berdasarkan analisa terhadap hasil studi literature, kesimpulan dan
keterbatasan yang dihadapi peneliti, maka peneliti mencoba
memberikan saran : 1. Bagi rumah sakit
Berdasarkan dari berbagai sumber literatur diharapkan bahwa
rumah sakit dapat melakukan ROM aktif terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia dengan OA.

40
41

2. Bagi penelitian selanjutnya


a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembang
studi literature terkait ROM aktif terhadap penurunan nyeri
sendi pada lansia dengan OA.
b. Penelitian selanjutnya perlu ada penelitian lebih lanjut
tentang bagaimana waktu observasi dan durasi waktu ROM
aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
OA.
3. Ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi ilmu keperawatan mengenai pengaruh ROM aktif terhadap
penurunan nyeri sendi pada seluruh responden yang terkena
OA.
4. Bagi institusi pendidikan
Hasi penelitian ini dapat menambah literature tentang pengaruh
ROM aktif terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan
OA.

DAFTAR PUSTAKA
Donsu Jenita, D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru
Press

Firmansyah, Dedi. (2018). Pengaruh latihan gerak sendi lutut terhadap nyeri
sendi lutut pada lansia yang mengalami osteoarthritis di wilayah kerja
Puskesmas Pengasih 1 Kulon Progo Yogyakarta. Diakses pada Sabtu 22 Mei
2021 pukul 07.48.

Hannan Mujib, E. S. (2016). Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap


perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis di Posyandu Lansia
Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.
https://ejournalwiraraja.com/index.php/JIK/article/view/382. Diakses pada
Rabu 24 Maret 2021 pukul 14.46 WIB.

Hartinah, Siti. (2019). Efektivitas range of motion (ROM) aktif terhadap kekuatan
otot ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pada lansia. Diakses pada Sabtu
22 Mei 2021 pukul 08.32.

Haryano Rudi, M. P. S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah II. Pustaka Baru


Press.

Lia, Agustina P. P. W. (2017). Pengaruh ROM aktif terhadap penurunan nyeri


sendi pada lansia di unit pelaksana teknis (UPT) pelayanan sosial tresna
werdha (PTSW) Jember. Diakses pada Sabtu 22 Mei 2021 pukul 07.33 WIB.

Matongka, Yulian Heiwer, D. (2021). Pengaruh latihan range of motion aktif


terhadap nyeri dan rentang gerak sendi lutut pada lansia dengan
osteoarthritis di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1388. Diakses
pada Rabu 24 Maret 2021 pukul 14.46 WIB.

M.Noer Rachmawaty, I. S. (2018). Effect of joint therapy mobility exercises on


the level of osteoarthritis knee joint pain in the Elderly Padang Posyandu.
Diakses pada Rabu 24 Maret 2021 pukul 14.46 WIB.

Nasrullah, Dede S.Kep.,Ns.,M.Kep.2016.Buku ajar keperawatan gerontik jilid


I.Jakarta.Trans Info Media.

Pamungkas, Rian Adi. (2017). Metodologi Riset Keperawatan. CV Trans Info


Media.
PPNI DPP SDKI POKJA TIM. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI DPP SIKI POKJA TIM. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI DPP SLKI POKJA TIM. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Prieharti, dr. Y. M. (2017). Deteksi : Osteoarthritis vs Osteoporosis - Perbedaan,


Seluk Beluk & Penangannya (Maya (ed.)). Rapha Publishing.

Taufandas Maruli, D. (2018). Pengaruh range of motion untuk menurunkan nyeri


sendi pada lansia dengan osteoarthritis di Wilayah Puskesmas Godean 1
Sleman Yogyakarta.
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/download/785/pdf.

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Gosyen Publishing.


LAMPIRAN
NO BAHASAN JURNAL I JURNAL II JURNAL III JURNAL IV JURNAL V
1 Judul Artikel Pengaruh latihan Effect of Joint The Effect Range Of Pengaruh Range Of Pengaruh Latihan
Range Of Motion Therapy Mobility Motion Exercise on Motion Untuk Range Of Motion
(ROM) Terhadap Exercises on The Lower Extremities Menurunkan Nyeri Aktif Terhadap
Perubahan Skala Level of Joint Pain Level for Sendi Pada Lansia Nyeri dan Rentang
Nyeri Pada Lansia Osteoarthritis Knee Elderly at Gampong Dengan Gerak Sendi Lutut
Dengan Osteoarthritis Joint Pain in The Tanjung Selamat Osteoarthritis di Pada Lansia dengan
Di Posyandu Lansia Elderly Padang Kec. Wilayah Puskesmas Osteoarthritis di
Desa Kalianget Timur Darussalam Kab. Godean 1 Sleman Puskesmas Doda
Kecamatan Kalianget Aceh Besar Yogyakarta Sulawesi Tengah
Kabupaten Sumenep
2 Judul Jurnal Ilmu Kesehatan International International Journal Jurnal care Vol.6, MPPKI (Januari,
Jurnal/Proceding Vol.1 No.2 november Journal of of Medical Science No.1, Tahun 2018 2021) Vol.4. No.1
/artikel, dll 2016 Education&Curicu and Clinical
l um Application Invention
ISSN 2614-3380 5(01):3473-3476,
Vol. 1, No.1, April 2018
2018
3 Penulis Mujib Hannan, Emdat Rachmawaty M Cut Rahmiati, Novi Maruli Taufandas, Yulian Heiwer
Suprayitno Noer, Ika Sheilla Afrianti Elsye Maria Rosa, Matongka, Maria
Moh.Afandi Astrid, Sutanto Priyo
Hastono
4 Populasi Populasi dalam Populasi dalam Populasi dalam Populasi dalam Populasi dalam
penelitian ini penelitian ini penelitian ini penelitian ini penelitian ini
sebanyak 64 sebanyak 30 sebanyak 33 sebanyak 36 sebanyak 90
responden lansia responden lansia responden lansia responden lansia responden lansia di
dengan osteoarthritis dengan dengan osteoarthritis dengan 18 lansia Puskesmas Doda
di Posyandu Lansia osteoarthritis di di Gampong kelompok intervensi Sulawesi Tengah.
Desa Kalianget Timur Posyandu Lansia Tanjung Selamat dan 18 lansia
Kecamatan Kalianget Padang. Kec. kelompok control di
Kabupaten Sumenep. Darussalam Kab. Wilayah Puskesmas
Aceh Besar.
Godean 1 Sleman
Yogyakarta.
5 Intervensi - Terapi ROM - Peneliti tidak - Terapi ROM - Terapi ROM - Terapi ROM
dilakukan menjelaska n dilakukan dilakukan dilakukan 5
selama satu frekuensi sebanyak 6 kali selama 2 kali kali dalam
minggu dengan dilakukanny a selama 2 seminggu seminggu
minimal ROM - minggu. selama 4 dengan
dilakukan 2 kali Durasi - Durasi ROM minggu waktu 4
sehari ROM tidak tidak - Durasi ROM minggu
- Durasi ROM dituliskan dituliskan tidak - Durasi ROM
tidak - Gerakan ROM - Gerakan ROM dituliskan tidak
dituliskan tidak dituliskan tidak - Gerakan dituliskan
- Gerakan ROM - Pengukuran skala dituliskan ROM tidak - Gerakan
tidak nyeri menggunak - Pengukuran dituliskan ROM tidak
dituliskan an Visual skala nyeri - Pengukuran dituliskan
- Pengukuran Analog menggunakan skala nyeri - Pengukuran
skala nyeri Scale Visual menggunaka skala nyeri
menggunakan (VSA) Analog Scale n Numeric menggunaka
Pain Rating dilakukan (VSA) Rating n Visual
Scale sebelum dilakukan Scale (NRS) Analog Scale
dilakukan dan sesudah sebelum dan dilakukan (VAS) dan
sebelum melakukan sesudah sebelum dan menggunaka
dan sesudah ROM melakukan sesudah n alat
melakukan ROM melakukan goniometer
ROM ROM
6 Komparasi Tidak ada komparasi Tidak ada Tidak ada komparasi Komparasi pada Komparasi pada
pada jurnal ini karena komparasi pada pada jurnal ini karena jurnal ini antara jurnal ini antara
intervensi dilakukan jurnal ini karena intervensi dilakukan kelompok intervensi kelompok intervensi
pada satu kelompok intervensi pada satu kelompok dan kelompok dan kelompok
tanpa kelompok dilakukan pada satu tanpa kelompok kontrol. Penurunan kontrol. Penurunan
pembanding. kelompok tanpa pembanding. skala nyeri lebih skala nyeri lebih
kelompok banyak pada banyak pada

pembanding. kelompok intervensi kelompok intervensi


dibandingkan pada dibandingkan pada
kelompok kontrol. kelompok kontrol.
7 Hasil penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian
ini terbukti adanya ini ini terbukti adanya ini terbukti adanya ini terbukti adanya
pengaruh ROM terbukti adanya pengaruh ROM pengaruh ROM pengaruh ROM
terhadap penurunan pengaruh ROM terhadap penurunan terhadap penurunan terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia nyeri sendi pada nyeri sendi pada
dengan osteoarthritis nyeri sendi pada dengan osteoarthritis lansia dengan lansia dengan
di Posyandu Lansia lansia dengan di Gampong Tanjung kelompok intervensi osteoarthritis di
Desa Kalianget Timur osteoarthritis di Selamat Kec. p value pre-test dan Puskesmas Doda
Kecamatan Kalianget Posyandu Lansia Darussalam Kab. Aceh post-test 0,000, Sulawesi Tengah
Kabupaten Sumenep Padang dengan Besar dengan sedangkan p value dengan mengukur
dengan mengukur mengukur skala mengukur skala nyeri pre-test dan post-test skala nyeri
skala nyeri nyeri menggunakan menggunakan Visual kelompok control menggunakan
menggunakan Pain Visual Analog Analog Scale (VSA) adalah 0,000. Visual Analog Scale
Rating Scale Scale (VSA) presentasi sebelum (VAS) dan
presentasi sebelum presentasi sebelum dilakukannya ROM menggunakan alat
dilakukannya ROM dilakukannya ROM (pretest) skala nyeri goniometer
(pretest) skala nyeri (pretest) skala nyeri responden (30,3%) presentasi sebelum
hampir setengahnya responden (80%) mengalami nyeri dilakukannya ROM
responden (48,4%) mengalami nyeri ringan, dan setelah (pretest) skala nyeri
mengalami nyeri sedang, dan setelah dilakukannya ROM pada kelompok
sedang (skala 4-6), dilakukannya ROM (posttest) skala nyeri intervensi nyeri
dam setelah (posttest) skala responden berkurang sedang (4-6) 60%
dilakukannya ROM nyeri responden menjadi (3%), maka sesudah intervensi
(posttest) skala nyeri mengalami diperoleh dengan nilai nyeri ringan (1-3)
pada hampir separuh penurunan pada (p value = 0,014). 33,3%, sedangkan
responden (46,9%) kisaran (76,7%) kelompok control
mengalami nyeri mengalami nyeri sebelum dan sesudah
penelitian tetap
ringan (skala 1-3), ringan, maka mayoritas nyeri
maka diperoleh diperoleh dengan sedang (4-6),
dengan nilai p value nilai p value maka diperoleh
0,000. 0,000 (p = <0,05). dengan nilai p
value
0,000;<0,05).
8 Metodologi - Pre - Quasi - Quasi - Quasi - Quasi
eksperimental. - One- eksperimental - eksperimental - Pre eksperiment - Eksperimental
group pre-test post test Pre and post test and post test without Pretest-posttest - Pre test-post
design. - Simple without control - control - Purposive control group test control group -
random sampling accidental sampling design Simple random
- Populasi 64 sampling - 30 - 33 responden - Purposive sampling
lansia responden lansia - Uji statistic sampling - 36 - Populasi 250
- Uji Wilcoxon - Uji non parametric responden lansia, 18 lansia - Uji paired
- lembaran Wilcoxon - - Lembaran lansia kelompok sampel t-test
Observasi Lembaran observasi intervensi, 18 lansia - Lembaran
Pain Rating Scale observasi Visual Visual Analog Scale kelompok control observasi Visual
Analog Scale (VSA) - Uji Wilcoxon Analog Scale (VSA)
(VSA) dan uji Mann
whitney - Lembaran
observasi Numeric
Rating Scale (NRS)
9 Time Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
dilaksanakan di dilaksanakan di dilaksanakan di dilaksanakan di dilaksanakan di
Posyandu Lansia Posyandu Lansia Gampong Tanjung Wilayah Puskesmas Puskesmas Doda
Desa Padang pada bulan Selamat Kec. Godean 1 Sleman Sulawesi Tengah
Kalianget Timur April 2018. Darussalam Kab. Yogyakarta pada pada bulan Januari
Kecamatan Kalianget Aceh Besar pada bulan tahun 2018. 2021.
Kabupaten Sumenep Januari 2018.
pada bulan November
2016.

NO BAHASAN JURNAL VI JURNAL VII JURNAL VIII


1 Judul Artikel Pengaruh ROM aktif terhadap Pengaruh latihan gerak sendi pengaruh terapi ROM terhadap
penurunan nyeri sendi pada lutut terhadap nyeri sendi lutut intensitas nyeri sendi pada
lansia di Unit Pelaksana Teknis pada lansia yang mengalami lansia di Panti Sosial Tresna
(UPT) Pelayanan Sosial Tresna osteoarthritis di wilayah kerja Werdha Budi Mulia 2 Jakarta
Werdha (PTSW) Jember Puskesmas Pengasih 1 Kulon
Progo Yogyakarta
2 Judul Jurnal Kesehatan Vol.2, No.1, Jurnal care Vol.6, No.1, Tahun e-ISSN : 2621-8119, Tahun
Jurnal/Proceding/artikel, Tahun 2017 2018 2019
dll
3 Penulis Agustina Lia P.P.W, Luh Dedi Firmansyah dan Edy Siti Hartinah, Lilik Pranata,
Titi handayani, Ginanjar Suprayitno Dheni Koerniawan
Sasmito Adi
4 Populasi Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 32 responden sebanyak 44 responden sebanyak 40 responden wanita
lansia dengan osteoarthritis lanjut usia dengan 20
di responden kelompok intervensi
Puskesmas Pengasih 1 Kulon dan 20 responden kelompok
Progo Yogyakarta kontrol.
5 Intervensi - Peneliti tidak - Terapi ROM dilakukan - Terapi ROM dilakukan
menjelaskan frekuensi selama 6 hari dengan selama 6 kali dalam 2
dilakukannya ROM minimal dilakukan 2 minggu
- Durasi ROM tidak kali dalam sehari - Durasi dilakukannya
dituliskan - Durasi ROM tidak ROM pada kelompok
- Gerakan ROM tidak dituliskan intervensi 15 menit
dituliskan - Gerakan ROM tidak - Gerakan ROM tidak
- Pengukuran skala nyeri dituliskan dituliskan
menggunakan lembar - Pengukuran skala nyeri - Pengukuran skala nyeri
observasi skala nyeri menggunakan Numeric menggunakan Numeric
sebelum dan sesudah Rating Scale (NRS) Rating Scale (NRS)
dilakukannya ROM. sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah
dilakukannya ROM. dilakukannya ROM.
6 Komparasi Tidak ada komparasi pada jurnal Tidak ada komparasi pada Komparasi pada jurnal ini
ini karena intervensi dilakukan jurnal ini karena intervensi antara kelompok intervensi dan
pada satu kelompok tanpa dilakukan pada satu kelompok kelompok kontrol. Penurunan
kelompok pembanding. tanpa kelompok pembanding. skala nyeri lebih banyak pada
kelompok intervensi
dibandingkan pada kelompok
kontrol.
7 Hasil penelitian Dari hasil penelitian ini terbukti Dari hasil penelitian ini Dari hasil penelitian ini
adanya pengaruh ROM terhadap terbukti adanya pengaruh ROM terbukti adanya pengaruh
penurunan nyeri sendi pada terhadap penurunan nyeri sendi ROM terhadap penurunan
lansia di Unit Pelaksana Teknis pada lansia dengan nyeri sendi pada lansia dengan
(UPT) Pelayanan Sosial Tresna osteoarthritis di Puskesmas mengukur skala nyeri
Werdha (PTSW) Jember dengan Pengasih 1 Kulon Progo menggunakan Numeric Rating
mengukur skala nyeri Yogyakarta dengan mengukur Scale (NRS). Presentasi
menggunakan lembar observasi skala nyeri menggunakan sebelum dilakukannya ROM
skala nyeri. Pada hasil data Numeric Rating Scale (NRS). (pretest) pada kelompok
mengenai perubahan penurunan Presentasi sebelum intervensi dengan kategori
nyeri sendi sebelum dilakukannya ROM (pretest) nyeri ringan yaitu sebanyak 3
dilakukannya ROM aktif skala nyeri sedang (84,1%) dan orang (15%), kategori nyeri
didapatkan skala nyeri 7, dan nyeri berat (15,9%) dan setelah sedang sebanyak 10 orang
setelah dilakukannya ROM aktif dilakukannya ROM (posttest) (50%), dan kategori nyeri berat
didapatkan skala nyeri 6. Maka tingkat nyeri responden adalah sebanyak 7 orang (35%).
diperoleh dengan nilai p-value = nyeri ringan (93,2%) dan nyeri Setelah dilakukannya ROM
0,001. sedang (6,8%), maka diperoleh (posttest) pada kelompok
dengan nilai p-value 0,00 (p< intervensi didapatkan sebanyak
0,05). 12 orang mengalami nyeeri
ringan (60%), nyeri sedang 8
orang (40%).

Sedangkan pada kelompok


kontrol skala nyeri sebelum
(pretest) nyeri ringan sebanyak
4 orang (20%), nyeri sedang
sebanyak 10 orang (50%), nyeri
berat 6 orang (30%), setelah di
observasi (posttest) pada
kelompok kontrol
didapatkan nyeri ringan
sebanyak 5 orang (25%), nyeri
sedang 11 orang (55%), nyeri
berat sebanyak 4 orang (20%).
maka diperoleh dengan nilai p
value 0,000;<0,05).
8 Metodologi - Pre eksperimental. - Quasi eksperimental. - Quasi eksperimental
- One group pre-post test - Time series design - pretest and posttest with
design. - Pre and post test design control group design
- Purposive sampling - Purposive sampling - simple random
- Populasi 32 lansia - Populasi 44 lansia sampling
- Uji Wilcoxon - Uji Friedman - populasi 40 lansia -
- Lembar observasi skala - Numeric Rating Scale Uji Mann-
nyeri (NRS) Whitney
- Numeric Rating Scale
(NRS)
9 Time Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Pengasih 1 Kulon pada 14-18 Mei 2018 di Panti
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Progo Yogyakarta pada 5 mei Sosial Tresna Werdha Budi
(PTSW) Jember pada bulan 2018. Mulia 2 Jakarta
November 2016 sampai
bulan Juli 2017.
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP PERUBAHAN SKALA
NYERI PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS DI POSYANDU LANSIA DESA
KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep e-


mail: Mujib@wiraraja.ac.id
Emdat Suprayitno, Program Studi Ners UNIJA Sumenep e-
mail: emdats@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis is a degenerative joint disease in which damage to the joints of aging
been anticipated plays an important role in the development of osteoarthritis (Stanley, 2006). It
forced a decline in activity or immobilization so it accelerate the prognosis of the disease. This
study aimed to determine the Range of Motion (ROM) exercise influence in changing the pain scale
in elderly with osteoarthritis in the elderly Posyandu Kalianget Timur Kalianget Sumenep.
Method: This Research design is pre experiment one group pre and post test design with simple
random sampling. The population are 76 people with total sample of 64 people. Data were
analyzed using wilcoxon test.
Result: The results of the study prior to Range of Motion (ROM) exercise pain scale at nearly half
the respondents (48.4%) had moderate pain (scale 4-6). And after Range of Motion (ROM) exercise
pain scale at nearly half the respondents (46.9%) had mild pain (scale 1-3). Data were analyzed
using wilcoxon test. The results obtained p = 0.000 which means Range of Motion (ROM) exercise
significantly effective in changing the pain scale in osteoarthritis patients in the elderly Posyandu
Kalianget Timur Sumenep.
Conclusion: ROM exercises is non pharmacological therapy that can aplied to reduce the scale of
pain in elderly with osteoarthritis. The result of this study is expected to increase the knowledge and
prevent pain by creating and ROM maintaining positive habit to avoid degenerative joint stiffness
that caused by pain.

Keywords: Range of Motion (ROM) Exercise, Pain Scale, Osteoarthritis

PENDAHULUAN dalam perkembangan osteoartritis (Stanley,


Proses penuaan merupakan fenomena 2006). Hal tersebut memaksa terjadinya
yang terjadi pada semua makhluk hidup dan tidak penurunan aktivitas atau imobilisasi. Ambardini
dapat terhindari. Menua dapat menjadi suatu (2011) berpendapat bahwa beberapa konsekuensi
ketakutan sendiri dalam berbagai hal, salah imobilisasi adalah hilangnya kekuatan otot dan
satunya segi kesehatan. Penuaan bersamaan berkurangnya produksi proteoglikan pada sendi
dengan menurunnya perubahan degeneratif yang yang sakit sehingga mempercepat proses
sifatnya cepat dan berangsur terhadap anatomi penyakit.
dan fisiologi tubuh (Griwijoyo, 2012). Situasi mengenai masalah kesehatan
Permasalahan kesehatan yang selalu dialami oleh pada lansia, tidak terlepas dari proporsi lansia
lansia yaitu osteoartritis (OA) atau biasa dikenal yang tiap tahun mengalami peningkatan. Data
dengan rematoid yang menyebabkan nyeri sendi. laporan World Health Organization (WHO)
Osteoartritis juga disebut yang judulnya “The Burden of Musculoskeletal
penyakit degeneratif sendi, dimana terdapat Conditions at The Start of The New
kerusakan dan penurunan fungsi akibat Millenium”, menjelaskan jika masalah
penuaan mempunyai pengaruh penting muskuloskeletal atau reumatik adalah sebab
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 56

terbesar terhadap morbiditas diseluruh dunia orang penderita osteoartritis. Berdasarkan data
dan memiliki pengaruh besar pada kesehatan, Puskesmas Kalienget mengenai jumlah lansia
kualitas hidup, serta beban biaya kesehatan yang terdaftar dikeseluruhan Posyandu sebanyak
yang besar. Lebih dari 150 berbagai kondisi 164 orang dengan keluhan terbanyak pada lansia,
dan sindrom masalah yaitu osteoartritis, hipertensi, ISPA, DM, sesak,
batuk, diare dan kusta. Kemudian data Posyandu
55 lansia Desa Kalianget Timur didapat jumlah
tulang diderita oleh seseorang yang menyebabkan lansia sebanyak 76 orang dengan osteoartritis.
nyeri, inflamasi dan kecacatan fisik. Di atas usia Uraian prevelensi osteoartritis di atas,
70 tahun, 40 % diantaranya menderita merupakan proses alami pada penuaan yang
osteoartritis lutut, 80 % pasien dengan menyebabkan beberapa situasi, yaitu penurunan
osteoartritis mempunyai keterbatasan gerak, dan tonus otot, kekuatan dan ketahanan sistem
25 % tidak dapat melakukan aktivitas pokok muskuloskelatal. Di samping itu, kekakuan dan
harian. erosi sendi menurunkan pergerakan sendi, serta
Lawrence et al. (2008) dalam Guglielmi, penurunan hormon menyebabkan pengeroposan
Peh, dan Guermazi (2013) tulang dan mempengaruhi kemampuan tulang
berpendapat, prevalensi OA tangan dan untuk melakukan proses penyembuhan. Hal
lutut meningkat seiring dengan pertambahan usia tersebut memicu gangguan muskuloskelatal dan
dan lebih banyak pada wanita penyakit yang sering dialami lansia yaitu
dibandingkan pria, khususnya mereka yang osteoartritis (Dewi, 2014).
berusia ≥ 50 tahun. Keadaan ini akan mengakibatkan adanya
Prevalensi OA yang ditemukan di Eropa sebesar gangguan rasa nyaman (nyeri) dan penurunan
30 % pada individu yang berusia 75 dan lebih. aktivitas. Kemudian Stanley (2006) juga
Sampai hari ini, osteoartritis merupakan berpendapat bahwa mobilitas atau aktivitas
gangguan muskuloskeletal yang paling sering adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia.
pada lansia. Sekitar 43 juta orang di United Vitalnya aktivitas akan memicu terjadi
States dan 15 % dari populasi dunia mengalami penambahan mortalitas atau kesakitan dan
gangguan tersebut. berisiko terjadi gangguan kesehatan pada sistem
Peningkatan jumlah lansia pula terjadi di yang lain. Stanley (2006) memaparkan
Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes RI (2014) osteoartritis mengalami degenerasi kartilago
jumlah lansia tertinggi tahun 2012 adalah persendian karena membentuknya tulang baru
Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dibagian tepi sendi.
Jawa Tengah (10,34%). Selain itu, disebutkan Perubahan degeneratif menyebabkan
bahwa jumlah penyakit lansia tahun 2012 sebesar kartilago yang halus, putih, tembus cahaya
26,93%. Data SUSENAS tahun sehingga gelap dan kuning, permukaannya
2012, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menjadi kasar dan terjadi pelunakan. Pada saat
dikumpulkan informasi mengenai macam lapisan kartilago terjadi penipisan, permukaan
keluhan kesehatan yang umum. Masalah tulang tumbuh bertambah dekat satu dan lainnya.
kesehatan tertinggi yaitu jenis keluhan lainnya Hal tersebut mengakibatkan rasa nyeri, kekakuan
(32,99%) yaitu keluhan yang diakibatkan oleh dan penurunan fungsi yang dihubungkan dengan
penyakit kronis misalnya: darah tinggi, asam tanda peradangan misalnya nyeri tekan,
urat, rematik, diabetes dan darah rendah. kehangatan dan pembengkakan.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Dalam artikel ilmiah Ambardini (2011),
Sumenep didapatkan jumlah lansia sebanyak memaparkan proses penuaan diperkiran menjadi
80.720 ribu orang, lelaki sejumlah 48.556 orang penyebab kelemahan sendi, berkurangnya
dan perempuan sejumlah 32.164 orang. Didapat propriosepsi sendi, kalsifikasi kartilago, dan
pula bahwa prevalensi osteoartritis terbanyak berkurangnya fungsi kondrosit. Range Of Motion
pada usia lansia, yaitu usia 55-59 tahun 2696 (ROM) merupakan latihan rentang gerak pada
orang penderita osteoartritis, 60-69 tahun 4288 sendi. Ulliya (2007), juga menyatakan bahwa
orang penderita osteoartritis dan >70 tahun 3083 terdapat pengaruh latihan ROM terhadap
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 57

fleksibilitas sendi lanjut usia. ROM mampu (1) bersedia diteliti, Lansia yang kooperatif, Tidak
menjaga kekuatan otot, (2) menjaga mengkonsumsi obat penghilang rasa
pergerakanpersendian, (3) melancarkan aliran nyeri/analgesik sebelum latihan Range of Motion
darah, (4) menghindari terjadinya kelainan (ROM) dilakukan dan bersedia diteliti.
bentuk. Latihan ROM mengakibatkan Kriteria eksklusi: Lansia dengan
peningkatan peredaran darah ke dalam kapsula osteoartritis yang mengalami nyeri,tetapi tidak
sendi dan meningkatkan fleksibiltas persendian bersedia diteliti, Lansia dengan osteoartritis yang
sehingga nyeri dapat berkurang bahkan teratasi depresi berat. instrument penelitian dengan
(Suratun, 2008). kuesioner untuk engukur nyeri osteoartritis,
Kemudian, menyadari ada adapun instrument dalam mengukur nyeri
suatu perbaikan hasil latihan ROM yang mudah osteoartritis pada responden menggunakan Pain
dilakukan baik secara aktif ataupun pasif, dapat Rating Scale, perlakuan dilakukan selama satu
menjadi langkah dalam mengatasi masalah minggu dengan minimal 2 kali sehari.
degeneratif pada lansia yang mengalami
osteoartritis. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada
tanggal 19 Desember 2015 didapatkan bahwa 1. DATA UMUM
masalah kesehatan osteoartritis sangat dirasakan Tabel 1.1 Karakteristik responden
pada lansia di Posyandu lansia desa Kalianget berdasarkan usia
Timur. Keluhan utama lansia yaitu nyeri sendi Kategori Jumlah Prosentase
yang memaksa untuk lebih banyak berdiam diri
atau imobilisasi daripada melakukan aktivitas, 45-59 tahun 22 34.4
seperti olahraga, senam, yoga ataupun rentang
gerak lainnya. 60-74 tahun 38 59.4
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
75-90 tahun 4 6.2
sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Latihan Range of Motion Tabel 1.1 menggambarkan responden sebagian
(ROM) Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada besar yaitu 60-70 tahun (elderly) sejumlah 38
Lansia Dengan Osteoartritis Di Posyandu Lansia orang (59,4%).
Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep”. Penelitian ini dilakukan Tabel 1.2 Karakteristik responden
sebagai upaya mengetahui pengaruh riil latihan berdasarkan jenis kelamin
ROM pada lansia terhadap perubahan skala nyeri Jenis kelamin Jumlah Prosentase
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan
aktivitas dan menunjang hidup khususnya lansia laki-laki 7 10.9
lebih berkualitas. Peningkatan kesehatan pada
lansia menjadi kunci suatu negara dikatakan perempuan 57 89.1
sehat. Tabel 1.2 menggambarkan jenis kelamin
responden hampir seluruhnya yaitu perempuan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN sebanyak 57 orang (89,1 %).
Penelitian ini merupakan jenis pre
eksperimental dengan one-group pre-test posttest Tabel 1.3 Karakteristik responden
design. Sampel penelitian adalah Sebagian Lansia berdasarkan tingkat pendidikan
Osteoartritis Dengan Nyeri Sendi Dari Populasi
Di Posyandu Desa Kalianget Timur Pendidikan Jumlah Prosentase
Sebanyak 64 Orang. Simple Random SD 64 100
Sampling.Kriteria inklusi yaitu: Lansia yang
didiagnosa osteoartritis oleh dokter, Lansia SMP 0 0
dengan osteoartritis yang mengalami nyeri
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 58

SMA 0 0
Tabel 2.2 menjelaskan skala nyeri responden
Tabel 1.3 menggambarkan tingkat pendidikan sebelum dilakukan latihan Range of
responden seluruhnya yaitu SD (100%). Motion(ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri
2. data Khusus sedang (skala 4-6) sebanyak 31 orang (48,4%).
Tabel 2.1 Karakteristik nyeri osteoartritis pada Tabel 2.3 Skala nyeri setelah dilakukan
responden latihan ROM
Karakteristik Skala nyeri Jumlah Prosentase
Jumlah Prosentase
nyeri tidak nyeri 4 6.3
Penyebab nyeri ringan 30 46.8
udara dingin 22 34.4 nyeri sedang 20 31.3
Kelelahan 25 39 nyeri berat 10 15.6
Bergerak 17 26.6 Total 64 100
Total 64 100 Tabel 2.3 menjelaskan bahwa skala nyeri
Kualitas responden sesudah dilakukan latihan Range of
terus-menerus 31 48.4 Motion (ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri
hilang timbul 33 51.6 ringan (skala 1-3) sebanyak 30 orang (46,8 %).
Total 64 100
Lokasi Tabel 2.4 Skala nyeri sebelum dan sesudah
satu persendian 32 50 dilakukan latihan Range of Motion
dua persendian 31 48.4
>2 ersendian 1 1.6
Total 64 100 ∑ % ∑ %
Waktu 0 0 4 6.3
1x/hari (10-25 11 17.2 30 46.8
34 53.1 31 48.4 20 31.3
menit)
2x/hari (25-40 22 34.4 10 15.6
30 46.9 64 100 64 100
menit)
Total 64 100 Sebelum Sesudah
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penyebab nyeri Skala nyeri
osteoartritis hampir setengahnya yaitu kelelahan
Tidak nyeri
sebanyak 25 orang (39,0 %). Karakteristik nyeri
Nyeri ringan
berdasarkan kualitas sebagian besar yaitu hilang-
Nyeri sedang
timbul (dipukulpukul) sebanyak 33 orang (51,6
Nyeri berat Total
%). Karakteristik nyeri berdasarkan lokasi
setengahnya yaitu satu persendian sebanyak 32
Tabel 2.4 menunjukkan secara deskriptif
orang (50 %). Karakteristik nyeri berdasarkan
tampak ada perbedaan skala nyeri sebelum dan
waktu sebagian besar yaitu 1 kali/hari (10-25
sesudah (pre dan post) dilakukan latihan Range
menit) sebanyak 34 orang (53,1 %).
of Motion (ROM). Sebelum dilakukan latihan
Range of Motion jumlah responden yang
Tabel 2.2 Skala nyeri sebelum dilakukan
mengeluh nyeri berat dengan skala 7-9 awalnya
Skala nyeri Jumlah Prosentase berjumlah 22 responden, setelah itu berkurang
nyeri ringan 11 17.2 menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah
nyeri sedang 31 48.4 responden dengan keluhan nyeri sedang dengan
nyeri berat 22 34.4 skala 4-6 awalnya 31 responden, setekah itu
Total 64 100 berkurang menjadi 20 responden, dan responden
latihan ROM yang mengeluh nyeri ringan dengan skala 1-3
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 59

awalnya 11 kemudian meningkat menjadi 30 skala nyeri osteoartritis pada lansia. Hasil uji
responden serta jumlah responden yang tidak analisis statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa
mengeluh nyeri awalnya 0 setelah itu menjadi 4 nilai p=0,00. Hasil ini bisa disimpulkan jika H1
responden. diterima. P= 0,000 yang menunjukkan bahwa
Hal tersebut menggambarkan latihan ROM memiliki pengaruh pada perubahan
keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan skala nyeri pasien osteoartritis.
PEMBAHASAN Karakteristik nyeri berdasarkan kualitas
sebagian besar yaitu hilang-timbul (dipukul-
1. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan pukul), dan karakteristik lokasi setengahnya
Osteoartritis Sebelum Dilakukan Latihan yaitu satu persendian. Menurut Potter & Perry
Range of Motion (ROM)
(2006) nyeri dapat mengakibatkan berbagai
Pengukuran skala nyeri lansia dengan respon, yaitu efek fisik, perilaku dan pengaruh
osteoartritis menggunakan VDS (Verbal pada aktifitas sehari-hari. Kemudian, terjadi
Discriptor Scale) dan kuisioner. Hasil penelitian peningkatan respons stress yang terdiri dari
berdasarkan karakteristik responden percepatan
metabolisme, curah jantung,
menjelaskan sebagian besar responden berjenis penurunan respons insulin,
bertambahnya
kelamin perempuan. Menurut Potter & Perry pengeluaran kortisol serta penurunan cairan. (2006)
pada umumnya perempuan dan laki-laki
Respons stress juga dapat meningkatkan resiko
tidak jauh beda jika merespon nyeri. pasien terhadap gangguan fisiologis. Kebudayaan berpengaruh
terhadap jenis
Karakteristik nyeri berdasarkan waktu nyeri
kelamin dalam memaknai nyeri, sepertil menilai menunjukkan sebagian besar yaitu 1 kali/hari
bahwa seorang laki-laki tidak boleh menangis
(10-25 menit). Rasa sakit pada persendian di
dan harus berani, perempuan bisa menangis pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan
dalam keadaan yang sama. Keadaan tersebut sendi sebelum beraktifitas, biasanya nyeri sendi
terus berkembang dan menjadi fenomena akan menurun di siang hari setelah aktifitas.
sendiri. Kemudian situasi tersebut secara tidak
Nyeri sendi berhubungan dengan kadar kortisol
langsung mempengaruhi koping nyeri untuk yang terendah pada pagi hari. Menurut
setiap individu. Koopman (2007) menjelaskan
American College of Reumathology (ACR)
kejadian arthritis lebih besar diderita dalam (Ashari,
2009) secara klinis penderita
perempuan, dengan perbandingan 3:1, yang osteoatritis dikatakan positif, yaitu usia > 50
diperkirakan berkaitan dengan faktor hormon. tahun, kekakuan pada pagi hari kurang dari
Karakteristik responden berdasarkan setengah jam, krepitasi, pembesaran tulang,
umur menunjukkan sebagian besar yaitu 60-70 nyeri tekan pada tulang serta sekitar sendi teraba
tahun (elderly).
Pamungkas
dkk
(2010)
tidak hangat.
menjelaskan jika kemampuan mengatasi pada
Osteoartritis (OA) merupakan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 60

nyeri meningkat sesuai dengan bertambahnya abnormalitas pada kartilago (tulang rawan
umur, bertambahnya umur seseorang akan sendi) dengan gejala klinis perubahan klinis,
semakin bertambah pula pengetahuan pada histology dan radiologis (Kuntono, 2011).
nyeri dan cara dalam mengatasinya, orang
Tanda gejala utama terdapat nyeri pada sendi
dewasa terkadang memeriksakan keluhan jika yang yang terserang terutama saat bergerak,
nyeri telah patologis dan menyebabkan
sering muncul dengan perlahan, kekakuan lalu
penurunan fungsi. Penanganan kasus lansia muncul rasa nyeri yang menurun ketika
perlu adanya perhatian lebih mengingat lansia istirahat. Adanya gangguan pergerakan sendi,
tetap merupakan individu yang memiliki hak kaku dipagi hari, krepitasi, pembesaran
untuk diobati baik bio-psiko-sosial dan spritual persendian dan berubahnya cara berjalan
sehingga proses perawatan berjalan optimal.
(Soeroso, 2006). Skala nyeri pada responden
Jika nyeri tidak teratasii akan menyebabkan hampir setengahnya yaitu berada pada skala 4-6
bahaya diluar rasa tidak nyaman yang
(nyeri sedang) sebelum dilakukan latihan Range
diakibatkannya dan setiap individu memiliki of Motion (ROM). Mahon (1994) dalam Potter
cara yang berbeda dalam mempersepsikan serta
(2006), mengartikan nyeri yaitu kondisi lebih
terdapat pula perbedaan dalam batasan-batasan dari hanya rasa tunggal yang diakibatkan
koping nyeri. Berdasarkan hasil penelitian rangsangan tertentu. Rangsangan nyeri bisa
karakteristik responden berdasarkan faktor seperti rangsangan terhadap fisik dan psikis
penyebab nyeri osteoartritis hampir
Skala nyeri menentukan respon individu dalam
setengahnya yaitu kelelahan. Rasa lelah akan mempersepsikannya. Semakin tinggi skala
mengakibatkan rasa nyeri semakin sering dan nyeri, maka berbanding lurus dengan respon
mengurangi koping seseorang. Jika mengalami aktif individu. Hal tersebut, nampak sekali turut
lelah dan insomnia, rasa nyeri akan semakin dirasakan oleh responden yang berkeluh kesah
lebih berat (Potter, 2006).
tentang nyeri osteoartritis yang dialami sebelum Penerapan latihan ROM dilakukan di
dilakukan latihan Range of Motion (ROM) Posyandu lansia Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.
2. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan Latihan ROM dilakukan dua kali sehari selama
Osteoartritis Sesudah Dilakukan Latihan satu minggu. Kemudian, didapatkan skala nyeri
Range of Motion (ROM) pada responden hampir setengahnya yaitu skala
Nyeri akibat osteoartritis tidak dapat 1-3 (nyeri ringan). Jumlah responden yang
dihindari oleh sebagian besar lansia. Hal mengeluh nyeri dengan skala 7-9 awalnya
tersebut tergambar jelas dengan prevelensi berjumlah 22 responden yang berkurang
kejadian osteoartritis baik dunia maupun di menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah
Indonesia. Keadaan tersebut turut dirasakan oleh responden dengan kjeluhan nyeri skala 4-6
responden di Posyandu lansia Desa Kalianget awalnya 31 responden yang berkurang menjadi
Timur yang memaksa untuk mengurangi 20 responden, responden dengan keluhan nyeri
aktivitas atau imobilisasi. Kemudian, perlu skala 1-3 awalnya 11 kemudian meningkat
dilakukan upaya menejemen untuk mengatasi menjadi 30 responden serta jumlah responden
permasalahan tersebut. Salah satunya dari segi yang tidak nyeri awalnya 0 menjadi 4
nonfarmakologi yaitu terapi fisik yaitu latihan responden. Hal tersebut menggambarkan
memperbaiki batas gerak sendi dengan keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan
pemberian latihan ROM. skala nyeri osteoartritis pada lansia. Dampak
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 61

positif latihan ROM terjadi karena berlandaskan bantu pergerakan sendi. Penelitian sebelumnya
prinsip dasar pelaksanaan, yaitu: ROM tentang ROM juga pernah dilakukan oleh Ulliya
dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali dan (2007) dengan hasil terdapat pengaruh latihan
dilakukan paling sedikit 2 kali sehari. ROM ROM terhadap fleksibilitas sendi lanjut usia.
dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga ROM mampu (1) menjaga kemampuan otot, (2)
tidak membuat lelah pasien. Merencanakan menjaga gerakan sendi, (3) melancarkan
latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, peredaran darah, (4) menghindari kecacatan.
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. Latihan ROM meningkatkan aliran darah
Bagian tubuh yang bisa diterapkan latihan ROM menuju kapsula sendi dan meningkatkan
yaitu: jari, leher, siku, lengan, bahu, tumit, kaki fleksibiltas persendian sehingga nyeri dapat
serta pergelangan kaki. ROM bisa dilakukan berkurang bahkan teratasi (Suratun, 2008).
pada seluruh persendian. ROM wajib tepat Latihan ROM merupakan kegiatan sederhana
waktu misalnya sesudah mandi atau perawatan yang mampu memberikan efek besar terhadap
rutin sudah dilakukan (Suratun, 2008). perubahan skala nyeri. Di samping itu,
Latihan Range of Motion (ROM) mampu perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot, latihan ROM dapat dijadikan tolak ukur. Dapat
memelihara gerakan sendi, melancarkan ditarik kesimpulan jika latihan ROM mampu
peredaran darah, menghindari kecacatan dan mempengaruhi perubahan skala nyeri
kontraktur. Mempertahankan kesehatan osteoartritis dengan tetap mempertahankan
pernapasan serta jantung (Potter, 2006). rentang gerak sendi sehingga terjadi perbaikan
Kemudian semua aspek tersebut mampu dalam diarea sendi yang bermasalah.
mengurangi skala nyeri bahkan mengatasi nyeri
yang dirasakan. KESIMPULAN
1. Skala nyeri sebelum dilakukan latihan
3. Skala Nyeri Pada Lansia ROM hampir setengahnya lansia mengalami
Dengan skala nyeri sedang.
Osteoartritis Sebelum Dan setelah Dilakukan 2. Skala nyeri setelah dilakukan latihan
Latihan Range of Motion (ROM) ROM hampir setengahnya lansia mengalami
Hasil uji analisis statistik Wilcoxon skala nyeri ringan.
menunjukkan bahwa latihan ROM memiliki 3. Ada pengaruh latihan ROM dengan
pengaruh dalam menurunkan skala nyeri pada perubahan skala nyeri osteoartritis di Posyandu
pasien osteoartritis. Hasil uji analisis ini lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan
menunjukkan bahwa latihan ROM bisa Kalianget Kabupaten Sumenep.
diterapkan untuk intervensi dalam menangani
pasien osteoartritis. Hal tersebut juga SARAN
dipaparkan dari hasil penelitian Petrus (2014) 1. Bagi institusi pendidikan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Diharapkan bisa mengaktifkan keterampilan
ROM pada skala nyeri lutut lansia osteoartritis mahasiswa untuk melakukan pendidikan
dan latihan ROM bisa dipakai untuk terapi kesehatan pada lansia yang menderita
selain farmakologis untuk mengurangi nyeri osteoartritis, sehingga dalam praktik di
lutut penderita osteoartritis. Potter (2006) lapangan mahasiswa dapat memberikan
menjelaskan bahwa ada keadaan yang selalu penyuluhan yang baikuntuk menambah
dapat diperbaiki dengan terapi latihan, salah pengetahuan tentang pentingnya mengontrol
satunya yaitu nyeri. keadaan skala nyeri.
Menurut Himpunan Reumatologi 2. Bagi perawat
Indonesia atau IRA (2009) penatalaksanaan Kepada perawat diharapkan dapat menggunakan
osteoartritis yakni terapi non farmakologi, salah latihan Range of Motion (ROM) sebagai
satunya yaitu terapi fisik seperti latihan intervensi nonfarmakologi pada penyakit
perbaikan lingkup pergerakan persendian, osteoartritis, sehingga angka kesakitan lansia
kekuatan otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat akibat nyeri osteoartritis berkurang bahkan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 62

teratasi tanpa ada efek samping yang perlu Guermazi, A. (Eds.). (2013). Geriatric Imaging.
dikhawatirkan. Berlin: Springer
3. Bagi responden Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Metode
Kepada responden diharapkan dapat Penelitian Kesehatan Paradigma
menggunakan latihan Range of Motion (ROM) Kuantitatif. Jakarta : Heath Books.
sebagai pilihan pengobatan nonfarmakologi Kalim, H. (2009).Diagnosis Dan
penyakit osteoartritis, sehingga meningkatkan Penatalaksanaan Osteoartritis. Jakarta:
kualitas hidup lansia. IRA.
4. Bagi penelitian selanjutnya Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan
Penelitian lanjutan diharapkan menggunakan Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta : Pusat
variabel penelitian lainnya yang berkaitan Data Dan Informasi Kementerian
dengan osteoartritis. Misal pengaruh latihan Kesehatan RI.
yoga terhadap perubahan skala nyeri pada lansia Koopman, C, 2007. Reconciling Classical
osteoartitris. dengan lebih banyak sampelnya Pragmatism and Neopragmatism.
sehingga hasil lebih baik dan akurat. Indiana University Press : BuffLo
DAFTAR PUSTAKA Kuntono, H. (2011). Nyeri Secara Umum dan
Osteo Arthritis Lutut dari
Ambardini,R.(2011).Peran Pelatihan Aspek Fisioterapi. Surakarta :
Fisik Dalam Manajemen Terpadu Perpustakaan Nasional RI.
Osteoartritis. Maleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian
Arovah, et al (2007). Fisioterapi Dan Latihan Kualitatif. Bandung: PT.
Fisik Pada Osteoartritis. Medikora Remaja Rodaskarya.
Vol.III, No 1. 18-41.
Maryam, R. S, Ekasari, M. Rosidawati, jubaedi,
Ashari I, (2009). Penatalaksanaan A. Batubara, Irwan. (2008). Mengenal
Osteoarthritis. http://www. irwanashari. Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta :
com/ 2009/ 03/ Penatalaksanaan- Salemba medika
Osteoarthritis.html. Diakses tanggal 13 Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. (2012).
Desember 2015
Ilmu Keperawatan Komunitas 2; konsep
Bell, Petrus Andriyanto. (2014). Pengaruh
dan aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Latihan ROM Terhadap Intesitas Nyeri
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan
Lutut Pada Lansia Yang Mengalami
Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta :
Osteoartritis. Skripsi.
Universitas Katolik Widya Mandala EGC
Surabaya. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Departemen kesehatan RI. (1992). UU Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi
Kesehatan RI No 23 Tentang kesehatan 3. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (1998). Pamungkas et al. 2010. Pengaruh latihan gerak
UndangUndang Kesehatan RI No 13 kaki (stretching) terhadap penurunan
tentang Usia Lanjut nyeri sendi ekstrimitas bawah pada
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan lansia sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.
Gerontik . Yogyakarta: Deepublish. Vol. 3, Edisi 1, from
Felson D.T, et al. (2006). The Incidence and Potter, P. A & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Natural History of Knee Osteoarthritis Fundamental Keperawatan. Jakarta:
in the Elderly : The Framingham EGC.
Osteoarthritis Study. Arthritis Price, A. S., Wilson M. L. (2006). Patofisiologi
Rheumatology;38:15001505. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Giriwijoyo, H. S. (2012). Ilmu Kesehatan Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit.
Olahraga. Bandung: PT Remaja Jakarta: EGC
Rodaskarya. Guglielmi, G., Peh, W.C.G., Putra, et al. 2015. Pengaruh Terapi Kompres
Jahe Terhadap Tingkat
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 63

Nyeri Osteoartritis Pada Lansia Di UPT


Puskesmas Guluk-Guluk. Skripsi.
Universitas Wiraraja Sumenep.
Safa'ah, N. (2013). Pengaruh Latihan Range of
Motion terhadap Peningkatan Kekuatan
Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Pasuruan) Kec.
Babat Kab Lamongan. Jurnal Sain Med,
Vol. 5. No. 2. 62–65.
Setiadi. (2013). Konsep & Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Soeroso, J et al. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
dalam, Edisi IV. Jakarta:
Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia.
Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik.Jakarta:EGC.
Suratun. (2008).Klien Gangguan
Sistem Muskuloskelatal. Jakarta: EGC.
Tamher, S. Noorkasiani. (2011). Kesehatan
Lanjut Usia dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan
Nyeri. Jakarta: EGC
Ullia, Sarah dkk. (2007). Pengaruh Latihan
Range of Motion (ROM) Terhadap
Fleksibilias Sendi Lutut Pada Lansia Di
Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran.
Media Ners, Volume 1, Nomor 2. 49
World Health Organization. (2003). The Burden
of Musculoskeletal Conditions at The
Start of The New Millenium. Hongkong:
WHO Library Cataloguing in
Publication Data
IJECA
International Journal of
Education & Curriculum Application http://journal.ummat.ac.id/index.php/IJECA
ISSN 2614-3380 | Vol. 1, No. 1, April 2018

Effects of Joint Therapy Mobility Exercises on The Level of


Osteoarthritis Knee Joint Pain in The Elderly Padang Posyandu
Rachmawaty M Noer1, Ika Sheilla2 1,2
Nursing, STIKes Awal Bros Batam, Indonesia 1
2
rachmawatymnoer1977@gmail.com, Ikasheilla@gmail.com

ABSTRACT
Keywords:
Osteoarthritis;
Exercise Theraphy Joint Osteoarthritis (OA) is a degenerative joint disease, where the overall structure of the
joint undergoes pathological changes. One of the changes that occur in the
musculoskeletal system can cause mobility disorders. The impact that will occur in the
elderly with osteoarthritis is likely to experience a decrease in musculoskeletal
function. This study aims to determine the effect of osteoarthritis knee joint pain levels
before and after exercise therapy for joint mobility. The design of this study uses a
quasiexperimental method with a Pre and Post Test without Control research design.
The sample in this study consisted of 30 respondents. The sampling method in this
study is accidental sampling. Research data were analyzed using the Wilcoxon test. It is
known that more than half of respondents who have osteoarthritis are in the age range
of 45-59 years, which is 46.7% (14 respondents). The results showed that in general
osteoarthritis pain before ROM was in the range of 80% moderate pain, and the results
showed that in general osteoarthritis pain after ROM was in the range of 76.7%. Data
analysis found that the p-value was 0,000 (p = <0.05) indicating that there was an effect
of exercise joint mobility on the level of osteoarthritis knee joint pain in the elderly in
the Posyandu of the Belakang Padang elderly. This research is expected to be able to
contribute and develop nursing, as a material for making policies on psychological
approaches in the form of exercise therapy for joint mobility in overcoming joint pain
in patients with osteoarthritis. osteoarthritis by involving variables that affect the level
of pain.

Article History:
Received: 04-03-2018
Revised : 28-03-2018
This is an open access article under the CC–BY-SA
Accepted: 29-04-2018
license
Online : 30-04-2018

https://doi.org/10.31764/ijeca.v1i1.2098

————————————————————

A. INTRODUCTION
Elderly person is someone who has entered the age of 60 years and above. The elderly is a
group of age in humans who have entered the final stages of its life phase. Groups categorized in
this elderly there will be a process called Aging process or the aging process (WHO, 2015)
Elderly are individuals who are in the stage of the final adult age, with age above 60 years. The
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...15

elderly is defined also as a decline, immolation, increased susceptibility to various diseases and
Environmental changes, loss of mobility and dexterity, and age-related physiological changes.
(Candra Widyanto, 2014)
One of the elderly stages is the aging process, where the aging process is a cycle of life
characterized by the declining stages of various functions of the body organs, which are

14
characterized by the increasing range of the body against various disease attacks that can cause
death eg in the cardiovascular system and blood vessels, respiratory, digestive, endocrine and
other
Etc. This is due to the increasing age resulting in changes in the structure and function of
cells, tissues, and organ systems. These changes generally point to the decline of physical and
psychic health that will eventually affect the elderly economy and social. So it will generally
affect the activity of daily living (Nugroho Wahjudi, 2015).
Elderly tend to decline in musculoskeletal function. The function of a joint cartilage has
decreased so that the cartilage will thin and result in joint stiffness. Joint stiffness when not
immediately treated can interfere with physical mobility in the elderly. Joint muscle when used
to move then synovial fluid will increase and increase so that the elderly do the activity well.
When muscle joints are not used to perform the activity, this synovial fluid will remain, thus, not
increased (Theresia, 2014).
Based on the prevalence of data an estimated 15.8 million (12%) Adults between 25-74 year
experience symptoms such as osteoarthritis (Spetz, Tellez, & Fulton, 2016). The prevalence and
severity of osteoarthritis differ between the age range of adults and the elderly. As an overview,
the prevalence of osteoarthritis of the hands is 20% in patients under 45 years and only 8.5% at
the age of 75-79. Conversely, osteoarthritis of the knee occurs < 0.1% in the 25-34 year group
from 10-20% in the 65-74 year group. Moderate knee osteoarthritis until the weight of 33%
patients aged 65-74 years and moderate pelvic osteoarthritis to the weight experienced by 50%
patients with the same age range. The National Arthritis Data Work Group by using The First
National Health and Nutritional Examination Survey (HANES I) and other Data predicted, that in
2020 Estimated 18.2% of the American community will suffer osteoarthritis. Women in America
are apparently more often affected by osteoarthritis by doubling than men. Based on his dance
involvement, Osteoarthritis is most commonly found in the knees, hands, and pelvis. According
to Framingham's cohort study, the prevalence of symptomatic Osteoarthritis of the hands of
6.8%, knee 4.9%, and pelvic 4.3%. Meanwhile, Radiographic Osteoarthritis is found as much as
19.2% in the knee, 27.2% in the hands, and 19.6% in the pelvic. This figure differs from the
Johnston County Osteoarthritis Project (JCOP), in which the prevalence of symptomatic
Osteoarthritis is found as much as 16.7% in the knee and 9% in the pelvic. In China,
Osteoarthritis is most commonly found to occur in the knee joint.
Based on data from Central Statistics Agency (Badan Pusat Statistik, 2014) the elderly
population in Indonesia reaches 20.24 inhabitants equal to 8.03% of the entire population of
Indonesia. Increasing the number of elderly people showed that the age of life expectancy in
Indonesia is higher year after year. The number of elderly women is 10.77 million elderly, and
elderly men 9.47 million elderly. From the results of the data shows that the pain of the joints is
enough to interfere with the activity of Indonesian people, especially in the elderly as we grow
older. According to basic health Research (RISKESDAS 2013), the most diseases experienced by
the elderly are hypertension (57.6%), arthritis (51.9%),and stroke (46.1%). In Indonesia, the
number of osteoarthritis disease is 5% at the age of < 40 years, 30% at the age of 40-60 years,
and 65% at the age of > 61. According to Riskesdas in 2013, the number of joint disease
prevalence is based on a diagnosis of 11.9% and based on the symptoms 24.7%. When viewed
from age characteristics, the highest prevalence at age ≥ 75 years (54.8%).
Female sufferers also more (27.5%) Compared to men (21.8%) (Flower, 2015) The national
precondition of joint or osteoarthritis disease is 30.3% and the prevalence based on nakes '
16 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
diagnosis is 14%. The pravalency of joint disease osteoarthritis showed, 17.6% of the population
of Riau archipelago suffered joint interference, and this figure is still under national pravalency
of 22.6%. While the pravalency of joint disease osteoarthritis based on the diagnosis by health
personnel is 9.5%,. Which is still below the fate of 15.02%. According to the regency of the city,
the prevalence of joint disease of osteoarthritis in the Riau archipelago ranged from 13.4% to
26.5% and the prevalence in Lingga is found higher than other city districts, otherwise Batarn
has the lowest prevalence. As a consequence the prevalence of joint diseases of osteoarthritis
that have been diagnosed by health personnel ranges from 7.3%-22.3,%, and the highest
prevalence is pronounced in Lingga district, conversely the prevalence of Lowest in Batam city
(Riskesdas, 2018).
Results of the report system of health records of the elderly group of Batam City Health office
in 2016 the number of elderly aged 45-59 is 19,394, elderly people aged 60-69 are7,347 people,
elderly aged > 70 is 2,515 with the highest number of elderly in Tanjung Sengkuang Puskesmas
with the number of4,238 and the second in Sei Lekop Puskesmas with the amount of 3,639
people and third in the health center behind Padang with the number of 3,282 inhabitants, the
data of the number of elderly enclosed (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2018).
The impact that will occur in elderly with osteoarthritis is prone to decline in
musculoskeletal function. The function of a joint cartilage has decreased so that the cartilage will
thin and result in joint stiffness. Joint stiffness If notcan interfere with physical mobility in the
elderly. Muscle joints when used to move then synovial fluid will increase and increase so that
the elderly do the activity well. If the joint muscle is not used to perform the activity then the
synovial fluid will remain so as not to increase (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiadi,
2014).
Joint pain is the most common complaint experienced by the elderly with impaired
musculoskeletal system and is a long case that is very often tested. Usually there are many
physical signs. Joint pain is often experienced by the elderly, so it is necessary to care and special
attention to the elderly with joint pain. Such conditions also appear on all musculoskeletal
systems and other networks that have to do with the possibility of occurrence of some groups of
joint pains (Kholifah, 2016).
According to mobility is a person's ability to move freely, easily and regularly aiming to meet
the needs of healthy living. Everyone needs to move. In addition to joint pain, another problem
experienced by elderly with impaired musculoskeletal system has impaired mobility. One of the
changes occurring in the musculoskeletal system and causing impaired mobility is the decrease
in the scope of motion joints. The largest decrease in the scope of joint motion occurs in cervical
and trunk, particularly in the lateral and rotational movement of extensions. Patients who have
performed surgery can often cause problems that the presence of surgical injuries to the soft
tissues can cause acute inflammatory processes and the presence of oedema and fibrosis in the
muscles around the joints resulting in limited joint mobility, fracture caused the onset of pain,
oedema in the lower limbs area as well as Decreased hamstring muscle fufled and muscles
Quadriceps that cause especially degenerative diseases and for self-actualization (self-esteem
and body image) limitation of motion in the knee joint area (Mubarak, Indrawati, & Susanto,
2015).
Exercise Theraphy Joint Mobility is closely related to joints, because joints are essential to
maximize joint mobility space, improve muscle performance, reduce the risk of injury and
improve the nutrients of cartilage. Joints are a place of meeting two or more bones, so it can be
concluded that the joints are the relationship or meeting of two or more bones that allow the
movement of each other or that cannot move to each other.
Pain management can be done with pharmacological and non-pharmacological therapies.
Pharmacological therapy using a sislooksigenase inhibitor (COX inhibitor) often causes side
effects of gastrointestinal disorders e.g. Beartburn. In addition, its long-term use may result in
gastrointestinal bleeding, peptic ulcer, perforation and kidney disorders. Research on
osteoarthritis has also found that the largest cost associated with joint pain treatment comes
from treating the side effects of the medication. Thus, non-pharmacological therapy may be
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...17

appropriate to one alternative to treat joint pain in the elderly Exercise Theraphy Joint Mobility
is non-pharmacological therapy. Mesort Mc Clokey and Bulecheck in Nursing Intervention
Classification (NIC), Exercise Theraphy Joint Mobility is defined as the use of active or passive
body movements to maintain or restore the flexibility of joints. The functional advantages of
exercise therapy (joint mobility) to increase self-reliance, improve health, slow down disease
processes, affect the quality of the knee joint pain and the level of mobility experienced by the
elderly. Joint mobility is crucial for increasing self-reliance, improving health, slowing down
disease processes, particularly degenarative diseases and for self-actualisation (self-esteem and
body image).
Based on the descriptions above and from the existing data, the researcher looked at this
problem very precisely in the review through a study. Then the author is interested to do the
research with the title: Effect of Exercise Theraphy Joint Mobility to the level of knee pain joints
Osteoarthritis in the elderly in the elderly Posyandu Padang.

B. METHODS
This study used the quasi own method with Pre and Post Test Without Control Research
plan. Research is done by comparing the Post Test and Pre Test values. This research was
conducted to know the influence of Exercise Theraphy Joint Mobility to decrease knee pain
osteoarthritis in the elderly. The independent variable in this study is the Exercise Theraphy
Joint Mobility.

C. RESULT AND DISCUSSION


Table 1. Age distribution of Osteoarthritis respondents
Age Frekuensi (%)
45-59 Year 14 46,7
60-74 Year 13 43,3
75-90 Year 3 10,0
Total 30 100

According to Table 1 above, it is known that more than half of the respondents are in the
4559 year range of 46.7% or 14 respondents.

Table 2. Respondents gender distribution of Osteoarthritis


Age f (%)
Male 5 16,7
Female 25 83,3

Total 30 100

According to Table 2 above, it is known that generally the respondent is in the female gender
of 83.3% or 25 respondents.

Table 3. Frequency of Osteoarthritis pain before done ROM


Painful Osteoarthritis f (%)
Moderate Pain (4-6) Mild 24 6 80
Pain (1-3) 20

30 100
18 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
Based on the Table 3 above, it is noted that generally respondents who suffered a decrease in
the pain of osteoarthritis before the ROM was at a moderate pain range of 80% or 24
respondents.
Table 4. Painful frequency of Osteoarthritis after ROM
Painful Osteoarthritis f (%)
Moderate Pain (4-6) 7 23 23,3
Mild Pain (1-3) 76,7

30 100

According to the Table 4 above, it is known that generally respondents who have decreased
osteoarthritis joint pain ROM is in the range of 76.7% or 23 respondents.

Table 5.Frequency distribution of painful joints of Osteoarthritis


before and after the ROM is done
n Mean Std.Deviation p-Value
Pre Test 30 - .62606 0.000
Post Test 30 1.43333

According to Table 5 above, shows that the score before and after is done ROM found result
1.43333. Based on the "test statistic" output in table 4.5 above, the P-value is known to be 0.000.
Because 0.000 value is smaller than < 0.05, it can be concluded that "H0 is rejected", or in other
words there is "the influence of exercise theraphy joint mobility of knee joint pain level of
osteoarthritis in the elderly in the elderly Posyandu in Padang".
Based on the results of bivariate analysis, using the statistic dependent test of T-Test (Paired
T-Test) obtained the result of a significant value of 0.000 (P = 0.05) thus Ha received and H0
rejected, until it can be concluded that there is a influence of exercise theraphy joint mobility to
the level of knee joint pain of osteoarthritis in the elderly in the elderly This research is done by
giving a ROM treatment of osteoarthritis joint pain for approximately 2 weeks to be obtained
average results before the ROM and after done a ROM that means a change in joint pain by doing
a ROM. In this research researchers compare osteoarthritis joint pain
Before and after the ROM. From the results of the research done before the average ROM the
respondent experienced moderate pain. Once the average ROM is done, the patient has mild
pain. This is in accordance with the theory conveyed by Sumintarsih the exercise of the ROM can
increase muscle strength can also improve the balance in the elderly, because the exercise of the
ROM can increase the gain, endurance, and flexibility of the joints, so that the decreased
musculoskeletal system can be 2014 corrected Balance is recommended for the elderly as it
relates to the attitude of maintaining a balanced state while being silent or moving. Seniors who
have physical fitness are required not to rely on others, and are expected to still be able to stand
up and run well (Sumintarsih, 2006).
This is in accordance with the theory found in the association of Rheumatologists in
Indonesia or IRA (2015) of osteoarthritis management, which is non-pharmacological therapy,
which is physical therapy, such as exercise improvement in the scope of joint movement, muscle
strength (QUADRISEP/groin) and joint mobility aids. Previous research on ROME was also
conducted by Ulliya with the results of the influence of ROM exercises on the flexibility of elderly
joints. ROM capable (1) maintain muscular ability, (2) Maintain joint movement, (3) Blood
circulation, (4) Avoid defects. The ROM exercises increase the blood flow to the joint kapsula and
increase the flexibility of joints so that the pain can be reduced even resolved (Mas’adah, 2017).
Exercise ROM is a simple activity that is able to give a big effect to changes in pain scale. In
addition, the painful scale difference before and after the ROM exercises Can be used as a
benchmark. It can be concluded if a ROM exercise is capable of affecting changes in the pain of
Rachmawaty M Noer, Effects of Joint...19

osteoarthritis while maintaining a range of joint motion so that there is improvement in the area
of problematic joints.

D. CONCLUSION AND SUGGESTIONS


Based on the results of the study and the description of the discussion in previous chapters
can be concluded as follows: 1) respondents who have changed the pain of osteoarthritis before
the ROM is in the range of moderate pain is 80% or 24 respondents. 2) respondents who have
changed the pain of osteoarthritis after the ROM is in the range of mild pain of 76.7% or 23
respondents. 3) There is the influence of exercise theraphy joint mobility to the level of knee
joint pain osteoarthritis in the elderly in elderly Posyandu in the Batam field in 2018 (P-value =
0.000 < (α 0.05)
In addition to the conclusion in this research, researchers also have some advice that will be
given to various parties to improve the method of delivery/program of therapy and to build
awareness to various life human beings. Some of these suggestions are as follows: 1) For Padang
back Health, the institution of the rear health center is expected to make the research result as
one way toApplying a ROM exercise to decreased osteoarthritis joint pain in elderly patients,
through the exercise of this ROM is expected to give maximum change for patients suffering from
osteoarthritis; 2) For nursing Sciences particularly Posyandu behind Padang, this research is
expected to health care personnel in the area of Padang rear Puskesmas provides health
promotion about osteoarthritis related to family support in the form of counseling, the
dissemination of leaflets and other health promotional media that aims to achieve quality of life
in elderly osteoarthritis. This research can also contribute and development of nursing, as a
material to take the policy on the influence of exercise theraphy joint mobility to the level of
knee joint pain osteoarthritis in the elderly. This research is also expected to use the Range of
Motion (ROM) exercises as a nonpharmacological intervention in osteoarthritis, so that elderly
pain figures due to osteoarthritis decreases are even resolved without any side effects to be
feared; 3) For educational institutions, the results of the research is suggested can be used as
reference material library and information material especially about the influence of exercise
theraphy joint mobility of knee joint pain level osteoarthritis in elderly in elderly posyandu; 4)
For further researchers, the results of this research can be used as evidence based and additional
information to develop further research on oxygen saturation, then researchers can also conduct
researchAbout the effect of exercise theraphy joint mobility on the level of knee joint pain
osteoarthritis in the elderly in elderly Posyandu with variables that affects the occurrence of the
knee joint osteoatritis including age, sex, history of knee trauma, obesity, physical activity, work
habits with heavy burdens.

ACKNOWLEDGMENT
A thank you researchers say to the lecturers STIKes Awal Bros Batam who have guided and gave
directions so that the research can be carried out well and the party to Elderly Padang
Posyanduworkshop that has given permission to conduct research on the resident who is
undergoing rehabilitation.

REFERENCES
Riskesdas. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Ri. Jakarta:
Laporan Nasional 2013, 87–90. Https://Doi.Org/1 Desember 2013
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Indonesia. Statistical Yearbook Of Indonesia, Vol. 6, Pp. 78–79.
Https://Doi.Org/10.3389/Fpsyg.2015.00002
Candra Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. In Nuha Medika.
Https://Doi.Org/10.1080/10837450902911929
Dinas Kesehatan Kota Batam. (2018). Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2018. Profil Kesehatan Kota
Batam, (54), 38–74. Https://Doi.Org/10.1016/J.Ajog.2006.12.019
20 | IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application) Vol. 1,
No. 1, April 2018, pp. 14-20
Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Gerontik. In Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved From
Https://Id.Scribd.Com/Document/332269062/Strategi-Untuk-Promosi-Kesehatan-
DanKesejahteraan-Lansia
Mas’adah, M. (2017). Model Senam Rematik Sebagai Upaya Peningkatan Aktifitas Fungsional Lansia Di
Pstw Puspakarma Mataram. Adi Husada Nursing Journal, 3(1), 28.
Https://Doi.Org/10.37036/Ahnj.V3i1.73
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. In Buku 1.
Https://Doi.Org/10.1111/Ecoj.12426
Nugroho Wahjudi. (2015). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: Egc.
Riskesdas. (2018). Kemenkes Ri. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Data Dan Informasi. Kementrian
Keseahtan Ri; 2018. In Jurnal Ilmu Kesehatan.
Spetz, J., Tellez, M., & Fulton, B. (2016). Global Human Resources For
Health. Https://Doi.Org/10.1142/9789813140530_0002
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiadi, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisis Vi. In Interna Publishing. Https://Doi.Org/10.1111/J.1365-2958.2011.07583.X
Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. In Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia (Pp.
147–160).
Theresia, M. (2014). Theresia, M. Gambaran Tingkat Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil
Trimester Iii Di Puskesmas Kulonprogo. Jurnal ; 2014. Jurnal Keperawatan. Https://Doi.Org/E-Issn
2443-0900
WHO. (2015). World Health Statiscs 2015. In Ekp (Vol. 13).
International Journal of Medical Science and Clinical Invention 5(01): 3473-3476, 2018
DOI:10.18535/ijmsci/v5i1.22 ICV 2016:
77.2 e-ISSN:2348-991X, p-ISSN: 2454-9576 © 2018,IJMSCI

Research Article
The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for
Elderly at Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar
Cut Rahmiati¹, Novi Afrianti2
Lecturer of Academic Nursing Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Jl. ,ayjen T. Hamzah Bendahara Lr. Bahagia
Banda Aceh 23121

ABSTRACT:
BACKGROUND
Joint pain is a condition that often experienced for elderly and caused by a degenerative disease that causes reduced joint
synovial fluid and give a pain and joint stiffness. ROM excercise is an exercise to increasing flexibility of muscles and
joints.
PURPOSE
The purpose of this research was to find out the effect of ROM excercise on lower extremities joint pain level for elderly.
METHODS
The method of this research was a quasi experimental research design consisted of pre and postest without control. The
data collected by 6 time for 2 weeks, with amount of sample counted 33 respondents. The level of the lower extremities
joint pain was measured by VAS pain scale. The data were analyzed with SPSS 17 program with non parametric statistic
test, to see the scale of lower extremities joint pain in elderly when there was no movement was measured by McNemar
test, while moving (walk) and to see the general lower extremities pain scale before and after ROM exercise was measured
by Marginal Homogenity test.
RESULTS
The research result showed the differences of joint pain scale before and after ROM exercise when the elderly has no
movement (p value = 0,05), and there is a differences for pain scale before and after ROM exercise when the elderly has
movement (p value = 0,005). Generally, there is a difference joint pain level between before and after ROM exercise (p
value = 0,014).
CONCLUSIONS
After doing ROM exercise for 6 times, the reduction of joint pain in elderly was occured. When there was no any
movement, the level of low joint pain in elderly before ROM exercise was about 30,3% to being 3% after ROM exercise.
When moving (walk) the level of low joint pain which is being suffering by elderly from 54% before ROM exercise being
36,4% after ROM exercise. While generally before ROM exercise, the level of medium joint pain in elderly was about
15,2% before ROM exercise being null (0%), means that no body suffers joint pain after ROM exercise.
Statistically, based on non-parametric test by McNemar and Marginal Homogeneity test, there was the significant
difference in scale of average scores in joint pain before and after ROM exercise when there was no any movement with
Pvalue 0,004 and when the was a movement (walk) P-value 0,005. Generally, there was the difference in avarage scores in
joint pain in elderly before and after ROM exercise with P-Value 0,014. So, ROM exercise can be used as a way to
decrease the scale of joint pain in erderly.

Key words : Elderly, Joint Pain, ROM Exercise.

INTRODUCTION
Joint pain is a disease that is often experienced by the elderly, high at 30.3%. At the age of 45-55 the prevalence is 46.3%,
From 5 million people in the UK, 80% of joint pain sufferers the age of 55-64 is 56.4%, the age of 65-74 is 62.9% and the
are over the age of 70 years. Likewise from 40 million age of over 75 is 65.4% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Americans, an estimated 70-90% of patients with joint pain Kesehatan, Depkes RI, 2008). Efforts to overcome joint pain
are 75 years old (Bachtiar A, 2010) in elderly, can be done with pharmacology and
nonpharmacology. Pharmacologic treatment for the elderly

3473 International Journal ,


Cut Rahmiati et.al / The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for Elderly at
Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar

2 Cut Rahmiati often has side effects on the gastroenteritis and central nervous
system (Stanley, 2012). Non-pharmacologically, it can be
In general, the prevalence of joint disease in Indonesia is very
of Medical Science and Clinical Invention, vol. 5, Issue 01 January, 2018
done with mild exercises to maintain movement and strength thus
preventing deformity in elderly people with joint pain such as
range of motion exercises (ROM).
The range of motion (ROM) exercise is an exercise performed to
maintain or improve the level of perfection of the ability to move
the joints normally and completely to increase muscle mass and 4 Cut Rahmiati
muscle tone. ROM exercises are useful for preventing joint Tabel. 2 The frequency distribution of lower extremity joint
stiffness, improving blood circulation and improving joint pain scale at rest before and after ROM exercises in Gampong
mobilization (Potter & Perry, 2005). Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
RESEARCH QUESTION Besar, May 016

How is the effect of range of motion (ROM) exercise on lower


extremity joint pain in elderly At Gampong Tanjung Selamat Kec.
Darussalam Kab. Aceh Besar?
RESEARCH OBJECTIVE
To find out the difference of lower extremities of joint pain level
before and after giving exercise of Range of Motion (ROM) toward Tabel. 3The frequency distribution of lower extremity joint
lower extremities joint pain level for elderly At Gampong Tanjung pain scale at moving (walk) before and after ROM exercises in
Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Gampong Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar,
Besar. May 016

RESEARCH METHOD
The type of research used in this study is quasi experimental
research with the design of pre and post test without control. The
sampling technique used in this research is purposive sampling that
is elderly with joint pain of lower extremity, still able to move and
willing to be respondent amounting to 33 people.
TIME AND PLACE OF RESEARCH Tabel. 4 The frequency distribution of lower extremity joint
pain scale after ROM exercisesin Gampong Tanjong Selamat
This research was conducted in Gampong Tanjong Selamat
Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar, May 016
Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Conducted from 9
to 28 May 2016, starting from checking or collecting the elderly
who have lower extremity joint pain, while for ROM exercise
interval from 16 to 28 May 2016, with frequency 3 times a week
and done for 2 weeks or 6 Times of practice.
DATA ANALYSIS
Tabel. 5 The frequency distribution of lower extremity joint
Statistic test used Non-Parametric, to see the scale of lower pain scale at rest after ROM exercises in Gampong Tanjong
extremity joint pain in the elderly at rest using the McNemar Test Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar, May
to see the scale of lower extremity joint pain (moving), as well as
016
to see the scale of knee joint pain in general before and after the
ROM exercise using the Marginal Homogeneity Test.
RESULT OF THE RESEARCH
Tabel. 1 The frequency distribution of the elderly based on the
lower extremity joint pain level prior to the ROM exercise in
Gampong Tanjong Selamat Kec. Darussalam Aceh Besar, May
2016.

Tabel. 6 The frequency distribution of lower extremity joint


pain scale at moving (walk) after ROM exercises in Gampong
Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
3474 International Journal of Medical Science and Clinical Invention, vol. 4, Issue 12, December, 2017
Cut Rahmiati et.al / The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for Elderly at
Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar

Besar, May 016 There is a difference between before and after giving ROM
exercise with p value 0.014 where Ho is rejected which means
there is a significant difference of mean value of pain scale
between before and after ROM exercise.
SUGGESTION
ROM exercises can be used as an alternative therapy to reduce joint
pain in the elderly. Although the findings of this study indicate a
decrease in joint pain scale lower extremities in elderly after giving
Tabel 4.8 The frequency distribution of lower extremity joint
ROM exercise, but this study is inseparable from the limitations, so
pain scale before and after ROM exercises in Gampong
that more research is needed by perfecting the method of research
Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
so that get consistent truth.
Besar, May 016
REFERENCES
Ambardini, L. R, Jurnal peran latihan fisik dalam manajemen
terpadu osteoartritis
American Geriatrics Society. (2001). Journal of the American
Geriatrics Siciety vol. 49
Arikunto. (2000). Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktek
Ed. 3, Jakarta : Rineka Cipta

6 Cut Rahmiati Bachtiar, A. (2010). Tesis pengaruh ekstrak jahe (zibgiber


officinale) terhadap tanda dan gejala osteoartritis pada pasien rawat
Tabel 4.9 jalan di Puskesmas Pandawangi kota Malang.
Distribution of lower extremity joint pain scale before and Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Depkes RI. (2008).
after ROM exercises in Gampong Tanjong Selamat Kec. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, Laporan Nasional 2007
Darussalam Kab. Aceh Besar, May 016
BKKBN. (2012). Pembinaan Kesehatan Fisik bagi Lansia. Jakarta
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed. 8 vol.3, Jakarta: EGC
Darmojo. (1999). Buku Ajar Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
Jakarta : FKUI

Tabel 4.10 Distribution of lower extremity joint pain scale Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta :
before and after ROM exercises at moving (walk) in Trans Info Media
Gampong Tanjong Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh
Hamijoyo, L. (2014). Pengapuran sendi atau osteoartritis, copyright
Besar, May 016
2014 Perhimpunan Reumatologi Indonesia
Handoko, S & Richard, D. S. (2013). Upaya menurunkan keluhan
nyeri sendi lutut pada lansia di Posyandu lansia sejahtera, Jurnal
Stikes Volume 6, No. 1 Juli 2013
Hardywinoto. (2007). Panduan Gerontologi, Jakarta : Gramedia
Pustaka Umum
Henniwati. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Aceh
Timur.
Statistically based on non parametric test is McNemar and
Marginal Homogeneity test, there is a significant difference of Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
mean value of lower extremity joint pain scale before and after Indonesia, Jakarta
ROM exercise at rest with p-value 0.004, When moving (walk) p- 8 Cut Rahmiati
value 0.005. In general there is difference of mean value of lower
extremity joint pain in elderly before and after exercise of ROM Kosasi Kwek. (2013). Sakit lutut, asam urat atau rematik, http
with p-value 0,014. ://kesehatan. Kompasiana.com/medis/2013/11/02/sakitlutut-asam-

CONCLUSION
3475 International Journal of Medical Science and Clinical Invention, vol. 4, Issue 12, December, 2017
Cut Rahmiati et.al / The Effect Range of Motion (Rom) Exercise on Lower Extremities Joint Pain Level for Elderly at
Gampong Tanjung Selamat Kec. Darussalam Kab. Aceh Besar

urat-atau-rematik-atau-apa— 603890.htlm, di akses tanggal 3


September 2014
Long, Barbara C. (1998). Keperawatan Medikal Bedah : Suatu
pendekatan proses keperawatan,
Bandung : YIAPK
Maryam, S, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya,
Jakarta : Salemba Medika
Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3, Jakarta
: EGC
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan Metodologi penelitian
ilmu keperawatan : pedoman skripsi, tesis, dan instrumen
penelitian keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik dilengkapi
aplikasi kasus asuhan keperawatan gerontik, terapi modalitas, dan
sesuai kompetensi standar, Nuha Medika, Yogyakarta
Partono, M. (2009). Osteoartritis, mukipartono.com, di akses
tanggal 15 Oktober 2014
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, proses dan praktik, Ed.
4 Vol. 2, Jakarta : EGC
(2009). Fundamentals of Nursing fundamental
Keperawatan, Ed. 7, Jakarta : Salemba Medika

Prasetyo, N. S. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri, Ed.


1, Yogyakarta : Graha ilmu
Santoso, S. (2010). Statistik non parametrik konsep dan aplikasi
dengan SPSS, Gramedia, Jakarta
Stanley. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed. 2, Jakarta :
EGC
Van Baar. (1999). Article Effectiviness of exercise therapy in
patients with osteoarthritis of the hip or knee
Yatim, F. (2006). Penyakit tulang dan persendian arthritis atau
arthralgia, Jakarta : Pustaka populer obor
Widodo, A & Sihjayadi, I. Pengaruh free active exercaise terhadap
peningkatan range of motion (ROM) sendi lutut wanita usia lanjut,
Prosiding seminar ilmiah Nasional Kesehatan, ISSN : 2338-2694

3476 International Journal of Medical Science and Clinical Invention, vol. 4, Issue 12, December, 2017
36
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Pengaruh Range Of Motion Untuk Menurunkan Nyeri Sendi Pada lansia Dengan
Osteoartritis di Wilayah Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta

Maruli Taufandas1, Elsye Maria Rosa2,Moh.Afandi3


1,2
ProgramStudi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta e-
mail : taufandasmaruli@yahoo.co.id

ABSTRACT

False one disease degenerative on the elderly who often experienced that is
osteoarthritis , which is characterized with existence pain on extremities under and its
prevalence increasingly increased with increase age. Non- pharmacological
management is component important in resolve pain , wrong one shape is exercise
Range of Motion. Research this aim for knowing influence Range of Motion for lowered
pain joints on elderly with osteoarthritis in region work mini hospital Godean I Sleman
Yogyakarta. Research this is a study of intervention form research quantitative with
design Quasi Eksperiment Design: Pretest-Posttest Control Group Design. Research do
in two hamlet in district Sleman that is in hamlet Mertosutan and hamlet Ngabangan.
The sample in this study were 36 elderly with 18 elderly as intervention group and 18
elderly as control group. Fetch sample use technique purposive sampling. Analysis of
data used is Wilcoxon Test and Mann Whitney Test . After do exercise Range of Motion
for 4 weeks , obtained results that there influence Range of Motion to scale pain joints
on elderly with osteoarthritis with p value 0,000 (α <0,05). Range of Motion take effect
on significant to decline level scale pain joints on elderly with osteoarthritis .
Word Keywords : Elderly , Pain Joints , Osteoarthritis, Range of Motion

ABSTRAK

Salah satu penyakit degeneratif pada lansia yang sering dialami yaitu osteoartritis, yang
ditandai dengan adanya nyeri pada ekstremitas bawah dan prevalensinya semakin
meningkat dengan bertambahnya usia. Penatalaksanaan non farmakologi merupakan
komponen yang sangat penting dalam mengatasi nyeri, salah satu bentuknya adalah
latihan range of Motion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh range of
Motion untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia dengan osteoartritis di wilayah kerja
Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta. Penelitian ini adalah study intervensi berupa
penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperiment design, pretest-posttest
control group design. Penelitian dilakukan di dua dusun di Kabupaten Sleman yaitu di
dusun Mertosutan dan dusun Ngabangan.Sampel pada penelitian ini sebanyak 36 orang
lansia dengan masing-masing 18 lansia sebagai kelompok intervensi dan 18 lansia
sebagai kelompok kontrol.Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah ROM dan skala nyeri sendi pada
lansia.ROM merupakan latihan fisik yang dilakukan 2 kali seminggu selama 4 minggu
37
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

pada lansia yang mengalami nyeri sendi Analisis data yang digunakan adalah wilcoxon
test dan mann whitney Test.Setelah melakukan latihan range of motion selama 4 minggu,
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh range of Motion terhadap skala nyeri sendi
pada lansia dengan osteoartritis dengan p value 0,000 (α < 0,05). Range of motion
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat skala nyeri sendi pada lansia
dengan osteoartritis.

Kata Kunci :Lansia;Nyeri Sendi;Osteoartritis;Range of Motion


kelompok jenis kelamin perempuan
(82,54%), dan berdasarkan keluhan
PENDAHULUAN
utama, proporsi kejadian osteoartritis
Seiring penuaan, serat otot akan
lutut primer paling banyak disertai
mengecil.
dengan keluhan utama nyeri lutut
Kekuatan otot berkurang seiring
(53,26%).
berkurangnya masa otot mengakibatkan
berkurangnya aktivitas atau gerakan
Penurunan sistem muskuloskeletal ini
sehingga menurunkan kualitas hidupnya.
ditandai dengan adanya nyeri pada
Masa tulang juga berkurang. Lansia
daerah persendian salah satunya pada
yang berolahraga teratur tidak
sendi lutut. Nyeri lutut merupakan suatu
mengalami kehilangan yang sama
penyakit regeneratif sendi dan salah satu
dengan lansia yang tidak aktif.
tanda dan gejala dari osteoartritis. Salah
Osteoartritis merupakan penyakit sendi
satu upaya untuk mengurangi nyeri lutut
yang paling banyak di jumpai dan
adalah dengan terapi non farmakologis
prevalensinya semakin meningkat
dengan senam lansia.Nyeri merupakan
dengan bertambahnya usia
gejala yang paling sering ditemukan
(Sudoyo,2010). Keluhan pada sendi
pada gangguan muskuloskeletal.
dimulai dengan rasa kaku atau pegal
Kebanyakan pasien dengan penyakit
pada saat bangun pagi, yang umumnya
atau kondisi traumatik, baik yang terjadi
hanya berlangsung sebentar lalu hilang
pada otot, tulang, dan sendi biasanya
setelah digerak-gerakan (Santoso,
mengalami nyeri. Rasa nyeri berbeda
2009).Sonjaya (2015) menyatakan
dari satu individu ke individu yang lain
berdasarkan kelompok usia, proporsi
berdasarkan atas ambang nyeri dan
osteoartritis lutut primer paling banyak
toleransi nyeri masingmasing pasien
padakelompok umur 56–65 tahun
(Warsito, 2012&Helmi, 2014).
(45,58%), berdasarkan kelompok jenis
kelamin, proporsi kejadian osteoartritis
lutut primer paling banyak pada
38
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Olahraga adalah aktivitas fisik yang penelitian ini adalah lansia yang
bertujuan mengondisikan tubuh, mengalami osteoartritis. Berdasarkan
meningkatkan kesehatan, dan data tahun 2016 di wilayah Puskesmas
mempertahankan kebugaran, atau dapat Godean I Sleman Yogyakarta serta dari
digunakan sebagai tindakan hasil studi pendahuluan jumlah lansia
terapeutik.Program aktivitas fisik terbaik dengan osteoartritis di wilayah
meliputi kombinasi olahraga yang Puskesmas Godean I berjumlah 474
menghasilkan berbagai manfaat orang. Jumlah ini adalah keseluruhan
fisiologis dan psikologis.Olahraga jumlah lansia baik laki-laki maupun
rentang gerak (Range of Motion) yang perempuan sesuai dengan kriteria inklusi
disertakan dalam aktifitas harian dapat dan kriteria eksklusi
melibatkan satu atau seluruh sendi tubuh
(Potter & Perry, 2005).Latihan Range Of Tehnik pengambilan sampel
Motion (ROM) dapat digunakan sebagai pada penelitian ini
terapi non farmakologis dalam menggunakan purposive sampling
menurunkan nyeri lutut pada lansia yang sedangkan tehnik penentuan sampel
mengalami osteoartritis (Bell, setiap kelompok menggunakan random
2014).Berdasarkan latar belakang assignment.Jumlah sampel yang
masalah dan beberapa penelitian diperlukan untuk masing-masing
tersebut, maka peneliti tertarik untuk kelompok adalah 36 responden terbagi
melakukan penelitian tentang “Pengaruh
menjadi 18 orang kelompok intervensi
Range of Motion Untuk Menurunkan
dan 18 orang kelompok kontrol.
Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan
Osteoartritis Di Wilayah Kerja
Variabel dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Godean I Sleman
ROM dan skala nyeri sendi pada
Yogyakarta”.
lansia.ROM merupakan latihan fisik
yang dilakukan 2 kali
METODE PENELITIAN
seminggu selama 4 minggu pada lansia
Penelitian ini menggunakan metode
yang mengalami nyeri sendi dan
penelitian kuantitatif.Dengan rancangan
dilakukan lansung oleh peneliti.Nyeri
quasi eksperiment pretest-posttest
sendi merupakan manifestasi
control group design. Responden pada
dari osteoartritis yang di ukur dengan
penelitian ini terdiri dari dua kelompok
skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS).
intervensi dan kontrol.Populasi pada
39
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Pada penelitian ini, analisis data kelompok intervensi dan 72,2%


menggunakan uji statistik non kelompok 66,7% kelompok kontrol.
parametrik yaitu uji Wilcoxon dan uji Karakteristik responden berdasarkan
Mann whitney, data diolah agama pada kedua kelompok 100%
menggunakan aplikasi SPSS. responden beragama
Islam.
HASIL kontrol. Karakteristik responden

Tabel 1 diketahui karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian

responden dari kedua kelompok besar responden 77,8% tidak bekerja

berdasarkan jenis kelamin, responden pada kelompok intervensi dan 83,3%

perempuan lebih banyak dari pada

kontrol. Karakteristik responden Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan usia


sebagian besar tingkat pendidikan sebagian besar responden berusia 60-74 tahun
sebanyak responden berpendidikan SD 50%
83,3% kelompok intervensi dan kelompok intervensi dan 55,6%
kelompok
pada laki-laki 61,1%
Sumber: Data Primer 2017 Tabel 2 hasil analisis terkait rata-rata
skala nyeri sendi pada kelompok

kelompok control

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,


Usia, Agama, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol

Karakteristik Responden Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


N % N %
Jenis Kelamin
Laki –Laki 7 38,9 5 27,8
Perempuan 11 61,1 13 72,2
Usia
Usia pertengahan (45–59 tahun) 3 16,7 6 33,3
Lanjut Usia (60-74 tahun) 15 83,3 12 66,7
Agama Islam 18 100 18 100
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 6 33,3 5 27,8
SD 9 50,0 10 55,6
SMP 2 11,1 2 11,1
SMA 1 5,6 1 5,6
Jenis Pekerjaan
Bekerja 4 22,2 3 16,7
Tidak Bekerja 14 77,8 15 83,3
Total 18 100 18 100
40
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

intervensi dan kontrol sama-sama menunjukkan terjadi penurunan skala


terlihat adanya penurunan skala nyeri nyeri sendi pada kedua kelompok
sendi, namun pada kelompok intervensi dengan p Value < 0,05.
skala nyeri sendi lansia menurun lebih
signifikan dibandingkan dengan Tabel 4 hasil analisis Mann-WhitneyTest

kelompok kontrol. Tabel 3 hasil analisis skala nyeri sendi menunjukkan terdapat

Wilcoxon Test skala nyeri sendi p value < 0,05. Hal ini menunjukkan
ROM dapat menurunkan nyeri sendi.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ratarata usia responden pada penelitian

perbedaan pada kedua kelompok dengan

Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Tingkat Skala Nyeri Sendi Pada Responden Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kelompok Skala Nyeri
Mean±SD 95%CI Min Maks
Intervensi
Pretest 5,11±1,27 4,48, 5,75 3,00 7,00
Posttest 2,11±0,96 1,63, 2,59 1,00 4,00
Kontrol
Pretest 6,05±0,63 5,74, 6,37 5,00 7,00
Posttest 4,16±1,24 3,55, 4,79 2,00 7,00
Sumber: Data Primer 2017

Tabel 3.Analisis Wilcoxon Test Skala Nyeri Sendi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Mean
Kelompok Mean±SD Z Score p Value
Rank
PreTest 5,11±1,27
Intervensi 09,50 -3,861 0,000

PostTest 2,11±0,96
PreTest 6,05±0.63
Kontrol 09,50 -3,695 0,000 PostTest 4,16±1,24

Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 4.Analisis Mann-Whitney Test Skala Nyeri Sendi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Mean
Variabel Kelompok Z p Value
Rank

Skala Nyeri Intervensi 11,25 -4,21 0,000


Kontrol 25,75
Sumber: Data Primer, 2017
41
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

ini adalah > 60 tahun. Usia 65 tahun laki-laki.Hal ini menunjukkan adanya
termasuk salah satu faktor penyebab peran hormonal pada patogensis
munculnya masalah persendian yang osteoartritis (Sudoyo, 2010).Hal ini juga
diakibatkan oleh perubahan fisiologis diperkuat dengan data demografi dimana
lanjut usia adalah usia (Sulaiman, jumlah lanjut usia berjenis kelamin
2013).Osteoartritis sendi umumnya perempuan lebih besar dibandingkan
terjadi dua kali lipat pada wanita laki-laki dikarenakan usia harapan hidup
dibanding pria.Wanita dengan dengan perempuan lebih panjang dibandingkan
umur diatas 50 tahun dapat laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding
meningkatkan risiko terjadinya 9,26 juta jiwa). Oleh karena itu,
osteoarthritis lutut. Hal tersebut permasalahan lanjut usia secara umum di
dikarenakan pada usia 50-80 tahun Indonesia sebenarnya tidak lain adalah
wanita mengalami pengurangan permasalahan yang lebih didominasi
hormone estrogen yang signifikan oleh perempuan (BPS, 2013). Lukman
(Sudoyo, 2010). Hasil ini sesuai dengan dan Ningsih (2011) menyatakan bahwa
hasil penelitian Sonjaya (2015) bahwa perempuan rentan terkena osteoarthritis
kelompok usia 56-65 tahun merupakan yang diakibatkan oleh penurunan
kelompok usia dengan kejadian hormone estrogen saat menopause,
osteoartritis lutut primer yang paling hormone tersebut berperan dalam
banyak. hilangnya masa tulang yang berakibat
menimbulkan sensasi nyeri sendi pada
Responden perempuan lebih banyak lanjut usia.
dibandingkan laki-laki, baik pada
kelompok intervensi maupun Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kontrol.Hasil penelitian Komalasari kedua kelompok yaitu kelompok
(2015) menyatakan bahwa 61,8% intervensi dan kelompok kontrol
responden berjenis kelamin perempuan beragama Islam dimana kepercayaan
pada kelompok intervensi dan 58,8% seseorang mempengaruhi persepsinya
pada kelompok kontrol. Hasil penelitian terhadap nyeri sehingga mempengaruhi
ini juga didukung oleh penelitian seseorang memaknai nyeri tersebut (Ayu
Sugiura & Demura (2012) yang & Warsito, 2012). Hal ini sesuai dengan
menyebutkan bahwa prevalensi terutama penelitian Hidayat (2014) yang seluruh
pada degeneratif sendi terutama arthritis respondennya beragama islam.
lebih sering dialami perempuan daripada
42
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekakuan pada daerah persendian


ratarata tingkat pendidikan pada kedua (Sudoyo, 2010).
kelompok mayoritas SD pada kelompok Lansia yang mengalami nyeri sendi jika
intervensi dan pada kelompok kontrol. tidak diatasi maka akan mempunyai efek
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang membahayakan disamping
seseorang, maka lebih mudah dalam ketidaknyamanan yang disebabkannya.
menerima informasi sehingga semakin Berdasarkan dari hasil penelitian
banyak pengetahuan yang dimiliki, karakteristik responden berdasarkan
sebaliknya pendidikan yang kurang factor paliatif meliputi faktor provocate
menghambat perkembangan nyeri sebagian besar responden
pengetahuan dan sikap terhadap nilai- disebabkan karena udara dingin di pagi
nilai atau hal-hal yang diperkenalkan. dan malam hari 77,8% pada kelompok
Pengetahuan sebagai bagian yang sangat intervensi dan 83,3% pada kelompok
penting untuk terbentuknya tindakan kontrol. Karakteristik kualitas nyeri pada
yang dapat diperoleh dari pendidikan kelompok intervensi sebanyak 77,8%
melalui proses belajar dan juga dapat hilang timbul dan 66,7% pada kelompok
diperoleh dengan melihat atau kontrol. Karakteristik lokasi
mendengarkan banyak informasi nyeri kelompok intervensi 100% pada
(Notoatmodjo, 2007). satu persendian dan 83,3% pada
kelompok kontrol.Menurut Arthritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Research UK (2013) osteoartritis dapat
karakteristik pekerjaan lansia mayoritas mempengaruhi setiap sendi, sendi lutut
adalah tidak bekerja yaitu sebagai ibu merupakan lokasi yang paling umum
rumah tangga pada kelompok intervensi pada tubuh terkena osteoartritis diikuti
dan kontrol. Menurut data Badan Pusat dengan sendi panggul.
Statistik, rata-rata lanjut usia sudah
purna tugas dan lebih sering Berdasarkan hasil analisis dengan
menjalankan aktivitas dalam pekerjaan Wilcoxon Test pada kelompok intervensi
rumah tangga. Aktivitas yang terbatas dan kelompok kontrolmenunjukkan
ini dapat merujuk pada terjadinya bahwa p value pre-test dan
berkurangnya cairan synovial. Cairan post-test kelompok intervensi adalah
synovial pada sendi yang berkurang 0.000, sedangkan p value pre-test dan
akan menyebabkan terjadinya nyeri dan post-test kelompok kontrol adalah 0.000,
keduanya menunjukkan nilai p value <
43
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

0.05, sehingga hasil penelitian pada latihan yang dilakukan untuk


kedua kelompok, intervensi dan kontrol mengurangi rasa nyeri pada penderita
menunjukkan adanya penurunan nyeri. osteoarthritisakan efektif jika dilakukan
dalam jangka waktu lama yaitu selama 2
ROM dilakukan selama 8 kali pertemuan bulan. Tsai et al, (2013) memiliki skala
dalam 4 minggu.Penelitian Iversen et al, nyeri sendi 3 (nyeri ringan) dan sebesar
(2013) menjelaskan bahwa latihan 30% responden memiliki skala nyeri
aktivitas dengan intensitas sedang dapat sendi 2 (nyeri ringan) setelah dilakukan
dilakukan rutin 2 kali dalam seminggu intervensi berupa ROM selama 4
untuk menurunkan nyeri pada minggu (Bell, 2014).
persendian. Menurut Ayu (2012)
menyatakan bahwa 15 orang yang Berdasarkan hasil Mann-Whitney Test
juga mengatakan bahwa dengan manfaat latihan fisik adalah
mobilitas
mengalami nyeri sendi setelah dilakukan terhadap penurunan skala nyeri sendi
senam lansia dalam waktu 15-45 menit lansia antara kedua kelompok diperoleh
selama 6 hari berturutturut efektif dalam nilai p value sebesar 0.000 dan nilai Z -
menurunkan nyeri sendi. Marlina (2015) 4,21.
menyatakan bahwa latihan lutut efektif Nilai p value<0,05, maka dapat
menurunkan intensitas nyeri pada pasien disimpulkan bahwa ada pengaruh
osteoarthritis, latihan lutut dilakukan dua terhadap penurunan skala nyeri sendi
kali sehari selama empat setelah pemberian intervensi ROM
minggu.Penelitian Peungsuwan et al, selama 4 minggu 8 kali pertemuan.
(2014) menyatakan sebaliknya bahwa
Ambardini (2013) menyatakan bahwa
55 responden latihan aktivitas berupa arthritis. Selain itu, aktifitas fisik akan
Tai Chi dalam waktu 3 kali per minggu memberikan efek yang positif pada
(20-40 menit setiap latihan) efektif kekuatan otot dan fungsinya, serta mood
dilakukan selama 20 minggu. pada lansia. Aktifitas fisik berupa ROM,
yang terbukti dapat menurunkan nyeri
Aktivitas fisik berupa ROM akan sendi, sebesar 70% responden sendi dan
mengurangi sensasi nyeri pada memperkuat otot yang menyokong dan
persendian. Bennell et al, (2012) melindungi sendi, mengurangi nyeri dan
menyatakan bahwa aktivitas fisik dapat kaku sendi, serta dapat mengurangi
meningkatkan kualitas hidup penderita pembengkakan. Secara umum latihan
44
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

untuk osteoartritis yang rutin dilakukan Diharapkan supaya petugas kesehatan


pasien setiap hari di rumah, meliputi: membuat program kesehatan lansia
latihan didalam air, penguatan otot, dan yang mampu untuk memudahkan lansia
redukasi pola jalan. Latihan untuk dalam mengatasi nyeri sendi seperti
penguatan otot kuadrisep harus rutin gerakan
dilakukan setiap harinya dimulai dari ROM
latihan ringan salah satunya dengan
latihan Straight Leg REFERENSI
Raising(Hidayatullah, 2013).Latihan Ambardini, R.L. (2013). Peran latihan
fisik dalam manajemen
ROM dapat digunakan sebagai terapi
terpadu osteoartritis diakses
non farmakologis dalam menurunkan 16 Februari 2016 dari
http://staff.uny.ac.id/sites
nyeri lutut pada lansia yang mengalami
osteoartritis, pergerakan pada persendian Arthritis Research UK. (2013). Keeping
menyebabkan peningkatan aliran darah active 5 Februari 2016
dari
dan suplai nutrisi ke dalam jaringan https://www.google.com/searc
tulang rawan pada persendian tetap h?q=2025-osteathritis-
2013&ie=utf-8
terjaga dengan baik dan tidak menekan
syaraf disekitarnya, sehingga nyeri Ayu.(2012). Pemberian Intervensi
berkurang (Bell, 2014). Senam Lansia Pada Lansia
dengan Nyeri Lutut.Jurnal
Nursing Student .
KESIMPULAN Volume. I.
Terdapat pengaruh ROM terhadap Badan Pusat Statistik. (2013). Penduduk
penurunan skala nyeri sendi pada lansia Menurut Umur dan Jenis
Kelamin Dalam Angka
yang mengalami osteoartritis di
Yogyakarta.
wilayah kerja Puskesmas Godean I Yogyakarta.
Sleman Yogyakarta. Responden lansia
Bell, P. A. (2014). Pengaruh latihan
sebelum diberikan intervensi kombinasi (range of motion) terhadap
ROM mengalami nyeri intensitas nyeri lutut pada
lansia yang
sedang.Terdapat perubahan skala nyeri
mengalami osteoartritis
sendi responden sesudah diberikan (Doctoral disertation,
intervensi ROM mengalami nyeri Widya Mandala Catholic
University Surabaya).diakses
ringan. 5 Februari 2016 dari
http://repository.wima.ac.id/17
9/9
45
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Komalasari, C. (2015). Efektivitas


Bennell, K. L.,Crossley, K. M., Cowan, Terapi Akupresur Terhadap
S. M., & McConnell, J. (2012). Penurunan Tingkat Nyeri
Knee flexion during dan Kualitas Tidur Lansia
stair ambulation is dengan
altered in individuals with Osteoartritis
patellofemoral pain. Journal Lutut.Tesis.Universitas
of Orthopaedic Muhammadiyah
Research, 22(2), 267-274. Yogyakarta.Yogyakarta.

Helmi, N.Z. (2014). Buku Ajar Lukman & Ningsih.(2011). Asuhan


Gangguan Muskuloskeletal. Keperawatan pada Klien
Salemba Medika: Dengan
Jakarta. Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta:
Hidayat, S. (2014).Dzikir Khahfi Untuk Salemba Medika.
Menurunkan Skala Nyeri
Osteoartritis pada Marlina, T.T. (2015). Efektifitas
Lansia.Tesis.Universitas Latihan Lutut Terhadap
Muhammadiyah Yogyakarta. Penurunan Intensitas Nyeri
Yogyakarta Pasien Osteoarthritis Lutut
di Yogyakarta. Jurnal
Hidayatullah, R. (2013). Keperawatan Sriwijaya,
Pengaruh Penambahan 2(1), 44-56.
Kinesio Taping Pada Terapi
Latihan Straight Leg Raising Notoadmodjo, S. (2007).Promosi
Kesehatan dan Ilmu
with osteoarthritis. diakses Aktifitas Fungional Pada
Pasien
(SLR) Terhadap Peningkatan Perilaku. Jakarta. Rineka
Osteoathritis Lutut (Doctoral Cipta
dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). diakses Potter, P.A. & Perry, A.G
5 Februari 2016 dari (2005).Buku Ajar
http://eprints.ums.ac.id/22546/ Fundamental
9/NASKAHPUBLIKASIILMI Keperawatan: Konsep,
AH.pdf Proses, dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Iversen & Bawerman. (2013).
Recommendations and the
state of the evidence for
physical activity Sonjaya, M.R., Rukanta, D. &
interventions for adults Widayanto, W.
with rheumatoid arthritis: (2015).Karakteristik
2007 to present. NIH Pasien Osteoarthritis
Public Access.489503. Lutut Primer di
46
Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018

Poliklinik Ortopedi Rumah


Sakit
Al-Islam Bandung Tahun
2014.Prosiding Pendidikan
Dokter.506-512.

Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., Alwi, I.,


Simadibrata, K.M., Setiati, S.
(2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jilid III Edisi V, Interna
Publishing. Jakarta

Sugiura & Demura.(2012). The Effects


of Knee Joint Pain and
Disorders on Knee Extension
Strength and
Walking Ability in the Female
Elderly.Japan: Kanzawa
University. diakses 16 Juni
2016.

Sulaiman, Z. (2013). Hubungan Senam


Rentang Gerak dengan Nyeri
Sendi pada Lansia Di
Posyandu Lansia Rt 03 Dan
Rt04 Rukeman Tamantirto
Kasihan Bantul Yogyakarta.
Skripsi.
Yogyakarta: UMY

Tsai, P. F., Chang, J. Y., Beck, C., Kuo,


Y. F., & Keefe, F. J. (2013). A
pilot cluster-randomized trial of
a 20week Tai Chi program in
elders with cognitive
impairment and osteoarthritic
knee: effects on pain and other
health outcomes. Journal of
pain and symptom
management, 45(4), 660-669

Warsito, B.E., (2012).


Pemberian Intervensi
Senam Lansia pada Lansia
dengan Nyeri Lutut. Jurnal
Keperawatan Diponegoro.
1(1),60-65.
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
30

ISSN 259 – 6052 MPPKI


DOI: https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3

Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia

The Indonesian Journal of Health Promotion

Artikel Penelitian Open Access


Pengaruh Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Nyeri Dan Rentang Gerak Sendi Lutut
Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah
The Effect of Range of Motion Exercise on Pain Reduction and Knee Joints Motion in Elderly
with Osteoarthritis at Doda Primary Health Centre, Central Sulawesi
Yulian Heiwer Matongka1*, Maria Astrid2, Sutanto Priyo Hastono3
1 2
Mahasiswa Program Studi Magister STIK Sint Carolus Jakarta 3 Dosen Program Studi
Magister STIK Sint Carolus Jakarta
Dosen Program Studi Magister STIK Sint Carolus Jakarta
*Korespondensi Penulis : yulianhewer@yahoo.co.id
Abstrak

Osteoarthritis adalah jenis arthritis yang paling umum yang berhubungan dengan degenerasi progresif dari tulang rawan
artikular dalam sendi sinovial. Masalah utama osteoarthritis yaitu rasa nyeri, kekakuan sendi sehingga menyebabkan rentang
gerak sendi terbatas. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh latihan Range of Motion aktif terhadap nyeri dan rentang
gerak sendi lutut pada lansia dengan osteoarthritis di Puskesmas Doda Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan pada April-
Mei 2020 dengan rancangan quasy experimental pretest-posttest control group. Responden dipilih dengan teknik simple
random sampling dibagi dalam kelompok intervensi (n=22) yang menerima latihan Range of Motion selama 4 minggu
(5xseminggu) dilakukan 8 kali dengan repetisi atau pengulangan 3 kali dan kelompok kontrol (n=68) tidak dilakukan
intervensi oleh peneliti. Intensitas nyeri diukur menggunakan VAS & rentang gerak sendi diukur menggunakan alat goniometer.
Hasil penelitian mayoritas intensitas nyeri sebelum dilakukan latihan Range of Motion kelompok intervensi nyeri sedang (4-6)
= 60,0% sesudah intervensi nyeri ringan (1-3) = 33,3%, sedangkan kelompok kontrol sebelum dan sesudah penelitian tetap
mayoritas nyeri sedang (4-6). Rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan intervensi 24,4% dan sesudah intervensi 92,2%,
sedangkan kelompok kontrol sebelum dan sesudah penelitian 4.55%. Hasil analisis uji paired sampel t-tes ada perbedaan
penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut sebelum dengan sesudah intervensi Range Of Motion (p=0,000
; <0,05). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa intervensi Range of Motion berpengaruh terhadap nyeri
(p=0,000) & rentang gerak sendi lutut (p=0,000). Penelitian ini merekomendasikan latihan Range of Motion sebagai salah satu
jenis terapi yang mudah dilakukan oleh Lansia dengan osteoarthritis untuk menurunkan nyeri sendi dan meningkatkan
rentang gerak sendi lutut. Di sarankan agar latihan ini dapat dilakukan oleh Lansia secara rutin dan teratur.

Kata Kunci : Osteoarthritis, Lansia, Nyeri, Rentang Gerak Sendi Lutut, dan Range Of Motion

Abstract
Osteoarthritis is the most common type of arthritis associated with the progressive degeneration of the articular cartilage in the
synovial joint. The main problem with osteoarthritis is pain and joint stiffness, causing limited range of motion. The puof this

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
31
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
study was to analyzed the effect of active Range of Motion exercise on pain and range of motion of the knee joint in rpose elderly
with osteoarthritis at Puskesmas Doda, Central Sulawesi. This research was conducted in April-May 2020 with a quasy
experimental pretest-posttest control group design. Respondents were selected by simple random sampling technique divided
into intervention groups (n = 22) who received Range of Motion training for 4 weeks (5 times a week) performed 8 times with
3using VAS and range of motion was measured using a goniometer. The results of the study were the majority of pain intensity

repetitions or repetitions and the control group (n = 68) was not intervened by the researcher. Pain intensity was measured

before doing Range of Motion exercise in the moderate pain intervention group (4-6) = 60.0% after mild pain intervention (1-

3) = 33.3%, while the control group before and after the study remained the majority of pain medium (4-6). The range of
motion of the knee joint before intervention was 24.4% and after intervention 92.2%, while the control group before and after
the study was 4.55%. The results of the paired sample t-test analysis showed that there was a difference in the reduction in pain
and range of motion of the knee joint before and after the Range of Motion intervention (p = 0.000; <0.05). The results
of the multiple linear regression test showed that the range of motion intervention had an effect on pain (p = 0.000) & range of
motion of the knee joint (p = 0.000). This study recommends Range of Motion exercise as a type of therapy that is easy for
elderly people with osteoarthritis to reduce joint pain and increase the range of motion of the knee joint. It is suggested that this
exercise can be done by the elderly regularly.

Keywords: Osteoarthritis, Elderly, Pain, Knee Joint Range of Motion, and Range of Motion

PENDAHULUAN
Lansia adalah kelompok masyarakat dengan laju pertumbuhan tercepat di AS. Pada tahun 2000, terdapat 35
juta warga AS yang berusia 65 tahun keatas yang menunjukkan peningkatan sebesar12%. Peningkatan presentase
tertinggi terjadi pada kelompok usia paling lanjut. Kelompok usia 85 tahun atau lebih mengalami peningkatan
sebesar 38%. BPS (Badan Pusat Statistik) memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki
sekitar 63,31 juta penduduk lanjut usia (lansia) atau hampir mencapai 20% populasi. Bahkan, proyeksi PBB juga
menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan mencapai 25% pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta lansia.
Akan tetapi, di sisi lain, peningkatan jumlah lansia juga akan menjadi tantangan tersendiri ketika persiapan pra-
lansia untuk menyambut masa senja tidak terlalu baik yang mengakibatkan lansia di masa mendatang jauh dari kata
sehat, aktif, dan produktif. Hal tersebut berimplikasi terhadap berbagai aspek kehidupan, baik kesehatan, sosial,
ekonomi, maupun lingkungan (1).
Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia adalah penyakit sendi. Penyakit sendi yang
dimaksud salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani ‘Arthron’ yang berarti sendi
dan dan ‘Itis’ yang berarti peradangan atau inflamasi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai penyakit sendi generatif
atau artritis degeratif atau artritis hipertrofi atau osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (2). Kata radang sendi, diterjemahkan secara harfiah,
berarti peradangan sendi. Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif non peradangan yang dapat
mempengaruhi setiap sendi yang menahan beban. Osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan seringkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Peningkatan insiden osteoarthritis pada wanita yang mengalami penuaan diyakini karena pengurangan
estrogen saat menopause. Faktor genetik juga tampaknya memainkan peran penting dalam terjadinya osteoarthritis.
Faktor risiko yang dapat diubah telah diidentifikasi, termasuk obesitas, yang memberikan kontribusi untuk
osteoarthritis pinggul dan lutut. Olahraga ringan secara teratur, yang juga membantu dengan kontrol berat badan,
telah terbukti mengurangi kemungkinan perkembangan penyakit dan progresifitasnya. Manifestasi osteoarthritis
pada sendi berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai ketidakmampuan yang signifikan. Nyeri sendi adalah
gejala utama dari osteoarthritis dan menjadi alasan umum sehingga pasien mencari pertolongan medis. Saat
osteoarthritis berlangsung, meningkatnya rasa sakit dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
ketidakmampuan dan hilangnya fungsi (3). Dengan berlanjutnya osteoarthritis pada ekstremitas bawah, pasien akan
mulai tampak pincang. Berjalan dengan pincang merupakan sesuatu yang bersifat mengganggu bagi pasien karena

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
32
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
mempengaruhi kegiatan sehari-hari pasien dan kemandirian pasien dalam beraktivitas. Gejala pada sendi yang
terpengaruh juga akan bertambah setelah aktivitas berat (4).
Walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi osteoarthritis dapat mengganggu aktivitas penderitanya dan
menyebabkan gangguan dalam produktivitas oleh karena terjadinya nyeri pada sendi lutut, menimbulkan kekakuan,
bengkak dan seringkali menyebabkan terjadinya keterbatasan gerak sendi, yang pada akhirnya akan berdampak
pada kualitas hidup penderitanya, khususnya pada yang lanjut usia (2). Seiring penuaan, serat otot akan mengecil.
Kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya masa otot mengakibatkan berkurangnya aktivitas atau gerakan
sehingga menurunkan kualitas hidupnya. Masa tulang juga berkurang. Lansia yang berolahraga teratur tidak
mengalami kehilangan yang sama dengan lansia yang tidak aktif (5). Setengah dari semua lansia melaporkan nyeri
lutut atau pinggul. Selain itu, obesitas dan gaya hidup yang tidak bergerak berkontribusi terhadap kejadian dan
prevalensi osteoarthritis dengan kondisi lutut dan pinggul yang menyakitkan (6).
Terapi non farmakologis dapat mencakup latihan Range Of Motion, latihan penguatan otot, latihan aerobik,
berjalan, yoga, tai chi, dan latihan berbasis air direkomendasikan, panas dan es, keseimbangan antara latihan dan
istirahat, penggunaan tongkat, kruk, atau walker jika diperlukan, penurunan berat badan jika diindikasikan, terapi
herbal, terapi masase, terapi vitamin dan yoga (7).
Di wilayah kerja Puskesmas Doda terdapat cukup banyak komunitas lansia diwilayah tersebut. Dengan studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas tersebut tahun 2019 dari bulan Januari-Desember terdapat sekitar 250
pasien lansia yang berobat ke Puskesmas Doda dengan berbagai keluhan salah satunya adalah nyeri sendi akibat
osteoarthritis. Jumlah lansia yang menderita osteoarthritis dengan keluhan nyeri sendi dan mengalami rentang gerak
terbatas yaitu berjumlah 60 orang atau sekitar 24% yang terdapat didua Desa yaitu Desa Bariri dan Desa Baleura,
sedangkan wilayah Puskesmas Doda terdiri dari 8 Desa. Hasil wawancara tidak terstruktur dengan petugas
Puskesmas yang menangani lansia bahwa masih banyak lansia di Desa lain yang belum terdata yang mengalami
osteoarthritis. Angka kejadian osteoarthritis di wilayah Puskesmas tersebut tidak hanya terjadi pada lansia dengan
umur lebih dari 60 tahun keatas, tapi osteoarthritis juga terjadi pada orang usia produktif yaitu 45 tahun. Data yang
disampaikan pula bahwa rata-rata pada lansia seringkali mengeluhkan adanya rasa nyeri pada sendi tertentu
misalnya sendi lutut dan menyebabkan terjadinya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keluhan
pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal pada saat bangun pagi, nyeri saat melakukan aktivitas ringan
seperti berjalan, menyapu halaman rumah bahkan ketika jongkok pada saat BAB. Umumnya nyeri dan rentang
gerak terbatas hanya berlangsung sebentar lalu hilang setelah digerak-gerakan. Program yang dilakukan Puskesmas
Doda saat ini yaitu Posyandu lansia dan juga senam lansia. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan, bahwa belum ada yang melakukan penelitian mengenai latihan Range Of Motion aktif yang dilakukan di
wilayah Puskesmas tersebut.
Penderita osteoarthritis banyak yang mengalami kesulitan dalam hal melakukan aktivitas sehari-hari
sehingga kebutuhan ADLnya harus dibantu oleh orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Turki mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan fungsi dan menyebabkan peningkatan
ketergantungan pada orang lain (8). Salah satu konsep keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien osteoarthritis
adalah model konseptual self care Orem. Menggunakan pendekatan model konseptual Self Care dari Orem
diharapkan perawat dapat mengoptimalkan kemampuan setiap pasien osteoarthritis dalam memenuhi
kebutuhannya. Peran perawat yaitu membantu pasien dalam mengembalikan perannya sebagai self care agency.
Diharapkan dengan penerapan teori keperawatan self care dapat memfasilitasi kemampuan pasien dalam
menghadapi perubahan pemenuhan kebutuhan dasar dan mencegah timbulnya kembali masalah kesehatan yang
pernah dialami oleh pasien, sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan memenuhi
kebutuhannya (9).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
latihan Range Of Motion aktif terhadap nyeri dan rentang gerak sendi lutut pada kelompok lansia yang berada di
Puskesmas Doda, dengan tujuan untuk mengaplikasikan bidang keilmuwan keperawatan khususnya keperawatan
medikal bedah pada lingkup yang nyata.

METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian Quasi
Eksperimental; Pre Test – Post Test dengan menggunakan kelompok pembanding (control group) yaitu pendekatan
yang dilakukan 2 kali, sebelum dan setelah eksperimen (10). Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok lanjut
usia yang mengalami osteoarthritis lutut yang berjumlah 250 orang yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas Doda
Provinsi Sulawesi Tengah yang memenuhi kriteria penelitian. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
33
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
dilakukan dengan cara simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam anggota populasi (11). Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
rules of thumbs: n > 50+8 m yaitu 75% (68 responden) pada kelompok intervensi dan 25 % (22 responden) pada
kelompok kontrol. Alat pengumpulan data (instrument) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : lembar data
identitas diri, lembar instrumen (SOP) prosedur latihan Range Of Motion aktif dan prosedur pengukuran rentang
gerak sendi menggunakan goniometer sesuai standar, lembar instrument visual analog scale (VAS) skala numerik 0-
10, timbangan berat badan dan meteran tinggi badan yang sudah dikalibrasi, lembar check list. Analisa univariat :
Analisa yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel independen. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui presentase dari variabel adalah (12) :
𝑓
x = 𝑥 100%
𝑛
Analisa bivariat menggunakan analisis paired sampel t-test Analisis bivariat dengan uji paired sampel t-test
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut sebelum
dan sesudah intervensi (before-after) pada kelompok intervensi. Dengan demikian maka: Jika P-value(sig)>0,05
maka H0 diterima, jika P-value(sig) <0,05 maka H 0 ditolak. Uji beda independen parametrik digunakan untuk
menganalisis perbedaan penurunan nyeri dan rentang gerak sendi lutut antara kelompok intervensi latihan Range of
Motion aktif dengan kelompok kontrol, serta melihat perbedaan variabel independen lainnya (jenis kelamin, usia,
IMT). Pada penelitian ini analisa multivariat menggunakan Uji Regresi Linear Berganda. Regresi linear berganda
merupakan suatu model matematik yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh yang lebih kompleks antara
sejumlah variabel yang berbeda (13).

HASIL Analisis Univariat Deskripsi Karakteristik Responden


Berdasarkan data dari hasil penelitian, karakteristik lansia dengan Osteoarthritis di wilayah kerja Puskesmas Doda
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Dan Indeks Masa Tubuh
No Variabel Kelompok
Kontrol Intervensi
n % n %
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 8 36,4 24 36,8
Perempuan 14 63 ,6 44 64 ,7
2 Usia Responden
60 - 65 Tahun 9 40,9 25 36,8
66 – 70 Tahun 13 59,1 30 44,1
> 70 Tahun 0 0, 0 13 19 ,1
3 Indeks Masa Tubuh IMT
Normal 9 40,9 25 36,8
IMT Lebih 13 59,1 43 63,2

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
34
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok kontrol jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan sebanyak 14 responden (63,6%) dan kelompok intervensi sebanyak 44 responden (64,7%). Berdasarkan
luaran dari tabel di atas, responden yang paling banyak adalah perempuan. Usia responden pada kelompok kontrol
terbanyak adalah 66 – 70 tahun sebanyak 13 responden (59,1%) dan kelompok intervensi sebanyak 30 responden
(44,1%). Berdasarkan klasifikasi umur pada lansia, maka umur responden yang mengalami OA lutut adalah umur
tua (elderly). Indeks masa tubuh terbanyak pada kelompok kontrol adalah IMT lebih sebanyak 13 responden
(59,1%) dan kelompok intervensi sebanyak 43 responden (63,2%). Dapat dilihat distribusi frekuensi responden
berdasarkan IMT, yang terbesar adalah lansia yang memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Nyeri dan Rentang Gerak Sendi Lutut

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Nyeri dan Rentang Gerak Sendi Lutut
Pada Lansia Dengan Osteoarthritis di Puskesmas Doda 2020
Intervensi Min Max Mean Std. Deviation
Nyeri Pre 4 9 6,12 1,579
Nyeri Post 0 5 2,32 1,398
Rgs Pre 80 120 97,79 11,440
Rgs Post 110 130 125,15 5,857

Kontrol Min Max Mean Std. Deviation


Nyeri Pre 4 8 5,77 1,270
Nyeri Post 4 8 5,55 1,101
Rgs Pre 80 120 102,27 11,519
Rgs Post 80 130 106,82 21,687

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa, intensitas nyeri pada kelompok intervensi yang terdiri dari 68 responden
sebelum dilakukan latihan Range Of Motion aktif yaitu nyeri sedang (4-6) dan setelah dilakukan latihan Range Of
Motion aktif menurun menjadi 0 (tidak nyeri) untuk nilai minimum atau mengalami penurunan sekitar 3,8%.
Sementara intensitas nyeri pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion aktif berada pada
nyeri sedang (4-6). Sedangkan untuk rentang gerak sendi lutut pada kelompok intervensi sebelum dilakukan latihan
Range Of Motion aktif yaitu 800 (nilai minimum) dan setelah dilakukan latihan Range Of Motion aktif rentang
gerak sendi lutut meningkat menjadi 1300 (nilai maximum) atau mengalami peningkatan rentang gerak sendi lutut
sekitar 27,33%. Pada kelompok kontrol, rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion
aktif berada pada nilai 800 (nilai minimum) sedangkan nilai maximum 1200.

Analisis Bivariat

Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum dan sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok Intervensi

Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum dan sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok
Intervensi
Intervensi Mean N Std. Deviation P Value
Nyeri Pre 6,12 68 1,579
0.000
Nyeri Post 2,32 68 1,398

Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel nyeri sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion aktif pada
kelompok intervensi ditemukan nilai rata-rata nyeri pre sebesar 6.12 sedangkan nilai rata-rata nyeri post sebesar
2,32 dengan P-value 0.000. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok intervensi.

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
35
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok Kontrol

Tabel 4. Perbedaan Rata-Rata Nyeri Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada Kelompok
Kontrol
Kontrol Mean N Std. Deviation P Value
Nyeri Pre 5,77 22 1,270
0.171
Nyeri Post 5,55 22 1,101

Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel post sebesar 5,55 dengan P-value 0.171. Hal ini
nyeri sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
aktif pada kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion
nyeri pre sebesar 5,77 sedangkan nilai rata-rata nyeri aktif pada kelompok kontrol.

Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre Test
Tabel 5 Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre Test
Nyeri Pre N Mean Std. Deviation P Value

Kontrol 22 5,77 1,270


0.355
Intervensi 68 6,12 1,579

Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel nyeri sebelum dilakukan latihan Range Of Motion aktif
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri pada kelompok kontrol sebesar
5,77 sedangkan nilai rata-rata nyeri pada kelompok intervensi sebesar 6,12 dengan P-value 0.355. Hal ini
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dilakukan latihan Range of Motion aktif pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post Test

Tabel 6 Perbedaan Nyeri Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post Test

Nyeri Post N Mean Std. Deviation P Value


Kontrol 22 5,55 1,101
0.000
Intervensi 68 2,32 1,398

Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel nyeri sesudah dilakukan latihan Range Of Motion aktif
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri pada kelompok kontrol sebesar
5,55 sedangkan nilai rata-rata nyeri pada kelompok intervensi sebesar 2.32 dengan P-value 0.000. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sesudah dilakukan latihan Range Of Motion aktif pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
36
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada
Kelompok Intervensi
Tabel 7 Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range Of Motion
Aktif Pada Kelompok Intervensi
Intervensi Mean N Std. Deviation P Value
Rentang Gerak Sendi Pre 97,79 68 11,440
0.000
Rentang Gerak Sendi Post 125,15 68 5,857

Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok intervensi ditemukan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pre
sebesar 97.79 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut post sebesar 125.15 dengan P-value 0.000. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi.
Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion Aktif Pada
Kelompok Kontrol
Tabel 8 Perbedaan Rata-Rata Rentang Gerak Sendi Lutut Sebelum Dan Sesudah Latihan Range of Motion
Aktif Pada Kelompok Kontrol
Kontrol Mean N Std. Deviation P Value

Rentang Gerak Sendi Pre 102,27 22 11,519


0.329
Rentang Gerak Sendi Post 106,82 22 21,687

Dari hasil uji paired sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan
latihan Range Of Motion aktif pada kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pre
sebesar 102.27 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut post sebesar 106.82 dengan P-value 0.329. Hal
ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan latihan Range of Motion
aktif pada kelompok kontrol.

Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Pre
Test
Tabel 9 Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada
Saat Pre Test
Rentang Gerak Sendi Pre N Mean Std. Deviation P Value

Kontrol 22 102,27 11,519


0.115
Intervensi 68 97,79 11,440

Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak
sendi lutut pada kelompok kontrol sebesar 102.27 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pada
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
37
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
kelompok intervensi sebesar 97.79 dengan P-value 0.115. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara rentang gerak sendi lutut sebelum dilakukan latihan Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada Saat Post
Test
Tabel 10 Perbedaan Rentang Gerak Sendi Lutut Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Pada
Saat Post Test
Rentang Gerak Sendi Post N Mean Std. Deviation P Value

Kontrol 22 106,82 21,687


0.000
Intervensi 68 125,15 5,857

Dari hasil uji independent sampel t-test pada variabel rentang gerak sendi lutut sesudah dilakukan latihan
Range of Motion aktif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata rentang gerak
sendi lutut pada kelompok kontrol sebesar 106.82 sedangkan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pada
kelompok intervensi sebesar 125.15 dengan P-value 0.000.

Analisis Multivariat Pengaruh Latihan Range of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut
dan variabel counfonding

Tabel 11 Pengaruh Latihan Range of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan
variabel counfonding
Model df Mean Square F Sig.

1 Regression 7 2,020 66,725 ,000b

Residual 82 0,030
Total 89

Dari hasil uji regresi linear multivariat secara simultan ditemukan ada pengaruh antara intervensi latihan
Range Of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan variabel counfonding dengan nilai
signifikan 0,000b.

Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif Terhadap Nyeri dan Variabel Counfonding
Tabel 12 Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Nyeri dan Variabel Counfonding
Variabel Koef B Sig.
Range Of Motion 0,713 0,000
Jenis Kelamin 0,269 0,761

Usia 0,190 0,810


Indeks Masa Tubuh 0,266 0,584

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda atau liniear multivariat didapatkan terdapat hasil model regresi
menggunakan metode enter, hasil uji variabel ditemukan nilai signifikan Jenis Kelamin 0,761, Usia 0, 810, Indeks
Masa Tubuh 0,584 dan nyeri 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel nyeri sangat berpengaruh

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
38
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan secara parsial bahwa latihan Range Of
Motion aktif mempengaruhi nyeri.

Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Rentang Gerak Sendi Lutut dan Variabel Counfonding

Tabel 13 Uji Parsial Latihan Range of Motion Aktif terhadap Rentang Gerak Sendi Lutut dan Variabel
Counfonding
Variabel Koef B Sig.
Range Of Motion 1,507 0,003
Jenis Kelamin 0,317 0,838
Usia 0,223 0,448
Indeks Masa Tubuh 0,312 0,112

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda atau liniear multivariat didapatkan terdapat hasil model regresi
menggunakan metode enter, hasil uji variabel ditemukan nilai signifikan Jenis Kelamin 0,838, Usia 0,448, Indeks
Masa Tubuh 0,112, dan rentang gerak sendi lutut 0,000. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel rentang
gerak sendi sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan secara
parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi rentang gerak sendi.
PEMBAHASAN
Wanita lebih sering terkena daripada pria dan mereka mungkin memiliki osteoarthritis lebih parah (4). Pria
terkena lebih sering dari wanita pada usia awal, tetapi angka osteoarthritis pada wanita melebihi pria di usia dewasa
tengah. Pria lebih cenderung terkena osteoarthritis pinggul daripada wanita, sedangkan wanita pascamenopause
lebih sering mengalami osteoarthritis tangan (7). Wanita lebih sering terkena dan penyakitnya adalah sebagian
besar terkait dengan faktor risiko obesitas yang dapat dimodifikasi (14). Pada umumnya di bawah 45 tahun
frekuensi Osteoarthritis sama antara perempuan dan laki-laki, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi
Osteoarthritis lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Peningkatan insiden osteoarthritis pada wanita yang
mengalami penuaan diyakini karena pengurangan estrogen saat menopause (15). Wanita dengan umur diatas 50
tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis lutut. Hal tersebut dikarenakan pada usia 50-80 tahun
wanita mengalami pengurangan hormone estrogen yang signifikan (5). Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
(16) bahwa kelompok usia 56-65 tahun merupakan kelompok usia dengan kejadian osteoarthritis lutut primer yang
paling banyak.
Berdasarkan klasifikasi umur pada lansia, maka umur responden yang mengalami OA lutut adalah umur tua
(elderly). Hal ini pun sejalan dengan teori dan penelitian-penelitian yang terdahulu yang menyatakan bahwa
Osteoarthritis lutut kebanyakan terjadi pada umur 60-74 tahun (elderly). Kerusakan tulang rawan mungkin benar
dimulai antara usia 20 dan 30, dan sebagian besar orang dewasa terpengaruh pada usia 40. Beberapa pasien
mengalami gejala setelah usia 50 atau 60, tetapi lebih dari setengah dari mereka di atas 65 tahun memiliki bukti
xray penyakit tersebut setidaknya satu sendi (7). Walaupun asimtomatik tetapi perubahan pada permukaan sendi
sudah terjadi pada usia 40 tahun (4). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahin, Ozer & Yanardag
di Turki pada tahun 2019, mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan fungsi dan
menyebabkan peningkatan ketergantungan pada orang lain dan juga menyebabkan gangguan dalam produktifitas
karena menyebabkan sendi lutut terasa nyeri, kaku, dan bengkak sehingga seringkali menyebabkan gerak sendi
terbatas (8).
Berat badan berlebih berkontribusi terhadap terjadinya osteoarthritis, khususnya pada pinggul dan lutut.
Peningkatan berat badan secara signifikan meningkatkan beban yang diberikan pada lutut selama berjalan.
Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko yang jelas untuk terjadinya osteoarthritis. Penelitian berdasarkan
populasi secara konsisten telah menunjukkan hubungan antara kelebihan berat badan atau obesitas dan kejadian
osteoarthritis lutut (7). Obesitas adalah faktor penyebab umum osteoarthritis. Sendi yang menahan beban, seperti
pinggul dan lutut paling sering terpengaruh pada orang gemuk (17). Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa
individu yang mengalami obesitas lebih beresiko tinggi menderita osteoarthritis lutut daripada kelompok individu
dengan berat badan normal. Hal ini berkaitan dengan jumlah tekanan yang berbeda yang diberikan pada sendi
ketika seseorang berdiri ataupun berjalan. Pengurangan berat badan atau pemeliharaan penting untuk
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
39
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
meminimalisasi efek osteoarthritis. Kelebihan berat badan (termasuk obesitas) mengalami peningkatan resiko
penyakit jatung, hipertensi, penyakit degenerasi sendi, dan lain-lain (18).
Pada kelompok kontrol, rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah latihan Range of Motion aktif berada
pada nilai 800 (nilai minimum) sedangkan nilai maximum 120 0. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Arab Saudi oleh Alkhawajah & Alshami pada tahun 2019, bahwa mobilisasi dengan gerakan (Range of Motion)
dapat menurunkan nyeri lutut dengan hasil signifikan yaitu nilai p = < 0,001. Penelitian lain yang dilakukan di
Yogyakarta oleh Taufandas pada tahun 2018, juga didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh latihan range of
motion terhadap skala nyeri sendi pada lansia dengan osteoarthritis dengan p value 0,000 (α < 0,05). Range of
motion berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat skala nyeri sendi pada lansia dengan
osteoarthritis. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Istanbul oleh Yilmaz pada tahun 2018, bahwa program
latihan dirumah (latihan Range of Motion) terbukti meningkatkan rentang gerak sendi lutut pada lansia dengan nilai
(p <0,05).
Menurut asumsi peneliti, terjadinya penurunan nyeri sekitar 3,8% dan peningkatan rentang gerak sendi lutut
sekitar 27,33% dikarenakan kesadaran dan minat dari responden untuk meningkatkan kesehatannya sehingga
mereka rutin melakukan latihan Range of Motion aktif sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan di Turki mengatakan bahwa usia tua membawa berbagai kehilangan peran dan
fungsi dan menyebabkan peningkatan ketergantungan pada orang lain (8). Salah satu konsep keperawatan yang
dapat diterapkan pada penelitian ini adalah model konseptual self care Orem. Pendekatan model konseptual Self
Care dari Orem dapat mengoptimalkan kemampuan setiap responden dalam memenuhi kebutuhannya. Peran
perawat yaitu membantu pasien dalam mengembalikan perannya sebagai self care agency. Penerapan teori
keperawatan self care dapat memfasilitasi kemampuan lansia dalam menghadapi perubahan pemenuhan kebutuhan
dasar dan mencegah timbulnya kembali masalah kesehatan yang pernah dialami, sehingga tercapai kemampuan
untuk mempertahankan kesehatan dan memenuhi kebutuhannya (9).
Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion
aktif pada kelompok intervensi. Hal ini dikarenakan adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara
kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam
hialuronat yang bersifat hidrophilik, sehingga kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-75%. Adanya
penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan sinovial. Bila tekanan berhenti
maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan sinovial (19).
Sehingga dengan dilakukan latihan Range Of Motion secara rutin dan teratur, dapat mengurangi nyeri (20).
Tidak terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion aktif pada kelompok
kontrol. Menurut asumsi peneliti, nyeri post pada kelompok kontrol mengalami penurunan walaupun sedikit
dikarenakan sebagian besar responden merupakan petani, sehingga kebanyakan dari mereka melakukan aktifitas
fisik seperti berjalan kaki ke sawah atau ke kebun, menanam padi, menyangkul, dan lain sebagainya. Melakukan
latihan ringan setiap hari, akan membuat sendi menjadi optimal melalui latihan rentang gerak, daripada melakukan
latihan yang sekali-kali/jarang. Latihan fisik aerobik seperti jalan cepat atau berjalan akan meringankan nyeri dan
meningkatkan mobilitas sendi. Latihan rentang gerak (Range Of Motion) juga dianjurkan untuk menjaga sendi tetap
lentur/fleksibel (18).
Dalam panduan dari NIAMS (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease) disebutkan
bahwa latihan merupakan salah satu dari penatalaksanaan osteoarthritis. Olahraga/latihan dapat meningkatkan
mood dan pandangan, mengurangi nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat jantung dan meningkatkan aliran
darah, menjaga berat badan, dan meningkatkan kebugaran fisik secara umum. Latihan ini merupakan latihan yang
mudah dilakukan dan juga murah, jika dilakukan dengan benar, dan tidak memberikan efek samping yang negatif.
Jumlah dan bentuk latihan yang ditentukan akan tergantung pada sendi yang terlibat, seberapa stabil sendi, dan
apakah penggantian sendi telah dilakukan (21).
Latihan rentang pergerakan sendi diberikan ketika seseorang sedang mengalami gangguan pada sistem
muskuloskeletalnya termasuk gangguan oleh karena osteoarthritis, perlu melakukan latihan pergerakan sendi
hingga sembuh dan pada akhirnya dapat melakukan tingkat aktivitas yang normal kembali (22).
Cairan sinovial pada sendi yang berkurang akan menyebabkan terjadinya nyeri dan kekakuan pada daerah
persendian (19). Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke
dalam kapsula sendi dan memberikan nutrisi yang memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar tanpa rasa
sakit atau ketidaknyamanan dan meningkatkan rentang gerak sendi. Perubahan yang terjadi pada persendian lansia,
yaitu pengurangan viskositas cairan sinovial, degenerasi kolagen dan sel elastin, fragmentasi struktur jaringan
fibrosa pada jaringan penghubung dan kartilago, pembentukan jaringan sikatrik dan kalsifikasi pada area kapsula
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
40
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
persendian dan jaringan penghubung, perubahan degenerative pada peredaran arteri kartilago. Perubahan tersebut
akan menurunkan fleksibilitas jaringan fibrosa sehingga ROM pada sendi lutut menurun (20).
Penelitian yang dilakukan di Amerika Utara pada tahun 2019 oleh Benner et all yang mengatakan bahwa
latihan rentang gerak (Range Of Motion) lutut pada pasien dengan osteoarthritis, efektif untuk meningkatkan
rentang gerak sendi, menurunkan nyeri, mengurangi gejala, dan memperbaiki fungsi sendi pada pasien dengan
osteoarthritis dengan hasil signifikan (23).
Dari hasil uji regresi linear multivariat secara simultan ditemukan ada pengaruh antara intervensi latihan
Range Of Motion aktif terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan variabel counfonding dengan nilai
signifikan 0,000b. Manfaat yang didapatkan ketika melakukan latihan Range Of Motion antara lain memperbaiki
tonus otot, menurunkan nyeri, meningkatkan rentang gerak sendi, meningkatkan massa otot, memperlancar
sirkulasi darah serta meningkatkan mobilisasi sendi (20).
Berkaitan dengan kondisi lansia di atas bila dikaitkan dengan bagaimana cara mempertahankan mobilitas
sendi, salah satunya adalah dengan melakukan latihan Range of Motion aktif, bahwa merupakan suatu kekhususan
untuk lansia, tidak perlu mencapai rentang pergerakan sendi yang lengkap. Akan tetapi ditekankan untuk
melakukan latihan secukupnya sehingga lansia mampu melakukan aktivitas kebutuhan sehari-harinya seperti
berjalan, berpakaian, naik dan turun tangga, dan aktifitas lainnya (22).
Variabel nyeri sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range of Motion aktif. Hasil ini membuktikan
secara parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi nyeri. Pada usia lanjut terjadi perubahan pada
sistem tubuh, terutama pada sistem muskuloskeletal dan kerusakan pada jaringan lain yang menyebabkan penyakit
arthritis. Proses penuaan menyebabkan penurunan pada fungsi muskuloskeletal. Penurunan fungsi tersebut
menimbulkan berbagai macam keluhan seperti nyeri, kaku, dan terasa lemah. Namun keluhan utama pada penyakit
tersebut adalah nyeri sendi. Nyeri sendi pada lansia dipengaruhi oleh faktor penyebab yaitu faktor degeneratif.
Sedangkan faktor predisposisi antara lain usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, diet, penyakit dan stress. Proses
degenerasi tulang rawan pada sistem muskuloskeletal pada lansia menyebabkan peningkatan tekanan interoseus
karena tulang mengalami pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan menyebabkan benjolan (oste ofit).
Peningkatan ini akan merangsang stimulus pada nosiseptor (reseptor) nyeri dan di persepsi di korteks otak sebagai
nyeri sendi (20).
Penelitian yang dilakukan oleh Marlina di Yogyakarta (2015) kepada 80 responden, didapatkan hasil latihan
lutut secara statistik efektif menurunkan intensitas nyeri (p=0,004). Implikasi keperawatan dengan melakukan
latihan lutut secara teratur, maka akan mengurangi morbiditas akibat nyeri osteoarthritis lutut (24). Studi literature
sistematika review dan meta-analisis tentang pengaruh latihan fisik, manajemen nyeri pada pasien dengan
osteoarthritis lutut yang dilakukan di Brasil pada tahun 2019 didapatkan hasil yang signifikan bahwa ada pengaruh
latihan fisik seperti Range Of Motion terhadap penurunan nyeri sendi pada pasien dengan osteoarthritis (25).
Variabel rentang gerak sendi sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range Of Motion aktif. Hasil ini
membuktikan secara parsial bahwa latihan Range of Motion aktif mempengaruhi rentang gerak sendi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, tinjauan teoritis dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang lainnya sedikitnya memberikan gambaran bahwa keadaan fleksibilitas suatu sendi, dalam hal ini sendi
lutut yang mengalami osteoarthritis pada kelompok lanjut usia adalah sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yang
penting, berkaitan dengan tingkat keparahan disability yang dialami oleh setiap lansia dengan osteoarthritis.
Pada uraian-uraian sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa keadaan rentang gerak sendi (Range Of Motion)
sangat bervariasi setiap individu dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, apakah
latihan Range Of Motion itu secara aktif berkelanjutan dilakukan, juga faktor indeks massa tubuh, bagaimana
aktifitas kerja sehari-harinya, dan kegiatan rekreasi lainnya yang dapat mempengaruhi rentangb gerak sendi. Maka
berdasarkan pada hasil penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa rentang gerak sendi lutut
dapat mengalami peningkatan ataupun penurunan nilai rentang geraknya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti yang sudah disebutkan di atas.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Perbedaan rata-rata nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion pada kelompok intervensi ditemukan
nilai rata-rata nyeri pre sebesar 6.12 sedangkan nilai rata-rata nyeri post sebesar 2,32 dengan P-value 0.000.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion
pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan nilai rata-rata nyeri pre sebesar 5,77
sedangkan nilai rata-rata nyeri post sebesar 5,55 dengan P-value 0.171. Hal ini membuktikan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara nyeri sebelum dan sesudah latihan Range of Motion pada kelompok kontrol.
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
41
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
2. Perbedaan rata-rata rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah latihan Range Of Motion pada kelompok
intervensi ditemukan nilai rata-rata rentang gerak sendi lutut pre sebesar 97.79 sedangkan nilai rata-rata rentang
gerak sendi lutut post sebesar 125.15 dengan P-value 0.000. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan
antara rentang gerak sendi lutut sebelum dan sesudah dilakukan latihan Range of Motion pada kelompok
intervensi.
3. Hasil uji regresi linear multivariat secara simultan ditemukan ada pengaruh antara intervensi latihan Range of
Motion terhadap nilai nyeri, rentang gerak sendi lutut dan variabel counfonding dengan nilai signifikan 0,000 b.
4. Hasil uji regresi linear berganda atau liniear multivariat didapatkan terdapat hasil model regresi menggunakan
metode enter, hasil uji variabel ditemukan nilai signifikan Jenis Kelamin 0,859, Usia 0,935, Indeks Masa Tubuh
0,364, nyeri 0,000, rentang gerak sendi lutut 0,003. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel nyeri dan
rentang gerak sendi sangat berpengaruh ketika dilakukan intervensi Range of Motion. Hasil ini membuktikan
secara parsial bahwa latihan Range of Motion mempengaruhi nyeri dan rentang gerak sendi.
Diharapkan agar intervensi latihan Range of Motion dapat dimasukkan sebagai salah satu program untuk lansia
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Doda, sehingga memudahkan lansia dalam mengatasi nyeri sendi dan
meningkatkan rentang gerak sendi khususnya sendi lutut serta meningkatkan kualitas hidup lansia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Statistik BP. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistik; 2018.
2. Kushariyadi. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
3. Lewis S, Bucher, Heitkemper, Harding, Kwong, Roberts. Medical Surgical Nursing : Assesment and
Management of Clinical Problems. Edisi 10. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2017.
4. Huether SE, McCance KL. Buku Ajar Patofisiologi. 6th ed. Singapore: Elsevier; 2019.
5. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata K., Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2010.
6. Peterson NE, Osterloh KD, Graff MN. The Journal for Nurse Practitioners Exercises for Older Adults With
Knee and Hip Pain. TJNP J Nurse Pract. 2019;15(4):263-267.e3.
7. LeMone P, Burke KM, Bauldoff G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Muskuloskeletal
Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan, NIC & NOC. 5th ed. Jakarta: EGC; 2017.
8. Şahin DS, Özer Ö, Yanardağ MZ. Perceived social support , quality of life and satisfaction with life in elderly
people. Educ Gerontol. 2019;0(0):1–9.
9. Alligood MR. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Hamid A, editor. Singapore: Elsevier; 2017.
10. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
11. Susilo WH, Aima MH, Suprapti F. Biostatistika Lanjut dan Aplikasi Riset. Jakarta: CV Trans Info Media;
2014.
12. Hastono SP. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2016.
13. Susilo WH, Aima MH, Suprapti F. Biostatistika lanjut dan aplikasi riset. Jakarta: Trans Info Media; 2014.
14. Magnusson K, Turkiewicz A, Englund M. Nature vs nurture in knee osteoarthritis e the importance of age , sex
and body mass index. Osteoarthr Cartil. 2019;27(4):586–92.
15. Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, Camera. Medical-Surgical Nursing Assessment and Management Of
Clinical Problems. 8th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2011.
16. Sonjaya MR. Karakteristik Pasien Osteoarthritis Lutut Primer Di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam
Bandung. 2015;506–12.
17. Ignatavicius DD, Workman ML. Medical-Surgical Nursing Patient-Centered Collaborative Care. 8th ed. St.
Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
18. Black JM, Hawks J. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. 8th ed.
Singapore: Elsevier Ltd; 2014.
19. Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Revisi. Jakarta: EGC; 2012.
20. Potter PA, Perry AG. Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan. 7th ed. Singapore: Elsevier; 2010.
21. NIAMS. Handout on Health. 2013;
22. Kozier B, Erb G, Berman A, Snyder S. Buku Ajar Praktek Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2009.
23. Benner RW, Shelbourne KD, Bauman SN, Norris A, Gray T. Knee Osteoarthritis Alternative Range of Motion
Treatment. Orthop Clin NA. 2019;50(4):425–32.
Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved
42
MPPKI (Januari, 2021) Vol. 4. No. 1
24. Marlina TT. Efektivitas latihan lutut terhadap penurunan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut di
yogyakarta. 2015;2(2355):44–56.
25. Rocha TC, Dias AG, Martins EA. The Effects of Physical Exercise on Pain Management in Patients with Knee
Osteoarthritis : A Systematic Review with Metanalysis à Os efeitos do exercício físico sobre o manejo da dor
em pacientes com osteoartrose de joelho : Uma revisão sistemática com me. 2019;

Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2021 MPPKI. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai