G DENGAN
SOFT TISSUE TUMOR REGIONAL FEMUR MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG 19
RS. SAIFUL ANWAR MALANG
TAHUN 2019
Disusun Oleh :
NIM. 16.01.011
PARE – KEDIRI
2019
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY. G DENGAN
SOFT TISSUE TUMOR REGIONAL FEMUR MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG 19
RS. SAIFUL ANWAR MALANG
TAHUN 2019
Disusun Oleh :
NIM. 16.01.011
NIM : 16.01.011
Disetujui untuk diuji pada Ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal
Pembimbing,
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pamenang
SURYONO, S.Kep.Ns.,MMRS.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis :
NIM : 16.01.011
1.
2.
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pamenang
SURYONO, S.Kep.Ns.,MMRS
SURAT PERNYATAAN
NIM : 16.01.011
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Pada Ny. G Dengan Soft Tissue Tumor Regional Femur Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang 18 RS. Saiful Anwar Malang 2019” adalah bukan Karya
Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya-benarnya dan apabila pernyataan
Kediri,
Yang menyatakan,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Pada Ny. G Dengan Soft Tissue Tumor Regional Femur Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang 18 RS. Saiful Anwar Malang 2019” dapat terlaksana.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait Karya Tulis
Ilmiah ini tidak akan terwujud, maka dari itu saya menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada :
2. Dr. Zauhani Khusnul H, SKM, M.Kes. selaku Pembimbing yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, petunjuk dan
peneliti.
5. Bapak dan ibu yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril maupun,
mental dan spiritual sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Penelitian ini.
7. Semua pihak yang memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung hingga
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk mendukung
penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya dan berguna bagi perkembangan ilmu
keperawatan.
Akhirnya semoga Karya Tulis Ilmiah Penelitian ini bermanfaat bagi Peneliti dan
Peneliti
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam
artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.(Sjamsuhidayat,
2010)
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon,
jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor adalah
benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor
adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas
golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau
hipertrofi. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak
atau Soft Tissue Sarcoma (STS). (Margareth,2012)
Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas.
Sebagian besar tumor jaringan lunak muncul tanpa penyebab, meskipun radiasi, luka
bakar, atau paparan racun terlibat. Tumor jaringan lunak dapat muncul di lokasi manapun,
meskipun sekitar 40% terjadi pada ekstremitas bawah, terutama femur. Insiden umumnya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun 15% muncul pada anak-anak.
(Margareth,2012)
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya
sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari
seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-
anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada
umur 45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak
atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di
tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak
dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah
kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada. (Clevo,2012)
Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), Soft Tissue Tumor merupakan benjolan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Menurut WHO pada tahun 2012 angka
penderita soft tissue tumor secara global, sekitar 14,1 juta orang yang menderita soft tissue
tumor. Dalam data WHO tahun 2008, Asia Tenggara menyumbang 725.600 kasus. (ACS,
2012)
Di indonesia, prevalensi tumor mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi menurut
provinsi berkisar antara 4,1% di Jogjakarta, 2,1% jawa tengah, 2% bali, Bengkulu dan
DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil. (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny. G
Penderita Soft Tissue Tumor Regional Femur dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut
di RS Saiful Anwar Malang Tahun 2019.
B. Identifikasi Masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. G Dengan Soft Tissue
Tumor Regional Femur Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang 18 RS.
C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah rumusan dari apa yang akan dicapai,sebagai lanjutan
dari identifikasi masalah. (Tamsuri, 2017) Tujuan penelitian ada 2 macam yaitu :
1. Tujuan Umum
Soft Tissue Tumor Regional Femur Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
2. Tujuan Khusus
a. Peneliti mampu melakukan pengkajian nyeri akut pada pasien Ny G dengan
c. Peneliti mampu menyusun rencana asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien
D. Manfaat
di lakukan, baik secara teoritis maupun manfaat praktis hasil penelitian. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
medikal bedah khususnya pada penderita soft tissue tumor dan mengetahui masalah
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penderita
Tambahan informasi atau masukan bagi tenaga kesehatan lain dalam usaha
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada kasus soft tissue tumor.
untuk penelitian selanjutnya serta sebagai bahan ajar kajian tentang asuhan
keperawatan medikal bedah pada pasien soft tissue tumor dengan masalah
Menambah wawasan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam membuat studi kasus
dan sebagai salah satu pengalaman belajar, khususnya dalam pembuatan asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita soft tissue tumor dengan masalah
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
pada ilmu keperawatan medikal bedah dan teknik keperawatan medikal bedah
pelayanan atau asuhan keperawatan melalui berbagai proses atau tahapan yang
harus dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien.
rumah sakit merupakan komponen terbesar dari sistem pelayanan kesehatan yang
hidup sehat. Tenaga kesehatan yang paling banyak jumlahnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sering berinteraksi dengan klien adalah
Menurut (nursalam 2008) ada 5 objek utama dalam ilmu keperawatan yaitu :
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal
berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif yaitu, (satu)
(tiga) Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Dan sakit
adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah (Webster’s New Collegiate
keseluruhan.
d. Konsep lingkungan yaitu, lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
dan prilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik,
dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.
1. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2012).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya
tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2009).
2. Etiologi
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastic.
c. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada. (Smeltzer,2012)
a. Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat
yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas
serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil
b. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-
serabut simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.
c. Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar
dan serabut elastis.(Pearce, 2008)
4. Histologi
a. Jaringan lemak
b. Jaringan fibrosa
c. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas
utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut.
- Otot lurik
- Otot polos
Gambar 4 : Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom. Otot polos
dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong dengan kedua ujung
meruncing,serta mempunyai satu inti.
Gambar 6 : Limfe
Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan
terdiri hanya atas selapis endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan
halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam
jaringan berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus, disebut lacteal (khilus)
dijumpai dalam vili usus kecil.
Fungsi :
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan,
ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
e. Saraf perifer
1) Jaringan Lemak
Lipoma
Lipoma ialah tumor jaringan jinak jaringan lemak. Tumor ini sering
bercampur dengan jaringan lainnya, sehingga ada bermacam-macam tipe
lipoma.
Tabel. Macam-macam Lipoma
No. Jenis Lipoma
1. Fibrolipoma
2. Fibromyxolipoma
3. Intramuscular
lipoma
4. Angiomyolipoma
5. Angiolipoma
6. Angiolipoma,
infiltrate
7. Myelolipoma
8. Hybernoma
Lipoma dapat single dapat pula multiple. Bentuk lipoma bila msaih
kecil bulat atau oval, bila sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena
adanya sekat-sekat jaringan ikat yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat
mencapai ukuran yang sangat besar 10 kg atau lebih dan dapat
menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma tergantung dari
jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus
(pseudokisteus) dan dapat pula padat.
Lipoma umumnya terdapat subkutan, tetapi dapat di tempat lain,
seperti di mediasstinum, retroperitoneum, dsb.
Terapi : eksisi
2) Jaringan Fibrous
Fibroma
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat. Seperti
halnya dengan lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan tumor jaringan
lainnya, sehingga ada bermacam-macam tipe fibroma.
Tabel. Macam-macam Fibroma
No. Jenis Fibroma
1. Fibroma durum
2. Myxofibroma
3. Periostalfibroma
4. Fascial fibroma
5. Elastofibroma
6. Fibrohistiocytoma
7. Neurofibroma
8. Fibroma mobile
9. Aggressive
fibromatosis
10. Abdominal
fibromatosis
11. Desmoplastic
fibroma
12. Atyp.
Fibroxanthoma
13. Atyp.
Fibrohistiocytoma
14. Neurofibromatosis
Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat yang
terdapat dalam tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras
konsistensinya. Fibroma durum konsistensinya keras dan fibroma mobile
lunak.
Terapi:
- Fibroma: eksisi sederhana
- Desmoid: eksisi luas
- Neurofibromatosis jinak: eksisi sederhana untuk tumor yang besar saja atau
yang mengganggu, karena tidak mungkin mengangkat semua tumor.
- Neufibrosarkoma: eksisi luas.
3) Jaringan Otot
Leiomyioma
Leiomioma adalah neoplasma jinak jaringan lunak yang timbul dari
otot polos, pertama kali dijelaskan oleh Virchow pada 1854. Bentuk
herediter, yang menyebabkan, beberapa leiomioma, pada awalnya dicatat
oleh Kloepfer dkk pada tahun 1958. Mereka dapat mengembangkan otot
polos di mana pun hadir. Transformasi maligna mungkin tidak terjadi.
Leiomioma dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis berikut:
Beberapa piloleiomyomas
Solitary piloleiomyoma
Angioleiomyoma (soliter)
Genital leiomyoma (soliter)
b. Hemangioma capillare
Ada bermacam-macam Hemangioma capillare:
- Hemangioma simpleks
- Hemangioma plexiform
- Hemangioma juvenilis atau infantile
- Nevus flameus dsb.
Hemangioma ini berbentuk plaque atau nodus berwarna merah muda di
kulit yang umumnya tidak besar, kurang dari 3 cm, dan juga tidak
membesar. Nevus flameus berupa plaque berwarna merah di kulit yang
dapat mencapai ukuran yang sangat besar dan sering telah ada sejak lahir.
Jenis-jenis hemangioma ini yang paling sering ditemukan pada anak-anak,
ada yang sejak lahir tetapi ada pula yang timbul pada bayi. Hemangioma ini
ada beberapa yang dapat mengadakan regresi spontan.
c. Hemangioma cavernosum
Hemangioma cavernosum terutama terdiri dari pembuluh vena yang
membentuk cavernae yaitu ruangan-ruangan seperti spons. Hemangioma ini
berwarna kebiru-biruan, mengecil bila ditekan dan membesar lagi bila
tekanan dileppasskan. Besar tumor bermacam-macam, ada yang kecil ada
yang besar. Hemangioma ini umumnya tidak mengalami regresi.
d. Hemangioma intramuscular
Hemangioma ini terdapat di dalam otot yang letaknya dalam.
e. Hemangioma racemosum
Hemangioma racemosum disebut juga hemangioma arteriovenosa, karena
terdapat fistula kongenital antara arteri dan vena, sehingga hemangioma itu
berdenyut.
Hemangioma ada yang dapat dan ada pula yang tidak dapat mengalami
regresi spontan. Hemangioma arteriale dan capillare, yang umunya dapat
mengalami regresi, jarang pada hemangioma cavernosum. Hemangioma
racenosum yang tidak mengalami regresi. Hanya saja sukar menentukan
sebelumnya, jenis hemangioma yang akan mengalami regresi dan mana
yang tidak.
- Neurofibroma Plexiform
Neurofibroma plexiform dapat tumbuh dari saraf di kulit atau dari lebih
berkas saraf internal, dan bisa sangat besar. Internal plexiform Neurofibroma
sangat sulit untuk menyembuhkannya karena tumor tersebut dapat bertambah
besar melalui lapisan jaringan dan dapat merusak jaringan sehat atau organ
sekitarnya.
Epidemiologi
Neurofibroma biasanya timbul pada usia remaja dan sering dikaitkan
dengan masa pubertas. Ukuran dan jumlag tumor dapat meningkat seiring
dengan pertambahan usia dari pasien yang mengidapnya.
Penatalaksanaan
a. Dengan radioterapi dan kemoterapi, namun lebih disarankan dengan
menggunakan kemoterapi karena akan ditakutkan tumor semakin menyebar
dan berubah ganas bila dilakukan pengobatan dengan redioterapi.
b. Dengan menggunakan obat-obatan
Pirfenidone
Tipifarnib
Erlotinib (Tarceva) dengan Sirolimus
Imatinib (Gleevec)
Pegylated Interferon (Peg-Intron)
Sirolimus (Rapamycin)
Sorafenib (Nexavar)
Tranilast (Rizaben)
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit
yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan
dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.(
7. Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor yang ditangani menggunakan prosedur pembedahan
komplikasi yang dapat muncul adalah:
8. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan
lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh. Parameter-parameter yang
penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading)yang akurat (terutama
didasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang
didasarkan pada mitosis dan perluasan nekrosis.
c. Staging.
d. Lokasitumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.(Clevo,2012)
9. Pathway
Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma
Cemas
a. Penatalaksanaan Medik
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah
shrink Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin
tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang
tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah
ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang
berpengaruh pada keseluruhan hidup.
3. Kemoterapi
b. Penatalaksanaan Keperawatan
3. Pemberian obat
4. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.(Liska,2017)
a. Pemeriksaan X-ray
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara
jinak atau ganas, tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor
ganas berserat histiocytoma seperti USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
c. CT scan
e. Pemeriksaan Histopatologis
1. Sistologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
c) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditunjukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
2. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
di diagnosis\, lakukan forsep biopsi.
3. Memotong biopsy: metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4. Biopsi eksisi: berlakuk untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar reaksi seluruh tumor
untuk pemeriksaan histologis. (Liska,2017)
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode pemecahan
masalah (problem solving) pendekatan proses keperawatan yaitu studi kasus (Tamsuri &
Cahyono,2014). Studi kasus adalah suatu bentuk penyelenggaraan praktek keperawatan
terhadap satu kasus (pasien) secara komprehensif dan mendalam yang terdokumentasikan
secara sistematis (Tamsuri & Cahyono,2014).
B. Teknik Penulisan
Teknik penulisan menggambarkan gaya penyajian informasi dalam tulisan ilmiah
(Tamsuri & Cahyono,2014). Teknik penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya
tulis studi kasus ini adalah deskriptif (Tamsuri & Cahyono,2014). Desain penelitian
deskriptif adalah penelitian dimana hanya menggambarkan atau mendeskripsikan variable
tertentu dalam suatu penelitian tanpa mencari hubungan antar variable.
Dalam studi kasus deskriptif ini menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny. G
(Usia 52 tahun) dengan penyakit Soft Tissue Tumor dengan masalah keperawatan Nyeri
Akut di ruang 18 RS Syaiful Anwar Malang.
Melakukan Implementasi
Melakukan evaluasi : S O A P
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Studi Asuhan Keperawatan Pada Ny. G (Usia 52
tahun) dengan penyakit Soft Tissue Tumor dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di
ruang 18 RS Syaiful Anwar Malang Tahun 2018.
Etika
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC.
M, Clevo Rendi. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nusa Medika.
Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nusa Medika.
American Cancer Society (ACS), 2012. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer Society,
Inc. Available from: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-
pdf. pdf [accessed May 20, 2013]
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Nursalam.2008.Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika.
Sumijatun.( 2011). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Shafira Aphrodita. http://www.academia.edu/27243296/Referat_Soft_Tissue_Tumor_Fira
Agus Kuntoro. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Asmuji.2012.Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. (2009).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia.
LiskaA.S.2017.http://www.academia.edu/26983153/LAPORAN_PENDAHULUAN_STT_S
OFT_TISSUE_TUMOR. 1 June , 2017, 29-01-2019, 15.51