Anda di halaman 1dari 37

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus Case Report

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

KALA II MEMANJANG

Disusun oleh:
Imas Qurrata A’yuni
1810029023

Pembimbing:
dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp.OG

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2019
Laporan Kasus

KALA II MEMANJANG

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di


Laboratorium Obstetri dan Ginekologi

Disusun oleh:
Imas Qurrata A’yuni

Menyetujui,

dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp.OG

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2019

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Kala II Memanjang”. Laporan Kasus
ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, M. Kes., Sp. OG selaku Kepala Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. I. G. A. A. Sri M. Montessori, Sp. OG selaku Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
5. dr. Gusti Hesty Nuraini selaku dosen pembimbing selama penulis menjalani co-
assistance.
6. Rekan sejawat dokter muda stase Obstetri dan Ginekologi angkatan 2019 yang telah
bersedia memberikan saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan laporan kasus ini.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini berguna bagi penyusun sendiri dan para
pembaca.

Samarinda, Januari 2019

Penulis

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar melalui vagina baik
dengan bantuan maupun tanpa bantuan. Proses ini memungkinkan serangkaian
perubahan besar bagi ibu baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara fisiologis,
persalinan pada manusia dapat terancam oleh beberapa penyulit sehingga tidak jarang
beberapa ibu mengalami hambatan dalam persalinan1. Keberhasilan proses persalinan
sangat dipengaruhi oleh upaya interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan
mengejan (power), jalan lahir (passage), bayi (passanger), dan psikologis (psyche) .
Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi disebabkan
karena tidak terdeteksinya masalah dari faktor-faktor tersebut. Akibatnya, proses
persalinan menjadi lama dan membahayakan kondisi ibu maupun janin2.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012, sebanyak 99%
kematian ibu disebabkan oleh masalah persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di
negara berkembang merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di Negara
maju dengan jumlah 450 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991- 2007 kematian
ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun
pada tahun 2012 AKI di Indonesia kembali naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Dari hasil survey SDKI 2012 penyebab AKI di Indonesia yaitu perdarahan
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi nifas (8%) dan partus macet (5%)
dengan (3 %) diantaranya adalah kala II memanjang.
Kala II memanjang (prolonged second stage of labor) merupakan salah satu
masalah persalinan yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. Persalinan
kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his
yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya
kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Sarwono (2014) mengatakan bahwa

4
batasan kala II memanjang pada nulipara dibatasi 2 jam dan maksimal 3 jam,
sedangkan pada multipara dibatasi dalam waktu 1 jam dan maksimal diperpanjang
menjadi 2 jam3.
Pemeriksaan klinik yang baik dan pemilihan intervensi yang tepat dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Prinsip penanganan Kala II
memanjang adalah menyelesaikan Kala II memanjang, baik melalui tindakan bedah
obstetri per vaginam (vakum ekstraksi/forcep)/Sectio Cesaria maupun tindakan non
bedah (akselerasi)4.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang kala II memanjang dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata kala II memanjang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang mioma uteri yang mencakup:
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Faktor risiko
d. Etiologi
e. Gejala klinis
f. Patofisiologi
g. Diagnosis
h. Penatalaksanaan
i. Komplikasi
j. Prognosis
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata kala II memanjang
yang terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.

5
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kala II memanjang.
1.3.2.Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca mengenai
kala II memanjang.

6
BAB 2
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, 10 Desember 2018
di ruang IGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. R
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Bakungan RT 15
Masuk Rumah Sakit : Hari Senin, 10 Desember 2018 pukul10.45 wita

Keluhan Utama
Bayi tidak kunjung lahir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan bayi tidak kunjung lahir. Pasien
merupakan rujukan dari Rumah Sakit SMC. Pasien mengatakan bahwa ia telah
mengalami pecah ketuban pada pukul 03.00 dini hari dan segera pergi ke bidan untuk
ditolong persalinan. Sejak pukul 04.00 hingga pukul 09.00 pasien dilakukan
pimpinan persalinan namun tak kunjung lahir, sehingga bidan merujuk ke RS SMC.
Setelah tiba di SMC pasien sempat dipimpin kembali untuk melakukan persalinan
namun karena bayi juga tidak kunjung lahir maka pasien di rujuk ke RSUD AWS.

7
Riwayat Penyakit dahulu :
Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi, DM (-), Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit keluarganya

Riwayat Haid
Menarche : usia 13 tahun
Siklus haid : 30 hari dan teratur
Lama haid : 7 hari, jumlah pergantian pembalut sekitar 2x/hari
HPHT : 13-3-2018
Taksiran persalinan : 20-12-2018

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, pernikahan pertama saat berusia 28 tahun, usia
pernikahan selama 8 tahun.

Riwayat Obstetrik
Keadaan
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong BB (gram) Anak
Penyulit
Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan Sekarang

2011 Klinik Aterm Spontan Bidan - 3.500 gram Hidup

2018 Hamil ini

8
Riwayat Ante Natal Care
Rutin memeriksakan kehamilan di klinik bidan

Riwayat Kontrasepsi
Riwayat KB pil tiap 1 bulan selama 6 tahun

PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 63 kg
Tinggi badan 150 cm
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 84 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 21 kali/menit, regular
Suhu : 36,2 oC (per axiller)

Status Generalis
Kepala : Normosefalik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Thorax
 Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : Batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
 Paru
o Inspeksi : Dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : Fremitus suara dekstra = sinistra

9
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : Dinding abdomen cembung, linea nigra (+)
o Palpasi : Soefl, organomegali (-), nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani, asites (-)
o Auskultasi: Bising usus (+) kesan normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
o Atas : Akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
o Bawah : Akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5

Status Obstetri
Inspeksi : Abdomen membesar sesuai umur kehamilan, linea nigra (+), striae
gravidarum (+), linea alba (-)
Palpasi :
o Tinggi fundus uteri (TFU) 31 cm
o Leopold I : Letak bokong
o Leopold II : Punggung janin di kiri ibu
o Leopold III : Kepala sudah masuk PAP
o Leopold IV : 3/5
HIS : 3 kali kontraksi dalam 10 menit, dengan durasi 25-30 detik
TBJ : 2945 gram
Denyut Jantung Janin : 176 x/menit
Vaginal Toucher :
o V/V : Tidak nampak kelainan
o Portio : Lunak, tipis, arah portio anterior
o Pembukaan : Pembukaan 10 cm
o Ketuban : (-)
o Bagian terdepan : Kepala penanda UUK
o Penurunan : Hodge 2

10
o Panggul dalam: Promontorium tidak teraba, spina ischiadica tidak menonjol
o Pelepasan : Air mengalir bewarna hijau

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 10-12-2018
1. Darah lengkap :
 Leukosit : 25.300/uL
 Trombosit : 170.000/uL
 Hemoglobin : 14.9 g/dL
 Hematokrit : 43.6 %
2. Kimia Klinik :
 GDS : 121 mg/dL
 Ureum : 22,0 mg/dL
 Creatinin : 0,6 mg/dL
 Natrium : 138mmol/L
 Kalium : 4,0mmol/L
3. Imuno-Serologi :
 AbHIV : Non Reaktif
 HbsAg : Non Reaktif

DIAGNOSIS KERJA
G2P1001 A000 gravid 38-39 minggu + Inpartu kala II lama + Fetal Distress

TATALAKSANA
 Penatalaksanaan di IGD :
- O2 Nasal kanul 2 lpm
- Memasang infus RL 500 cc 20 tpm
- Memasang kateter urine
- Observasi TTV

11
- Observasi DJJ
 Co. dr.Sp.OG :
- Ceftriaxone 1 gr/IV
- Cek lab lengkap
- Rencana sectio caesarea

12
OBSERVASI PASIEN DI RUANG VK
Tanggal Observasi
10-12-2018 S : Perut sakit
12.00 O:
- TD: 110/80 mmHg - N: 103x/menit
- RR: 20 x/menit - T: 36,5 0C,
- DJJ: 169x/m
- HIS: 3 kali dalam 10 menit durasi 25-30 detik
A : G2P1001 A000 gravid 38-39 minggu + Inpartu kala II lama +
Fetal Distress
P:
- Ceftriaxone 1gr/iv
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Observasi KU, TTV, DJJ, HIS
- Rencana cito sectio caesarea
10-12-2018 S : Perut sakit
12.15 O:
- TD = 100/80 mmHg - N= 91x/menit
- RR = 20 x/menit - T = 36,5oC,
- DJJ: 148x/m
- HIS: 3 kali dalam 10 menit durasi 25-30 detik
A : G2P1001 A000 gravid 38-39 minggu + Inpartu kala II lama +
Fetal Distress
P:
- Ceftriaxone 1gr/iv
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Observasi KU, TTV, DJJ, HIS
- Rencana cito sectio caesarea

10-12-2018 Pasien naik ke ruang OK IGD


12.30

13
Observasi S: Ibu mengatakan kaki kebas
Post Operasi O:
Vk Mawar - TD : 120/80 mmHg - N : 72x/menit
- RR : 20 x/menit - T : 36,1 0C, Pedarahan 5cc
10-12-2018 A : P2A0 post SC baru a/i kala II lama + fetal distress
14.00 P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Drip tramadol + oksitosin
- Observasi KU, TTV, perdarahan

14
Observasi S: Nyeri perut (+)
Post Operasi O:
VK mawar - TD : 120/80 mmHg - N= 74x/menit
- RR : 21 x/menit - T = 36,1oC
10-12-2018 - Perdarahan 10cc TFU : Setinggi pusat
14.30 A: P2A0 post SC baru a/i kala II lama + fetal distress
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Drip tramadol + oksitosin
- Observasi KU, TTV, perdarahan

Nifas Mawar S: Nyeri perut (+)


O:
10-12-2018 - TD : 110/80 mmHg - N= 81x/menit
16.00 - RR : 20 x/menit - T = 36,3oC
- Perdarahan 10cc TFU : Setinggi pusat
A: P2A0 post SC baru a/i kala II lama + fetal distress
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Drip tramadol + oksitosin
- Observasi KU, TTV, perdarahan

Nifas Mawar S: Nyeri perut (+)


O:
11-12-2018 - TD : 120/80 mmHg - N= 82x/menit
07.00 - RR : 18 x/menit - T = 36,3oC
A: P2A0 post SC baru a/i kala II lama + fetal distress
P:
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Drip tramadol + oksitosin
- Observasi KU, TTV, perdarahan
- Rencana cek darah lengkap

15
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum
dimaksudkan untuk persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO secara
lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor / partus lama) sebagai
proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu pemanjangan proses
persalinan yang dimaksud adalah penambahan kala I dan/atau kala II persalinan.
Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi terdapat sebuah sumber yang
menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah 18 jam.1,3
Nullipara Multipara
Prolonged Latent Phase > 20 jam > 14 jam
Protracted Dilation < 1.2 cm/jam < 1.5 cm/jam
Protraction Descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam
Arrest of Dilation > 2 jam > 2 cm
Arrest of Descent > 2 jam > 1 jam
Prolonged Second Stage > 2 jam > 1 jam
Prolonged Third Stage > 30 menit > 30 menit
Tabel 3.1 Perpanjangan Fase-Fase Persalinan4
Kala II memanjang (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya
waktu kala II dimana pada nullipara berlangsung lebih dari 2 jam dan pada multipara
berlangsung lebih dari 1 jam. Menurut AGOG (American Congress of Obstetricians
and Gynecologists), kala II memanjang didefinisikan sebagai tidak adanya kemajuan
pada kala II dengan batasan waktu dilakukan pimpinan persalinan sebagai berikut:
persalinan dengan anestesi epidural pada nullipara yang berlangsung lebih 3 jam dan
multipara berlangsung lebih 2 jam, sedangkan untuk persalinan tanpa anestesi
epidural nullipara berlangsung lebih 2 jam dan multipara berlangsung 1 jam.5,6

16
3.2 Epidemiologi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003
melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi
selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%,
infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea, 59% terjadi
akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana sebagian besar merupakan
persalinan lama yang mencapai 42 persen (perpanjangan kala I dan/atau kala II
persalinan). Berdasarkan survei ini juga dilaporkan bahwa bayi yang meninggal
dalam usia satu bulan setelah dilahirkan, 39% terjadi akibat komplikasi termasuk
persalinan lama (30%), perdarahan 12% dan infeksi (10%).2
Berdasarkan data WHO tahun 2010 sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang merupakan yang
tertinggi dengan 450 kematian/100.000 kelahiran hidup, jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di negara-negara maju. Angka Kematian Ibu karena persalinan
lama di Indonesia menempati urutan kelima (5%) setelah perdarahan (28%), eklampsi
(24%), infeksi (11%), komplikasi nifas (8%) dari jumlah AKI sebesar 228/100.000
kelahiran hidup (SDKI 2007).1

3.3 Faktor Risiko


Faktor Resiko terjadinya kala II lama masih belum diketahui secara pasti, tetapi
dalam South Australian Perinatal Practice Guidelines disebutkan terdapat beberapa
hal yang mempengaruhi terjadinya variasi waktu dalam kala II, yaitu posisi ibu pada
kala II, posisi dari janin, penurunan pada saat pembukaan lengkap, kualitas dari his,
penggunaan oksitosin, kekuatan mengejan ibu dan penggunaan analgesik. Dalam
penelitiannya, Thomas dan Santolaya menemukan bahwa nullipara, preeklamsia,
diabetes, makrosomia, janin laki-laki, anestesi epidural, induksi persalinan,
penggunaan oksitosin, serta koriamnionitis sebagai faktor resiko terjadinya persalinan
dengan kala II lama.8,9
Faktor Ibu
 His tidak efisien (adekuat)

17
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul
sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala
dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi
otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.
 Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu
sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk
berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan
juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan.
Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya
kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses
penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan.
Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika
terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan
menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
partus lama.
 Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita
untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon
telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti
hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus
lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ
reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang
berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula. Ditambah dengan
keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang belum pernah dialami

18
sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang
nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan
usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai
lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu
kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus
kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama.
 Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan
partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua,
sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia
uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah kelainan his, his yang
tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat persalinan.
Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan menghadapi
persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berperitas tinggi.
 Respons stress
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres,
seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan
menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons
involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti
baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.
Faktor janin
 Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
a. Mal presentasi dan mal posisi
Mal presentasi adalah semua presentasi janin selain varteks,sedangkan mal
posisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput
sebagai titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya
cenderung lelah dan tidak teratur.
b. Bayi yang besar

19
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan
terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus
lama atau partus macet

3.4 Etiologi
Secara umum penyebab kala II lama dapat dibagi ke dalam beberapa faktor
yaitu faktor tenaga (power), faktor panggul (passage), faktor anak (passenger), faktor
psikis dan faktor penolong.
3.4.1 Faktor Tenaga Ibu
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan dominasi kekuatan pada
fundus uteri (lapisan otot uterus paling dominan) kemudian terdapat relaksasi secara
merata dan menyeluruh. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida tua.
Kelainan anatomis uteri juga menghasilkan kelainan his. Pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Peregangan rahim yang berlebihan
pada kehamilan ganda atau hidramnion juga dapat menyebabkan inersia uteri.11
3.4.2 Faktor Jalan Lahir
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin
sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada
dalam batas normal. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara
anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala
dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga
terdapat panggul sempit lainnya. Karena kepentingan tersebut panggul sempit dapat
dibagi menurut Munro Kerr:
a. Kelainan herediter:
 Panggul Naegele: tidak adanya salah satu sacral alae
 Panggul Robert: tidak adanya kedua sacral alae
 High assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 6 vertebra
 Low assimilation pelvis: sakrum terdiri dari 4 vertebra

20
 Split pelvis: simfisis pubis terpisah
b. Kelainan tulang sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis,
penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
c. Kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis
d. Kelainan kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau kelumpuhan satu kaki

Kesempitan panggul dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:


a. Kesempitan pada pintu panggul atas
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala
memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga
serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.
b. Kesempitan pada pintu panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, foramen ischiadikus mayor cukup luas
dan spina ischiadika tidak menonjol diharapkan bahwa panggul tengah tidak
akan menghalangi bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang hanya
bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm maka perlu kita waspada terhadap
kemungkinan kesukaran pada persalinan, terutama jika ukuran diameter
sagitalis posterior pendek. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisi kepala janin berupa posisi oksipitalis posterior persisten atau
presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse arrest).
c. Kesempitan pada pintu panggul bawah
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm,
maka sudut arkus pubis juga mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
3.4.3 Faktor Anak
1. Kelainan pada presentasi, posisi, maupun letak yang meliputi:
a. Malpresentasi

21
 Presentasi Puncak. Pada presentasi ini, kepala janin dalam keadaan defleksi
ringan ketika melewati jalan lahir. Sehingga ubun-ubun besar menjadi bagian
terendah. Pada presentasi puncak kepala, lingkaran kepala yang melalui jalan
lahir adalah sirkumfernsia frontooksipitalis dengan titik perputaran yang
berada di bawah simfisis adalah glabella. Presentasi ini memriliki prognosis
yang buruk karena dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas baik ibu
maupun janin.
 Presentasi muka. Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan
primer jika terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder jika baru
terjadi pada masa persalinan. Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi
muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau
keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu
presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar.
Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya presentasi muka. Kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di
leher depan juga dapat menyebabkan presentasi muka. Terkadang presentasi
muka dapat terjadi pada kematian janin intrauterine akibat otot janin yang
telah kehilangan tonusnya.
 Presentasi dahi. adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Pada umumnya, presentasi dahi bersifat sementara, dan sebagian
besar akan berubah menjadai presentasi muka atau presentasi belakang
kepala. Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab
terjadinya presentasi muka karena semua presentasi muka biasanya melewati
fase presentasi dahi lebih dahulu.
 Presentasi ganda atau majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih
ekstremitas pada presentasi kepala ataupun bokong. Kepala
memasukipanggul bersamaan dengan kaki dan atau tangan. Presentasi

22
majemuk juga dapat terjadi manakala bokong memasuki panggul bersamaan
dengan tangan. Dalam pengertian presentasi majemuk tidak termasuk
presentasi bokong-kaki, presentasi bahu, atau prolaps tali pusat. Apabila
bagian terendah janin tidak menutupi dengan sempurna pintu atas panggul,
maka presentasi majemuk dapat terjadi.
b. Malposisi
POPP (Persistent Occiput Posterior Postision). Prevalensi kondisi ini adalah
10%. Pada posisi ini ubun-ubun tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di
belakang. Salah satu penyebab terjadinya adalah usaha penyesuaian kepala
terhadap bentuk dan ukuran panggul. Penyebab yang lain adalah otot-otot dasar
panggul yang lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat
sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke
depan.
c. Letak
 Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong,
presentasi bokong sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna, dan
presentasi kaki. Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, kepala teraba di fundus uteri, sementara pada bagian
bawah uterus teraba bokong yang tidak dapatdigerakkan semudah kepala.
Selain dari pemeriksaan luar, diagnosis juga dapat ditegakkan dari
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang seperti USG dan MRI.
 Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu dan bokong berada pada sisi yang lain.
Sebab tersering terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion, dan
kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Kelainan
bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau subseptus juga merupakan
penyebab terjadinya letak lintang. Adanya letak lintang dapat diduga hanya

23
dengan inspeksi. Uterus tampak melebar dan fundus tampak lebih rendah
tidak sesuai dengan usia kehamilannya. Pada palpasi, fundus uteri kosong,
kepala janin berada di samping, dan diatas simfisis juga kosong.
2. Kelainan pada bentuk janin
a. Hidrosefalus. Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar dan terjadi pelebaran
sutura serta ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya
berkisar antara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.
Karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah
uterus, maka sering ditemukan dalam keadaan sungsang. Bagaimanapun
letaknya, hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan
segala akibatnya
b. Makrosomia. Berat neonatus yang besar adalah apabila berat janin melebihi
4000 gram. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peran penting. Selain
itu janin besar juga dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
postmaturitas, dan grande multipara.
c. Tumor pada janin
d. Kembar siam
3.4.4 Faktor Penolong
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan juga
mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam
memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi dilahirkan.
Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang
sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai persalinan.
Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong
persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil serta
mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila
ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat melakukan rujukan.
Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan lancar,
berlangsung lama, dan muncul berbagai macam komplikasi.14

24
Di Indonesia, persalinan masih banyak ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit
sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun.
Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini
memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang
sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu
maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.2
3.4.5 Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang
luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek
fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka
takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu
proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat
melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran
bayinya.13

3.5 Tanda dan Gejala Klinis


Gejala klinis terjadinya kala 2 lama dapat dijumpai pada ibu dan janin. Gejala
klinis yang dapat dijumpai pada ibu meliputi:
1. Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi dari ibu (nadi cepat dan lemah, perut
kembung, demam, nafas yang cepat dan his hilang dan lemah)
2. Vulva edema
3. Cairan ketuban berbau, terdapat mekonium
4. Cincin retraksi patologi Brandl
Sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan
penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan ancaman akan
rupturnya segmen bawah uterus.
Gejala Klinis yang dapat ditemui pada janin:
1. Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif
2. Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

25
3. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput suksedaneum,
bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari.
4. Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak
saling bertumpang tindih satu sama lain.
5. Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD).

3.6 Patofisiologi Uterus pada Kala II Memanjang


Pada awal persalinan, uterus akan menghasilkan energi untuk berkontraksi dan
relaksasi. Kondisi metabolik ini dapat berlangsung jika energi ibu cukup, dan
aktivitas ini dipertahankan selama berjam-jam. Namun, jika kondisi ini berlangsung
terlalu lama, akan menyebabkan patologi pada uterus. Pertama-tama, akan timbul
gangguan emosi dan kelelahan pada ibu yang mengakibatkan cadangan glikogen pada
uterus akan berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu
juga dapat terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi kebutuhan
ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk
berkontraksi. Kontraksi yang terus-menerus pada miometrium yang mengalami
deplesi energi dan hipoksia akan mengakibatkan ruptur uteri.

3.7 Diagnosis
Berdasarkan Nice Clinical Guidelines, diagnosis kala II lama dapat ditegakkan
sebagai berikut:6
1. Nullipara
Kala II lebih dari 2 jam tanpa pengaruh regional anestesi (AGOG 2003) atau
lebih dari 3 jam dengan pengaruh regional anestesi. (Kala II dimulai terjadi
pembukaan lengkap pada serviks)
2. Multipara:
Kala II lebih dari 1 jam tanpa pengaruh regional anestesis (AGOG 2003), atau
lebih dari 2 jam dengan pengaruh regional anestesi (Kala II dimulai terjadi
pembukaan lengkap pada serviks).

26
3.8 Penatalaksanaan
Kala II lama merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik yang
memerlukan penanganan tepat dan cepat dimana penanganan tersebut dapat
mengurangi morbiditas maupun mortalitas ibu dan janin. Ketika Kala II lama
ditegakkan maka penilaian klinik perlu dilakukan, diantaranya:15
1. Penilaian klinik terhadap ibu
 Kondisi ibu
 Kontraksi/his
 Pemeriksaan klinik berupa: pemeriksaan kandung kemih, palpasi abdomen,
dan pemeriksaan dalam (evaluasi pelvik, imbangan feto pelvik/penentuan
CPD, maupun ada tidaknya tumor pada jalan lahir)
2. Penilaian Klinik terhadap janin
 Janin berada di dalam atau di luar rahim
 Jumlah janin
 Letak
 Presentasi dan penurunan bagian terbawah janin
 Posisi, moulage, dan kaput suksadenum
 Bagian kecil janin (tangan, tali pusat dll)
 Anomali kongenital yang dapat mengganggu ekspulsif bayi
 Tafsiran berat janin
 Gawat janin
 Janin hidup atau tidak
3. Penilaian terhadap kekuatan mengejan ibu
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat ditentukan dengan segera
etiologi gangguan kemajuan proses persalinan saat kala II dapat segera diambil
keputusan yang tepat.

27
Gambar 3.1 Hubungan Faktor Penyebab Kala II Memanjang, Temuan Klinik, dan
Diagnosis
Setelah ditegakkan diagnosis, maka harus segera dilakukan intervensi untuk
menyelesaikan kala II, sebagai berikut:6,15
1. Pada wanita dengan kondisi fisik yang lelah dan panik, klinisi dapat
memberikan dukungan dan semangat untuk melakukan persalinan. Selain itu,
dapat diberikan analgesik ataupun anestesi dan dilakukan rehidrasi maupun
pemberian kalori.
2. Pemberian oksitosin sesuai dengan indikasi adanya inersia uteri.
3. Pada distosia bahu dilakukan ALARM
4. Tindakan bedah baik per vaginam maupun Sectio Cesaria sesuai indikasi
5. Sectio Cesaria dilakukan pada keadaan yang tidak memungkinkan persalinan
per vaginam dengan tindakan operatif misalnya: panggul sempit, makrosomia,
malpresentasi, letak lintang, CPD, dan asinklitimus.

28
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu
dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria,
dan lain-lain.

3.9 Komplikasi
Komplikasi pada persalinan dengan kala II lama dapat terjadi pada ibu
maupun pada bayi. Pada kala II lama dapat terjadi infeksi sampai sepsis. Infeksi
adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya, terutama bila disertai
pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan
janin.15
Selain itu dapat terjadi dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ,
robekan jalan lahir, ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus
menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada mereka dengan riwayat bedah sesar. Robekan serta pembentukan
fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan rektum. Apabila bagian terbawah janin
menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup
lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat terjadi
nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya
fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat
penekanan ini terjadi setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.10,15
Komplikasi yang terjadi pada janin akibat kala II lama adalah gawat janin
dalam rahim sampai meninggal. Juga dapat terjadi kelahiran janin dalam asfiksia
berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap. Trauma persalinan merupakan
akibat lain dari persalinan kala II lama yang dilakukan tindakan operastif per
vaginam. Trauma tersebut meliputi eksoriasi kulit, sefalhematom, perdarahan
subgaleal, ikterus neonatorum berat, dan nekrosis kepala yang akan diikuti alopesia di
kemudian hari. Selain itu dapat terjadi patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena
pertolongan persalinan dengan tindakan.10

29
3.10 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan
dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut berlangsung,
maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan semakin banyak
komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada janinnya hingga terjadinya
partus kasep.15

30
BAB IV
PEMBAHASAN

1.1. Anamnesis
Keluhan
Teori Kasus
Multipara: Bayi tidak kunjung lahir mengalami pecah
Kala II lebih dari 1 jam tanpa pengaruh ketuban pada pukul 03.00 dini hari dan
regional anestesis atau lebih dari 2 jam segera pergi kebidan untuk ditolong
dengan pengaruh regional anestesi persalinan, sejak pukul 04.00 hingga pukul
(Kala II dimulai terjadi pembukaan 09.00 pasien dilakukan pimpinan
lengkap pada serviks). persalinan namun tak kunjung lahir
sehingga bidan merujuk ke RS

Faktor Risiko
Teori Kasus
Faktor ibu - Ibu usia 36 tahun
- His tidak efisien (adekuat) - Melahirkan satu kali secara spontan
- Usia pervaginam dengan BL 3.500 gram
- Paritas
- Respons stress - HIS : 3 kali kontraksi,dengan durasi 25-
30 detik
Faktor janin
- Bayi presentasi kepala
- Mal presentasi dan Malposisi
- Janin besar - TBJ : 2945 gram

31
4.2 Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Pada ibu: Tekanan darah : 110/70 mmHg
1. Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi Frekuensi nadi : 84 kali/menit, regular,
dari ibu (nadi cepat dan lemah, perut kuat angkat
kembung, demam, nafas yang cepat Frekuensi nafas: 21 kali/menit, regular
dan his hilang dan lemah) Suhu : 36,2 oC (per axiller)
2. Vulva edema Inspeksi : Abdomen membesar sesuai
3. Cairan ketuban berbau, terdapat umur kehamilan, linea nigra (+), striae
gravidarum (+), linea alba (-)
mekonium
4. Cincin retraksi patologi Brandl Palpasi :

● Tinggi fundus uteri (TFU) 31 cm


Pada janin: ● Leopold I : Letak bokong
1. Denyut jantung janin cepat, hebat, ● Leopold II : punggung di kiri
● Leopold III : Letak kepala
tidak teratur, bahkan negatif
● Leopold IV : 3/5
2. Air ketuban terdapat mekonium, HIS : 3 kali kontraksi, dengan durasi
kental kehijau-hijauan, berbau. 25-30 detik
3. Kaput suksedaneum yang besar. TBJ: 2945 gram
4. Moulase kepala yang hebat. Denyut Jantung Janin: 176 x/menit
5. Kematian janin dalam kandungan
Vaginal Toucher :
atau intra uterine fetal death (IUFD).
V/V : Tidak nampak kelainan
Portio: Lunak, tipis, arah portio anterior
Pembukaan : pembukaan lengkap
Ketuban : (-)
Bagian terdepan:Kepala penanda UUK
Penurunan : Hodge 2
Panggul dalam : promontorium tidak
teraba, spina ischiadica tidak menonjol

32
Pelepasan : air mengalir bewarna hijau

4.3 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Penatalaksanaan: 1. Penatalaksanaan di IGD :
3. Penilaian klinik terhadap ibu - O2 Nasal kanul 2 lpm
4. Penilaian klinik terhadap janin - Memasang infus RL 500 cc 20 tpm
5. Penilaian terhadap kekuatan - Memasang kateter urine
mengejan ibu - Observasi TTV
Setelah ditegakkan diagnosis, maka - Observasi DJJ
harus segera dilakukan intervensi untuk 2. dr.Sp.OG :
menyelesaikan kala II - Sectio Caesarea
1. Pada wanita dengan kondisi fisik - Infus RL 20 tpm
yang lelah dan panik, klinisi dapat - Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
memberikan dukungan dan semangat - Antrain 1 ampul/8 jam/IV
untuk melakukan persalinan. Selain
itu, dapat diberikan analgesik
ataupun anestesi dan dilakukan
rehidrasi maupun pemberian kalori.
2. Pemberian oksitosin sesuai dengan
indikasi adanya inersia uteri.
3. Pada distosia bahu dilakukan
ALARM
4. Tindakan bedah baik per vaginam
maupun Sectio Cesaria sesuai
indikasi

33
BAB V
KESIMPULAN

1. Kala II memanjang (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya


waktu kala II dimana pada nullipara berlangsung lebih dari 2 jam dan pada
multipara berlangsung lebih dari 1 jam.
2. Berdasarkan Nice Clinical Guidelines, diagnosis kala II memanjang pada
nullipara apabila kala II lebih dari 2 jam tanpa pengaruh regional anestesi atau
lebih dari 3 jam dengan pengaruh regional anestesi, sedangkan pada multipara
apabila kala II lebih dari 1 jam tanpa pengaruh regional anestesis atau lebih dari
2 jam dengan pengaruh regional anestesi.
3. Penatalaksanaan pada kala II memanjang, yaitu penilaian klinik terhadap ibu,
janin, dan kekuatan mengejan ibu. Setelah itu, maka harus segera dilakukan
intervensi untuk menyelesaikan kala II. Tindakan bedah baik per vaginam
maupun Sectio Caesarea sesuai indikasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Managing Prolonged and Obstructed Labour. Education for


Safe Motherhood. Second edition. Geneva:Department of Making Pregnancy
safer WHO; 2006.
2. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan dengan Tindakan (Tesis). Semarang: Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro; 2006.
3. Mochtar., Rustam. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi.
Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998.
4. Cunningham., Gary et-al. Williams Obstetrics. 23rd Edition. New York:
McGraw Hill, 2010.
5. Ness, Amen., Golberg, Jay., Berghella, Vicenzo. Abnormalities of the First
and Second Stages of Labor. J Obstet Gynecol Clin 2005: 32; 201-20.
6. Anonymous. Intrapartum care: Care of healthy women and their babies during
childbirth. NICE Guidelines; 2007.
7. Hutagalung, Filderia., Marliandiani. Hubungan antara Usia, Paritas Dengan
Persalinan Kala II Lama (Studi Kasus di RSUD dr. Moch. Soewandhie
Surabaya). Program studi D-III Kebidanan Universitas PGRIA di Buana
Surabaya. 2011
8. Anonymous. South Australia Perinatal Practice Guideline: Chapter 9a Delays
in the second stage of labour. South Australia, 2012.
9. Myles, Thomas D., Santolaya, Joaquin. Maternal and Neonatal Outcomes in
Patients With a Prolonged Second Stage of Labor. Jobstet Gynecol America
2003: 102 (1); 52-8.
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008.
11. Neilson, J.P., lavender, T., Quenby, S., Wray, S. Obstructed labour: reducing
maternal death and disability during pregnancy. British Medical Bulletin,
2003: 67: 191–204.

35
12. Joy, S., Thomas, P. 2011. Abnormal Labor. Emedicine (Serial Online), 2011.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/273053-overview,
Accesed on May 5, 2013.
13. Pernoll, M. L. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology.
Tenth edition. New York: Mc Graw Hill, 2001.
14. Syakurah, Risma. Tinjauan Pustaka Partus Kasep (Serial Online), 2011.
http//www.wordpress.com. diakses tanggal 5 Mei 2012.
15. Anonymous. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED). Jaarta:Bakti Husada, 2008.
16. Brown, SJ., Gartland, D., Donath, S., MacArthurc, C., Effects of prolonged
second stage, method of birth, timing of caesarean section and other obstetric
risk factors on postnatal urinary incontinence: an Australian nulliparous
cohort study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 2011.

36
37

Anda mungkin juga menyukai