Anda di halaman 1dari 133

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN MANAJEMEN


KESEHATAN KELUARGA TIDAK EFEKTIF PADA
ANGGOTA KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS
GOUT

(Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah Keluarga Tn.N)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Anis Rahmawati

NIM.1801005

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENANG
PARE-KEDIRI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN MANAJEMEN
KESEHATAN KELUARGA TIDAK EFEKTIF PADA
ANGGOTA KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS
GOUT

(Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah Keluarga Tn.N)

Karya Tulis Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Pada Stikes Pamenang

Oleh :

Anis Rahmawati

NIM.1801005

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENANG
PARE-KEDIRI
2021

I
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

JUDUL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA
TIDAK EFEKTIF PADA ANGGOTA KELUARGA PENDERITA
ARTHRITIS GOUT
PENELITI ANIS RAHMAWATI
NIM 1801005

Disetujui untuk diuji pada ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 30 April 2021

Pembimbing

Dr. Zauhani Khusnul H.. SKM., M.Kes

Mengetahui
Ilmu Kesehatan Pamenang

.Ns. MMRS

III
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah :

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN MANAJEMEN
KESEHATAN KELUARGA TIDAK EFEKTIF PADA
ANGGOTA KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS
PENULIS GOUT
ANIS RAHMAWATI
18.01.005

Disahkan oleh Penguji Karya Tulis Ilmiah pada :

Hari/Tanggal : Jumat /30 April 2021

Tempat : STIKES Pamenang Pare

No. Penguji Tanda tangan

1. Aris Dwi Cahyono, S. Kep.Ns., M. Kes

2. Dr. Zauhani Khusnul H., S.KM., M.Kes

Mengetahui,

qqqggq $p$ a STIKes Pamenang

S.Ke . Ns. MMRS


SURAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ANIS RAHMAWATI

NIM : 1801005

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 08 Juli 1998

Instansi : Stikes Pamenang

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul : “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA TIDAK EFEKTIF PADA ANGGOTA

KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS GOUT” adalah bukan karya tulis ilmiah

orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang

telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila

pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Kediri, 19 April 2021

Anis Rahmawati

V
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA TIDAK EFEKTIF
PADA ANGGOTA KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS GOUT

Oleh :
Anis Rahmawati
NIM 18.01.005

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolism yang disebabkan oleh
penumpukan monosodium urate monohydrate crystals pada sendi. Berdasarkan onsetnya
arthritis gout dibagi menjadi dua yaitu episode akut dan kronik. Secara epidemiologi,
variasi prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan, pola makan, dan pengaruh genetik. Studi
kasus ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami mengenai asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah gout pada keluarga Tn. N . Penulisan ini menggunakan desain
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yaitu studi yang mengeksprolasi
suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam,
dan menyertakan berbagai sumber informasi. Pengumpulan data dengan observasi dan
wawancara serta menganalisa masalah keperawatan keluarga dari pengkajian,
menetapkan diagnosa, menyusun intervensi, melakukan implementasi, sampai evaluasi
keperawatan. Partisipan berjumlah satu keluarga. Instrumen pengumpulan data
menggunakan format asuhan keperawatan keluarga. Berdasarkan pengkajian
keperawatan pada Ny.S keluarga Tn.N diagnosa keperawatan yang diintervensi adalah
manejemen kesehatan keluarga tidak efektif dengan etiologinya adalah ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit meliputi sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, berhubungan dengan kompleksitas program perawatan ,
ditandai dengan mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan.
Intervensi yang digunakan dalam kasus ini disesuaikan dengan diagnosa keperawatan
yang ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan gejala mayor, minor dan kondisi klien.
Untuk implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan klien.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga, Artritis Gout, Manajemen kesehatan


keluarga tidak efektif.

VI
KATA

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syykur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada

kita semua. Berkat ridho dari-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas

akhir ini dengan judul : “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA

TIDAK EFEKTIF PADA ANGGOTA KELUARGA PENDERITA ARTHRITIS

GOUT”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan, kesulitan dan juga hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Atas bantuan

yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan

kekuatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

2. Kepada orang tua tercinta yang selama ini telah membantu dalam

bentuk do’a, kasih sayang dan semangat tak henti-hentinya mengalir

demi kelancaran dan kesuksesan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah

ini.

3. Bapak Suryono, S. Kep. Ns., MMRS selaku Ketua STIKES Pamenang

VII
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan.

4. Ibu Nugrahaeni Firdausi, S. Kep. Ns,. M. Kep selaku Ketua Program

Studi Keperawatan Stikes Pamenang.

5. Ibu Dr. Zauhani Khusnul H, S. KM., M. Kes selaku dosen

pembimbing pada penyusunan karya tulis ilmiah yang selalu

memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan semangat kepada penulis

dengan sabar sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Aris Dwi Cahyono, S. Kep. Ns., M. Kes. Selaku dosen penguji

yang sudah memberikan koreksi, kritik, saran dan perbaikan serta

informasi sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

7. Partisipan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

dapat memperoleh data dalam menunjang penyelesaian karya tulis

ilmiah ini

8. Terimakasih kepada kak koko yang sudah membantu saya dalam

penyusunan literature review ditengah kesibukan koasnya.

9. Terimakasih pada sahabat-sahabat saya Alvi, Meila, Shilvia, Nida’,

Anjas yang telah meluangkan waktunya setiap hari untuk menemani

saya saat mengerjakan revisi-revisi, dengan sabar mendengarkan

keluhan-keluhan selama penyusunan.

VIII
10. Terimakasih tak terhingga untuk teman-teman seperjuangan saya, Mbak

Diah, Varisa, Dwiyanti, Alvino, Arif, Felinda, Umi, Sukriya, Yoga

yang selalu ada membantu di tanah perantauan sampai penyelesaian

karya tulis ilmiah ini terselasaikan.

Semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis juga mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penulis khususnya. Terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 19 April 2021

Anis Rahmawati

IX
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Judul..........................................................................................i

Lembar Persetujuan..............................................................................................ii

Lembar Persetujuan............................................................................................iii

Lembar Pengesahan............................................................................................iv

Surat Pernyataan..................................................................................................v

Abstrak................................................................................................................vi

Kata Pengantar....................................................................................................ix

Daftar Isi.............................................................................................................xii

Daftar Gambar..................................................................................................xiii

Daftar Tabel........................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan............................................................................................................4

1.4 Manfaat..........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga........................................................................................6

2.1.2 Struktur Keluarga........................................................................................7

2.1.3 Fungsi Keluarga..........................................................................................9

2.1.3.1 Fungsi Perawatan Keluarga....................................................................11

2.1.4 Tipe Keluarga............................................................................................13


X
2.1.5 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga.....................................................16
2.1.6 Peran Perawat Keluarga............................................................................18

2.2 Konsep Dasar Arthritis Gout

2.2.1 Definisi.......................................................................................................19

2.2.2 Patofisiologi...............................................................................................20

2.2.3 Etiologi.......................................................................................................21

2.2.4 Penatalaksanaan

2.2.4.1 Terapi Farmakologi...............................................................................26

2.2.4.2 Terapi Non-Farmakologi.......................................................................30

2.2.4.3 Literature Review Terkait Topik/ Tema Penelitian...............................48

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................................51

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang............................................................................52

2.3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................................55

2.3.4 Intervensi Keperawatan............................................................................58

2.4 Hubungan Antar Konsep.............................................................................60

BAB III METODE

3.1 Metode..........................................................................................................61

3.2 Teknik Penulisan...........................................................................................62

3.3 Waktu dan Tempat Studi Kasus...................................................................62

3.4 Alur Kerja.....................................................................................................63

3.5 Etika..............................................................................................................64

XI
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian.....................................................................................................84

4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................84

4.3 Skoring.........................................................................................................86

4.4 Analisis Data................................................................................................87

4.5 Intervensi Keperawatan................................................................................88

4.6 Implementasi Keperawatan..........................................................................90

4.7 Evaluasi Keperawatan..................................................................................91

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan................................................................................................109

6.2 Saran...........................................................................................................110

Daftar Pustaka..................................................................................................114

XII
DAFTAR

Gambar 2.1 Hubungan Antar Konsep.........................................................59

Gambar 3.1 Alur Kerja...............................................................................64

Gambar 4.1 Genogram Keluarga................................................................71

Gambar 4.2 Denah Rumah Keluarga Tn.N................................................78

XIII
DAFTAR

Tabel 2.1 Daftar Artikel/Jurnal Ilmiah Literature Review.........................39

Tabel 2.2 Pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan tingkat

nyeriasam urat.............................................................................................40

Tabel.2.3 Tingkat Aktivitas atau Mobilitas...............................................48

Tabel 2.4 Kemampuan Ruang Gerak..........................................................50

Tabel 2.5 Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi.................................50

Tabel 4.1 Komposisi Keluarga Tn. N.........................................................69

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga......................................75

Tabel 4.3 Skoring Diagnosa Keluarga.......................................................89

XIV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular, biasa disebut PTM adalah penyakit terbanyak di

Indonesia. Keadaan dimana penyakit tidak menular masih merupakan masalah

kesehatan yang penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas

PTM makin meningkat merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pelayanan

kesehatan. Tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang

kesehatan di Indonesia (Jaliana,2017). PTM di Indonesia mengalami

peningkatan kurang lebih 4,1 % dari tahun 2016 67,1% dan sekarang pada tahun

2020 meningkat menjadi 71,4%. (Diahhadi, 2019). Salah satu penyakit tidak

menular (PTM) adalah arthritis gout, dimana penyakit ini merupakan penyakit

terbanyak kedua setelah hipertensi yang menjadi masalah dalam keluarga

(Jaliana, 2017).

Permasalahan dalam keluarga banyak disebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya disebabkan oleh faktor penyakit, yaitu penyakit artritis gout (asam urat).

Data yang menunjukkan penyakit sendi banyak dialami oleh mereka dengan

usia produktif, yang akan memberikan dampak pada masalah ekonomi dan

sosial (Sumariyono, 2017).

1
2

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme yang disebabkan

oleh penumpukan asam urat kristal pada sendi dan jaringan ikat tophi.

Berdasarkan onsetnya arthritis gout dibagi menjadi dua yaitu episode akut dan

kronik. Secara epidemiologi, variasi prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan,

pola makan, dan pengaruh genetik (Firestein, 2009)

Artritis gout adalah suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat

radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari

episodic berat dari nyeri inflamasi satu sendi (American College, 2012). Gejala

yang khas pada arthritis gout ditandai oleh gangguan nyeri di daerah persendian

tulang, tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Nyeri tersebut

disebabkan oleh penumpukan kristal didaerah persendian (Alfisari,2011).

Masalah yang sering terjadi di dalam keluarga dalam merawat pasien asam

urat adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit asam urat dan

kurangnya kemampuan dalam menjaga diit Artritis gout (Eryan,2016). Maka

untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kolaborasi peran perawat dan

peran keluarga. Keluarga sangat berperan dalam menjaga dan merawat anggota

keluarga yang sakit, ini berkaitan dengan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan

keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah,

mengembangkan, mengadaptasi atau memperbaiki masalah kesehatan yang

ditemukan dalam keluarga. Masalah kesehatan dalam keluarga berkaitan dan

saling mempengaruhi antar anggota keluarga. Oleh karena hal tersebut keluarga
3

mempunyai posisi yang tepat untuk dijadikan sebagai bagian dari unit pelayanan

kesehatan (Takena,2016). Keluarga yang fungsional merupakan salah satu

factor pendukung penting bagi keluarga dalam memecahkan masalah kesehatan

serta meningkatkan taraf kualitas hidup anggota keluarga (Kang, 2013). Hal ini

yang membuat pengetahuan kesehatan sangat penting untuk diberikan

sehingga keluarga dapat memilih sikap dan tindakan yang tepat, dan dapat

menjalankan asuhan keperawatan keluarga secara mandiri. Perawat juga

berperan dalam mendukung keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga dalam

perawatan keluarga,adapun peran dan fungsi perawat keluarga adalah sebagai

pelaksana, pendidik, konselor, kolaborator, dan juga pencegahan (Friedman

dkk,2013). Oleh karena itu peran perawat sebagai pendidik merupakan salah

satu hal yang sangat penting dan harus dilaksanakan. Peran dan fungsi perawat

sebagai pendidik berfungsi untuk memberikan pemahaman yang tepat terhadap

keluarga, agar dapat menjalankan fungsi perawatan keluarga secara baik dan

benar.

Berdasarkan latar beakang diatas, perlu dilakukan upaya pelayanan

kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluargaTn. N.


4

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan

masalah artritis gout pada Keluarga Tn.N ?

1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Secara umum studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asuhan

keperawatan keluarga pada anggota keluarga Tn. N penderita arthritis gout

2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada kasus artritis gout

2. Menentukan diagnosa keperawatan keluarga pada kasus artritis gout

3. Menyusun intervensi keperawatan keluarga pada kasus artritis gout

4. Melaksanakan implementasi keperawatan keluarga pada kasus artritis

gout

5. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada kasus artritis gout

6. Melakukan dokumentasi keperawatan keluarga pada pasien penderita

arthritis gout
5

1.4 MANFAAT

Studi kasus ini diharapkan member manfaat bagi :

1. Masyarakat

Dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada kasus artritis gout

secara mandiri dirumah.

2. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan atau masukan sumber informasi serta

pengetahuan bagi keperawatan keluarga tentang keterkaitan asuhan

keperawatan keluarga pada kasus arthritis gout


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan dengan pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga

adalah dua individu atau lebih menjalankan kehidupan bersama karena

ikatan darah, ikatan pernikahan, dan pengangkatan yang hidup didalam

satu tempat tinggal yang sama dan saling berinteraksi antar anggota

keluarga untuk menjalankan peran dan tanggungjawab masing-masing

(Friedman, 2010).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

Johnson’s mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang

berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri ataupun adopsi

dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila, 2012).

Jadi, dari dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara orang dewasa

berlainan jenis, pertalian darah, adopsi, yang menjalankan kehidupan

bersama dalam keadaan saling ketergantungan.

6
7

2.1.2 Struktur Keluarga

Ciri-ciri Struktur keluarga : (Widyanto, 2014)

1. Terorganisir

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota

keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk

mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan peran dan

fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan saling

bergantung.

2. Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan, namun juga

memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3. Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-

masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dan khas,

yang menunjukkan adanya cirri perbedaan dan kekhususan.

2.1.3 Fungsi Keluarga

Ada lima fungsi dasar keluarga diantaranya : (Padila, 2012)

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi

afektif tampak melalui keluarga yang bahagia. Dalam fungsi ini

anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif,

perasaan memiliki dan dimiliki, perasan berarti, dan merupakan


8

sumber kasih saying. Fungsi afektif merupakan sumber energi

yang menentukan kebahagiaan keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan dan perubahan

yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi

dan belajar berperan dalam lingkungan social. Keluarga

merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Dalam fungsi

ini anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku

melalui hubungan dan interaksi keluarga, sehingga indiividu

mampu berperan dalam masyarakat.

4. Fungsi Reproduksi

Dalam fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.

5. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

seperti makanan, pakaian, dan perumahan , maka keluarga

memerlukan sumber keuangan.

6. Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga

juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan kepada anggota baik

untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota

yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan, memerlukan bantuan atau


9

pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat

mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.

2.1.3.1 Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Keluarga

juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik

untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan maupun merawat

anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan

anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan memerlukan

bantuan ataupertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat

mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga (Padila, 2012).

Berikut ini dijelskan fungsi perawatan kesehatan dalam merawat

anggota keluarga yang sakit :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana

keluarga mengenal fakta dari masalah kesehatan keluarga

meliputi pengertian, penyebab, gejala yang mempengaruhi

tanggapan keluarga terhadap masalah kesehatan. Dalam hal ini

memerlukan data umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat,

tipe keluarga, komposisi keluarga, suku, agama, status social

ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.

2. Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan

langkah sejauh mana kefahaman keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan,

menyerah terhadap masalah kesehatan yang dihadapi, takut

akan akibat dari tindakan penanganan, mempunyai sikap yang


1

kurang tepat terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau

fasilitas yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

dan mendapatkan informasi yang tidak valid terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini yang dikaji berupa

akibat dan juga keputusan keluarga yang diambil. Perawatan

sederhana dengan melakukan cara-cara perawatan kesehatan

bagi keluarga yang sudah dilakukan oleh anggota keluarga dan

cara pencegahannya.

3. Merawat anggota keluarga yang sedang mengalami masalah

kesehatan anggota keluarga yang lainnya mengetahui keadaan

penyakitnya, mengetahui sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalam

keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,

keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan

fasilitas yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga

terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan melakukan

perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana

perawatan keluarga yang biasa dilakukan dan cara

pencegahannya sminimal mungkin.

4. Modifikasi lingkungan fisik dan psikologis sejauh mana

mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

keuntungan menjaga lingkungan, mengetahui pentingnya

hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.

Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam

melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sedang


1

sakit dan dapat memberi kenyamanan bagi anggota keluarga

yang sakit, dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan

kenyamanan.

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga

Dimana keluarga mengetahui apakah keberdaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas

kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh

keluarga. Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana

biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi

dan cenderung yang paling dekat misalnya posyandu,

puskesmas maupun Rumah Sakit (Nita,2008). Untuk menilai

fungsi keluarga digunakan Skala Guttman yang terdiri dari :

1) Baik : jika nilai dari jawaban responden ≥ 60%

2) Kurang : jika nilai dari jawaban responden< 60% (Muljono

2008:28).

2.1.4 Tipe Keluarga

Menurut mubarak (2012), tipe-tipe keluarga adalah :

1. Tradicional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, anak yang tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan.

2. Extended Family

Adalah keluarga inti ditambahi dengan sanak saudara.


1

3. Reconstitude Family

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru.

4. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya

bekerja diluar rumah, dan anak-anaknya sudah meninggalkan

rumah karena sekolah atau perkawianan, meniti karir.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai seorang

anak.

6. Single Parent

Satu orang tua akibat penceraian atau kematian pasangan dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah ataupun diluar rumah.

7. Dual Carrier

Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami atau istri ataupun keduanya berkarir dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu, keduanya saling bertemu pada waktu-waktu

tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.


1

10. Free Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.

11. Institusional

Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

12. Communal

Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang mengayomi

dengan anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Suatu rumah terdiri atas orangtua dan keturunannya didalam satu

keluarga dari tiap individu adalah menikah dengan yang lain, dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki anaknya

diadopsi.

15. Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

pernikahan.
1

2.1.5 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Dovval dan Miller, tahapan perkembangankeluarga

dibagi menjadi 8, yaitu :

1. Keluarga Baru

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain, yaitu

membina hubungan intim yang memuaskan , menetapkan

tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,

mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan

menjadi orangtua dan memahami prenatal care (Pengertian

kehamilan,persalinan, dan menjadi orangtua)

2. Keluarga Dengan Anak Pertama ≤ 30 bulan

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota

keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,

bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak, sera konseling KB post partum 6 minggu.

3. Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan

kebutuhan pada anak prasekolah (sesuai dengan tumbuh

kembang, proses belajar dan kontak social) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.


1

4. Keluarga Dengan Anak Sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah yang mempuyai tugas

perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak

terhadap lingkungan luar rumah, mendoronganak untuk

mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan

aktifitas anak.

5. Keluarga Dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah

pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi

terbuka, mempersiapkan perubahan system peran dan

peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

tumbung kembang anggota keluarga.

6. Keluarga Dengan Anak Dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk

hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata

kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

7. Keluarga Usia Pertengahan

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai

lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

social dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi

muda-tua, serta persiapan masa tua.


1

8. Keluarga Lanjut Usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti

penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara

hidup, menerima kematian pasangan dan mempersiapkan

kematian, serta melakukan life review masa lalu.


1

2.1.6 Peran Perawat Keluarga

Perawat keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukkan

kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan

keluarga yang sehat. Peran dan fungsi perawat dalam keluarga :

(Friedman, 2010)

1. Pendidik kesehatan

Perawat mengajarkan secara formal maupun informal

kepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

2. Pemberi Pelayanan

Perawat bertugas memberi asuhan keperawatan kepada

anggota keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan

terhadap pelayanan pembinaan yang diberikan guna

meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.

3. Advokat Keluarga

Mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan

dan akses untuk medapatkan pelayanan kesehatan.

4. Penemu Kasus (epidiomologis)

Perawat juga mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan

muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan

dan pengawasan penyakit.

5. Peneliti

Mengidentifikasi masalah praktik dan mencari

penyelesaian melalui inestigasi ilmiah secara mandiri


1

maupun kolaborasi.

6. Manager dan Koordinator

Perawat juga berperan mengelola dan bekerja saama

dengan anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan social,

serta sector lain untuk mendapatkan akses pelayanan

kesehatan.

7. Fasilitator

Menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi

masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

8. Konselor

Perawat juga berperan sebagai konsultan bagi keluarga

untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan

keluarga atau masyarakat terhadap sumber yang

diperlukan.

9. Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan

Memodifikasi lingkungan agar dapat ,emingkatkan

mobilitas dan menerapkan asuhan secara mandi.


1

2.2 Konsep Dasar Artritis Gout

2.2.1 Definisi

Arthritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme

akibat penumpukkan asam urat kristal pada sendi dan jaringan

ikat tophi. Menurut onsetnya arthritis gout dibagi menjadi dua

yaitu episode akut dan kronik.Secara epidemiologi, variasi

preolensi dipengaruhi lingkungan, pengaruh genetic dan pola

makan (Firestein, 2009).

Peningkatan asam urat didalam darah lebih dari 7,0 ml/dl

untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita adalah hiperurisemia yang

didefinisikan sebagai gangguan metabolism arthritis gout

( Widyanto, 2014), berlebihan paling banyak terdapat di sendi

dalam bentuk kistal monosodium urat. Mekanismeny7a sampai saat

ini belum diketahui. Kristal monosodium urat ini akan

menyebabkan inflamasi. Penimbunan kristal urat dan serangan yang

berulang akan menyebabkan terbentuknya endapat kapur putih yaitu

tofi/ tofus (tophus) ditulang rawan dan kapsul sendi (Aspiani, 2014).

2.2.2 Patofisiologi

Peningkatan kadar asam urat dapat disebabkan oleh

pembentukan berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat ataupun

keduanya. Asam urat merupkan hasil akhir protein yang kita

konsumsi yang diubah menjadii purin, purin akan difiltrasi secara


2

bebas oleh glomerolus dan diresorpsi kemudian diekskresikan di

nefron distal dan dikeluarkan melalui urin. Pada penyakit gout

terdapat gangguan keseimbangan metabolism dari asam urat

tersebut, yitu :

1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.

2. Penurunan eksresi asam urat sekunder, salah satu

contohnya karena gagal ginjal.

3.Peningkatan produksi asam urat, misalnya karena

disebabkan tumor atau peningkatan sintesis purin.

4.Terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau minuman

yang mengandung purin.

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan

meningkatkan kadar asam urat. Asam urat merupakan suatu zat

yang memiliki kelarutan yang sangat rendah, sehingga cenderung

membentuk kristal. Penimbunan asam urat yang berlebihan paling

banyak terdapat di sendi dalam bentuk kistal monosodium urat.

Mekanismenya sampai saat ini belum diketahui. Kristal

monosodium urat ini akan menyebabkan inflamasi. Penimbunan

kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan

terbentuknya endapat kapur putih yaitu tofi/ tofus (tophus) ditulang

rawan dan kapsul sendi (Aspiani, 2014).


2

2.2.3 Etiologi

Penyebab dari arthritis gout meliputi usia, jenis kelamin,

riwayat medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alcohol. Pria

memiliki resiko arthritis gout lebih tinggi dibandingkan wanita.

Perkembangan arthritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak

terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian

asrthritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah

usia 60 tahun (Widyanto, 2014).

Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa

factor, contohnya yaitu pola makan dan gaya hidup. Pola makan

meliputi frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah makanan.

Resiko terjadinya arthritis gout akan meningkat jika disertai

dengan pola konsumsi makan yang tidak seimbang. Banyaknya

makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar resiko

terkena arthritis gout (Lumunan et.al, 2015). Gaya hidup

merupakan pola tingkah laku sehari-hari yang patut dijalankan

oleh suatu kelompok social ditengah masyarakat. (Ridhoputrie

et.al, 2019).

Obesitas dan indeks massa tubuh berkontribusi secara

signifikan dengan resiko arthritis gout. Resiko arthritis gout

meningkat tiga kali lipat untuk pria yang indeks massa tubuh 35

atau lebih besar (Widyanto, 2014).


2

2.2.4 Penatalaksanaan

2.2.4.1 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi adalah upaya untuk memulihkan

kesehatan orang yang sedang sakit menggunakan obat-obatan.

Rute pemberian obat meliputi (Djamaludin. 2017) :

1. Rute pemberian obat secara oral atau melalui mulut

2. Rute pemberian obat secara parenteral, merupakan

jalur dimana obat dimasukkan kedalam tubuh pasien

menggunakan jarum suntik.

3. Rute pemberian obat secara topikal adalah pemberian

obat secara lokal pada kulit atau pada membran pada

area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rektrum.

Ada dua jenis pengobatan terhadap arthritis gout, yaitu

menghilangkan penyebabnya (terapi kausatif) dan meringankan

gejalanya (terapi simtomatis). Terapi kausatif arthritis gout adalah

sebagai berikut :

Farmakologi (Aspiani, 2014) :

1. Untuk pencegahan, menggunakan obat-obatan

urikonsurik yaitu probenezid 0,5 gram/hari

2. Dengan allopurinol yaitu untuk menghambat enzim

xantn oksidase sehingga mengurangi pembentukan

asam urat dengan dosis 100 mg 2 kali/hari.


2

3. Kolkisin

Merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan

arthritis gout maupun pencegahan dengan dosis lebih

rendah. Efek samping yang sering ditemui

diantaranya sakit perut, diare, mual atau muntah-

muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap

kristil urat dengan menghambat kemotaksis sel

radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 ml/jam sampai nyeri,

mual, diare hilang.

4. OAINS

Semua jenis OIANS dapat diberikan yang paling

sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal

indometasin 25-50 mg, setiap 8 jam diteruskan

sampai gejala menghilang (5-10 hari).

5. Kortikosteroid

Untuk pasien yang tidak dapat memakai OIANS oral,

jika sendi yang terserang

monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif,

contohnya triamsinolon 10-40 mg intra artikullar

untuk gout poli artikular, dapat diberikan secara

intravena (metilpredinsolon 40 mg/hari). Mengingat

kemungkinan terjadi arthritis septic, maka dilakukan

aspirasi sendi dan sedian arpus gram dari cairan sendi

sebelum diberikan kortikosteroid (Mansjoer,2009).


2

Terapi simtomatis untuk meringankan gejala arthritis gout

salah satunya adalah nyeri. Beberapa contoh terapi farmakologi

simtomatis untuk meringankan nyeri adalah sebagai berikut (Aris,

2018) :

1. Non-Steroidal Anti Inflamatory Drugs (NSAID)

a. Ibuprofen

1. Aksi

Prototipe dari asam propionik NSAIDS (COX-1)

inhibitor dengan aktivitas nonsteroid antiinflamatory

dan signifikan sebagai antipiretik dan analgesik.

Menghambat sintesis prostaglandin, menghambat sel

inflamasi kemotaksis, mengurangi pengeluaran

superoksida radikal.

2. Indikasi

1) Gejala rematoid arthritis reumatoid dan

osteoartritis kronis

2) Mengurangi nyeri ringan-sedang

3) Dismenprea

4) Mengurangi demam

3.Kontraindikasi

1) Pasien dengan urtikaria, rinitis

berat, bronkospasme, angioedema, polip

nasal
2

2) Ulkus peptikum, pendarahan abnormal

3) Aman digunakan untuk ibu hamil dan menyusui

4. Dosis

Anti-inflamasi

PO : 400-800 mg 3-4 x sehari (tidak lebih dari

3200mg/hari) (dewasa)

PO : 30-5- mg/kg/hari dibagi kedalam 3-4 dosis

(maksimal 2,4 g/hari) (anak).

2. Diclofenac Pottasium / Sodium

1. Aksi

Menghambat siklooksigenase sehingga mengurangi

sintesis prostaglandin.

2. Indikasi

1) Gejala nyeri pada rematoid artritis, osteoartritis,

ankylosing spondilitis

2) Gout akut, bursitis, mialgia, skiatika, tendinitis

3) Sprain, strain, dismenor, nyeri kepala, migraine,

dental

4) Bedah minor, nyeri postpartum kolik renal /

empedu
2

3. Kontraindikasi

1) Hipersensitif terhadap diclofenac

2) Pasien dengan urtikaria, rinitis berat,

bronkospasme, angioedema, syok

3) Ibu hami dan menyusui

4. Dosis

Analgesik/antidismenorea

PO : 100 mg inisial, selanjutnya 50 mg 3x1 secukupnya.

2.2.4.2 Terapi Non-Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan intervensi keperawatan

secara mandiri untuk mengurangi gejala nyeri pada klien arthritis

gout dengan menggunakan terapi kompelemter, melakukan

latihan isometrik :

Non-Farmakologi :

1. Terapi Komplementer

1) Kompres Hangat jahe

Menurut Azwar salah satunya dengan

menggunakan terapi herbal.(2012) dengan

memanfaatkan bahan-bahan herbal yang dikenal

turun temurun oleh masyarakat dapat menurunkan

nyeri, salah satunya adalah jahe (Wilda &

Panorama, 2020). Jahe mempunyai banyak khasiat

yaitu dapat menurunkan rasa nyeri pada penyakit


2

nyeri sendi atau asam urat. Pemberian kompres

hangat jahe dapat memperlancar sirkulasi darah

dalam tubuh dan dapat mengurangi nyeri. Hal

tersebut dikarenakan respon tubuh terhadap panas

yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolism jaringan. (Susanto dan Fitriana, 2017).

2) Kompres Hangat

Kompres air hangat menjadi salah satu dari

beberapa terapi non farmakologis komplementer

untuk menurunkan intensitas nyeri, suhu panas

diketahui bisa meminimalkan ketegangan otot.

Setelah otot rileks, rasa nyeri akan berangsur

hilang (Laila,2011). Kompres hangat dengan

menggunakan botol kompres atau buli-buli yang

telah diisi air hangat dan dikompreskan di daerah

yang terasa nyeri selama 20 menit merupakan

suatu terapi sederhana penghantar hangat yang

bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, spasme,

dan iskemia (Arovah, 2010). Menurut penelitian

yang dilakukan Wahyu-ningsih tahun 2013,

menghasilkan kesimpulan setelah dilakukan

kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan

nyeri pada penderita asam urat (Mellynda, 2016)


2

3) Diet Rendah Purin

Asam urat merupakan hasil metabolisme di

dalam tubuh yang kadarnya tidak boleh berlebihan,

setiap orang memiliki asam urat didalam tubuhnya

karena setiap metabolisme normal akan dihasilkan

asam urat, sedangkan faktor makanan dan senyawa

lain yang banyak mengandung purin. Purin

ditemukan pada semua makanan yang

mengandung protein. Sangatlah tidak mungkin

untuk menyingkirkan semua makanan yang

mengandung protein. Diet rendah purin juga

membatasi lemak, karena lemak cenderung

membatasi pengeluaran asam urat. Apabila

penderita asam urat tidak melakukan diet rendah

purin, maka akan terjadi penumpukkan kristal

asam urat pada sendi bahkan bisa pada ginjal yang

dapat menyebabkan batu ginjal (Damayanti, 2012).

Hal ini membuktikanpentingnya diet rendah purin

bagi penderita asam urat, makanan yang

mengandung purin terbagi menjadi 3 kelompok

yaitu : (1) Tinggi purin yaitu makanan yang harus

dihindari oleh penderita asam urat karena memiliki

kandungan kadar purin tinggi yaitu 100-1000 mg

purin dalam bahan makanan.


2

Makanan yang memiliki kandungan purin tinggi

terdapat pada bebek, sarden, kornet, kerang,

jeroan, alkohol, tape, durian,dan alpukat, (2) Purin

sedang yaitu makanan yang sebaiknya dibatasi

untuk dikonsumsi oleh penderita asam urat. Kadar

purin sedang mengandung 10-99 mg purin.

Makanan yang berkadar purin dapat dikonsumsi


1/2
maksimal 50-70 g atau 1-1 potong atau satu

mangkok (100gr) perhari. Makanan tersebut antara

lain daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe,

bayam, daun singkong, (3) Rendah purin yaitu

makanan yang bebas untuk dikonsumsi karena

kadar purinnya rendah, misalnya ubi, jagung, roti

dan bihun (amayulis, 2013).

4) Rebusan air serei

Tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan

yaitu dengan kompres hangat dengan handuk.

Terapi kompres hangat dapat melebarkan

pembuluh darah dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot, sehingga intenssitas nyeri

berkurang (Potter Perry, 2001 dalam Priharyanti

2016). Terapi kompres hangat tersebut dapat

dikombinasikan dengan herbal yaitu rebusan serai

(Handayani, 2015). Tanaman serai sendiri


3

memiliki banyak kandungan kimia yaitu

mengandung 0,7 % minyak atsiri dengan tiga

komponen penting yaitu geraniol (20%), sitronelol

(66-85%) (Agusta,2002).

5) Latihan Isometrik

Latihan Isometrik merupakan salah satu

pengobatan non-farmakologi untuk membantu

menurunkan kadar asam urat dalam tubuh serta

dapat memperbaiki metabolisme tubuh (Wahyuni,

2019). Pemberian terapi latihan menimbulkan

manfaat meningkatnya mobilitas sendi,

memperkuat otot yang menyokong sendi. Latihan

isometrik tidak menyebabkan peradangan, tekanan,

dan kerusakan tulang (Azizah,2011).


3

2.2.4.3 Literature Review Terkait Topik/Tema Penelitian

2.2.4.3.1 Konsep

Bab ini dapat menjelaskan teori (atau teori-teori) yang

relevan dengan teori terapi non-farmakologi menggunakan

terapi herbal, dengan pemberian kompres hangat jahe.

Tinjauan pustaka ini dapat pula berisi uraian tentang data

sekunder yang diperoleh dari jurnal- jurnal ilmiah atau hasil

penelitian dan laporan studi kasus pihak lain yang dapat

dijadikan asumsi-asumsi atau memberikan pandangan dan

sintesis yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk

mengatasi masalah atau meningkatkan layanan asuhan

keperawatan. Metode yang digunakan menggunakan studi

literatur dari berbagai artikel ilmiah yangrelavan. Metode ini

digunakan dengan tujuan menambah pemahaman dan

pengetahuan tentang topic yang dibahas dengan cara

meringkas topic pembahasan. Metode ini memberikan

informasi fakta atau analisis baru dan tinjauan literature yang

relavan kemudian membandingkan hasil tersebut dalam

membahas permasalahan yang menjadi topik karya tulis

ilmiah.
3

2.2.4.3.2 Literature Review terkait topik/tema penelitian

Bagian ini berisi analisis terhadap literatur hasil

penelitian terkait dengan topik penelitian sejumlah minimal

10 artikel yang dipublikasikan maksimal 10 tahun terakhir.

Literatur hasil penelitian yang dimaksud adalah artikel

publikasi hasil penelitian original bukan publikasi review

artikel. Untuk mempermudah analisis artikel yang telah

terkumpul masukan kedalam tabel.

2.2.4.3.3 Hasil Pencarian dan Seleksi Literature review

Google schoolar, Jurnal Ners Airlangga merupakan

database yang digunakan untuk mencari literature ini.

Kemudian memasukkan kata kunci “Kompres jahe hangat

untuk mengurangi nyeri” dan memilih 10 jurnal ilmiah

berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti.

Jurnal tidak boleh memiliki tahun terbit dibawah tahun 2012,

serta memakai bahasa indonesia ataupun bahasa inggris.

2.2.4.3.4 Database Digunakan Untuk Studi Literature

Data yang dipergunakan untuk peneliti ini yaitu data

sekunder didapat dari hasil penelitian sebelumnya dan bukan

berasal dari pengamatan secara langsung. Google Schoolar,

Jurnal Ners Airlangga meupakan database yang digunakan

untuk mencari sumber data sekunder baik berupa artikel

maupun jurnal yang terkait.


3

2.2.4.3.5 Analisis Data Studi Literature

Literature review disentesis memakai cara naratif dengan

menggolongkan data hasil seleksi yang dinilai mampu

menjawab tujuan dari peneliti ini. Jurnal penelitian yang

sinkron dengan tolok ukur dibuat resume jurnal melipiti

prnulis,, tahun terbit, judul, metode penelitian yang

dipergunakan meliputi desain penelotian, sampling variabel,

instrument dan analisis, hasil penelitian serta database.


3

Tabel 2.1 Daftar Artikel/Jurnal Ilmiah Literature Review

Penulis Tahun Volume Judul Metode (Desain, sampel, Hasil Penelitian


variabel, instrumen,
No analisis)

1 Anita, Jenican Jurnal Ilmiah Vol 6, Pengaruh Pemberian D = Pre-eksperimen Hasil penelitian ini menyatakan skala
Astanta, Boi Keperawatan N0 2 Kompres Hangat nyeri responden pre test (sebelum)
Olifu Lafau, Imelda, Memakai Parutan Jahe S = Total sampling dilakukan pemberian kompres hangat
Tiarnids Merah (Zinger Officinale memakai parutan jahe merah dengan
Nababan. (2020) Roscoe Var Eybrum) V: mayoritas responden memiliki skala nyeri
Terhadap Penurunan berat berjumlah 14 responden(56%) dari
Skala Nyeri Pada VI = Pengaruh pemberian 25 responden (100%).Data skala nyeri
Penderita Gout Arthriris kompres hangat memakai responden post test (sesudah) dilakukan
Di Panti Jompo Yayasan parutan jahe merah (Zinger pemberian kompres hangat memakai
Guna Budi Bakti Medan officinale roscoe van parutan jahe merah dengan mayoritas
2020 rubrum) responden memiliki skala nyeri rimgan
sebanyak 17 responden (68%) dari 25
VD = Penurunan skala
responden (100%). Dari data diatas
nyeri pada penderita gout
menunjukkan bahwa ada pengaruh
arthritis di Panti Jompo
terhadap pemberian kompres hangat
Yayasan Guna Budi Bakti
memakai parutan jahe merah terhadap
Medan
penurunan skala nyeri pada pasien gout
I = Lembaran observasi arthritis di Panti Jompo Yayasan Guna
menggunakan skala nyeri Bakti Medan Tahun 2020.
VAS (Visual Analog Scale)

A = Uji Paired t-test dan


Uji Wilcoxon Sign Rank
Test

2 Rusnoto, Noor JIKK Vol. 6 Pemberian Kompres Jahe D = Quasy Eksperimen Hasil penelitian tersebut menunjukkan
Cholifah, Indah No.1 Untuk Meringankan bahwa dari total 30 penderita nyeri asam
Skala Nyeri Pada Pasien urat sebelum dilakukan tindakan kompres
3

Retnosari (2015) Asam Urat Di Desa S = Total sampling hangat memakai jahe di desa
Kedungwungu Kedungwungu Kecamatan tegowanu
Kecamatan Tegowanu V: Kabupaten Grobogan mempunyai skala
Kabupaten Grobongan nyeri rata-rata 6,00 9nyeri sedang) dengan
VI =Manfaat pemberian skala nyeri tertinggi 8 (nyeri hebat) dan
kompres hangat memakai skala nyeri terkecil 3 (nyeri ringan).
jahe Setelah dilakukan tindakan menunjukkan
bahwa dari 30 penderita nyeri asam urat
VD = Penurunan skala mempunyai skala nyeri rata-rata 3,67
nyeri pada pasien yang (nyeri ringan) dengan skala tertinggi 6
terkena asam urat di desa (nyeri sedang) dan skala terkecil 2 (nyeri
Kedungwungu Kecamatan ringan). Pada uji peringkat bertanda
Tegowanu kabupaten wilcoxon didapat bahwa nilai hasil p value
Grobogan. 0.000 (p,0.05) sehingga H0 ditolak
disimpulkan bahwa ada pengaruh
I = Checklist , gambar
pemberian kompres hangat memakai jahe
skala nyeri
untuk meringankan skala nyeri pada
A = Uji perangkat bertanda pasien asam urat di desa Kedungwungu
wilcoxon Kecamatan Tegowanu Kbupaten
Grobogan.

3 Siska 2012 Pengaruh Kompres Jahe D = Pra-Eksperimen Hasil penelitian tersebut menyatakan
Damaiyanti, Try Hangat Terhadap setelah dilakukan kompres jahe hangat
Yuliana Siska Penurunan Intensitas S = Total sampling dengan jahe 20 gram dan 1 lier
Nyeri Arthritis air,didapatkan hasil keseluruhan lanjut
Rhematoid Pada Lanjut V: usia mengalami penurunan intensitas nyeri
Usia Di Panti Sosial dengan rata-rata penurunan intensitas nyeri
Tresna Werdha Kasih VI = Pengaruh kompres sebesar 2,21. Dengan uji t-test didapat
Sayang Ibu Kanagarian jahe hangat nilai t sebesar 13,509 (t=tabel=1,8331),
Cubadak Batu Sangkar dengan nilai signifikansi = 0,000.
VD = Penurunan insentitas
2012
nyeri arthritis rhematoid
pada lanjut usia Di Panti
Sosial Tresna Werdha
Kasih Sayang Ibu
Kanagarian Cubadak Batu
Sangkar

I = kuesioner yang
dilakukan melalui
wawancara dengan hasil
3

ukur skala nyeri numeric


rating scale (NRS)

A : Uji t-test

4 Andi Saifah Jurnal Vol. 4 Pengaruh Kompres D = Pra-Eksperimental Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Kesehatan No.3 Hangat Air Rebusan Jahe anggota keluarga berperan sangat baik
Tadulako Merah Terhadap Keluhan S = Total Sampling sebagai caregiver dalam melakukan
Penyakit Sendi Melalui kompres hangat air rebusan jahe, sehingga
(2018) Pemberdayaan Keluarga V: sebagian besar (93,3%) pasien mengalamii
nyeri sedsng sebelum diberikan perlakuan
VI =Pengaruh kompres
kompres hangat air rebusan jahae dan
hangat air rebusan jahe
sebagian besar (63,3%) nyeri hilang
merah oleh anggota
setelah intervensi serta tidak terdapat lagi
keluarga (caregiver)
nyeri berat. Durasi nyeri sendi terbanyak
VD = Mengurangi atau pada kelompok 30 menit sebesar 70%
menghilangkan keluhan sebelum intervensi dan 19 orang (63,3%)
penyakit sendi hilang nyeri sendi setelah kompres hangat
air rebusan jahe. Sebagian kecil (16,7%)
I = Lembar observasi rentang gerak menurun (agak kaku) dan
semua (100%) pasien mengalami “rasa”
A = Uji Wilcoxon sensasi berat seperti ditusuk-tusuk sebelum
intervensi dan sebaliknya semua (100%)
rentang gerak maksimal lagi meningkat
dan hampir semua (99%) mengalami
sensasi ringan pada persendian setelah
diberikan kompres. Berdasarkan uji
Wilcoxon dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan intensitas nyeri, durasi nyeri
dan kualitas/sensasi nyeri sendi yang
bermakna sebelum dan setelah perlakuan
karena semua nilai ρ < 0,05.
3

5 Risman Tunny, Health Notions Vol.2 The Effect Of Warm D = Pre-Eksperiment Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Jayanti Djarmi, No.7 Ginger Compress terdapat efek kompres hangat jahe
Yusni (2018) Toward Pain Level Of S = Random terhadap penurunan nyeri asam urat.
Tambipessy Arhritis Gout Sufferer in Dimana nilai skala nyeri asam urat
Waimital Village, Sampling V : sebelum dilakukan perlakuan adalah nyeri
Kairatu Subdistrict, berat sebanyak 13 orang, sedangkan nyeri
Westof Seram Regency. VI = The effect of warm sedang 15 orang. Sedangkan nilai skala
ginger compress nyeri setelah diberikan perlakuan kompres
hangat jahe adalah 16 orang merasakan
VD = Toward pain level of
nyeri ringan, serta 12 orang mengalami
arthritis gout sufferer
nyeri sedang.
I = Visual analog scale
(Vas), kuisioner

A = Uji wilcoxom signed


rank test

6 Devi Ratna Putri, Jurnal Ilmiah Vol. 8 Perbedaan Pemberian D = Studi Kasus Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Ratna Kusuna Keperawatan No. 1 Kompres Air Hangat skala nyeri sebelum diberi terapi kompres
Astuti Dengan Kompres Jahe S = Probability sampling air hangat pada lansia didapatkan nilai
(2020) Terhadap Penurunan skala 6 dan skala nyeri sebelum diberi
Nyeri Rematik Pada V : terapi kompres jahe didapatkan nilai skala
Lansia : Studi Kasus 6. Skala nyeri sesudah diberi terapi
VI = Pemberian kompres kompres air hangat selama 7 hari
air hangat dengan kompres didapatkan nilai skala 4 sedangkan skala
jahe yeri sesudah diberi terapi kompres jahe
selama 7 hari didapatkan nilai skala 3.
VD = Penurunan nyeri
rematik pada lansia di desa
blukukan, colomadu,
Karanganyar.

I = Visual Analog Scale


(VAS)
3

A = Skala nyeri

7 Zuriati PKP Vol. 2, Efektifitas Kompres Air D = Quasy Eksperimen Hasil penelitian tersebut membuktikan
No. 2 Hangat Dan Kompres bahwa nilai rata-rata kelompok kompres
2017 Jahe Terhadap S = Accidental air hangat sebelum perlskuan 6,75 dan
Penurunan Nyeri Pada setelah dilakukan perlakuan sebesar 5,58
Pasien Asam Urat Di Sampling V : terdapat selisih perbedaan sebelum dan
Puskesmas Lubuk sesudah perlakuan 1,167. Hasil uji statistik
Begalung Tahun 2017 VI = Efektifitas kompres dengan uji t-independen nilai ρ = 0,002
hangat dan kompres jahe yang artinya secara signifikan terdapat
perbedaan sebelum dan stelah diberikan
VD = Penurunan skala
kompres air hangat terhadap akala nyeri
nyeri pada pasien asam urat
pada pasien asam urat. Sedangkan pada
I = Pretest-postest kelompok perlakuan kompres jahe rata-
rata skala nyeri asam urat sebelum
A = Uji t-independen perlakuan adalah 6,75 dan setelah
diberikan perlakuan kompres jahe menjadi
4,75 . Selisih perbedaan skala nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan
sebesar 2, dimana nilai ρ value = 0,000
yang artinya secara signifikan terdapat
perbedaan sebelum dan setelah diberikan
kompres jahe terhadap skala nyeri pada
pasien asam urat. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa kompres jahe lebih
efektif menurunkan nyeri asam urat
dibandingkan dengan kompres air hangat
dalam menurunkaan nyeri asam urat.

8 Anna R. R. E-Jurnal Vol. 4 Pengaruh Pemberian D = Pre - Eksperimen Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Samsudin, Rina Keperawatan No. 1 Kompres Hangat terdapat pengaruh kompres hangat
Kundre, Franly Memakai Parutan Jahe S = Purposive Sampling memakai parutan jahe merah terhadap
Onibala (2016) Merah (Zingiber penurunan skala nyeri asam urat. Sebelum
Officinale Roscoe Var V: diberikan intervensi skala nyeri pada 30
Rubrum) Terhadap responden tersebut adalah pada skala 3
Penurunan Skala Nyeri VI = Pengaruh pemberian terdapat 14 orang responden, dan pada
Pada Penderita Gout kompres hangat memakai skala 4 terdapat 11 responden, pada skala
Arthritis Di Desa Tateli parutan jahe 5 terdapat 4 responden, dan pada skala 5
Dua Kecamatan VD = Perubahan skala terdapat 1 responden. Sedangkan setelah
Mendolang Kabupaten nyeri pada penderita gout dilakukan tindakan pemberian kompres
3

Minahasa arthritis hangat memakai parutan jahe merah


didapatkan hasil skala nyeri terhadap 30
I = Observasi Pretest- responden adalah skala nyeri 1 sebanyak 1
postest responden, skala nyeri 2 terdapat 16
responden, skala nyeri 3 terdapat 12
A = Uji Signed Ranks Test responden, dan skala nyeri 6 terdapat 1
responden. Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum diberikan tindakan kompres
hangat memakai parutan jahe merah
setengah jumlah responden ada ditingkat
nyeri ringan sebanyak 16 orang setelah
diberikan tindakan sebagian responden
berada pada tingkat nyeri ringan sebanyak
29 orang.

9 Enji Meilia Era Jurnal Ners Vol. 14 The Effect Of D = Quasy Eksperimen Hasil penelitian ini menyatakan dengan
Pertiwi, Sidik No. 2 Combination Therapy Of diberikan kombinasi kompres hangat jahe
Awaludin, Annas (2019) A Warm Ginger Stew S = Convenience sampling dan pijatan di titik Ki.3 akupressure dapat
Semeru Compress and Ki.3 Point menurunkan derajat nyeri asam urat.
Acupressure On the pain V: Dimana rata-rata nyeri pada kelompok
Level Of Gout Arthritis percobaan sebelum diberikan tindakan
VI = The effect of
Patients In Indonesia yaitu 6,5 sedangkan setelah pemberian
combination therapy of a
tindakan adalah 4,8. Dan pada kelompok
warm ginger stew compress
pembanding diberikan terapi kompres
and Ki.3 point acupressure
hangat jahe saja tanpa pijatan sebelum
VD = Paint level of gout diberikan tindakan rata-rata nyerinya 5,
arthritis patients in lalu setelah diberikan tindakan rata-rata
Indonesia nyeri menjadi 3,9. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri
I = Numerical Rating antara kedua kelompok, tetapi pada
Scale(NRS), kuisioner kombinasi kompres hangat jahe dan
pijatan di titik Ki.3 akupressur penurunan
A = Independent T-Tes, tingkat nyerinya lebih tinggi yaitu sebesar
and Mann Whitney test 1,7 dan pada kelompok kontrol 1,1,

10 Zakinah Arlina Jurnal Vol. 9 Pengaruh Pemberian D = Pre-Eksperimen Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Kesehatan dan No. 18 Kompres Hangat terdapat pengaruh kompres hangat
Pembangunan Memakai Parutan Jahe S = Total Sampling memakai parutan jahe merah terhadap
Merah Terhadap penurunan nyeri asam urat. Dimana nilai
Penurunan Skala Nyeri rata-rata sebelum diberikan kompres jahe
4

(2018) Pada Wanita Lansia V: merah adalah 6,76 dengan standart


Penderita Gout Arthritis devisiasi adalah 0,908. Sedangkan setelah
Di PSTW Tresna Wedha VI = Pengaruh Pemberian diberikan tindakan nilai rata-rata 3,44
Teratai Palembang Kompres Hangat Memakai dengan standart devisiasi 1,439.
Tahun 2018 Parutan Jahe Merah

VD = Penurunan Skala
Nyeri Pada Wanita Lansia
Penderita Gout Arhritis

I = Numerial Rating Scale


(NRS), Observasi,
kuisioner

A = Uji t-test, uji


Wilcoxon, uji shapiro-wilk.
4

2.2.4.3.2.1 Analisis Penelitian

Membuat ringkasan pada setiap artikel yang dipilih kedalam

bentuk tabel, lalu menyajikan analisis yang meliputi kesamaan,

perbedaan, perbandingan, dari berbagai referensi tersebut serta

memberikan pandangan atau pendapat.

Tabel 2.2 Pemberian kompres hangat jahe terhadap penurunan tingkat nyeri
asam urat
Pemberian kompres hangat Sumber empiris utama
jahe
Bahwa pemberian kompres Anita et al., (2020), Samsudin
hangat memakai parutan jahe et al., (2016), Saifah (2018),
merah dapat menurunkan Arlina (2018)
skala nyeri pada penderita
arthritis gout.

Bahwa pemberian kompres Damaiyanti et al., (2012),


hangat memakai jahe dapat Rusnoto et al., (2015),Tunny et
menurunkan nyeri pada al. (2019) Pertiwi et al., (2019)
penderita artritis
rhematoid,arthritis gout.

Perbedaan pemberian Putri et al,. (2020), Zuriati


kompres hangat dengan (2017)
kompres jahe terhadap
penurunan nyeri rhematoid,
arthritis gout
4

Penelitian Anita et al.,2020 dengan judul “ Pengaruh Pemberian Kompres

Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zinger Officinale Roscoe var Rubrum)

Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Panti

Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2020” Kompres jahe merah

merupakan terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri gout arthritis. Jahe merah memiliki kandungan senyawa gingerol dan

shogod yaitu senyawa panas pedas pada jahe merah yang memiliki sifat anti

inflamasi non steroid. Pemberian kompres hangat memakai parutan jahe

merah terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gout arthritis. Penelitian ini

menyatakan skala nyeri responden pre test (sebelum) dilakukan pemberian

kompres hangat memakai parutan jahe merah dengan mayoritas responden

memiliki skala nyeri berat berjumlah 14 responden(56%) dari 25 responden

(100%).Data skala nyeri responden post test (sesudah) dilakukan pemberian

kompres hangat memakai parutan jahe merah dengan mayoritas responden

memiliki skala nyeri rimgan sebanyak 17 responden (68%) dari 25 responden

(100%). Dari data diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap

pemberian kompres hangat memakai parutan jahe merah terhadap penurunan

skala nyeri pada pasien gout arthritis di Panti Jompo Yayasan Guna Bakti

Medan Tahun 2020.


4

Penelitian Rusnoto (2015) dengan judul “Pemberian Kompres Hangat

Memakai jahe Untuk Meringankan Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di

Desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan” Jahe sudah

sering digunakan masyarakat didesa kedungwungu. Jahe sering digunakan

masyarakat desa kedungwungu untuk meredakan rasa perut yang tidak

nyaman seperti kembung. Kompres hangat memakai jahe juga dapat

meringankan skala nyeri pada pasien asam urat didesa kedungwungu.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari total 30 penderita nyeri asam urat

sebelum dilakukan tindakan kompres hangat memakai jahe di desa

Kedungwungu Kecamatan tegowanu Kabupaten Grobogan mempunyai skala

nyeri rata-rata 6,00 9nyeri sedang) dengan skala nyeri tertinggi 8 (nyeri hebat)

dan skala nyeri terkecil 3 (nyeri ringan). Setelah dilakukan tindakan

menunjukkan bahwa dari 30 penderita nyeri asam urat mempunyai skala nyeri

rata-rata 3,67 (nyeri ringan) dengan skala tertinggi 6 (nyeri sedang) dan skala

terkecil 2 (nyeri ringan). Pada uji peringkat bertanda wilcoxon didapat bahwa

nilai hasil p value 0.000 (p,0.05) sehingga H0 ditolak disimpulkan bahwa ada

pengaruh pemberian kompres hangat memakai jahe untuk meringankan skala

nyeri pada pasien asam urat di desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu

Kbupaten Grobogan.

Penelitian Damaiyanti et al., 2012 dengan judul “Pengaruh Kompres Jahe

Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lanjut

Usia Di Panti Sosial Tresna Wedha Kasih Sayang Ibu Kanagarian Cubadak
4

Batu Sangkar 2012” Kompres jahe hangat adalah pengobatan non-

farmakologis alternatif untuk menguragi intensitas nyeri dan rasa nyeri yang

dirasakan oleh lanjut usia yang menderita arthritis rhematoid. Hasil penelitian

tersebut menyatakan setelah dilakukan kompres jahe hangat dengan jahe 20

gram dan 1 lier air,didapatkan hasil keseluruhan lanjut usia mengalami

penurunan intensitas nyeri dengan rata-rata penurunan intensitas nyeri sebesar

2,21. Dengan uji t-test didapat nilai t sebesar 13,509 (t=tabel=1,8331), dengan

nilai signifikansi = 0,000.

Penelitian Saifah, 2018 dengan judul “Pengaruh Kompres Hangat Air

Rebusan Jahe Merah Terhadap Keluhan Penyakit Sendi Melalui

Pemberdayaan Keluarga” Kompres hangat air rebusan jahe merah adalah

terapi komplementer alternative sebagai treatment penyakit sendi. Jahe

dipercaya dapat mengatasi beberapa keluhan penyakit persendian karena

berfungsi sebagai anti inflamasi menurunkan nyeri. Penelitian ini menyatakan

bahwa anggota keluarga berperan sangat baik sebagai caregiver dalam

melakukan kompres hangat air rebusan jahe, sehingga sebagian besar (93,3%)

pasien mengalamii nyeri sedsng sebelum diberikan perlakuan kompres hangat

air rebusan jahae dan sebagian besar (63,3%) nyeri hilang setelah intervensi

serta tidak terdapat lagi nyeri berat. Durasi nyeri sendi terbanyak pada

kelompok 30 menit sebesar 70% sebelum intervensi dan 19 orang (63,3%)

hilang nyeri sendi setelah kompres hangat air rebusan jahe. Sebagian kecil

(16,7%) rentang gerak menurun (agak kaku) dan semua (100%) pasien

mengalami “rasa” sensasi berat seperti ditusuk-tusuk sebelum intervensi dan

sebaliknya semua (100%) rentang gerak maksimal lagi meningkat dan hampir
4

semua (99%) mengalami sensasi ringan pada persendian setelah diberikan

kompres. Berdasarkan uji Wilcoxon dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

intensitas nyeri, durasi nyeri dan kualitas/sensasi nyeri sendi yang bermakna

sebelum dan setelah perlakuan karena semua nilai ρ < 0,05.

Penelitian Tunny et al., 2018 dengan judul “The Effect Of Warm Ginger

Compress Toward Pain Level Of Arhritis Gout Sufferer in Waimital Village,

Kairatu Subdistrict, West of Seram Regency”. Kompres hangat yaitu tindakan

mandiri perawat dalam upaya mengurangi suhu tubuh. Kompres jahe hangat

dapat meredakan nyeri asam urat. Ini adalah pengobatan tradisional atau terapi

alternatif untuk mengurangi nyeri gout. Ini mengandung enzim cylo-oksigen

yang mampu mengurangi peradangan serta memiliki efek farmakologis

sensasi terbakar dan pedas, dimana panas ini dapat menghilangkan rasa sakit,

kekakuan dan kekejangan otot. Penelitian ini memiliki 28 responden. Dimana

yang mengalami nyeri ringan adalah 3,6 %, nyeri sedang adalah 42,9 %, nyeri

berat 46,4%, dan nyeri sangat berat adalah 7,1 %. Sebelum diberikan

intervensi skala nyeri responden adalah 46,4% dengan kategori nyeri berat

adalah 13 orang, dan nyeri sedang sebanyak 15 orang. Sedangkan setelah

diberikan intervensi skala nyeri rata-rata adalah 57,1% dengan skala nyeri

ringan 16 orang dan nyeri sedang 12 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

setelah diberikan perlakuan kompres hangat jahe sebanyak 16 orang berada

pada tingkat nyeri ringan. Hasil Uji Wilcoxon diperoleh ρ value = 0,000.

Dengan demikian, H0 ditolak berarti ada korelasi yang signifikan antara

kompres jahe hangat dengan penurunan penderita arthritis gout di Desa

Waimital, Kecamatan Kairatu, Barat.


4

Penelitian Putri et al., 2020 dengan judul “Perbedaan Pemberian Kompres

Air Hangat Dengan Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Rematik Pada

Lansia : Studi Kasus”. Tindakan kompres sesuai dengan aturan dapat

menurunkan tingkat nyeri. Kompres dapat meningkatkan suhu jaringan dan

sirkulasi darah lokal, yang dapat menghambat produk metabolisme inflamasi

seperti prodtaglandin, bradikinin dan histamine sehingga dapat mengurangi

nyeri. Penelitian ini menyatakan bahwa skala nyeri sebelum diberi terapi

dibandingkan dengan kompres air hangat dalam menurunkaan nyeri asam urat.

Penelitian Samsudin, 2016 dengan judul “Pengaruh Pemberian Kompres

Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var

Rubrum) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Artritis Di

Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa”. Manfaat

tanaman jahe untuk pengobatan tidak banyak diketahui oleh masyarakat,

padahal jahe sudah diteliti bisa untuk memulihkan nyeri sendi yang dirasakan

seseorang. Seringkali jahe ini dipadukan dengan kompres hangat yang

berkhasiat meredakan nyeri pada bagian yang membutuhkan misalnya pada

bagian sendi kaki ataupun tulang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe merah terhadap penurunan

skala nyeri asam urat. Sebelum diberikan intervensi skala nyeri pada 30

responden tersebut adalah pada skala 3 terdapat 14 orang responden, dan pada

skala 4 terdapat 11 responden, pada skala 5 terdapat 4 responden, dan pada

skala 5 terdapat 1 responden. Sedangkan setelah dilakukan tindakan

pemberian kompres hangat memakai parutan jahe merah didapatkan hasil

skala nyeri terhadap 30 responden adalah skala nyeri 1 sebanyak 1 responden,

skala nyeri 2 terdapat 16 responden, skala nyeri 3 terdapat 12 responden, dan

skala nyeri 6 terdapat 1 responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum


4

diberikan tindakan kompres hangat memakai parutan jahe merah setengah

jumlah responden ada ditingkat nyeri ringan sebanyak 16 orang setelah

diberikan tindakan sebagian responden berada pada tingkat nyeri ringan

sebanyak 29 orang.

Penelitian Pertiwi et al., 2019 dengan judul “The Effect Of Combination

Therapy Of A Warm Ginger Stew Compress and Ki.3 Point Acupressure On

the pain Level Of Gout Arthritis Patients In Indonesia”. Pengobatan jahe

merah adalah pengobatan non farmakologis yang bisa bermanfaat dalam

meredakan nyeri gout. Penelitian ini menyatakan dengan diberikan kombinasi

kompres hangat jahe dan pijatan di titik Ki.3 akupressure dapat menurunkan

derajat nyeri asam urat. Dimana rata-rata nyeri pada kelompok percobaan

sebelum diberikan tindakan yaitu 6,5 sedangkan setelah pemberian tindakan

adalah 4,8. Dan pada kelompok pembanding diberikan terapi kompres hangat

jahe saja tanpa pijatan sebelum diberikan tindakan rata-rata nyerinya 5, lalu

setelah diberikan tindakan rata-rata nyeri menjadi 3,9. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat penurunan tingkat nyeri antara kedua kelompok, tetapi pada

kombinasi kompres hangat jahe dan pijatan di titik Ki.3 akupressur penurunan

tingkat nyerinya lebih tinggi yaitu sebesar 1,7 dan pada kelompok kontrol 1,1.

Penelitian Arlina, 2018 dengan judul “Pengaruh Pemberian Kompres

Hangat Memakai Parutan Jahe Merah Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada

Wanita Lansia Penderita Gout Arthritis Di PSTW Tresna Wedha Teratai

Palembang Tahun 2018. Kompres hangat jahe merah adalah kombinasi terapi

hangat dan relaksasi yang memiliki efek menguntungkan pada pasien dengan

nyeri sendi. Penggunaan jahe dalam bentuk kompres lebih aman daripada

penggunaan ekstrak jahe secara langsung. Penelitian ini menyatakan bahwa

terdapat pengaruh kompres hangat memakai parutan jahe merah terhadap


4

penurunan nyeri asam urat. Dimana nilai rata-rata sebelum diberikan kompres

jahe merah adalah 6,76 dengan standart devisiasi adalah 0,908. Sedangkan

setelah diberikan tindakan nilai rata-rata 3,44 dengan standart devisiasi 1,439.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

2. Riwayat Kesehatan

3. Keluhan Utama

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

5. Riwayat Kesehatan Masalalu

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

7. Pemeriksaan Fungsi Motorik

8. Kamampuan Mobilitas

Tabel.2.3 Tingkat Aktivitas atau Mobilitas


Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,


Tingkat 3
dan peralatan

Tingkat 4
Sangat twegantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
9. Kemampuan Ruang Gerak

Pengkajian rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah

seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

Tabel 2.4 Kemampuan Ruang Gerak


Gerak Sendi Derajat Rentang Normal
Bahu 180
Adduksi : Gerakan lengan ke
lateral dari posisi samping ke atas
kepala, telapak tangan menghadap
ke posisi yang paling jauh.

Siku
Fleksi : Angkat lengan bawah ke 150
arah depan dan ke arah menuju
bahu.

Pergelangan Tangan
Fleksi : Tekuk jari tangan ke arah
bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi : Luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari
tangan ke arah belakang sejauh 80-90
mungkin.
Abduksi : Tekuk pergelangan 70-90
tangan ke sisi ibu jari ketika
telapak tangan menghadap ke atas.
Adduksi ; Tekuk pergelangan
tangan ke arah kelingking, telapak 0-20
tangan menghadap ke atas.

Tangan dan Jari


30-50
Fleksi : Buat Kepalan tangan.
Ekstensi : luruskan jari.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari
tangan ke belakang sejauh
mungkin.
90
Abduksi : Kembangkan jari
90
tangan.
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan
30
dari posisi abduksi.

20

20

10. Perubahan Intoleransi Aktivitas

11. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditemukan kekuatan secara bilateral atau

tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :

Tabel 2.5 Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Skala Presentase Kekuatan Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi
atau dilihat.
Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
2 25
topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi.
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal.
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh.

12. Perubahan Psikologis


2.3.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tes Strip Asam Urat

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisa dari hasil pengkajian

terhadap masalah dlam tahap perkembangan keluarga, struktur keluarga,

fungsi-fungsi keluarga, lingkungan keluarga, koping keluarga baik yang

bersifat resikomaupun actual, maupun sejahtera dimana perawat memiliki

wewenanguntuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan

keluarga. Semua berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga

(Mubarak,2012)

Merumuskan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan

keluarga meliputi problem atau masalah, etiologi atau penyebab dan sign

atau tanda dan selajutnya dikenal dengan PES.

1) Problem, atau masalah (P) masalah yang mungkin muncul pada

penderita arthritis gout

2) Etiology atau penyebab (E)

Penyebab dari diagnosis keperawatan pada asuhan keperawatan

keluarga berfolus pada 5 tugas kesehatan keluarga yang meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan.

2. Mengambil keputusan yang tepat.

3. Merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Memodifikasi lingkungan.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil

pengkajian.

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan

masalah medis arthritis gout menurut SDKI tahun 2017 yaitu :

1. (D.0077 / D.0078) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit.

2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik akibat kekakuan sendi

karena penumpukkan kristal asam urat pada penderita arthritis

gout berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.

3. (D. 0143) Resiko jatuh akibat penurunan kekuatan ekstremitas

pada penderita arthritis gout berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit.

4. (D.0111) Defisit pengetahuan keluarga tentang pemyakit

arthritis gout berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan.


Hal diatas merupakan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

pada pasien arthritis gout, namun yang perlu diperhatikan disini bahwa

diagnose keperawatan keluarga sangat berbeda dengan diagnosa

keperawatan yang pada umumnya. Diagnosis keperawatan keluarga

dianalisa dari hasil pengkajian terhadap masalah dlam tahap

perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga,

lingkungan keluarga, koping keluarga baik yang bersifat resiko maupun

aktual, maupun sejahtera. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

diagnose keperawatan keluarga yang mungkinmuncul adalah :

1. Manajemen keluarga tidak efektif

Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak efektif

untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.

2. Manajemen kesehatan tidak efektif

Pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah

kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak

memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.

3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Ketidakmampuan keluarga mengidentifikasi, mengelola dan

menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

4. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang

dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta

kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.

5. Penurunan koping keluarga


Ketidakefektifan keluarga didalam mendukung, dan memberikan

rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat anggota

keluarga yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi

masalah kesehatan.

6. Ketidakberdayaan

Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi

hati secarasignifikan, persepsi kurang control ke situasi saat ini

atau yang akan datang.

7. Ketidakmampuan koping keluarga

Perilaku anggota keluarga yang membatasi kemampuan dirinya

dank lien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang

dihadapi klien.
2.3.4 Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang

didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang

mengacu pada penyebab.Selanjutnya merumuskan tindakan-tindakan

keperawatan yang akan dilakukan yang berkiblat pada criteria dan sandart.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan

keperawatan keluarga berikut ini :

1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.

2. Rencana keperawatan harus realistik.

3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah

instansi kesehatan.

4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan

menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan

keluarga adalah kriteria, bobot, dan pembenaran. Kriteria prioritas masalah

keperawatan keluarga adalah berikut ini :

1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan

melihat kategori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah

diagnosis keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan

risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.

2. Kriteria kedua adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini

dapat ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya

keluarga, sumber daya perawatan yang tersedia, dan dukungan


masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah ini skornya

terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan

tidak dapat dengan skor 0.

3. Kriteria ketiga adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat

ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah,

dan tindakan yang sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri

atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan rendah

dengan skor 0.

4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat

ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melhat masalah.

Penilaian dari kriteria ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak

perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan dengan skor 0.

Cara perhitungannya sebagai berikut :

1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah

keperawatan yang terjadi. Skor yang ditemukan akan dibagi dengan

nilai tertingi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria.

Bobot merupakan niali konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa

diubah (Skor / angka tertinggi x bobot).

Penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga

Berikut ini akan diuraikan rencana tindakan berdasarkan tugas kesehatan

keluarga adalah sebagai berikut :

1. Rencana tindakan untuk membantu keluarga dalam rangka

menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah

keperawatan keluarga adalah memperluas dasar pengetahuan


keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari

situasi yang ada, menghubungkan antara kebutuhan kesehatan

dengan sasaran yang telah ditentukan, dan mengembangkan sikap

positif dalam menghadapi masalah.

2. Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat menentukan

keputusan yang tepat, sehingga dapat menyelesaikan masalahnya

yaitu berdiskusi dengan keluarga.

3. Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan kepercayaan

diri dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang

sakit.

4. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang menunjang kesehatan, antara lain dengan

membantu keluarga mencari cara untuk menghindari adanya

ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,

membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada,

menghindari ancaman psikologis dengan memperbaiki fasilitas fisik

yang ada, menghindari ancaman psikologis, dll.

5. Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus

mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya

yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya.


2.4 Hubungan antar konsep

Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep dan variabel-variabel yang diamati. Kerangka

konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini :


Faktor yang mempengaruhi
nyeri pada penderita arhritis gout : Penyebab nyeri arthritis gout :
Usia Penumpuk kristal asam urat
Jenis Kelamin Mekanisme peradangan
Riwayat medikasi Kerusakan
Sirkulasi darah daerah radang Sendi
meningkat
Obesitas 10.Konsumsi purin dan
alkohol
Kekakuan Sendi

Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efekt


Penatalaksanaan Nyeri

1. Terapi Non Farmakologis

- Terapi kompres hangat jahe


Kurangnya pengetahuantentang sifat dan perkembang perawatankelua
2. Terapi Nonfarmakologi mengurangi nyeri dengan terapi non farmakologias
Tidak rutin kontrol ke fasiltas

Keterangan :

= Diamati

= Pengaruh

= Tidak diamati

Gambar 2.1 Hubungan antar konsep


Pada gambar kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa faktor yang

mempengaruhi nyeri pada pasien arthritis gout meliputi umur, dan jenis

kelamin. Pada tahapan fisiologis nyeri tingginya asam urat menumpuk

didalam sendi . Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan sendi

menjadi kaku, akibat dari kekakuan sendi tersebut nosiseptor bereaksi terhadap

rangsangan lalu melepaskan zat kimia seperti prostatglandin, bradikinin, dan

subtansi lalu menghantarkan ke saraf perifer yang selanjutnya dikirimkan

sinyal nyeri lewat medulla spinalis ke hipotalamus sehingga persepsi nyeri

dapat dirasakan. Didalam perjalanannya nyeri dihantarkan lewat empat tahap

yaitu tranduksi, tranmisi, persepsi, dan modulasi. Dalam pemberian terapi

kompres hangat jahe difokuskan pada dua tahap awal yaitu tranduksi dan

tranmisi. Pada tahap tranduksi, jahe memiliki kandungan gingerol dan shoagol

yang dapat memberikan rasa panas hangat pada kompres sehingga dapat

menghambat terbentuknya prostaflandin sebagai mediator nyeri. Pada saat

nosiseptor melepaskan zat kimia seperti prostaglandin, bradikinin kompres

hangat jahe dapat menurunkan nyeri dengan tahap tranmisi, dimana kompres

hangat jahe memberikan sensasi hangat dan dapat menghambat pengeluaran

mediator inflamasi seperti sitokinin pro inflamasi, kemokin dapat menurunkan

sensitivitas nosiseptor sehingga rasa nyeri berkurang.


BAB III

METODE

3.1 Metode

Metode pendekatan yang digunakan dalam penuisan ini meliputi dua

metode, yang pertama adalah menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan

studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan

berbagai sumber informasi . Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara

serta menganalisa pasien dari pengkajian, menetapkan diagnosa, menyusun

intervensi, melakukan implementasi, sampai evaluasi keperawatan. Partisipan

berjumlah satu orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan format asuhan

keperawatan keluarga dengan kasus arthritis gout.

Kedua mengunakan metode studi literatur dari berbagai jurnal ilmiah.

Metode ini digunakan dengan tjuan menambah pemahaman dan pengetahuan

tentang topik yang dibahas yaitu kompres hangat jahe dengan cara meringkas

topik pembahasan. Metode ini memberikan informasi fakta atau analisis baru

dan tinjauan literatur yang relavan kemudian membandingkan hasil tersebut.

Untuk strategi pencarian literature menggunakan PICOS framework.

61
6

3.2 Teknik Penulisan

Teknik penulisan menggambarkan gaya penyajian informasi dalam tulisan

ilmiah (Tamsuri & Cahyono, 2014). Teknik penulisan yang digunakan dalam

penyusunan karya tulis studi kasus ini adalah deskriptif (Tamsuri &

Cahyono,2014). Dalam studi kasus deskriptif ini menggambarkan asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah utama anggota keluarga penderita

arthritis gout (Ny.S) keluarga Tn. N.

Arthritis gout adalah salah satu penyakit metabolisme yang disebabkan

oleh penumpukan asam urat kristal pada sendi dan jaringan ikat tophi. Kadar

asam urat yang tinggi didalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan

penumpukan asam urat kristal didalam sendi dan jaringan tophi.

Studi kasus dengan menggunakan Asuhan Keperawatan adalah rangkaian

proses keperawatan pada individu yang mengalami gangguan metabolism

dengan melalui pengkajian, penetapan diagnosis, menyusun perencanaan,

melakukan implementasi dan melakukan evaluasi keperawatan.

3.3 Waktu dan Tempat Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan dalam tiga kali kunjungan, dirumah keluaarga

partisipan di Wilayah Jombang, Jawa Timur pada 7 Desember 2020 sampai 9

Desember 2020.
6

3.4 Alur Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja atau alur kerja menggambarkan tahapan-tahapan pokok

yang dilalui untuk menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah (Tamsuri,2017)

Alur kerja ini adalah :

Melakukan pengkajian : Identitas pasien, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwaya

Melakukan analisa data : data subjektif dan data objektif

Menentukan Diagnosis Keperawatan Keluarga

Menentukan Intervensi Keperawatan : OTEK

Melakukan Implementasi Keperawatan

Melakukan Evaluasi Keperawatan : SOAP

Gambar 3.1 Alur Kerja Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah

Keperawatan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Pada Anggota

Keluarga Penderita Arthritis Gout


6

3.5 Etika
Etika adalah aspek-aspek etik yang dipergunakan untuk menjadi
pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien hingga
dengan proses dokumentasi yang dilakukan (Tamsuri & Cahyono,2014).
Dalam melakukan asuhan keperawatan ini, menekankan masalah etika
meliputi :
1. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama pada lembar pengkajian yaitu pada kolom
identitas. Lembar tersebut hanya diberikan nama inisial sebagai
gantinya.
2. Confidentiality ( kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dan ketenangan yang diberikan kepada
klien yang diberikan asuhan keperawatan dijamin oleh perawat.
3. Voluntary ( keikhlasan)
Keikhlasan adalah suatu kesediaan dan kesabaran yang sangat
dibutuhkan dalam proses keperawatan demi kelancaran asuhan
keperawatan dan demi terjalinnya hubungan saling percaya antara
perawat dank lien.
4. Beneficence
Memberikan kemudahan dan kesenangan kepada pasien untuk
mengambil keputusan positif untuk memaksimalisasi akibat baik
daripada hal yang buruk.
5. Non malficence
Suatu prinsip yang mana seorang dokter atau perawat tidak
melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih
pengobatan yang paling kecil resiko bagi pasien sendiri.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam bab ini menguraikan fakta-fakta yang ditemui dalam pemberian

asuhan keperawatan. Analisa dan data yang ditemukan, serta rancangan tindakan

yang dilakukan. Pada bab ini hasil pengkajian di paparkan secara naratif dan

detail namun berfokus diungkapkan data senjang dan dianalisis untuk kemudian

ditarik masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Pada bab ini juga

dipaparkan tentang intervensi, implementasi hingga evaluasi keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan Ny.S keluarga Tn.N pada tanggal 7 Desember

2020 di rumah keluarga Tn.N

4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien dengan proses pengumpulan data

yang sistematis dari berbagai sumberuntuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien (lyer et al.,1996). Oleh karena itu pengkajian yang benar,

akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan

suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan respon individu.. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data

tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik

65
6

kesehatan, tujuan, dan nilai hidup dan gaya hidup yang dilakukan klien

(Potter and Perry, 2009).

4.1.1 Identitas Umum Keluarga

1. Identitas Kepala Keluarga

Identitas umum keluarga, nama kepala keluarga Tn.N, umur

53 tahun klien berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam.

Bersuku Jawa, dam memiliki pendidikan terakhir SMA, bekerja

sebagai wiraswasta (penjual pulsa). bertempat tinggal di

Jombang.

2. Komposisi Keluarga

Tabel 4.1 Komposisi Keluarga Tn. N

No Nama L/P Umur Hub-Keluarga Pekerjaan Pendidika

1 Ny.S P 55 tahun Ibu Ibu rumah SMA

tangga

2 Sdr.A L 26 tahun Anak Penjual SMA

kopi

3 Nn.A P 22 tahun Anak Mahasiswi D3


6

3. Genogram

Gambar 4.1 Genogram Keluarga

Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien
6

= Menikah

= Anak kandung

= Bercerai

= Tinggal dalam satu rumah

Ny. S merupakan anak tunggal. Ny.S menikah dengan Tn.N

anakke-4 dari 8 bersaudara, dan memiliki 2 anak yaitu Sdr. A dan

Nn. A. Ny.S tinggal bersama Tn.n dan kedua anaknya dalam satu

rumah.

4. Type Keluarga

1) Jenis type keluarga

Jenis tipe keluarga ini adalah nuclear family (Keluarga

Inti) terdiri dari Tn.N , Ny. S, Sdr. A dan Nn.A. Tn. S dan Ny.

S status menikah sah secara hukum dan agama. Memiliki dua

orang anak. Anak pertama laki-laki yaitu Sdr. A, anak

kedua perempuan yaitu N.n A.

2) Masalah yang terjadi dengan type nuclear family

Sering terjadi kesalahpahaman dan pertengkaran karena

jarang ada komunikasi.


6

5. Suku Bangsa

Asal suku bangsa yang dimiliki keluarga Tn.N adalah

Jawa-Indonesia.Kebudayaan yang dianut keluarga Tn.N tidak

bertentangan dengan masalah kesehatan, namun Ny.S

mengatakan terkadang keluarganya mengkonsumsi minuman

herbal buat sendiri. Ny.S dan Tn.N setiap hari mengkonsumsi

itu. Ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, maka

keluarga akan memeriksakan ke rumah sakit. Dalam

berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa jawa.

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

Agama yang dianut oleh keluarga Tn.N adalah islam. Ny.S

mengatakan Tn.N sering menginggatkan anaknya untuk sholat.

Tn.N juga rajin sholat berjamaah di masjid. Ny.S mengatakan

juga mengikuti pengajian di tempat tinggalnya.

7. Status sosial ekonomi keluarga

Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. N, Sdr A dan

Nn.A. Pada saat ini Tn.N bekerja sebagai penjual pulsa,

setelah di phk, sdr.A sebagai penjual kopi, Nn.A online

shop.Penghasilan keluarga Tn.N sebagai berikut : Penghasilan

seluruhnya dari Tn.N Rp. 900.000/bulan. Sdr. A Rp.

1.000.000/bulan dan Nn. A > Rp. 3.500.000. Tidak ada

upaya lain. Harta benda yang dimiliki keluarga Tn.N adalah


7

motor 2, 1 buah rumah, rekening tabungan, dan beberapa

perabotan lainnya.

Ny.S mengatakan untuk kebutuhan dikeluarkan untuk biaya

dapur Rp. 900.000/bulan, listrik Rp. 50.000/bulan

8. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga tidak memiliki jadwal kegiatan rekreasi Ny.S

mengatakan rekreasi keluar rumah waktu hari raya idul fitri

saja, berkunjung kerumah saudara.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :

Tahap perkembangan keluarga Tn.N saat ini adalah keluarga

dengan anak dewasa. Keluarga belum dapat melakukan

pemenuhan kebutuhan perkembangan keluarga dengan anak

dewasa. Hal ini terjadi karena keluarga Tn.N belum mampu

mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga. Hal ini

dibuktikan dengan Ny.S mengatakan sering terjadi pertengkaran.

Tetapi Ny.S mengatakan bila ada yang sakit, saling membantu

satu sama lain.


7

2. . Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini :

1) Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini :

1. Tn. N sebagai kepala keluarga jarang sakit, namun Tn.N

pernah mengalami resiko batu ginjal. Tapi sekarang

sudah sehat, Karena Tn.N sekarang rajin minum air

putih.

2. Ny. S mengatakan mempunyai riwayat penyakit

hipotensi dan asam urat. Sekarang yang sering kambuh

adalah asam urat. Ny.S mengatakan sekarang merasakan

nyeri dikaki kanan sehingga susah untuk bergerak karena

asam urat.

3. Sdr.A tidak pernah sakit yang serius, hanya flu saja.

4. Nn. A mempunyai riwayat hipotensi, maag dan pernah

operasi usus buntu. Waktu dekat ini sedang mengalami

asam urat dan resiko DM. Sering erasa nyeri kepala,

pegal-pegal, merasa berat di pundak dan leher, serta

nyeri di persendian bawah serta kram. Namun sekarang

sudah sehat.

2) Riwayat Penyakit Keturunan :

Ny. S mengatakan dari keluarganya ada riwayat penyakit

hipertensi dan jantung . Dari keluarga Tn.N memiliki

riwayat penyakit jantung, diabetes.


7

3) Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarga :

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


Kesehata (BCG/Polio/DPT/ Kesehatan Yang
n HB/Campak) Telah
Dilakukan

1 Tn. N 53 tahun 60 kg Sehat Pernah, tapi lupa Tidak ada Tidak ada

2 Ny.S 55 tahun 75 kg Sakit Pernah, tapi lupa Ada Meminum


obat dari
dokter

3 Sdr.A 26 tahun 58 kg Sehat BCG/Polio/DPT/H Tidak ada Tidak ada


B/Campak

4 Nn.A 22 tahun 52 kg Sehat BCG/Polio/DPT/H Ada Tidak ada


B/Campak

4) Sumber Pelayanan Kesehatan Yang Dimanfaatkan

Ny. S mengatakan apabila ada salah satu anggota

keluarga yang sakit maka akan dibawa kerumah sakit.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

Ny. S mengatakan dirinya pernah mengalami

hipotensi, sampai tidak bisa beraktivitas sama sekali.

Hanya bisa berbaring ditempat tidur. Dan memiliki

riwayat asam urat. Keluhan itu sudah dirasakan sejak

berumur 40 tahun. Sedangkan Tn.N pernah mengalami

resiko batu ginjal, namun Tn. S tidak meminum obat

hanya meminum minuman herbal dan banyak

mengkonsumsi air putih.


7

6) Karakteristik Rumah

Rumah yang ditinggali keluarga Tn.N adalah rumah

sendiri. Luas rumah yaitu 9m x 6m = 54 m 2 type rumah

keluarga Tn.N 36. Terdiri dari 3 kamar tidur luas masing-

masing kamar 3x3, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 WC jarak

saptic tank 4m dari sumber air yang ada dirumah, 1 kamar

mandi, pembagian ruangan berdasarkan

kegunaannya.Terdapat 3 jendela ventilasi cukup baik.

Sumber air minum berasal dari isi ulang galon. Untuk

sampah keluarga Tn.n setiap hari ada tukang sampah

yang mengambilnya. Limbah RT untuk limbah cair

disalurkan saluran limbah disetiap rumah warga, untuk

limbah padat setiap hari ada tukang sampah yang

mengambilnya. Kebersihan lingkungan rumah yang

ditinggali keluarga Tn.N bersih dan terang karena

ventilasi cukup baik.


7

Dena Rumah :

Pagar

Halaman Depan

Halaman
Kamar 1
SampingRuang Tamu

Kamar 2

Kamar 3

Dapur
Kamar Mandi
WC

Gambar 4.2 Denah Rumah Keluarga Tn.N

7) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Kebiasaan keluarga Ny. S mengatakan sering berkumpul

dengan tetangga pada pagi hari. Setelah selesai

menyelsaikan pekerjaan rumah. Sedangkan Tn.N sering

menghabiskan waktunya dengan tetangga dekat tempat

kerja jual pulsanya, dari pada di rumah. Di lingkungan

tempat tinggal keluarga Tn. N terdapat kegiatan arisan

dan iuran wajib satu bulan sekali. Dan keluarga Tn.N


7

mengikuti kegiatan tersebut. Keluarga Tn.N juga

memiliki kebiasaan merayakan hari besar agama Islam

dengan rebana dan makan bersama. Dan saat ada tetangga

yang meninggal ada pengajian 7 harian dan seterusnya.

8) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. N merupakan penduduk asli. Ny. S

mengatakan Tn. N tidak pernah mengajak keluarganya

rekreasi keluar rumah, mungkin hanya saat hari raya idul

fitri saja ke rumah sanak saudara. Keluar rumah sehari-

hari untuk aktivitas sehari-hari saja.

9) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga Tn. N berinteraksi dengan bentuk perbincangan

dengan tujuan yang jelas. Ny. S sering berbincang

sebentar dengan tetangga di gang depan rumah setelah

melakukan pekerjaan rumah selesai. Perbincangan hanya

sebatas kebutuhan dapur, harga bumbu dapur. Keluarga

Tn. N tidak pernah ngerumpi atau ngobrol hal yang tidak

penting dengan tetangga. Ny.S terkadang juga mengikuti

kegiatan pengajian di tetangga sesama RT, ataupun

tetangga RT sebelah.
7

10) Sistem Pendukung Keluarga

Sistem pendukung keluarga Tn. N antara lain, anggota

keluarga, saudara, dan tetangga terdekat. Hal ini

dibuktikan dengan Ny. S mengatakan komunikasi yang

terjadi antara Tn. N dan Ny. S baik, karena setiap ada

permasalahan diselesaikan bersama-sama. Meskipun

sering terjadi pertengkaran.

4.1.2 Struktur Keluarga

1. Pola/ Cara Komunikasi Keluarga

Menurut perkataan Ny. S. Tn. N lebih sering menghabiskan

waktu di konter pulsa milik Tn. N dari pada bersama istri dan

anaknya. Namun Ny. S memahami karena Tn. N sedang bekerja

memenuhi kebutuhan keluarganya, yang sering menasehati

kedua anaknya yaitu Ny. S.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Tn. N karena

Tn. N adalah kepala keluarga, tetapi apabila ada masalah yang

menyangkut tentang anak. Anak tersebut akan diajak diskusi.

3. Struktur Peran (Peran masing-masing anggota keluarga)

Tn. N berperan sebagai kepala keluarga, pengatur rumah

tangga, pencari nafkah sepenuhnya untuk keluarga sebelum di

PHK. Namun setelah di PHK, kedua anaknya berusaha mencari

uang sendiri untuk kebutuhan sendiri dan membantu keluarga.


7

Ny. S berperan sebagai pengatur kebutuhan dapur keluarga dan

mengontrol keperluan keluarga. Sdr. A beperan sebagai anak

dan terkadang membantu perekonomian keluarga bila ada uang

lebih. Nn. A berperan sebagai anak dan mahasiwa.

4. Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga Tn. N menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam

keluarganya. Tn. N menyuruh keluarganya secara teratur

menjalankan ibadah. Selain itu aturan keluarga berdasarkan nilai

agama Islam.

4.1. 3 Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Ny. S mengatakan bahwa antara anggota keluarga berusaha

menjaga komunikasi. Hal ini dilakukan dengan cara berusaha

saling memahami, saling menyayangi, saling peduli, pada anak-

anaknya. Tn. N memberikan kebebasan memilih untuk anak-

anaknya, namun juga mengajarkan untuk harus siap mengambil

resikonya. Apa yang dipilih anaknya, harus siap menanggung

resikonya sendiri.

2. Fungsi Sosialisasi

Kerukunan hidup dalam keluarga Ny.S mengatakan antar

anggota keluarga sering terjadi pertengkaran, tapi hanya sebentar.

Hal itu sering terjadi karena Tn. N sosok yang tegas dan galak,

sehingga terkadang sering munculnya miskomunikasi. Tapi Ny.


7

S memaklumi dan menyadari bahwa tujuan Tn. N baik. Tn. N

bisa berinteraksi secara efektif saat tengah malam saat Tn. N

pulang bekerja. Anggota keluarga yang dominan dalam

pengambilan keputusan adalah Tn. N sebagai kepala keluarga.

Ny. S mengatakan bila ada waktu senggang dia membuat roti

bersama anaknya Nn. A dan Tn. N menghabiskan waktu

berkebun bunga. Sdr. A pergi keluar bersama teman-temannya.

Keluarga Tn. N berpartisipasi dalam kegiatan sosial yaitu

mengikuti kegiatan arisan, Tn. N aktif mengikuti kerja bakti.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit atau

masalah kesehatan keluarganya. Ny.S mengatakan mengetahui

terkait penyakit keturunan keluarga, sehingga Ny.S dan Tn.N

selalu menjaga pola makan dan rutin minum minuman herbal.

Dan selalu menginggatkan anaknya menjaga pola makan dan

pola hidup, namun yang susah untuk menjaga pola makan adalah

Nn. A, dia suka jajan dalam jumlah banyak dan sembarangan.

Ny.S juga mengatakan bila ada anggota keluarga yang sakit akan

diberikan obat apotik atau obat warung, jika sudah sakit yang

berat akan dibawa ke RS. Kemampuan keluarga untuk merawat

keluarga yang sakit cukup baik, untuk merawat anggota keluarga

yang sakit adalah tugas semua keluarga, biasanya dilakukan

bergantian. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah


7

yang sehat cukup baik, yang bertugas membersihkan rumah

adalah Ny.S dan Nn. A.

4. Fungsi Reproduksi

Sejak awal menikah Tn.A dan Ny.S berencana memiliki dua

anak. Ny.S dulu sebelum monopouse menggunakan program KB

dengan KB tablet selama 23 tahun. Ny. S menggunakan KB

tablet dikarenakan dulu menggunakan KB suntik menyebabkan

menstruasinya tidak selesai-selesai sehingga Ny.S pindah ke KB

tablet.

5. Fungsi Ekonomi

1) Upaya Pemenuhan Sandang Pangan

Ny.S mengatakan Tn. N selalu memberikan uang kepada

Ny.S belanja harian. Ny.S mengatakan uang belanjanya hanya

cukup untuk makan sehari-hari. Ny.S selalu memasak

masakan rumah sendiri, sedangkan untuk sandang beli di toko.

2) Pemanfaatan Sumber di Masyarakat

Ny.S mengatakan di lingkungan sekitar rumah ada tukang

sampah yang mengambil sampah setiap hari, tukang sampah

itu dari penduduk sekitar sendiri. Dan ada satpam penjaga dari

penduduk sekitar juga.


8

4.1.4 Stress Dan Koping Keluarga

1. Stressor Jangka Pendek

Ny.S mengatakan masalah yang dihadapi keluarga saat ini

adalah masalah ekonomi. Namun sekarang perekonomian sudah

dibantu kedua anaknya. Stressor jangka pendek yang dirasakan

keluarga Tn.N juga tentang kesehatan Ny.S yang sering

merasakan nyeri di kaki hingga terkadang sampai mengalami

kekakuan membuat Ny.S susah untuk berjalan.

2. Stressor Jangka Panjang

Tn. N dan Ny.S mengatakan masalah yang dipikirkan yaitu

tentang masa depan anak-anaknya. Stressor jangka panjang juga

dirasakan Ny.S yang takut jika asam uratnya kambuh terus

menerus sehingga menganggu aktivitas sehari-hari.

3. Respon Keluarga Terhadao Stressor

Ny.S mengatakan Tn.N dan dirinya sering menasehati anaknya

secara langsung jika melakukan kesalahan. Dan sering

mengatakan secara langsung bahwa beliau ingin anaknya sukses

dimasa mendatang. Tn.N juga selalu mengatakan bahwa jangan

lupa kewajiban kita sebagai seorang muslim.

4. Strategi Koping

Ny.S mengatakan untuk masalah perekonomian sudah tidak

sesulit dulu, karena anaknya sudah mencari nafkah sendiri-

sendiri. Dan dapat membantu perekonomian keluarga.


8

Apabila ada masalah Ny.S mengatakan selalu berdiskusi demgan

Tn. N. Dan keluarga Tn.N juga saling memberikan dukungan

dan semangat pada anggota keluarganya jika mengalami sakit.

5. Strategi Adaptasi Disfungsional

Ny.S mengatakan ketika salah satu anggota keluarganya

melakukan kesalahan Tn. N akan menegur dan memarahi. Tn.N

dan Ny.S selalu berbagi cerita kesehariannya ditengah malam

saat Tn. N sudah pulang kerja.

4.1.5 Keadaan Gizi Keluarga

Ny.S mengatakan dalam pemenuhan gizi keluarga dari hasil kerja Tn.N.

Ny.S mengatakan memasak dua jenis masakan lauk dan sayur untuk

keluarga.

4.1.6 Pemeriksaan Fisik

1. Identitas

Nama : Ny. S

Umur : 55 tahun

L/P : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

2. Keluhan Riwayat Penyakit Saat Ini

Ny.S mengatakan saat ini asam uratnya kambuh, sehingga

merasakan nyeri di kaki sampai Ny.S sulit berjalan normal dan

tertatih.Nyeri skala 8, nyeri dirasakan menetap tidak menyebar rasa


8

nyeri itu membuat kaki Ny.S seperi kaku. Kekakuan sendi semakin

hebat dirasakan setelah bangun tidur pagi hari, dan setelah duduk

atau tidak beraktivitas terlalu lama. Ny. S mengatakan penyakit

asam uratnya dari umur 40 tahun. Upaya yang dilakukan adalah

rutin minum minuman herbal.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Ny.S pernah mengalami penyakit hipotensi dan asam urat.

4. Tanda-Tanda Vital

TD = 110/90 mmHg

N = 90x/menit

RR = 20x/menit

S = 36,5 C

Tes asam urat = 8 mg/dl

5. System Cardio Vascular

Ny.S tidak tampak pucat, nadi radialis teraba teratur, bentuk

dada simetris tidak tampak adanya benjolan. Tidak ada keluhan

pada sistem ini. S1 S2 tunggal, tidak tampak ictus cordis, teraba

ictus cordis pada intercosta ke-5. Saat diperkusi terdapat bunyi

redup.

6. Sistem Respirasi

Hidung simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada lesi, tidak ada cuping hidung, rambut hidung merata,

mukosa hidung kering, tidak ada sinusitis , tampak menggunakan


8

pernafasan dada, suara nafas vaskular, tidak ada sesak, tidak ada

whezing, tidak ada ronchi , tidak ada batuk , saat dilakukan perkusi

duara paru sonor.

7. Sistem Gastrointestinal

Mukosa mulut lembab ,bibir tidak pecah-pecah, warna bibir pink

(merah muda), lidah bersih, timpani ada, bising usus 16x/menit,

hipertimpani tidak ada, tidak ada nyeri tekan.

8. Sistem Persyarafan

Refleks bisep baik, refleks trisep baik, sensori taktil baik, refleks

patela baik, refleks babinski baik.

9. Sistem Muskuloskeletal

Simetris, defermitas tidak ada, ada keluhan ekstremitas bawah

kanan terasa nyeri sehingga agak sulit digerakkan., adanya

bengkak di bagian belakang lutut kanan, tidak ada jejas. Kekuatan

otot 75 pada kaki kanan.

5 5

5 4

10.Sistem Genitalia

Tidak ada keluhan. Ny.S sudah mengalami monopuse.


8

4.1.7 Harapan Keluarga

Harapan keluarga terhadap masalah kesehatannya adalah agar

anggota keluarganya dapat menjaga pola hidup dan pola makan yang

sehat. Sehingga keluarganya terhindar dari penyakit berat. Dan

harapan keluarga untuk petugas kesehatan adalah keluarga berharap

petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

dan dapat membantu memulihkan kesehatan keluarga.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada kasus ini ditemukan dua diagnosa adalah

pertama manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, etiologinya

adalah ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

meliputi sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

ketidakmampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

secara optimal, ditandai dengan mengungkapkan kesulitan menjalankan

perawatan yang ditetapkan, Ny.S mengatakan penyakit asam uratnya

sudah diderita selama 14 tahun., Ny.S juga enggan untuk diet asam urat

karena makanan pantangan adalah makanan sehari-hari Ny.S.

Kedua kesiapan peningkatan koping keluarga. Etiologinya adalah

kondisi kronis arthritis gout yang sudah diderita oleh Ny.S selama 14

tahun., ditandai dengan anggota keluarga menetapkan sasaran untuk

meningkatkan hidup sehat.


8

4.3 Skoring
Tabel 4.3 Skoring Diagnosa Keluarga
No Kriteria Bobot Skor Pembenaran

1 Manajemen
Kesehatan
Keluarga Tidak
Efektif

a. Sifat Masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini aktual dan tidak


Tidak Sehat (1) sehat, karena masalah sering
terjadi. Ny.S mengatakan
nyaeri di kaki karena asam urat
yang beliau derita sejak 14
tahun.

b. Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Kemungkinan masalah diubah


masalah mudah, karena untuk
diobati : menghilangkan nyeri tidak
Mudah (2) dibutuhkan biaya pengobatan
yang mahal.

c. Potensi masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah untuk dicegahpun


dapat dicegah : tinggi karena untuk
Tinggi (3) penangganan nyeri karena
asam urat tnangganan nyeri
karena asam urat tidak
memerlukan biaya tinggi.

d. Menonjolnya 1 1/2 x 1 = 1/2 Masalah tidak segara


masalah tidak ditangani, karena Ny.S susah
segera untuk diit asam urat meskipun
ditangani (1) sudah diingatkan anaknya

Jumlah = 4 ½
= 4,5

2 Kesiapan
peningkatan
koping keluarga

a. Sifat masalah : 1 2/3 x 1 = 2/3 Ancaman ketidakmampuan


Ancaman (2) koping keluarga.

b.Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan masalah diubah


masalah diubah : mudah, karena untuk kesiapan
peningkatan koping keluarga
8

mudah (2) tidak membutuhkan tahap yang


rumit.

c.Potensi maslah 1 3/3 x 1 = 1 Sumber daya keluarga.


cepat

d.Menonjolnya 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak menyadari


masalah tidak masalah ini. Namun keluarga
dirasakan (0) sekarang inin meningkatkan
kesehatan keluarga.

Jumlah = 3 2/3
=3,67

4.4 Analisis Data

Mengacu pada hasil pengkajian dan observasi pada Ny.S di rumah

keluarga Tn.N. Penulis melakukan analisa data. Data fokus yang

didapatkan pada tanggal 7 Desember 2020, dibagi menjadi data

subjektif dan data obyektif.

1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

Diagnosa keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak

efektif dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) 2018

ditunjang dengan data subjektif dari hasil pengkajian diatas adalah

Ny.S mengatakan nyeri kanan, sehingga susah untuk berjalan dan

tertatih. Nyeri skala 8, nyeri dirasakan menetap tidak menyebar rasa

nyeri itu membuat kaki Ny.S seperi kaku. Kekuan sendi semakin

hebat dirasakan setelah bangun tidur pagi hari, dan setelah duduk

atau tidak beraktivitas terlalu lama. Ny.S mengalami asam urat sejak

umur 40 tahun. Ny. S menyatakan kontrol di Dokter bila sakit saja,

jika tidak ada keluhan tidak kontrol. Ny.S juga mengatakan enggan
8

untuk diet asam urat. Ny. S juga mengatakan ingin sembuh dari

penyakitnya. Data obyektif dari hasil pengkajian diatas adalah hasil

tes asam urat Ny.S adalah 8 mg/dl. Klien kooperatif, dan konsentrasi.

Etiologi munculnya data-data diatas dikarenakan ketidakmampuan

keluarga merawat keluarga yang sakit meliputi sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, ketidakmampuan

keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan secara optimal.

4.5 Intervensi Keperawatan

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018 dari masalah

keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

meliputi sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

ketidakmampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

secara optimal Ny.S mengatakan penyakit asam uratnya sudah diderita

selama 14 tahun., Ny.S juga enggan untuk diet asam urat karena

makanan pantangan adalah makanan sehari-hari Ny.S.

Sedangkan untuk intervensi keperawatannya sebagai berikut dengan

tujuan umum setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3 kali

kunjungan diharapkan kemampuan menangani masalah kesehatan

keluarga secara optimal untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota

keluarga, dengan kriteria hasil aktivitas keluarga mengatasi masalah

kesehatan tepat meningkat (5), verbalisasi kesulitan menjalankan


8

perawatan yang ditetapkan menurun (5). Intervensi keperawatan

menurut SIKI 2018 dari masalah keperawatan manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif adalah observasi meluputi identifikasi kebutuhan

dan harapan keluarga tentang kesehatan, identifikasi sumber yang

dimiliki keluarga, identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga,

gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga. Terapi meliputi

motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya

kesehatan, lakukanlah terapi non farmakologi. Edukasi meliputi

berikan penjelasan pada keluarga tentang asam urat : pengertian, tanda

gejala, faktor yang mempengaruhi dan pencegahan, komplikasi.

Kolaborasi meliputi anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

4.6 Implementasi Keperawatan

1. Pada hari senin tanggal 7 Desember 2020 di rumah keluarga Tn.N

tindakan yang dilakukan pada pukul 20.30 WIB adalah

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang

kesehatan, rasional untuk mengetahui kebutuhan dan harapan

keluarga tentang kesehatan. Pukul 20.35 WIB mengidentifikasi

sumber yang dimiliki keluraga, rasional untuk mengetahui sumber

yang dimiliki keluarga. Pukul 20.40 WIB memberikan penjelasan

pada keluarga tentang asam urat : pengertian, tanda gejala, faktor


8

yang mempengaruhi dan pencegahan, komplikasi, rasional agar

keluarga pasien dan pasien dapat mengenal penyakit yang diderita

oleh salah satu anggota keluarganya yaitu Ny.S. Pukul 21.00

WIB mengajarkan pada keluarga tentang kompres jahe hangat

menggunakan 20 gram jahe diparut dan 1 liter air hangat

dikompreskan selama kurang dari 15 menit, rasional agar keluarga

dapat melakukan terapi nonfarmakologi kompres hangat kahe

secara mandiri. Pukul 21.15 WIB menganjurkan untuk Ny.S pergi

periksa ke pelayanan kesehatan, rasional agar Ny.S mendapatkan

penangganan medis untuk memulihkan kesehatannya.

2. Pada hari selasa tanggal 8 Desember 2020 dirumah keluarga Tn. N

tindakan yang dilakukan pada pukul 10.00 WIB adalah

melakukan dan mengajarkan kompres jahe hangat menggunakan

20 gram jahe diparut dan 1 liter air hangat dikompreskan selama

kurang dari 15 menit, rasional untuk menurunkan nyeri dan untuk

mengetahui keberhasilan edukasi kompres hangat jahe. Pukul

10.10 WIB memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya jika

ada yang belum mengerti, tentang penjelasan asam urat kemarin.

Rasional agar pasien dan keluarga ,lebih faham tentang asam urat.

Pada pukul 10.30 WIB menginggatkan kepada keluarga untuk

memeriksa Ny.S secara teratur dan rutin ke pelayanan kesehatan,

rasional agar penyakit asam urat Ny.S dapat terkontrol dengan

baik.
9

3. Pada hari rabu tanggal 9 Desember 2020 dirumah keluarga Tn.N

tindakan yang dilakukan pada pukul 10.00 WIB adalah

melakukan kompres jahe hangat menggunakan 20 gram jahe

diparut dan 1 liter air hangat dikompreskan selama kurang dari

15 menit, rasional untuk menurunkan tingkat nyeri. Pukul 10.15

WIB mengevaluasi apakah keluarga bisa melakukan kompres

hangat jahe secara mandiri, rasional untuk mengetahui

keberhasilan edukasi cara kompres hangat jahe. Pukul 10.20 WIB

menginggatkan Ny.S untuk meminum obatnya yang didapatkan

setelah periksa ke pelayanan kesehatan, rasional agar keluhan yang

dirasakan menurun.

4.7 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 9 Desember 2020 di rumah

keluarga Tn. N pada pukul 20.30 WIB dengan evaluasi subjektif

keluarga klien mengatakan ingin semua anggota keluarganya sehati,

klien mengatakan memiliki rempah-rempah dirumah, keluarga Tn, N

mengatakan jauh lebih mengerti tentang asam urat, klien mengatakan

nyeri yang dirasakan menurun dari skala 8 menjadi 6, keluarga sedikit

mengerti tentang kompres jahe hangat, keluarga menngatakan besok

akan mengantar Ny.S periksa ke faskes. Evaluasi objektif keluarga

tampak mengerti dan antusias, keluarga dapat mengulang apa yang


9

telah disampaikan. Asesment masalah keperawatan manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif teratasi sebagian. Planning intervensi

dilanjutkan yaitu dengan mengevaluasi apakah keluarga bisa melakukan

kompres jahe hangat secara mandiri, menginggatkan klien untuk

meminum obat secara teratur yang telah diresepkan dokter SLKI

(Standar Luaran Keperawatan Indonesia) 2018 evaluasi asuhan

keperawatan keluarga arthritis gout dengan diagnosa keperawatan

manajemen kesehatan keluarga tidak efektif adalah kemampuan

menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat (5), aktivitas

keluarga mengatasi masalah


BAB V

PEMBAHASAN

Bab pembahasaan adalah bagian dari karya tulis ilmiah yang

memberikan paparan dan analisa terhadap seluruh hasil asuhan keperawatan

yang telah dilakukan. Pada bab ini penulis akan mencantumkan tentang

temuan (data dan fakta), serta disandingkan dengan teori yang ada, dan

sekaligus memberikan opini atau pandangan ketidaksingkronan antara data

dalam fakta dari tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada

tanggal 7 Desember 2020 di rumah keluarga Tn.N.

5.1 Pengkajian

Berdasarkan pengkajuan pada data dasar didapatkan identitas Ny.S

dari keluarga Tn.N yang berusia 55 rahun alamat Jombang, Jawa Timur.

Ny.S dikaji pada tanggal 7 Desember 2020 pukul 19.00 WIB di rumah

keluarga Tn.N dengan diagnosa medis Gout Atrhritis dengan hasil tes

asam urat 8 mg/dl.

Arthritis gout merupakan salah satu penyakit metabolisme akibat

penumpukkan asam urat kristal pada sendi dan jaringan ikat tophi.

Menurut onsetnya arthritis gout dibagi menjadi dua yaitu episode akut

dan kronik.Secara epidemiologi, variasi preolensi dipengaruhi

lingkungan, pengaruh genetic dan pola makan. (Firestein, 2009)

92
93

Peningkatan asam urat didalam darah lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria

dan 6,0 ml/dl untuk wanita adalah hiperurisemia yang didefinisikan

sebagai gangguan metabolisme arthritis gout ( Widyanto, 2014).

Berdasarkan analisa data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan pada klien penderita

arthritis gout berdasarkan onsetnya klien mengalami epidode kronik,

karena Ny.S sudah menderita arthritis gout selama 14 tahun. Hasil tes

asam urat Ny.S adalah 8 ml/dl.

Pada pengkajian keluhan saat ini klien mengatakan saat ini asam

uratnya kambuh, sehingga merasakan nyeri di kaki sampai Ny.S sulit

berjalan normal dan tertatih.Nyeri skala 8, nyeri dirasakan menetap tidak

menyebar rasa nyeri itu membuat kaki Ny.S seperi kaku. Kekuan sendi

semakin hebat dirasakan setelah bangun tidur pagi hari, dan setelah

duduk atau tidak beraktivitas terlalu lama. Nyeri klien bertambah ketika

dibuat untuk bergerak, karena kaki Ny.S mengalami kekakuan. Ny. S

mengatakan penyakit asam uratnya dari umur 40 tahun.

Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa factor,

contohnya yaitu pola makan dan gaya hidup. Pola makan meliputi

frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah makanan. Resiko

terjadinya arthritis gout akan akan meningkat jika disertai dengan pola

konsumsi makan yang tidak seimbang. Banyaknya makanan tinggi purin

yang dikonsumsi akan memperbesar resiko terkena arthritis gout

(Lumunan et.al, 2015).


94

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan pada klien yang

mengalami arthritis gout dikarenakan Ny.S setiap hari memakan

makanan yang mengandung tinggi purin, itulah yang menyebabkan

Ny.S enggan diet asam urat. Pola makanan Ny.S penderita arthritis gout

belum cukup baik dikarenakan diet asam urat adaalah makanan Ny.S

sehari-hari, menyebabkan Ny.S menderita arthritis gout selama 14

tahun.

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan

kadar asam urat. Asam urat merupakan suatu zat yang memiliki

kelarutan yang sangat rendah, sehingga cenderung membentuk kristal.

Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan

terbentuknya endapat kapur putih yaitu tofi/ tofus (tophus) ditulang

rawan dan kapsul sendi (Aspiani, 2014).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan pada klien yang

mengalami arthritis gout dengan keluhan merasakan nyeri dan kekuan

sendi dikarenakan penimbunan kristal urat. Pada pengkajian Ny. S

mengatakan merasakan nyeri di kaki sampai Ny.S sulit berjalan normal

dan tertatih.Nyeri skala 8, nyeri dirasakan menetap tidak menyebar rasa

nyeri itu membuat kaki Ny.S seperi kaku. Kekuan sendi semakin hebat

dirasakan setelah bangun tidur pagi hari, dan setelah duduk atau tidak

beraktivitas terlalu lama..


95

Fungsi perawatan kesehatan keluarga. Keluarga juga berfungsi

melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan maupun merawat anggota keluarga yang

sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga mengalami

gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga

professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan

individu dan keluarga (padila, 2012)

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan pada klien yang

mengalami arthritis gout selama 14 tahun. Fungsi perawatan keluarga

juga sangat berperan prnting dalam status kesehatan anggota

keluarganya. Dari pengkajian dapat diketahui bahwa keluarga Tn.S

memiliki dua masalah, yaitu pertama dalam merawat anggota keluarga

yang sedang mengalami masalah kesehatan meliputi sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keluarga hanya mengerti

nyeri arthritis gout hanya bisa diatasi dengan meminum obat. Kedua

kurang optimal menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Ny. S

periksa ke fasilitas kesehatan ketika sakit saja, tidak pernah kontrol rutin.

Hal ini yang mempengaruhi munculnya masalah kesehatan kronis

(arthritis gout) selama kurang lebih 14 tahun pada Ny. S.


96

5.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)

2018 diagnosa keperawatan pada kasus ini adalah manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif, etiologinya adalah ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit meliputi sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, ketidakmampuan keluarga untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan secara optimal, ditandai dengan

mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan.,

Ny.S mengatakan penyakit asam uratnya sudah diderita selama 14

tahun., Ny.S juga enggan untuk diet asam urat karena makanan

pantangan adalah makanan sehari-hari Ny.S. Seperti yang tertulis pada

bab sebelumnya (BAB II) yaitu terdapat 7 diagnosa keperawatan

krluarga yang mungkin muncul adalah manajemen keluarga tidak efektif,

manajemen kesehatan tidak efektif, pemeliharaan kesehatan tidak efektif,

kesiapan peningkatan koping keluarga, penurunan koping keluarga,

ketidakberdayaan, ketidakmampuan koping keluarga. Namun pada hasil

analisa data hanya ditemukan 2 diagnosa yaitu manajemen kesehatan

tidak efektif dan kesiapan peningkatan koping keluarga yang sesuai

teori.
97

5.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas program perawatan ,

ditandai dengan mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan

yang ditetapkan..

1. Intervensi keperawatan yang akan dilakukan menurut SIKI

(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018 dengan

tujuan umum setelah dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3

kali kunjungan diharapkan kemampuan menangani masalah

kesehatan keluarga secara optimal untuk memulihkan kondisi

kesehatan anggota keluarga, dengan kriteria hasil aktivitas

keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat meningkat (5),

verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan

menurun (5). Dari masalah manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif dilakukan pada hari senin tanggal 7 Desember

2020 di rumah keluarga Tn.N mengkaji keluarga Tn. N dan

mengobservasi riwayat perkembangan keluarga, riwayat

kesehatan keluarga struktur keluarga, fungsi keluarga, stress

dan koping keluarga, keadaan gizi, pemeriksaan fisik hingga

harapan keluarga. Dari hasil pengkajian diatas dapat

merumuskan diagnosa keperawatan yaitu manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif. Rencana tindakan yang akan

dilakukan adalah identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga


98

tentang kesehatan, identifikasi sumber yang dimiliki keluraga,

berikan penjelasan pada keluarga tentang asam urat :

pengertian, tanda gejala, faktor yang mempengaruhi dan

pencegahan, komplikasi, ajarkan pada keluarga tentang

kompres jahe hangat, memotivasi atau menganjurkan kepada

keluarga untuk memeriksakan Ny.S secara teratur dan rutin ke

faskes.

2. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018

intervensi yang diberikan kepada keluarga Tn.N yang

mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak efektif yang

dilakukan pada tanggal 8 Desember 2020 yakni melakukan

dan mengajarkan kompres hangat jahe, memberikan

kesempatan keluarga untuk bertanya jika ada yang belum

mengerti, tentang penjelasan asam urat kemarin,

menginggatkan kepada keluarga untuk memeriksa Ny.S

secara teratur dan rutin ke pelayanan kesehatan.


99

3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018

intervensi yang diberikan kepada keluarga Tn.N yang

mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak efektif yang

dilakukan pada tanggal 9 Desember 2020 yakni melakukan

kompres jahe hangat. Mengevaluasi apakah keluarga bisa

melakukan kompres hangat jahe secara mandiri.

Menginggatkan Ny.S untuk meminum obatnya yang

didapatkan setelah periksa ke pelayanan kesehatan.

Berdasarkan analisa data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan dalam hasil penelitian dari data yang ada karena ada

kesuaian antara fakta dan teori sehingga perawat merencanakan tindakan

keperawatan sama dengan teori karena berdasarkan kondisi pasien harus

dilakukan tindakan seacara mandiri perawat dan kolaborasi terhadap

keluarga Tn.N, sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan intervensi

yang ada. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) 2018 pada

keluarga Tn.N yang mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak

efektif hampir sama dengan SIKI intervensi umum yang digunakan

penulis adalah “dukungan keluarga merencanakan perawatan” namun

ditambahkan berikan penjelasan pada keluarga tentang asam urat :

pengertian, tanda gejala, faktor yang mempengaruhi dan pencegahan,

komplikasi.
10

5.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada

tanggal 7 Desember 2020 di rumah keluarga Tn.N pukul 20.00 WIB

mengkaji keluarga Tn. N dan mengobservasi riwayat perkembangan

keluarga, riwayat kesehatan keluarga saat ini, struktur keluarga, fungsi

keluarga, stress dan koping keluarga, keadaan gizi, pemeriksaan fisik

hingga harapan keluarga dengan pengkajian diatas dapat ditemukan

masalah keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Pada

pukul 20.30 WIB mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga

tentang kesehatan. Pukul 20.35 WIB mengidentifikasi sumber yang

dimiliki keluraga. Pukul 20.38 WIB memberikan penjelasan pada

keluarga tentang asam urat : pengertian, tanda gejala, faktor yang

mempengaruhi dan pencegahan, komplikasi. Pukul 21.10 WIB

mengajarkan pada keluarga tentang kompres jahe hangat menggunakan

20 gram jahe diparut dan 1 liter air hangat dikompreskan selama

kurang dari 15 menit. Pukul 21.15 WIB menganjurkan untuk Ny.S pergi

periksa ke pelayanan kesehatan.

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indponesia) 2018

Implementasi keperawatan dengan masalah manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif yakni dengan mengidentifikasi kebutuhan dan

harapan keluarga tentang kesehatan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga, mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan

keluarga, memotivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung


10

upaya kesehatan, menggunakan secara dan fasilitas yang ada dalam

keluarga, menginformasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga, menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada,

mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga.

Analisa diatas menjelaskan bahwa tidak ada kesenjangan di hari

pertama karena berdasarkan fakta dan berdasarkan teori yang ada

dengan saat perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai pada

tanggal 7 Desember 2020 yaitu mengidentifikasi kebutuhan dan harapan

keluarga tentang kesehatan, mengidentifikasi sumber yang dimiliki

keluraga, mengajarkan pada keluarga tentang kompres jahe hangat,

menganjurkan untuk Ny.S pergi periksa ke pelayanan kesehatan,

tambahan intervensi dilakukan yaitu dengan memberikan penjelasan

pada keluarga tentang asam urat : pengertian, tanda gejala, faktor yang

mempengaruhi dan pencegahan, komplikasi.

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada

tanggal 8 Desember 2020 dirumah keluarga Tn. N pada pukul 10.00

WIB melakukan dan mengajarkan kompres jahe hangat. Pada pukul

10.10 WIB memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya jika ada

yang belum mengerti, tentang penjelasan asam urat kemarin. Pada pukul

10.30 WIB menginggatkan kepada keluarga untuk memeriksa Ny.S

secara teratur dan rutin ke pelayanan kesehatan.

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indponesia) 2018

Implementasi keperawatan dengan masalah manajemen kesehatan


10

keluarga tidak efektif yakni dengan mengidentifikasi kebutuhan dan

harapan keluarga tentang kesehatan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga, mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan

keluarga, memotivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung

upaya kesehatan, menggunakan secara dan fasilitas yang ada dalam

keluarga, menginformasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga, menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada,

mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga.

Analisa diatas menjelaskan bahwa tidak ada kesenjangan di hari

kedua karena berdasarkan fakta dan berdasarkan teori yang ada dengan

saat perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai pada tanggal 8

Desember 2020 yaitu melakukan dan mengajarkan kompres jahe hangat,

memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya jika ada yang belum

mengerti, tentang penjelasan asam urat kemarin, menginggatkan kepada

keluarga untuk memeriksa Ny.S secara teratur dan rutin ke pelayanan

kesehatan. Apabila ada perubahan pada kondisi klien maka dapat

ditambahkan intervensi lainnya disesuaikan dengan kondisi klien saat

ini.

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada

tanggal 9 Desember 2020 dirumah keluarga Tn. N pada pukul 10.00

WIB melakukan kompres jahe hangat. Pukul 10.15 WIB mengevaluasi

apakah keluarga bisa melakukan kompres hangat jahe secara mandiri

menggunakan 20 gram jahe diparut dan 1 liter air hangat


10

dikompreskan selama kurang dari 15 menit. Pukul 10.20 WIB

menginggatkan Ny.S untuk meminum obatnya yang didapatkan setelah

periksa ke pelayanan kesehatan.

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indponesia) 2018

Implementasi keperawatan dengan masalah manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif yakni dengan mengidentifikasi kebutuhan dan

harapan keluarga tentang kesehatan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga, mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan

keluarga, memotivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung

upaya kesehatan, menggunakan secara dan fasilitas yang ada dalam

keluarga, menginformasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga, menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada,

mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga.

Analisa diatas menjelaskan bahwa tidak ada kesenjangan di hari

ketiga karena berdasarkan fakta dan berdasarkan teori yang ada dengan

saat perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai pada tanggal 9

Desember 2020 yaitu melakukan kompres jahe hangat, mengevaluasi

apakah keluarga bisa melakukan kompres hangat jahe secara mandiri,

menginggatkan Ny.S untuk meminum obatnya yang didapatkan setelah

periksa ke pelayanan kesehatan. Apabila ada perubahan pada kondisi

klien maka dapat ditambahkan intervensi lainnya disesuaikan dengan

kondisi saat ini.


10

5.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah aspek penilaian terhadap kondisi atau

situasi pasien dan masalah yang dihadapinya setalah beberapa saat

tertentu dan atau setelah dilakukan tindakan keperawatan tertentu.

Evaluasi umumnya mengacu pada ketercapaian tujuan dan atau

pencapaian kriteria hasil sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

rencana keperawatan (Cahyono et.al, 2014).

Evaluasi secara umum dilakukan dengan menggunakan dua

pendekatan yaitu evaluasi jangka panjang dan evaluasi jangka pendek.

Evaluasi jangka panjang lebih menekankan pada pencapaian hasil

(tujuan) sedangkan evaluasi jangka pendek berfokus pda kriteria hasil

dan atau proses (Cahyono et.al, 2014). Evaluasi yang dilakukan penulis

adalah evaluasi jangka pendek yang berfokus pada kriteria hasil.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 9 Desember 2020 di rumah

keluarga Tn. N pada pukul 20.30 WIB dengan evaluasi subjektif

keluarga klien mengatakan ingin semua anggota keluarganya sehati,

klien mengatakan memiliki rempah-rempah dirumah, keluarga Tn, N

mengatakan jauh lebih mengerti tentang asam urat, klien mengatakan

nyeri yang dirasakan menurun dari skala 8 menjadi 6, keluarga sedikit

mengerti tentang kompres jahe hangat, keluarga menngatakan besok

akan mengantar Ny.S periksa ke faskes. Evaluasi objektif keluarga

tampak mengerti dan antusias, keluarga dapat mengulang apa yang telah

disampaikan. Asesment masalah keperawatan manajemen kesehatan


10

keluarga tidak efektif teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutkan

yaitu dengan mengevaluasi apakah keluarga bisa melakukan kompres

jahe hangat secara mandiri, menginggatkan klien untuk meminum obat

secara teratur yang telah diresepkan dokter SLKI (Standar Luaran

Keperawatan Indonesia) 2018 evaluasi asuhan keperawatan keluarga

arthritis gout dengan diagnosa keperawatan manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif adalah kemampuan menjelaskan masalah

kesehatan yang dialami meningkat (5), aktivitas keluarga mengatasi

masalah kesehatan tepat meningkat (5), verbalisasi kesulitan

menjalankan perawatan yang ditetapkan menurun (5).

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan tidak terdapat

kesenjangan yaitu masalah teratasi setelah tiga kali kunjungan dengan

hasil keluarga klien mengatakan ingin semua anggota keluarganya sehati,

klien mengatakan memiliki rempah-rempah dirumah, keluarga Tn, N

mengatakan jauh lebih mengerti tentang asam urat, klien mengatakan

nyeri yang dirasakan menurun dari skala 8 menjadi 6, keluarga sedikit

mengerti tentang kompres jahe hangat, keluarga menngatakan besok

akan mengantar Ny.S periksa ke faskes. Evaluasi objektif keluarga

tampak mengerti dan antusias, keluarga dapat mengulang apa yang telah

disampaikan. Asesment masalah keperawatan manajemen kesehatan


10

keluarga tidak efektif teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutkan

yaitu dengan mengevaluasi apakah keluarga bisa melakukan kompres

jahe hangat secara mandiri, menginggatkan klien untuk meminum obat

secara teratur yang telah diresepkan dokter.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dalam bab ini akan diambil kesimpulan yang penulis dapatkan setelah
melakukan asuhan keperawatan pada Ny.S keluarga Tn.N dengan
diagnosa medis arthritis gout dengan masalah keperawatan manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif di rumah keluarga Tn.N Jombang Jawa
Timur Tahun 2020. Asuhan keperawatan pada Ny.S pada tanggal 7
Desember 2020 sampai evaluasi pada tanggal 9 Desember 2020.
1. Pengkajian
Saat Ini Ny.S mengatakan saat ini asam uratnya kambuh, sehingga
merasakan nyeri di kaki sampai Ny.S sulit berjalan normal dan
tertatih.Nyeri skala 6, nyeri dirasakan menetap tidak menyebar rasa
nyeri itu membuat kaki Ny.S seperi kaku. Kekuan sendi semakin
hebat dirasakan setelah bangun tidur pagi hari, dan setelah duduk atau
tidak beraktivitas terlalu lama. Ny. S mengatakan penyakit asam
uratnya dari umur 40 tahun. Upaya yang dilakukan adalah rutin
minum minuman herbal. Ny. S tidak tampak pucat, tekanan darah
pasien adalah 110/90 mmHg, suhu pasien 36,5 ℃, nadi teraba teratur
90 x/menit, tidak ada keluhan pada sistem kardiovascular S1 S2
tunggal. Pada sistem respirasi pasien hidung simetris, tidak ada lesi,
tidak ada cuping hidung, rambut hidung merata, mukosa hidung
kering, tidak ada sinusitis, pernafasan pasien normal dengan RR 20 x/
menit menggunakan pernafasan dada, suara nafas vaskular, tidak ada
sesak nafas, tidak ada wheezing, tidak terdapat ronchi, tidak ada batuk.
Pada sistem gastrointestinal pasien mukosa mulut lembab, warna bibir
merah muda, terdapat suara timpani saat diperkusi dan tidak terdapat

107
10

hipertimpani, ditemukan bising usus ketika di auskultasi


16x/menit Pada sistem persyarafan pasien ditemukan reflek bisep
yang baik, refleks trisep baik, sensori taktil baik, refleks patela baik,
refleks babinski baik. Pada sistem muskuloskeletal pasien simetris,
defermitas tidak ada, ada keluhan ekstremitas bawah kanan terasa
nyeri sehingga agak sulit digerakkan., adanya bengkak di bagian
belakang lutut kanan, tidak ada jejas, ekstermitas yang terganggu
adalah ekstermitas bawah kanan mengalami kekakuan sehingga sulit
untuk digerakkan. Pada sistem genitalia pasien tidak ada keluhan,
Ny.S sudah mengalami monopouse.
2. Diagnosa
Berdasarkan pengkajian keperawatan pada Ny.S keluarga Tn.N
diagnosa keperawatan yang muncul adalah manejemen kesehatan
keluarga tidak efektif dengan etiologinya adalah ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit meliputi sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan , ditandai dengan mengungkapkan
kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan. Seperti yang
tertulis pada bab sebelumnya (BAB II) yaitu terdapat 7 diagnosa
keperawatan krluarga yang mungkin muncul adalah manajemen
keluarga tidak efektif, manajemen kesehatan tidak efektif,
pemeliharaan kesehatan tidak efektif, kesiapan peningkatan koping
keluarga, penurunan koping keluarga, ketidakberdayaan,
ketidakmampuan koping keluarga. Namun pada hasil analisa data
hanya ditemukan 2 diagnosa yaitu manajemen kesehatan tidak efektif
dan kesiapan peningkatan koping keluarga yang sesuai teori.
10

3. Intervensi
Intervensi yang digunakan dalam kasus ini disesuaikan dengan
diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan
gejala mayor, minor dan kondisi klien.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai
dengan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada
dan sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi pada Ny. S 55 tahun pada tanggal 9 Desember 2020 di
rumah keluarga Tn. N pada pukul 20.30 WIB dengan evaluasi
subjektif keluarga klien mengatakan ingin semua anggota
keluarganya sehati, klien mengatakan memiliki rempah-rempah
dirumah, keluarga Tn, N mengatakan jauh lebih mengerti tentang
asam urat, klien mengatakan nyeri yang dirasakan menurun dari skala
8 menjadi 6, keluarga sedikit mengerti tentang kompres jahe hangat,
keluarga menngatakan besok akan mengantar Ny.S periksa ke faskes.
Evaluasi objektif keluarga tampak mengerti dan antusias, keluarga
dapat mengulang apa yang telah disampaikan. Asesment masalah
keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif teratasi
sebagian. Planning intervensi dilanjutkan yaitu dengan mengevaluasi
apakah keluarga bisa melakukan kompres jahe hangat secara mandiri,
menginggatkan klien untuk meminum obat secara teratur yang telah
diresepkan dokter. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
kali kunjungan, kondisi Ny.S semakin membaik.
11

6.2 Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat disajikan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga, khususnya pada
pasien arthritis gout, serta dapat sebagai perbandingan dalam
mengembangkan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan untuk perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan arthritis gout dengan keluhan nyeri diharapkan
adanya peningkatan pelayanan asuhan keperawatan dengan cara
tidak hanya memberikan terapi farmakologis namun juga terapi
non farmakologis dengan menggunakan kompres jahe hangat.
DAFTAR PUSTAKA

American College Of Rheumatology( 2012).

Anita etal.,(2020). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe


Merah (ZingerOfficinaleRoscoeVarEybrum) Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Penderita Gout Arthriris Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi
Bakti Medan 2020, Medan, Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, Vol 6, N0 2.

Arina etal.,(2020). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe


Merah (Zinger Officinale Roscoe var Rubrum) Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Penderita GoutArthritis Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi
Bakti Medan Tahun 2020. Medan : JIKK.

Arlina, (2018). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe


Merah TerhadapPenurunan Skala Nyeri Pada Wanita Lansia Penderita Gout
Arthritis di Panti Sosial TresnaWerdha Teratai Palembang, Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan, Vol 9, No 18.

Aspiani, R.Y.,(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik . 1 sted. Jakarta :


CV. TRANSINFO MEDIA

Azwar, A. (2012). Artikel Perawat Profisional dalam Sistem Keperawatan di


Indonesia

Damaiyanti et al., (2012). Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Artritis Rhematoid Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna
Wedha Kasih Sayang Ibu Kanagarian Cubadak Batu Sangkar 2012. Bukit
Tinggi.

111
11

Duvval E. & Miller C. M. (1985). Marriage and Family Development 6 thed. New
York : Harper7 Row Publisher.

Firestian GS, Budd Rc, Harris ED, Rudy S, Sergen JS. (eds),(2009) . Kelly’s

Textbook ofRheumatology, 8thed. W.B. Saunders, Philadelphia.

Friedman,M.(2010).BukuAjarKeperawatanKeluarga:Riset,Teoridan
Praktek.Jakarta:EGC

Jaliana, Suhadi, La Ode Muh, Sety (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan KejadianAsam Urat pada Usia 20-44 tahun di RSUD Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara 2017,Sulawesi : Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat.

Mubarak, Wahid Iqbal,dkk, (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Konsep dan


Aplikasi,Jakarta : Salemba Medika.

Padila, (2012). Buku Ajar :Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha


Medika.Widyanto, F.C (2014). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Pertiwi et al., (2019 ). The Effect Of Combination Therapy Of A Warm Ginger


Stew Compress and Ki.3 Point Acupressure On the pain Level Of Gout
Arthritis Patients In Indonesia.Purwokerto : Jurnal Ners.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
11

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.

Putra,EryanRendra.(2016).Upaya Peningkatan Dukungan Keluarga Dalam


Menjaga Diit Pasien Gout Arthritis. Surakarta : Electronic Theese and
Dissertations.

Putri et al., (2020). Perbedaan Pemberian Kompres Air Hangat Dengan Kompres
Jahe TerhadapPenurunan Nyeri Rematik Pada Lansia : Studi Kasus.
Surakarta : Jurnal Ilmiah Keperawatan.

Ridhoputrie, M., Kirana, D., Romdhon., F & Kusumawati, A., (2019). Hubungan
Pola MakanDan Gaya Hidup Dengan Kadar Asam Urat Pralansia Dan
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.
Herb - Medicine Jurnal , Vol. 2 No.1, P.2.

Rusnoto, et al, (2015). Pemberian Kompres Jahe Untuk Meringankan Skala Nyeri
Pada Pasien Asam Urat Di Desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu
Kabupaten Grobongan. Jawa Tengah.JIKK, Vol. 6 No.1.

Saifah, (2018) .Pengaruh Kompres Hangat Air Rebusan Jahe Merah Terhadap
Keluhan PenyakitSendi Melalui Pemberdayaan Keluarga. Sulawesi Tengah :
Healthy Tadulako Journal.

Samsudin,(2016).Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe


Merah(Zingiber Officinale Roscoe Var Rubrum) Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Penderita GoutArtritis Di Desa Tateli Dua Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa. Sulawesi Utara : e-Kp.

Setriadi, (2008). Konsep dam Proses Keperawatan Keluarga Yogyakarta : Graha


Ilmu.
11

Sumariyono. (2017). Divisi Reumatology Departemen Ilmu Penyakit Dalam


RSCM-FKUI Ketua Perhimpunan Reumatology Indonesia (IRA). Lampung.

Sundari et al.,( 2019). Efektivitas Kompres Jahe Terhadap Perubahan Skala Nyeri
Sendi AsamUrat (Gout) Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Kabupaten Magetan. Ponorogo.

Susanto,A.V.,&Fitriana,Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia(p.9)

Yogyakarta: PustakaBaru Press.

Takena H.Ban.N. (2016). The Most Important Question In Family Approach: The
Potential Of The Resolve Item Of The Family APGAR In Family
Medicine. Asia Pac Fam Medi.

Tamsuri. A & Cahyono A. D (2017). Pedoman penulisan karya tulis ilmiah study
kasus Kediri :Pamenang Press.

Zuriati,(2017).Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk Begalung
Tahun 2017. Padang.
LEMBAR BUKTI BIMBINGAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENANG

Nama Mahasiswa : Anis


Rahmawati NIM : 18.01.005
Pembimbing : Dr. Zauhani Khusnul H., S.KM., M.Kes

No Tanggal BAB/Bagian Saran/Koreksi/Catatan Paraf


Pembimbing
1 17 Desember Judul Revisi judul
2020
2 11 Januari 2021 Bab I Revisi latar oelakang
3 11 Januari 2021 BAB I Revisi Latar Belakang
4 13 Januari BAB II ACC BAB I
Revisi tinjauan pustaka.
Sumber yang dicantumkan
harus lengkap dan valid,
menyusun daftar pustaka
terlebih dahulu
5 21 Januari 2021 BAB II Masih ada beberapa
sumber yang belum
tercantumkan di daftar
pustaka. Maisih belum
mendapatkan studi
literature 10 sumber
6 27 Februari BAB III ACC BAB II dan BAB III
2021
7 27 Februari BAB IV Revisi kepenulisan dan
2021 penetapan diagnosa
keperawatan keluarga serta
etiologi.
8 3 Maret 2021 BAB V Revisi BAB V belum
terfokus dan seperti
mengulang di BAB IV
9 12 Maret 2021 BAB V Di BAB V masih ada
kesalahan kepenulisan
10 4 April 2021 BAB IV dan ACC
BAB V
11 20 April 2021 Revisi dari Belum ACC masih banyak
abstrak yang salah dalam
sampai daftar kepenulisan
pustaka
masalah
kepenulisan
persiapan
sidang
12 25 April 2021 ACC Persiapan sidang

Anda mungkin juga menyukai