Anda di halaman 1dari 84

KARYA ILMIAH AKHIR KOMPREHENSIF (KIA-K)

JUDUL :
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA KASUS KARSINOMA MAMMAE DI
RUANG RAWAT INAP CA CENTER RSUD AL-IHSAN BANDUNG PENDEKATAN
EVIDENCE BASED NURSING

Disusun Oleh
Aprilia Damayanti
NPM. 402022145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat dan
Rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KIA-K) dalam
rangka memenuhi persyaratan ujian akhir Profesi Ners Jurusan Keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Kasus Karsinoma Mammae di Ruang Rawat Inap Ca
Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat”

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga Karya Ilmiah Akhir yang
penulis susun dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir
Komprehensif ini masih banyak kekurangan, karena pengetahuan dan kemampuan yang masih
terbatas dan dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari do’a dan dukungan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penyusun hendak mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Tia Setiawati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An. Selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah


Bandung
2. Popy Siti Aisyah, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
3. Nina Gartika, S.Kp., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Universitas
‘Aisyiyah Bandung
4. Riandi Alfin, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk penulis dengan penuh kesabaran dalam memberikan dukungan,
pengarahan, serta saran dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Komprehensif ini
5. Sajodin, S.Kep., Ns., M.AIFO. Selaku penguji sidang I yang telah memberikan
masukan selama pelaksanaan ujian Karya Ilmiah Akhir Komprehensif
6. Siti Nurlela, M.Kep. Selaku penguji sidang II yang telah memberikan masukan
selama pelaksanaan ujian Karya Ilmiah Akhir Komprehensif
7. Kepada Orang Tua saya yaitu Ibu (Sumini) dan Ayah (Bambang Setyo Sutiarso) yang
telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, mendidik penulis agar bisa
menjadi pribadi yang bertanggung jawab, taat dan bermanfaat bagi orang lain,
senantiasa dengan tulus memberikan doa, semangat dan pengorbanan yang diberikan.
Kemudian Kakak Saya (Diah Susetyo Rini) dan Adik (Allysa Octavia Ramadhani)
yang telah memberikan semangat dan dukungan tanpa henti
8. Kepada Teman dekat Rini Komalasari S.Kep, Lailasari Sabila S.Kep, Dewi
Suryatiningsih S.Kep, Aan Atikah S.Kep yang telah berjuang bersama dan
memberikan dukungan serta semangat
9. Seluruh teman-teman seperjuangan prodi Profesi Ners angkatan 2022 yang sudah
berjuang bersama dan memberikan dukungan selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir
Komprehensif ini
10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta do’a yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Komprehensif ini terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Penulis juga sering menjumpai berbagai
macam hambatan dan keterbatasan penulis dalam penguasaan pengetahuan. Oleh karena itu
penulis menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun agar penulis dapat
memperbaiki Karya Ilmiah Akhir Komprehensif ini

Bandung, 29 Januari 2023

Aprilia Damayanti
DAFTAR ISI
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT


PADA KASUS KARSINOMA MAMMAE
DI RUANG RAWAT INAP CA CENTER
RSUD AL-IHSAN BANDUNG

Oleh : Aprilia Damayanti


Pendahuluan : Kanker Payudara (Karsinoma mammae) merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. Kanker payudara menempati urutan
pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang
kematian pertama akibat kanker. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien kanker payudara
Metode : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dalam bentuk review
kasus yang menganalisis suatu masalah asuhan keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami
kanker payudara. Lokasi penelitian pasien 1 (Ny. E) dan pasien 2 (Ny. T) dilakukan di Ruang
Rawat Inap Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
Hasil dan pembahasan : Pada Pasien 1 dan Pasien 2 ditemukan masalah keperawatan yang
sama yaitu nyeri akut. Dimana nyeri merupakan keluhan yang sering terjadi pada pasien kanker
payudara. Terdapat perbedaan skala nyeri yang dirasakan pada kedua pasien dimana pasien 1
skala nyeri yang dirasakan 5 (0-10) dan pasien 2 skala nyeri 4 (0-10). Maka dari itu dilakukan
penegakkan diagnose yang sama. Dalam kasus ini menggunakan terapi murottal sebagai
intervensi. Terapi murottal Al-Qur’an adalah salah satu jenis terapi nonfarmakologis yang
digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri karena dapat menimbulkan respon relaksasi bagi
yang mendengarkannya, pemberian terapi Al-Qur’an memberikan efek nonfarmakologi adjuvant
dalam mengatasi nyeri
Kesimpulan dan Saran : Berdasarkan data pasien ditemukan adanya kesenjangan dan
kurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga dalam penegakkan diagnose masih
terdapat data yang kurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar dapat melakukan pengkajian
yang menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta dalam pengolahan data lebih teliti lagi agar
asuhan keperawatan yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan
pasien

Kata Kunci : Karsinoma Mammae, Nyeri, Terapi Murottal


ABSTRACT

NURSING CARE OF ACUTE PAIN


IN CASE OF CARCINOMA MAMMAE
IN THE CA CENTER ROOM OF
RSUD AL-IHSAN BANDUNG

By: Aprilia Damayanti

Introduction : Breast cancer (carcinoma mammae) is a disturbance in the growth of normal


mammary cells where abnormal cells arise from normal cells multiply and infiltrate lymph tissue
and blood vessels. Breast cancer ranks first in terms of the highest number of cancers in
Indonesia and is one of the first contributors to death from cancer. The purpose of this was to
describe nursing care for breast cancer patients
Methods : The design of this study uses descriptive analytic in the form of a case review that
analyzes a problem of nursing care in patients with breast cancer. The research location for
patient 1 (Mrs. E) and patient 2 (Mrs. T) was carried out at the Inpatient Ca Center at Al-Ihsan
Hospital, West Java Province
Result and Discussions : In patient 1 and Patient 2 the same nursing problem was found namely
acute pain. Where pain is a complaint that often occurs in breast cancer patients. There are
differences in the perceived pain scale in the two patients where patient 1 feels pain scale 5 (0-
10) and patient 2 pain scale 4 (0-10). Therefore the same diagnosis was made, in this case using
murottal therapy as an intervention. Al-Qur’an murottal therapy is a type of non-pharmacological
therapy that is used to reduce pain levels because it can cause a relaxation response for those
who listen to it. Al-Qur’an therapy provides adjuvant non-pharmacological effects in dealing
with pain
Conclusion and Suggestions : Based on patient data there are gaps and a lack of exploration of
patient complaints so that in making a diagnosis there is still data that is not supportive. In the
future it is hoped that it will be able to carry out a comprehensive assessment accurately and
precisely. As well as in processing the data more thoroughly so that the nursing care carried out
can be carried out properly according to the needs of the patient

Keywords : Carcinoma Mammae, Pain, Murottal Therapy


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kanker payudara merupakan suatu pertumbuhan sel payudara yang tidak
terkontrol dan membentuk neoplasma yang jahat dan jika tidak dicegah akan
menyebabkan kematian (Smeltzer & Bare, 2013). Selain menyebabkan kematian, kanker
payudara juga dapat menyebabkan penderita mengalami penurunan kondisi fisik,
psikologis dan sosial, serta aspek yang menentukan kualitas hidup seseorang (Guntari &
Suariyani, 2017). Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) pada 2020
jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari
total 396.914 kasus baru kanker, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22 ribu
jiwa (Globocan WHO, 2020).
Menurut profil Kesehatan Indonesia 2018, Jawa Barat menduduki posisi pertama
dengan jumlah penderita kanker payudara terbanyak di bandingkan Jawa Tengah dengan
jumlah penderita kanker payudara sebanyak 4.141 orang, dan yang dicurigai kanker
payudara dengan deteksi dini yaitu 149 orang. Jumlah ini meningkat di bandingkan tahun
2016 yang hanya berjumlah 452 orang sedangkan yang dicurigai kanker payudara dengan
deteksi dini yaitu tidak ada (Kemenkes RI, 2019). Pada tahun 2017 Kota Bandung
menduduki posisi tertinggi kedua setelah Kota Bekasi dengan jumlah wanita usia 30-50
tahun sebanyak 391,547 orang dan yang positif tumor payudara sebanyak 65 orang
(3,03%). Sejalan dengan survey yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Dinkes Kota
Bandung, kasus kanker payudara banyak dialami oleh wanita yang berusia 20-54 tahun
(Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2020)
Angka kejadian kanker payudara di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat menurut
data rekam medik pada tahun 2021 terdapat 366 pasien rawat inap dengan kanker
payudara hal tersebut menunjukan adanya peningkatan setiap tahunnya. Dampak yang
ditimbulkan dari kanker payudara dapat mempengaruhi emosi, penampilan dan perilaku
sosial pasien (Taylor dalam Nurmahani, 2017). Dampak psikologis berupa
ketidakberdayaan, rasa malu, harga diri menurun, stres, sedih, kecewa, cemas, depresi,
kurangnya rasa percaya diri, dan takut akan kematian (Oetami dkk., 2014). Dampak
sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan,
masalah finansial dan pandangan terhadap penyakit yang dialami (Witjaksono &
Maulina, 2018).
Menurut Fatmawati & Ropyanto (2019) dampak spiritual yang dapat terjadi yaitu
dapat menyebabkan tekanan spiritual yang menyebabkan pasien menjadi stress spiritual
yang sering kali dianggap sebagai teguran yang diberikan Tuhan kepadanya, dan rasa
sakit tersebut dianggap sebagai hukuman atau penebus dosa. Sebagian besar penyakit
kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga angka kesembuhan dan harapan hidup
pasien kanker belum seperti yang diharapkan oleh karena itu, pasien kanker memerlukan
pendekatan agar pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang baik pada akhir hayatnya
(Rahajeng, 2015). Peran perawat sebagai pemberi perawatan paliatif berperan penting
dalam memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, peran perawat dalam
memberikan dukungan seperti membantu pasien dalam menghadapi gejala-gejala akibat
penyakit, memberikan dukungan spiritualitas dengan membimbing pasien dalam berdo’a
dan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi sakit ataupun mempersiapkan
kematian (Izah et al., 2020).
Terapi Murottal merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada pasien memberikan perlakuan terapi dengan
memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi
bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang dibacakan ayat-ayat
Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan dampak positif bagi
tubuh seseorang (Arif Hendra, 2020). Manfaat terapi murottal selain dapat menurunkan
nyeri, terapi murottal melalui terapi pembacaan Al-Qur’an memberikan manfaat dan obat
mujarab bagi seseorang yang mengalami kegundahan hati, keputusasaan, kecemasan,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian diri rasa takut, dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh hingga menurunkan tekanan darah (Arif Hendra, 2020).
Dalam Ilmu keperawatan terdapat teori kenyamanan yang dikembangkan oleh
Katharine Kolcaba pada tahun 1990, teori comfort merupakan middle range theory
karena memiliki batasan konsep dan preposisi, tingkat abstraksinya rendah dan mudah
diterapkan pada pelayanan keperawatan. Teori ini lebih mengedepankan kenyamanan
sebagai kebutuhan semua manusia. Kenyamanan ialah kebutuhan yang diperlukan pada
rentang sakit hingga sehat dan kenyamanan merupakan label tahap akhir dari tindakan
terapeutik perawat kepada pasien (Risnah dan Muh Irwan, 2021). Hubungan antara
intervensi dengan teori yang dikemukakan yaitu memberikan rasa aman dan nyaman
nyeri terhadap keluhan yang dirasakan pasien dengan memberikan tindakan keperawatan
terapi murottal guna menurunkan nyeri akut pada pasien dengan menekan nilai-nilai
keislaman.
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa penulis tertarik untuk menelaah tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi kanker payudara
yang penulisannya tertuang pada karya ilmiah akhir ini. Judul yang diangkat pada karya
ilmiah akhir ini “Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi kanker
payudara di ruang Ca center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem reproduksi : Kanker Payudara di Ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara langsung dan
komprehensif melalui askpek bio-psiko-sosio-spiritual dengan menggunakan proses
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi : kanker payudara
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:
a. Melakukan pengkajian dengan gangguan sistem reproduksi kanker payudara di
ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
b. Merumuskan diagnose keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi kanker
payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
c. Membuat rencana asuhan keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi
kanker payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
d. Melakukan implementasi keperawatan dengan gangguan sistem reproduksi
kanker payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
e. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
reproduksi kanker payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa
Barat

D. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, serta
sistematika penulisan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi kanker payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat
BAB II : Tinjauan teoritis, berisi konsep dasar kanker payudara, definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan prosedur diagnostik
BAB III : Tinjauan kasus dan pembahasan, berisi tujuan kasus pada pasien dengan
gangguan sistem reproduksi kanker payudara yang terdiri dari pengumpulan data,
analisa data, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan pembahasan
menelaah kesenjangan antara teori dengan kenyataan dilapangan yang terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi
BAB IV : Simpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan dari pembahasan kasus secara
teori dan kasus yang terjadi pada pasien gangguan sistem reproduksi kanker payudara
serta saran yang mampu meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada peserta
lainnya dengan kasus yang sama
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit Kanker Payudara


1. Definisi
Kanker payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal payudara
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. Kanker payudara adalah tumor ganas pada
payudara atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau
massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini
keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan (Marfianti, 2021)
2. Anatomi Fisiologi
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot
dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram saat menyusui 800 gram.
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose
yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas
otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis
jaringan ikat (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017.)
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu korpus, areola, dan
papilla atau putting. Korpus (badan) adalah bagian yang membesar.
Korpus terdiri atas alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih
besar (duktus laktiferus) (Wahyuninsih & Kusmiyati, 2017).
Areola merupakan bagian yang kehitaman di tengah.Sinus
laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar (Wahyuingsih & Kusmiyati, 2017). Puting (papilla
mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu
apertura duktus laktiferosa (Price, 2012)
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal,
yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal
dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui
vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior. Aliran
limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola
adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Wahyuningsih &
Kusmiyati, 2017)

Gambar 2.1 Anatomi Payudara


Sumber : Coad 2001, dalam Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017
3. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi
oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan
progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus.
Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid,
payudara akanmengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh
karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini.
(Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
Pada usia kehamilan trimester 1, payudara (mamae) akan membesar
dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan progesteron,
akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi
sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada
mammae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus
pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi
pembuatan kasein, laktralbumin dan laktoglobulin. Dengan demikian
mammae dipersiapkan untuk laktasi. (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
Kolostrum mulai muncul pada trimester II, warnanya bening
kekuning-kuningan. Pertumbuhan payudara pun lebih besar lagi karena
dipengaruhi oleh kelenjar mamae. Pada Trimester III, Mammae semakin
tegang dan membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat pengaruh
somatotropin, estrogen dan progesteron. Pada payudara wanita terdapat
striae karena adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 %
wanita hamil. Selama trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan
kolostrum secara periodik (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
4. Etiologi
Secara konseptual penyebab kanker payudara belum dapat diketahui
secara pasti, akan tetapi terdapat faktor risiko yang diduga berhubungan
dengan kejadian kanker payudara yaitu: riwayat penyakit, riwayat
keluarga, usia, usia menarche, usia menopause, usia melahirkan anak
pertama, riwayat kontrasepsi hormonal, riwayat menyusui, dan obesitas
a. Usia
Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mengalami kanker payudara dan risiko ini akan bertambah
sampai umur 50 tahun dan setelah menopause
b. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan
risiko kanker payudara berisiko 2-3 kali lebih besar
c. Riwayat kontrasepsi hormonal
kadar hormonal yang berlebihan akan menumbuhkan sel-sel
genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker payudara
d. Riwayat menyusui
Menyusui dapat memberikan proteksi terhadap ibu, meningkatkan
kesehatan bayi dan juga dapat menghindarkan ibu dari kanker
payudara Pada wanita yang tidak menyusui produksi susu akan
berhenti, namun produksi air susu tidak mudah berhenti begitu saja
sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan payudara yang
sering menimbulkan rasa nyeri
e. Riwayat penyakit
Penderita pernah memiliki riwayat penyakit yang sama yaitu
kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan
pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang
sehat
f. Obesitas
Obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan kanker
payudara. Estrogen disimpan dalam jaringan adiposa). Beberapa
kanker payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa
estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Maka,
makin banyak jaringan adiposa, makin banyak estrogen yang mengikat
ER+ sel-sel kanker
g. Usia menarche
Jika seorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum 12
tahun wanita akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara
(Brunner & Suddrath, 2013). Hal tersebut dikarenakan semakin cepat
seorang wanita mengalami menarche dini maka makin panjang pula
jaringan payudaranya dapat terkena oleh unsur unsur berbahaya yang
menyebabkan kanker seperti bahan kimia, esterogen, ataupun radiasi
(Desen, 2013)
h. Usia memiliki anak pertama
Melahirkan anak pertamanya < 30 tahun. Semakin tua memiliki anak pertama,
semakin besar risiko untuk terkena kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau
lebih dan belum pernah melahirkan anak risiko terkena kanker payudara juga
akan meningkat. Wanita yang belum pernah melahirkan diatas usia 30 tahun 3
kali berpotensi terkena kanker payudara (Mulyani, 2013)
5. Klasifikasi Kanker Payudara
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease (Smeltzer & Bare, 2013)
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker payudara yang terjadi pada kantong payudara (penghubung antara
alveolus, kelenjar yang memproduksi susu dan areola). Sel karsinoma terkunci
dalam saluran mammae dan tidak menyerang lemak dan jaringan konektif
payudara di sekitarnya. Karsinoma non-invasive ini berdasarkan World Health
Organization (WHO) terbagi menjadi dua yaitu non invasive ductal
carcinoma (berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju areola) dan
lobular karsinoma in-situ (karsinoma yang masih berada pada tempatnya serta
belum terjadi metastase)
b. Kanker payudara invasive
Sel karsinoma merusak saluran dinding kelenjar mammae serta menyerang
lemak dan jaringan konektif payudara di sekitarnya. Karsinoma dapat bersifat
invasive (menyerang) tanpa selalu menyebar (metastase) ke simpul limfa atau
organ lain dalam tubuh . pada tahap ini karsinoma telah menyebar keluar
bagian kantong mammae dan menyerang jaringan sekitarnya, bahkan
menyebabkan metastase ke bagian tubuh lainnya, seperti kelenjar limfa dan
lainnya melalui peredaran darah
c. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola
dan putting. Tandanya terlihat dari kulit pecah-pecah, memerah, dan
mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak
disertai dengan massa
6. Stadium Kanker Payudara
Stadium kanker penting untuk panduan pengobatan, follow up dan menentukan
prognosis. Berikut stadium karsinoma mammae menurut (Panigrogo et al., 2019)

a. Stadium 0
Kanker in situ dimana sel kanker berada pada tempatnya didalam jaringan
payudara normal
b. Stadium I
Tumor dengan garis tengah kurang 2 cm dan belum menyebar ke luar
payudara
c. Stadium IIA
Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm tetapi sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB
Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi
sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
e. Stadium IIIA
Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke
struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu ke dalam kulit payudara atau ke
dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding
dada atau tulang dada
g. Stadium IIIC
Ukuran tumor bisa menjadi berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan kelenjar limfe aksilar, atau metastasis
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
h. Stadium IV
Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada misalnya ke
hati, tulang, otak, paru-paru
7. PATHWAY

Faktor Predisposisi dan resiko tinggi Hiperplasia pada sel.mamae

Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh


Mendesak jaringan
darah
sekitar Interupsi sel syaraf
Menekan jaringan pada
mamae Aliran darah
Nyeri terhambat
Mensuplai darah ke
jaringan ca Peningkatan
konsistensi mamae Hipoxia

Mamae
Hipermetabolis ke Ukuran mamae Nikrosis jaringan
membengkak
jaringan abnormal

Bakteri patogen
Massa tumor
Suplai nutrisi ke Mamae asimetik
membengkak ke
jaringan lain
jaringan luar infeksi
Gg. Body Image
Berat badan turun Kurang
Perfusi jaringan pengetahuan
Nutrisi kurang dari terganggu
kebutuhan
Infiltrasi pleura Cemas
Ulkus
parietale
8. Tanda dan Gejala
Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang
khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk
bulat dan elips, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema,
mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun
dapat sebagai petunjuk adanya metastase . Adapun tanda dan gejala kanker
payudara adalah sebagai berikut (Astrid Savitri, 2018) :
a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
b. Bentuk putting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus menerus) atau
puting mengeluarkan cairan atau darah (nipple discharge)
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus)
d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget discharge)
f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak
g. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Ardiarini & Choridah, 2020) Pemeriksaan penunjang terdiri dari :
a) SADARI (Pemeriksaan Payudara dengan sendiri)
Jika SADARI dilakukan dengan rutin, maka seorang wanita pasti dapat
menemukan sebuah benjolan pada stadium yang masih dini. Sebaiknya
SADARI ini dilakukan setiap bulan. Bagi wanita jika masih mengalami proses
menstruasi, inilah waktu yang tepat untuk kita melakukan pemeriksaan
SADARI yaitu 7 sampai 10 hari sesudah hari 1 setelah menstruasi. Dan bagi
wanita yang pasca menopause, maka pemeriksaan SADARI bisa dilakukan
dalam waktu kapan saja dengan rutin melakukannya setiap bulan, misalnya
dalam setiap awal bulan
b) Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mammografi dikerjakan pada wanita usia
diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat
maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10
dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan
akan memberi hasil yang optimal
c) USG
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk mengetahui perubahan
ukuran bentuk payudara. Pada umumnya digunakan sebagai teknik yang
terpilih untuk bisa membedakan masa kristik sebagai pengaruh biopsi
d) MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) digunakannya gelombang radio serta
magnet dua-duanya mampu menghasilkan gambar diseuluruh permukaan
payudara dengan jelas dan dapat menunjukan jaringan lunaknya. Sangat baik
mendeteksi kambuhnya lokal setelah argumentasi payudara dengan implant
e) Biopsi
Prosedur tes yang dilakukan untuk mengetahui dan menentukan apakah
benjolan di payudara itu kanker atau tidak yang kemudian dibawa ke
laboraturium. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk evaluasi lesi kristik
10. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma
payudara bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga
melalui limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh
atau sistemik adalah paru-paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan
panggul), adrenal dan hati
11. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilaksanakan pada pasien dengan kanker
payudara menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2015) adalah sebagai
berikut :
a. Pembedahan
1) Definisi mastektomi
Mastektomi merupakan pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat
payudara (Pamungkas, 2017). Mastektomi adalah pemotongan melintang dan
pengangkatan jaringan payudara dari tulang selangka (superior) ke batas
depan lattissimus dorsi (lateral) ke rectus sheath (inferior) dan midline
(medial)
2) Jenis-jenis mastektomi
a. Mastektomi preventif
Pembedahan di lakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi
terkena kanker payudara akibat faktor genetika atau resiko keturunan
kanker payudara. Operasi ini dapat berupa total mastektomi,
pengangkatan seluruh payudara dan puting arau subcutaneous
mastectomy, pengangkatan payudara tetapi puting tetap di pertahankan
b. Mastektomi sederhana atau total
Di lakukan dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya,
namun simpul limfe tetap di pertahankan
c. Mastektomi radikal
Mastektomi radikal adalah pengangkatan seluruh kulit payudara, otot
dibawah payudara serta simpul limfe (getah bening)
3) Dampak post op mastektomi
Dampak dari operasi mastektomi dapat menghambat perkembangan sel
kanker dan umumnya mempunyai taraf kesmebuhan 85-87%. Namun
penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara. Hal tersebut juga
berdampak pada psikologis pasien karena adanya rasa kehilangan dan
perubahan bentuk atau struktur pada payudaranya. Reaksi psikis positif yang
dapat muncul adalah menurunnya self confidence (kepercayaan diri) sebagai
perempuan karena kehilangan payudara, stress atau depresi
b. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistematik yang selalu digunakan apabila adanya
penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan ini diberikan
kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah mastektomi ditemukan suatu
metastasis di suatu atau beberapa kelenjar
c. Radioterapi
Radioterapi berfungsi untuk penderita kanker payudara dan biasanya juga
digunakan sebagai alat terapi yang kuratif dengan cara mempertahankan mammae
dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau terapi paliatif
d. Terapi hormonal
Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat bergantung kepada suatu suplai
hormone estrogen, dan juga oleh karena itu terapi ini adalah tindakan yang
berfungsi untuk mengurangi dalam pembentukan hormone yang dapat
menghambat laju dari perkembangan semua sel kanker, akan tetapi terapi
hormonal itu biasanya disebut juga sebagai sebuah terapi anti estrogen karena
terapi ini sistem kerjanya sangat menghambat atau juga dapat menghentikan
kemampuan dari hormone estrogen yang sudah ada dalam menstimulus
perkembangan kanker payudara

B. Analisis Jurnal PICO/VIA


1. Kelebihan Penelitian
Pada penelitian sudah terdapat penjelasan mengenai pemberian terapi Murottal Al-Qur’an
mulai dari durasi pemberian intervensi hingga frekuensi yang diberikan
2. Analisis PICO

P (Patient/Problem) : Efektifitas Terapi Murottal Terhadap Penurunan Tingkat


Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara
I (Intervention) : Pemberian teknik distraksi Murottal Al-Qur’an
C (Comparison) : -
O (Outcome) : Hasil yang diharapkan dalam pemberian teknik distraksi
Murottal Al-Qur’an menurunkan skala nyeri pasien kanker
payudara pascaoperatif di ruang Ca Center
Pertanyaan : Apakah terdapat pengaruh penerapan terapi distraksi
murottal Al-Qur’an untuk menurunkan nyeri pasien
kanker payudara di ruang Ca Center RSUD Al-Ihsan?
Artikel Penelitian Melalui Kaidah VIA

Journal Validity Importancy Applicability

Judul : V1 : Murottal Al-Qur’an adalah Dilakukannya terapi


lantunan ayat Al-Qur’an murottal Al-Qur’an ini
Pengaruh Teknik Distraksi Sampel yang digunakan
yang dilagukan oleh sebanyak dua kali dalam
Mendengar Murottal Al- dalam penelitian ini
seorang qori’ (pembaca Al- sehari dan dengan durasi
Qur’an Terhadap sebanyak 20 orang
Qur’an). Pengobatan waktu kurang lebih 15
Penurunan Intensitas Nyeri
V2 :
dengan Al-Qur’an menit menggunakan
Pada pasien Pascaoperatif
Rancangan penelitian ini merupakan istilah dari ayat handphone melalui
Penulis :
menggunakan jenis ayat Al-Qur’an yang headphone
Mira Astri Koniyo penelitian Pre dibacakan pada orang sakit
Experimental dengan yang ditambahkan doa-doa
Rahmawati Mansur
rancangan One Group ma’tsuroh yang jika kita
Tahun :
Pretest-Posttest. Tempat ulang-ulangi beberapa kali
2021 penelitian di Ruang Bedah sehingga terjadi
RSUD Toto Kabila kesembuhan atas izin Allah
kabupaten Bone Bolango. dengan demikian sesuatu
Populasi dalam penelitian yang mempengaruhi dalam
adalah pasien yang telah diri orang sakit adalah
menjalani prosedur operasi bacaan Al-Qur’an (Kaheel,
di Ruang Bedah RSUD 2013)
Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango.
Pengambilan sampel
dilakukan dengan Teknik
purposive sampling.
Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi
check list yang dirancang
sendiri oleh peneliti. Pada
penelitian ini alat ukur
skala intensitas nyeri
Bourbanis berfungsi untuk
mengetahui intensitas nyeri
sebelum dan sesudah

V3 :

Faktor perancu dalam


penelitian ini adalah tidak
dijelaskannya mengenai
kriteria inklusi dan ekslusi
pasien
V4 :

Berdasarkan hasil
penelitian data skala nyeri
sebelum dan sesudah
dilakukan teknik distraksi
murottal Al-Qur’an
menunjukkan nilai rata-
rata skala nyeri responden
sebelum perlakuan
intervensi sebesar 5.40
sedangkan nilai rata-rata
skala nyeri responden
sesudah perlakuan
intervensi sebesar 3.35

V5 :

Hasil penelitian
menunjukan dari uji di atas
dapat disimpulkan bahwa
pengaruh teknik distraksi
murottal Al-Qur’an
terhadap intensitas
penurunan nyeri pada
pasien pascaoperatif di
Ruang Bedah RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone
Bolango dapat diterima.
Sesuai dengan pendapat
Andarmoyo (2013) bahwa
teknik distraksi auditory
dapat menurunkan
intensitas nyeri dengan
menstimulasi sistem
kontrol desenden yang
mengakibatkan lebih
sedikit stimulasi nyeri yang
di transmisikan ke otak
yaitu dengan teknik
distraksi mendengar
murottal Al-Qur’an
Judul : V1 : Terapi murottal Al – Frekuensi terapi non
Qur’an adalah salah satu farmakologi murottal Al –
Efektivitas Terapi Sampel penelitian ini
jenis terapi Qur’an diberikan sebanyak
Murottal Terhadap diambil sebanyak 75 orang
nonfarmakologis yang 2 kali setiap hari selama 21
Penurunan Tingkat Nyeri
digunakan untuk hari berturut-turut dengan
pada Pasien Kanker
V2 : menurunkan tingkat nyeri durasi waktu 15 menit dan
Payudara
karena dapat menimbulkan dengan volume 50 desibel.
Rancangan penelitian ini
Penulis :
respon relaksasi bagi yang Setelah itu akan dilakukan
adalah Quasy
Amia Rosandi Suwardi mendengarkannya. post test (pengukuran
Experimental design
Pemberian terapi Al- akhir) untuk mendapatkan
Desi Ariyana Rahayu dengan jenis Non
Qur’an memberikan efek hasil
equivalent Kontrol Group
Tahun :
non farmakologi adjuvan
Design subyek dalam
2019 dalam mengatasi nyeri
penelitian ini adalah pasien
kanker di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung yang
mengalami nyeri melalui
teknik puposive sampling,
maka didapatkan 75 orang
yang memenuhi kriteria
inklusi yang kemudian
terbagi menjadi 3
kelompok yaitu 2
kelompok intervensi dan 1
kelompok kontrol. Ketiga
kelompok dilakukan
pengkajian tingkat nyeri
sebelum dan sesudah
tindakan pada kelompok
intervensi, kelompok 1
yaitu dengan menggunakan
terapi musik klasik,
kelompok 2 dengan
menggunakan terapi
murottal, sedangkan
kelompok kontrol tidak
dilakukan perlakuan.
Tingkat nyeri diukur
dengan Numeric Rating
Scale
V3 :

Faktor perancu pada


penelitian ini adalah
kriteria inklusi dan ekslusi
responden tidak dijelaskan

V4 :

Hasil penelitian ini


menunjukkan bahwa
sebelum dilakukan
intervensi terapi murottal
skala nyeri awal adalah 5
dan 7 dan setelah
dilakukan skala nyeri
menjadi 3 dan 4

V5 :

Hasil penelitian ini juga


sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahyu
& Imam (2018).
Menyatakan bahwa setelah
diberikan terapi murottal
tingkat nyeri sedang turun
menjadi tingkat nyeri
ringan. Selain itu hasil
penelitian Faradisi &
Aktifah (2018) tentang
pengaruh pemberian terapi
murottal terhadap
penurunan tingkat nyeri
post operasi pasien kanker
didapatkan hasil secara
statistik dengan p = 0,004
artinya adanya pengaruh
pemberian terapi murottal
terhadap penurunan nyeri
pasien post operasi
Judul : V1 : Bacaan Al-Qur’an Intervensi pemberian
merupakan kumpulan terapi Murottal Al-Qur’an
The Effectiveness Of Al- Sampel penelitian ini
frekuensi suara yang dalam penelitian dilakukan
Qur’an Murrotal Therapy diambil sebanyak 36 orang
sampai ke telinga, sebanyak 5 kali dalam 3
On Reducing Pain Among
V2 :
menyebar ke sel-sel otak hari dan durasi waktu yang
Postoperative Patients
Rancangan penelitian yang dan mengarahkan pengaruh diberikan dalam 15-20
dilakukan menggunakan melalui celah di aliran menit
Penulis : Quasi experimental dengan listrik yang berada dalam
rancangan non-randomized sel. Sel-sel juga bereaksi
Bhakti Permana
pre test - post test dengan bersama aliran ini dan
Linlin Lindayani
desain control grup. bergetar masuk berirama
Tahun : Subyek dalam penelitian dengannya. Dari penelitian
ini adalah pasien post yang dilakukan oleh Heny
2021
operatif sebanyak 36 & Ummi (2017)
responden sesuai dengan menunjukan bacaan ayat-
kriteria inklusi dan ekslusi ayat Al-Qur’an dapat
yang telah ditentukan mempengaruhi terjadinya
perubahan fisiologis dan
V3 :
psikologis yang sangat
Pada penelitian ini tidak
besar saat mendengarkan
dijelaskan mengenai
secara fokus. Sebanyak
kriteria inklusi dan ekslusi 97% hasil mendengarkan
responden murottal Al-Qur’an tersebut
dapat memberikan
V4 :
ketenangan dan mengurangi
Berdasarkan hasil
rasa sakit
penelitian terbukti bahwa
pemberian terapi Murottal
Al-Qur’an memberikan
efek positif untuk
menurunkan skala nyeri
pada pasien kanker post
operatif. Setelah diberikan
intervensi murottal skala
nyeri responden yang
awalnya berada di rentang
berat menjadi nyeri sedang

V5 :

Berdasarkan penelitian
Yuda (2018) responden
diberikan intervensi
relaksasi nafas dalam dan
teknik Murottal Al-Qur’an
Surat Al-fatihah dan Ar-
Rahman sebanyak 5 kali
untuk 3 hari dengan durasi
waktu 15 sampai 20 menit
dan didapatkan hasil skala
nyeri responden berkurang
berada dalam rentang nyeri
sedang

Nanik (2020) responden


diberikan terapi murottal
al-qur’an selama 15 menit
namun peneliti tidak
menjelaskan menggunakan
surah yang digunakan
untuk terapi.

Judul : V1 : Suara pada murottal dapat Pemberian intervensi ini


menurunkan kadar hormon- sebanyak 1x sehari dengan
Perbedaan Pengaruh Sampel yang digunakan
hormon stres, mengaktifkan durasi waktu antara 15
Terapi Murottal selama 15 dalam penelitian ini
hormon endorphin alami, atau 25 menit
menit dan 25 menit sebanyak 30 responden
meningkatkan perasaan
terhadap Penurunan Skala
Nyeri pada Pasien Kanker V2 : rileks dan mengalihkan
Pasca Bedah perhatian dari rasa takut,
Penelitian ini
cemas dan tegang,
Penulis : menggunakan desain
memperbaiki sistem kimia
penelitian quasi
Nani Sri Mulyani
tubuh sehingga
experimental dengan
Iwan Purnawan menurunkan tekanan darah,
rancangan non-randomized
memperlambat pernapasan,
Tahun : pretest-posttest with
detak jantung, denyut nadi,
control group design.
2019
dan aktivitas gelombang
Pengambilan sampel
otak. Keadaan rileks
menggunakan consecutive
tersebut mendistraksi nyeri
sampling yang memenuhi
sehingga nyeri yang
kriteria inklusi penelitian.
dirasakan berkurang
Pada penelitian ini
menggunakan surat Ar
Rahman dengan qori
Muhammad Thaha Al
Junayd yang diberikan
selama 15 menit untuk
kelompok 15 menit dan 25
menit diberikan untuk
kelompok 25 menit dengan
intensitas bunyi 50-60db

V3 :

Faktor perancu yang


terdapat dalam penelitian
ini adalah tidak ada
penjelasan kriteria inklusi
dan eksklusi responden

V4 :

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang
signifikan mengenai
penurunan skala nyeri
antara dua kelompok.
Namun, meskipun tidak
ada perbedaan yang
spesifik rata-rata
penurunan skala nyeri
lebih besar. Menurut
Novita (2017), terapi
murottal yang telah
diberikan pada hari ke 0
dan hari pertama
pascabedah masih dapat
menstimulasi pengeluaran
hormon endorphin pada
hari kedua pascabedah
sehingga nyeri di hari
tersebut masih dapat
menurun tanpa diberi
terapi murottal kembali

V5 :

Hasil penelitian
menyimpulkan secara
statistik terdapat perbedaan
yang signifikan antara
skala nyeri sebelum dan
sesudah diberi terapi
murottal pada kedua
kelompok , namun tidak
ada perbedaan yang
signifikan antara
penurunan skala nyeri pada
kelompok 15 menit dan 25
menit

Judul : V1 : Salah satu teknik distraksi Berdasarkan penelitian


adalah mendengarkan terapi tidak dijelaskan mengenai
A Case Study Murotal Sampel yang digunakan
murrotal. Mendengarkan durasi intervensi yang
Distraction to Reduce dalam penelitian ini
murottal adalah kegiatan diberikan
Pain Level among Post- sebanyak 1 orang
keagamaan yang dapat
Mastectomy Patients
V2 :
dilakukan dengan
Penulis :
Rancangan penelitian ini mengingat Allah SWT
Windy Oktavia menggunakan pretest- melalui dzikir dengan
posttest with control group membaca atau
Tahun :
dan menggunakan mendengarkan bacaan Al-
2021
consecutive sampling. Qur’an. Efek dari terapi
Instrument yang digunakan murrotal Al-Qur’an dapat
dalam penelitian ini yaitu memberikan ketenangan
skala numerik (NRS), dan mengurangi kecemasan
subyek penelitian adalah serta rasa nyeri
pasien kanker payudara
dengan post mastektomi
sebanyak 1 orang sesuai
kriteria yang telah
ditentukan

V3 :

Peneliti tidak menjelaskan


mengenai kriteria inklusi
dan ekslusi

V4 :

Berdasarkan hasil
penelitian selama 6 hari
responden mengungkapkan
nyeri yang dirasakan
mengalami penurunan
skala dari 4 (1-10) menjadi
skala 2 (1-10) dan
responden sudah dapat
mengalihkan rasa nyeri
dengan rutin
mendengarkan murottal
Al-Qur’an
V5 :

Berdasarkan hasil
penelitian Sri Mulyani
(2020) mengungkapkan
bahwa mendengarkan ayat-
ayat Al-Qur’an dapat
menjadi penangkal obat
berbagai macam racun
(penyakit) karena getaran
neuron akan stabil bahkan
berfungsi dengan baik.
Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh DR.
Ahmad Al-Qadhi pada
responden usia 17-40 tahun
dengan kasus nyeri, lalu
dilakukan intervensi
murottal Al-Qur’an dan
didapatkan hasil bahwa
mendengarkan murottal
Al-Qur’an dapat
memberikan ketenangan
dan mengurangi nyeri

3. Matriks Telaah Jurnal

Judul Pengaruh teknik Efektivitas Perbedaan The effectiveness Murotal distraction to


Jurnal distraksi mendengar terapi murottal pengaruh of Al-Qur’an reduce pain level among
Murottal Al-Qur’an terhadap terapi murottal murrotal therapy post mastectomy patients
terhadap penurunan penurunan selama 15 on reducing pain
intensitas nyeri tingkat nyeri menit dan 25 among
pada pasien pada pasien menit terhadap postoperative
pascaoperatif kanker penurunan patients
payudara di skala nyeri
Rumah Sakit pada pasien
Islam Sultan kanker pasca
Agung bedah
Jumlah 20 orang 75 orang 30 orang 20 orang 1 orang
Sampel
Jenis Kanker Payudara Kanker Kanker Kanker Kanker Payudara
Penyakit Payudara Payudara Payudara
Hasil Hasil penelitian Hasil
Hasil Berdasarkan Berdasarkan hasil
Ukur menunjukan dari uji penelitian
penelitian ini hasil penelitian penelitian selama 6 hari
di atas dapat menyimpulkan
menunjukkan terbukti bahwa responden mengungkapkan
disimpulkan bahwa secara statistik
bahwa pemberian nyeri yang dirasakan
pengaruh teknik terdapat
sebelum terapi Murottal mengalami penurunan
distraksi murottal perbedaan
dilakukan Al-Qur’an skala dari 4 (1-10) menjadi
Al-Qur’an terhadap yang signifikan
intervensi memberikan skala 2 (1-10) dan
intensitas antara skala
terapi efek positif responden sudah dapat
penurunan nyeri nyeri sebelum
murottal skala untuk mengalihkan rasa nyeri
pada pasien dan sesudah
nyeri awal menurunkan dengan rutin
pascaoperatif di diberi terapi
adalah 5 dan skala nyeri pada mendengarkan murottal
Ruang Bedah murottal pada
7 dan setelah pasien kanker Al-Qur’an
RSUD Toto Kabila kedua
dilakukan post operatif.
Kabupaten Bone kelompok ,
skala nyeri Setelah
Bolango dapat namun tidak
menjadi 3 dan diberikan
diterima, skala ada perbedaan
4. pengaruh intervensi
nyeri sebelum dan yang signifikan
pemberian murottal skala
sesudah dilakukan antara
terapi nyeri responden
teknik distraksi penurunan
murottal yang awalnya
murottal Al-Qur’an skala nyeri
terhadap berada di
menunjukkan nilai pada kelompok
penurunan rentang berat
rata-rata skala nyeri 15 menit dan
tingkat nyeri menjadi nyeri
responden sebelum 25 menit
post operasi sedang
perlakuan intervensi
pasien kanker
sebesar 5.40
didapatkan
sedangkan nilai
hasil secara
rata-rata skala nyeri
statistik
responden sesudah
dengan p =
perlakuan intervensi
0,004 artinya
sebesar 3.35
adanya
pengaruh
pemberian
terapi
murottal
terhadap
penurunan
nyeri pasien
post operasi

Lama Dilakukannya terapi Pemberian Intervensi Penelitian ini tidak


Frekuensi
tindakan murottal Al-Qur’an intervensi ini pemberian terapi menjelaskan mengenai
terapi non
ini sebanyak dua sebanyak 1x Murottal Al-
kali dalam sehari sehari dengan Qur’an dalam durasi intervensi
farmakologi
dan dengan durasi durasi waktu penelitian
murottal Al –
waktu kurang lebih antara 15 atau dilakukan
Qur’an
15 menit 25 menit sebanyak 5 kali
diberikan
menggunakan dalam 3 hari dan
sebanyak 2
handphone melalui durasi waktu
kali setiap
headphone yang diberikan
hari selama
dalam 15-20
21 hari
menit
berturut-turut
dengan durasi
waktu 15
menit dan
dengan
volume 50
desibel.
Setelah itu
akan
dilakukan
post test
(pengukuran
akhir) untuk
mendapatkan
hasil

Level of
evidence

4. Deskripsi Topik
a. Terapi Murottal Al-Qur’an

Judul jurnal Definisi


Pengaruh teknik distraksi mendengar Terapi Murottal Al-Qur’an adalah
Murottal Al-Qur’an terhadap penurunan Mendengarkan lantunan ayat Al-Qur’an yang
intensitas nyeri pada pasien pascaoperatif dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-
Qur’an). Pengobatan dengan Al-Qur’an
merupakan istilah dari ayat ayat Al-Qur’an
yang dibacakan pada orang sakit yang
ditambahkan doa-doa ma’tsuroh yang jika
kita ulang-ulangi beberapa kali sehingga
terjadi kesembuhan atas izin Allah dengan
demikian sesuatu yang mempengaruhi dalam
diri orang sakit adalah bacaan Al-Qur’an
(Kaheel, 2013)
Efektivitas terapi murottal terhadap
Terapi murottal Al – Qur’an adalah salah
penurunan tingkat nyeri pada pasien kanker
satu jenis terapi nonfarmakologis yang
payudara di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri
karena dapat menimbulkan respon relaksasi
bagi yang mendengarkannya. Pemberian
terapi Al- Qur’an memberikan efek non
farmakologi adjuvan dalam mengatasi nyeri

Perbedaan pengaruh terapi murottal selama Terapi Murottal Al-Qur’an yaitu dimana
15 menit dan 25 menit terhadap penurunan pasien mendengarkan lantunan Al- Qur’an
skala nyeri pada pasien kanker pasca bedah yang dibacakan oleh Qori. suara pada
murottal dapat menurunkan kadar hormon-
hormon stres, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan
rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah, memperlambat pernapasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang
otak. Keadaan rileks tersebut mendistraksi
nyeri sehingga nyeri yang dirasakan
berkurang
The effectiveness of Al-Qur’an murrotal Terapi Murottal Al-Qur’an merupakan
therapy on reducing pain among kumpulan dimana frekuensi suara yang
postoperative patients sampai ke telinga, menyebar ke sel-sel otak
dan mengarahkan pengaruh melalui celah di
aliran listrik yang berada dalam sel. Sel-sel
juga bereaksi bersama aliran ini dan bergetar
masuk berirama dengannya
Murotal distraction to reduce pain level Mendengarkan murottal adalah kegiatan
among post mastectomy patients keagamaan yang dapat dilakukan dengan
mengingat Allah SWT melalui dzikir dengan
membaca atau mendengarkan bacaan Al-
Qur’an. Efek dari terapi murrotal Al-Qur’an
dapat memberikan ketenangan dan
mengurangi kecemasan serta rasa nyeri

b. Prosedur dan Lama Tindakan

Judul Prosedur dan Lama Tindakan


Pengaruh teknik distraksi mendengar Murottal Prosedur terapi murottal :
Al-Qur’an terhadap penurunan intensitas - Bantu pasien untuk memilih posisi
nyeri pada pasien pascaoperatif yang nyaman
- Dekatkan handphone dan headphone
ke pasien
- Nyalakan handphone yang berisi
murottal selama 15 menit
- Pastikan volume tidak terlalu keras
Efektivitas terapi murottal terhadap Prosedur terapi murottal :
penurunan tingkat nyeri pada pasien kanker - Persiapkan handphone & MP3
payudara di Rumah Sakit Islam Sultan Agung murrotal
- Posisikan pasien dalam posisi nyaman
serta lingkungan yang hening sehingga
pasien dapat berkonsentrasi penuh
- Anjurkan pasien untuk menarik nafas,
menutup mata
- Nyalakan mp3 murrotal Al-Qur’an
Perbedaan pengaruh terapi murottal selama 15 Prosedur terapi murrotal :
menit dan 25 menit terhadap penurunan skala - Anjurkan pasien untuk menarik nafas
nyeri pada pasien kanker pasca bedah terlebih dahulu
- Posisikan pasien dengan nyaman
- Anjurkan pasien menutup mata agar
tetap fokus
- Hidupkan mp3 selama 15 sampai 25
menit dan atur volume agar tidak
terlalu keras
- Biarkan pasien sendiri agar tetap fokus
dan konsentrasi
The effectiveness of Al-Qur’an murrotal Prosedur terapi murrotal :
therapy on reducing pain among postoperative - Memposisikan pasien dengan posisi
patients nyaman
- Anjurkan untuk minum terlebih
dahulu
- Batasi stimulasi eksternal seperti
cahaya, suara, panggilan telepon
selama mendengarkan murottal
- Dekatkan handphone (mp3) dan
perlengkapan alat terapi dengan pasien
- Nyalakan mp3 selama 15 – 20 menit
- Pastikan volume mp3 sesuai dan tidak
terlalu keras
Murotal distraction to reduce pain level Penelitian ini tidak menjelaskan mengenai
among post mastectomy patients durasi dan frekuensi selama dilakukan
intervensi

c. Pengaruh Terapi Murottal

Judul jurnal Pengaruh terapi murottal


Pengaruh teknik distraksi mendengar Murottal Terapi murottal dapat menurunkan nyeri
Al-Qur’an terhadap penurunan intensitas nyeri dikarenakan terapi murottal dapat
pada pasien pascaoperatif menurunkan ketegangan dan stres, sehingga
perubahan energy listrik dan otot-otot pada
organ tubuh, peredaran darah dan detak
jantung mengalami perubahan. Dalam
penelitian didapatkan skala nyeri responden
berkurang setelah diberikan terapi murottal
Efektivitas terapi murottal terhadap penurunan Terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi
tingkat nyeri pada pasien kanker payudara di membaca atau mendengarkan lantunan bacaan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh
seseorang sehingga dapat memberikan
ketenangan, kedamaian dan bisa juga
menyembuhkan
Perbedaan pengaruh terapi murottal selama 15 Terapi murottal adalah rekaman suara Al-
menit dan 25 menit terhadap penurunan skala Qur’an yang dilantunkan oleh seorang
nyeri pada pasien kanker pasca bedah pembaca Al-Qur’an dan dapat menurunkan
kadar hormone-hormon stress, mengaktifkan
hormone endorphin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian
dari rasa takut, cemas dan tegang. Terapi
murottal dapat mempengaruhi kecerdasan
intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual
(SQ), seseorang dengan spiritualitas tinggi
sakit dan penderitaan yang dialaminya tidak
dirasakan sebagai beban karena mereka
mampu melupakan penderitaannya dan
mengarahkan pikiran dan perhatiannya pada
hal positif. Pikiran positif dapat berpengaruh
pada fisik dan kondisi kesehatan, pasien yang
berpikiran positif selama sakitnya mampu
mengubah respon emosional sehingga rasa
sakit yang dideritanya dapat berkurang hingga
60%
The effectiveness of Al-Qur’an murrotal Pemberian terapi bacaan Al-Qur’an terbukti
therapy on reducing pain among postoperative mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah
patients getaran suara menjadi gelombang yang
ditangkap oleh tubuh, menurunkan
rangsangan resptor nyeri sehingga otak
mengeluarkan opoioid natural endogen.
Opioid ini bersifat permanen untuk
memblokade nociceptor nyeri
Murotal distraction to reduce pain level Terapi Murottal lebih efektif menurunkan
among post mastectomy patients nyeri dibandingkan terapi musik. Ini dapat
terjadi karena terapi murottal membantu
individu untuk mengembangkan koping
mengatasi nyeri. Koping diperlukan sebagai
antisipasi terhadap kecemasan dan stres akibat
kondisi nyeri. Lantunan ayat Al-Quran
mengandung aspek spiritualitas yang
membuat individu mengingat Tuhan sehingga
menimbulkan rasa cinta atau keimanan.
Kecintaan kepada Tuhan ini dapat
membangkitkan semangat dalam
mengembangkan koping yang positif untuk
menghadapi nyeri
5. Pembahasan
a. Definisi
Terapi Murottal Al-Qur’an adalah terapi religi dimana seseorang akan dibacakan
atau diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit sehingga akan
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Terapi murottal di lantunkan minimal
selama 15 menit untuk memberikan efek terapeutik. Terapi murottal terbukti bisa
mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi gelombang yang
ditangkap tubuh , menurunkan stimuli reseptor nyeri (Wahyuni & Purwaningsih, 2020)
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Berdasarkan hasil analisis jurnal maka didapatkan prosedur untuk pemberian intervensi
terapi murottal sebagaimana dalam table berikut :

Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara


Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang
qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan
Al-Qur’an secara fisik mengandung
unsur suara manusia, sedangkan suara
manusia merupakan instrument
penyembuhan yang menakjubkan dan
alat yang mudah dijangkau
Tujuan Memperbaiki kondisi fisik, emosional
dan kesehatan spiritual pasien
Petugas Perawat Ruangan
Peralatan 1. Handphone (MP3)
2. Headset/headphone
3. Alat-alat murottal yang sesuai
Prosedur Pra Interaksi :
1. Cek catatan keperawatan atau
rekam medis pasien
2. Siapkan alat-alat
3. Identifikasi faktor yang dapat
menyebabkan kontraindikasi
Orientasi :
1. Ucapkan salam dan identifikasi
kembali pasien dengan melihat
gelang tangan
2. Jelaskan tujuam, prosedur, dan
lamanya tindakan pada pasien
dan keluarga
Tahap kerja :
1. Memberikan kesempatan pada
pasien untuk bertanya sebelum
dilakukan terapi murottal
2. Menjaga privasi pasien,
memulai kegiatan dengan cara
yang baik
3. Menganjurkan pasien untuk
relaksasi dan konsentrasi
terlebih dahulu
4. Membatasi stimulasi eksternal
seperti cahaya, suara, panggilan
telepon, selama mendengarkan
murottal
5. Mendekatkan handphone (MP3)
dan perlengkapan alat terapi
dengan responden
6. Memastikan handphone (MP3)
dan perlengkapan alat dalam
kondisi baik
7. Nyalakan handphone (MP3)
dan lakukan terapi selama 10-
15 menit
8. Pastikan volume suara sesuai
dan tidak terlalu keras
9. Biarkan pasien sendiri agar
tetap berkonsentrasi dan fokus
saat mendengarkan murottal
Terminasi
1. Mengevaluasi terapi yang baru
dilakukan
2. Merapikan posisi pasien dan
lingkungan disekitar tempat
terapi
3. Membereskan alat
4. Berpamitan dengan pasien
5. Mencatat hasil observasi setelah
dilakukan terapi murottal di
6. lembar observasi
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan Pasien dengan Ca.Mamae

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. E Ny. T
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 32 tahun 37 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMA SMA
Alamat Manggahang Cisewu, Garut
Diagnose Medis Ca.Mamae Ca. Mamae
Stadium III B
Nomor Registrasi 00-697638 00-829021
MRS/Tanggal Pengkajian 25 Oktober 2022 26 Oktober 2022
Keluhan utama Nyeri Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSUD
Pasien datang ke RSUD
Al-Ihsan pada tanggal 26
Al-Ihsan pada tanggal 24
Oktober 2022 pukul
Oktober 2022 pukul 15.00
16.30 WIB dengan
WIB dirujuk dari RS
keluhan terdapat benjolan
Cibabat, didapatkan hasil
di payudara sebelah
terdapat tumor di payudara
kanan dan rencana untuk
kiri, benjolan dirasakan
di operasi. Pada saat
saat menyusui anaknya,
dilakukan pengkajian
rencana dilakukan operasi
pada tanggal 27 Oktober
tanggal 25 Oktober 2022.
2022 pukul 17.00 WIB,
Pada tahun 2019 pasien
pasien mengatakan nyeri
juga pernah mengalami
pada bagian luka post
kanker di payudara
operasi bagian kanan
sebelah kanan dan itu
mamae yang menjalar
mengharuskan pasien
sampai aksila dengan
untuk di operasi. Saat
skala nyeri 4 (0-10), nyeri
dilakukan pengkajian
dirasakan pada saat
pada tanggal 26 Oktober
duduk dan diam, nyeri
2022 pukul 17.30 WIB,
yang dirasakan hilang
pasien mengatakan nyeri
timbul tetapi sering
pada bagian luka post
seperti ditusuk-tusuk
operasi bagian kiri mamae
yang menjalar sampai
aksila dengan skala nyeri 5
dari (0-10), nyeri
dirasakan seperti di sayat,
nyeri bertambah pada saat
bergerak dan batuk, pasien
mengatakan nyeri
berkurang pada saat tidak
melakukan aktifitas, nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan ini Pasien mengatakan
bukan pertama kalinya pernah di rawat di RS
pasien di rawat, pada sebelumnya dengan
tahun 2019 merupakan keluhan penyakit
awal pasien mengalami kolesterol
penyakit kanker
payudara
Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan di Pasien mengatakan di
keluarganya tidak ada keluarganya terdapat
yang memiliki riwayat yang memiliki riwayat
penyakit apapun penyakit hipertensi

Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan Ca. Mamae

Observasi dan
Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2

1. Keadaan Umum Pasien tampak lemah Pasien tampak lemah


Posisi pasien supinasi Posisi pasien supinasi
Pasien tampak terpasang infus Tampak terpasang infus
NaCl 0,9% di tangan kiri NaCl 0,9% di tangan kiri
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS 15 = E4V5M6 GCS 15 = E4V5M6

3. Pemeriksaan Tanda TD : 90/70 mmHg TD : 129/85


Tanda Vital N : 65x/menit mmHg N : 101
R : 20x/menit x/menit
S : 36,5oC
R : 20 x/menit
S : 36,3oC
4. Kenyamanan/nyeri Nyeri Nyeri
5. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Inspeksi :
Sistem Pernafasan
Bentuk dada tidak simetris Bentuk dada tidak simetris
karena terdapat deformitas karena terdapat deformitas
bentuk dada, terdapat verband bentuk dada, terdapat luka
yang menutupi luka prosedur prosedur mastektomi di area
mastektomi di area dada kiri, dada kanan, frekuensi nafas
frekuensi nafas 20 kali/menit, 20 kali/menit, irama nafas
irama nafas teratur, tidak teratur
terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak terdapat edema dan Palpasi :
perdarahan Vokal fremitus teraba
Palpasi : diseluruh lapang paru,
Vokal fremitus teraba diseluruh pengembangan paru simetris
lapang paru Perkusi :
Perkusi : Suara dada kanan dan kiri
Suara dada kanan dan kiri sonor sonor, batas paru hepar ICS 5
batas paru hepar ICS 5 dextra dextra
Auskultasi : Auskultasi :
Suara napas vesikuler, tidak suara nafas vesikuler, tidak
terdapat suara napas tambahan, ada suara nafas tambahan
suara napas cepat dan dalam
6. Pemeriksaan fisik Pada saat di inspeksi di bagian Pada saat di inspeksi di
sistem pencernaan mulut tidak terdapat stomatitis, bagian mulut tidak ada lesi,
tidak terdapat perdarahan, tidak ada stomatitis, tidak
jumlah gigi lengkap. Pada saat terdapat perdarahan, jumlah
di inspesi di bagian abdomen gigi lengkap, pada saat di
warna kulit sawo matang, tidak inspeksi bagian abdomen
terdapat lesi, pada saat di warna kulit sawo matang,
palpasi tidak terdapat nyeri tidak ada edema, auskultasi
tekan dan tidak terdapat edema bising usus 10x/menit
pada saat di auskultasi suara terdengar di kuadran 3 dan 4
bising usus 12x/menit pada saat di palpasi tidak
terdapat nyeri tekan
7. Pemeriksaan fisik Pada saat di inspeksi warna Pada saat di inspeksi warna
sistem kardiovaskuler kulit sawo matang, tidak kulit sawo matang, tidak
terdapat sianosis, TD: 90/70 terdapat sianosis, TD:
mmHg, N: 70x/menit, pada saat 129/85 mmHg, N;
di perkusi CRT >2 detik, pada 101x/menit, pada saat di
saat di auskultasi S1 S2 reguler palpasi CRT > 2 detik, saat
di auskultasi S1 S2 reguler
tidak terdapat murmur
8. pemeriksaan fisik Keadaan Compos Mentis GCS Keadaan Compos Mentis
sistem persyarafan 15 = E4M6V5. E4 : pasien GCS 15 = E4M6V5. E4 :
dapat mengedip, membuka dan pasien dapat mengedip,
menutup mata secara spontan membuka dan menutup mata
tanpa harus dirangsang oleh secara spontan tanpa harus
suara maupun nyeri, M6 : dirangsang oleh suara
pasien dapat menggerakna maupun nyeri, M6 : pasien
motoriknya, mengikuti perintah, dapat menggerakna
V5 : orientasi pasien baik dan motoriknya, mengikuti
mampu berbicara perintah, V5 : orientasi
Test nervus kranial pasien baik dan mampu
a) Nervus I (Olfaktorius) berbicara
Fungsi penciuman baik, Test nervus kranial
terbukti pasien dapat a) Nervus I (Olfaktorius)
membedakan bau-bauan Fungsi penciuman baik,
seperti bau kayu putih terbukti pasien dapat
b) Nervus II (Optikus) membedakan bau-bauan
Tidak terkaji seperti bau kayu putih
c) Nervus II, IV, VI b) Nervus II (Optikus)
Pasien mampu Tidak terkaji
menggerakan bola mata ke c) Nervus II, IV, VI
segala arah, pupil Pasien mampu
berkontraksi saat diberi menggerakan bola mata
rangsangan cahaya (miosis), ke segala arah, pupil
tidak diberi cahaya berkontraksi saat diberi
(midriasis), bentuk pupil rangsangan cahaya
isokor, pasien dapat (miosis), tidak diberi
membuka dan menutup cahaya (midriasis),
matanya secara spontan bentuk pupil isokor,
d) Nervus V (Trigeminus) pasien dapat membuka
Fungsi mengunyah baik, dan menutup matanya
pergerakan otot masetter secara spontan
dan temporalis saat d) Nervus V (Trigeminus)
mengunyah simetris, pasien Fungsi mengunyah baik,
dapat merasakan sentuhan pergerakan otot masetter
perawat pada wajah, pasien dan temporalis saat
mengedip dengan spontan mengunyah simetris,
e) Nervus VII (Facialis) pasien dapat merasakan
Pasien dapat mengerutkan sentuhan perawat pada
dahi dan tersenyum dengan wajah, pasien mengedip
kedua bibir simetris, pasien dengan spontan
dapat membedakan rasa e) Nervus VII (Facialis)
manis dan asin Pasien dapat
f) Nervus VIII (Auditorius) mengerutkan dahi dan
Fungsi pendengaran tidak tersenyum dengan kedua
terganggu, terbukti pasien bibir simetris, pasien
dapat menjawab seluruh dapat membedakan rasa
pertanyaan yang diajukan manis dan asin
secara spontan f) Nervus VIII (Auditorius)
g) Nervus IX Fungsi pendengaran
(Glossofaringeus) Reflek tidak terganggu, terbukti
menelan dapat berfungsi pasien dapat menjawab
dengan baik seluruh pertanyaan yang
h) Nervus X (Vagus) diajukan secara spontan
Pasien dapat berbicara g) Nervus IX
dengan artikulasi yang jelas (Glossofaringeus) Reflek
i) Nervus XI (Assesorius) menelan dapat berfungsi
pasien dapat mengangkat dengan baik
bahu kanan dan kiri, serta h) Nervus X (Vagus)
dapat melawan tekanan Pasien dapat berbicara
pada kedua bahu dengan artikulasi yang
j) Nervus XII (Hipogolosus) jelas
pasien dapat menggerakan i) Nervus XI (Assesorius)
lidah dan menjulurkannya pasien dapat mengangkat
ke segala arah bahu kanan dan kiri,
serta dapat melawan
tekanan pada kedua bahu
j) Nervus XII
(Hipogolosus) pasien
dapat menggerakan lidah
dan menjulurkannya ke
segala arah
9. Pemeriksaan fisik Pada saat di inspeksi warna Pada saat di inspeksi warna
sistem integument kulit sawo matang, pada saat di kulit kuning langsat. Pada
palpasi tekstur kulit lembab, saat di palpasi tidak ada
turgor kulit menurun, akral nyeri dan tidak terdapat
hangat, kondisi rambut bersih, edema, akral hangat, kondisi
tekstur kulit kepala tidak kasar, rambut bersih, tekstur kulit
distribusi rambut merata, kepala tidak kasar, distribusi
rambut sedikit rontok, warna rambut merata, warna kuku
kuku merah muda, terdapat luka merah muda, terdapat luka
Post Op Radikal Mastektomi, pengambilan payudara
CRT < 2 detik sampai ke bawah ketiak,
CRT < 2 detik
10. Sistem perkemihan Pada saat di inspeksi pasien Pada saat di inspeksi pasien
tidak terpasang kateter urine tidak terpasang kateter urine,
pasien mengatakan warna
urine kuning jernih
11. Sistem a) Ekstremitas Atas Bentuk dan ukuran kedua
muskuloskeletal Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas dan bawah
ekstremitas atas simetris, simetris, pergerakan kedua
pergerakan kedua ekstremitas ekstremitas atas bebas ke
atas bebas ke segala arah, tidak segala arah, tetapi terdapat
terdapat nyeri pada daerah nyeri pada daerah persendian
persendian dan tulang, tidak dan tulang. Tidak terdapat
terdapat adanya deformitas deformitas tulang dan sendi,
tulang atau sendi, kesemutan tidak terdapat oedema,
pada ujung jari tangan, tidak terdapat kesemutan pada
terdapat oedema pada kedua tangan
ekstremitas atas, kekuatan otot 5 5
5/5 5 5
b) Ekstremitas Bawah
Bentuk dan ukuran kedua
ekstremitas atas simetris,
pergerakan kedua ekstremitas
atas bebas ke segala arah, tidak
terdapat nyeri pada daerah
persendian dan tulang, tidak
terdapat adanya deformitas
tulang atau sendi, kesemutan
pada ujung jari tangan, tidak
terdapat oedema pada kedua
ekstremitas atas, kekuatan otot
5/5
12. Sistem reproduksi Pada payudara terdapat luka Pada payudara terdapat luka
Post Op Mastektomi di kedua Post Op Mastektomi di
payudara. Pasien mengatakan payudara sebelah kanan.
tidak ada lesi, tidak ada edema, Pasien mengatakan tidak ada
tidak terdapat gatal ataupun lesi, tidak ada edema, tidak
nyeri di alat genitalianya terdapat gatal ataupun nyeri
sewaktu dilakukan pengkajian di alat genitalianya sewaktu
dilakukan pengkajian

Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Konsep Diri Pasien mengatakan menyukai Pasien mengatakan
seluruh anggota tubuhnya menyukai seluruh anggota
walaupun saat ini sedang sakit tubuhnya walaupun pada
dan dirawat di rumah sakit, pada awalnya kaget saat
pasien mengatakan bahwa mengetahui akan diambil
anggota tubuhnya merupakan payudaranya. Pasien
pemberian dari Allah swt., mengatakan bahwa
yang patut disyukuri. anggota tubuhnya
Pasien adalah seorang istri merupakan pemberian dari
dan seorang ibu dari 2 anak Allah SWT, pasien adalah
seorang istri dan ibu dari 3
anak

2. Pengkajian cemas 0 = Tidak ada gejala sama 0 = tidak ada gejala sama
(HARS) sekali Sekali

3. PPSV2 80% (ambulasi dilakukan 90% (ambulasi dilakukan


secara penuh, aktivitas & secara penuh, aktivitas &
penyakit yang ditemukan : penyakit yang ditemukan :
aktivitas normal dengan usaha aktivitas dan kerja normal,
ditemukan adanya beberapa ditemukan adanya beberapa
penyakit, perawatan diri : penyakit, perawatan
dilakukan secara mandiri, mandiri : mandiri, asupan;
asupan : normal atau normal, tingkat kesadaran :
berkurang, tingkat kesadaran : penuh)
penuh)
4. Pengkajian Spiritual
Pemaknaan Sakit (+) sebagai ujian (+) sebagai ujian
Penerimaan Sakit Acceptance Acceptance

Dukungan Sosial (+) keluarga (+) Suami


Ibadah Rutin dilakukan dengan Rutin dilakukan dengan
bantuan bantuan

Hasil pemeriksaan penunjang Pasien dengan Kanker Payudara

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


Penunjang
Laboraturium Darah rutin : Darah rutin :
Hemoglobin (13.0) g/dL Hemoglobin (10.0) g/dL
Leukosit (11830) sel/Ul Leukosit (2180) sel/Ul
Eritrosit (4.83) juta/Ul Eritrosit (3.26) juta/Ul
Hematokrit (38.9) % Hematokrit (28.4) %
Trombosit (392000) sel/Ul Trombosit (267000)
sel/Ul

Radiologi (rontgen)
USG Jantung
EKG Jantung

Terapi Farmakologi

Pasien 1 Pasien 2
Tramadol 2 amp Cefuroxime (inj) 2x1
Ondansentron Ketorolac (inj) 2x1
Obat yang diterima
(tab/syrup)
Lanzoprazole 1x30
Sucralfate 3x1

Hasil Pengkajian Aktifitas Sehari Hari (ADL)

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Nutrisi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Pasien mengatakan Pasien mengatakan makan
dirumah makan 2x sehari dirumah 3x sehari, minum
(nasi, sayur, lauk, buah air putih
buahan). Minum air putih

Sesudah sakit : makan Sesudah sakit : makan


makanan dari rumah sakit makanan dari rumah sakit
habis, tidak ada keluhan habis, tidak ada keluhan
2. Eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
dirumah BAB 1 – 2x dirumah BAB 1x sehari
perhari dan BAK 4 – 6x dan BAK 6x sehari, tidak
perhari dan tidak ada ada keluhan BAB dan
keluhan BAB dan BAK BAK

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Pasien mengatakan Pasien mengatakan BAB
selama di RS BAB 1 x belum dan BAK 2x dan
perhari dan BAK 4x tidak ada keluhan
perhari dan tidak ada
keluhan BAB dan
BAK
3. Mobilisasi Sebelum Sakit : Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan pada

saat dirumah kegiatan saat dirumah kegiatan


yang dilakukan klien hanya membersihkan
selalu membersihkan rumah
rumah

Sesudah sakit :
Sesudah Sakit :
Klien mengatakan selam
Klien mengatakan selama
Di RS hanya berbaring di RS hanya berbaring
ditempat tidur dan berdiri pada saat
ingin ke kamar mandi.
4. Istirahat Tidur Sebelum Sakit : Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan pada
saat dirumah tidur pukul saat dirumah tidur pukul
22.00 dan bangun pukul 21.00 dan bangun
04.30 pukul 04.00

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan pada
saat di RS klien sering saat di RS klien sering
tidur siang dan pada tidur siang dan pada saat
malam hari tidur pukul malam tidur pukul 21.00
23.00 dan bangun pukul dan bangun pukul 04.30
04.00
5. Personal hygiene Sebelum Sakit : Sebelum sakit :
Pasien mengatakan pada Pasien mengatakan pada
saat dirumah mandi 2x
sehari dan keramas 3 hari
1x
saat dirumah mandi 1 –
2x sehari dan keramas 3
hari 1x

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Pasien mengatakan selama Pasien mengatakan selama
di RS tidak mau mandi di RS pasien mandi
karena luka operasi masih sekali dan belum keramas
terasa nyeri

6. Kebiasaan konsumsi Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


obat obatan, mempunyai kebiasaan mengonsumsi obat-obatan
at au p u n mi n u man minum-minuman keras dan minuman keras
k e ra s
7. Kebiasaan merokok Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
mempunyai kebiasaan mempunyai kebiasaan
merokok Merokok

A. Analisa Data
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Ca Mamae

Pasien 1 Pasien 2
Hari / Hari /
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal Diagnosa Keperawatan
No
Ditemuka Ditemukan
n
1. 26 Oktober Nyeri Akut b.d 26 Oktober Nyeri Akut b.d pencedera
2022 pencedera fisiologis 2022 fisiologis

Data Subjektif : Data Subjektif :


- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
nyeri bagian dada nyeri luka operasi
pada luka operasi - Nyeri dirasakan
- Pasien mengatakan dengan skala nyeri 4
nyeri terasa seperti - Nyeri dirasakan
tersayat diarea payudara
seperti ditusuk

Data Objektif :
- Pasien tampak
Data Objektif : meringis menahan
- Post operasi nyeri
- Pasien tampak
payudara POD 1 memegangi area
- Pasien tampak payudara yang nyeri
- TD : 129/85 mmHg
meringis
N : 101x/menit
- TD : 90/70 mmHg R : 20x/menit
N : 65x/menit S : 36,3oC

R : 20x/menit
S : 36,5oC
2 Risiko Infeksi b.d Risiko Infeksi b.d Efek
Efek prosedur prosedur invasive
invasive

Data Subjektif : Data Objektif :


- Pasien - Terdapat luka post op
mengatakan mastektomi di
sudah payudara kanan
melakukan - Luka ditutup kasa
operasi steril
mastektomi - Luka tampak bersih

Data Objektif :
- Terdapat luka
prosedur
mastektomi di
dada kiri
tertutup oleh
verband bersih
- Nilai Leukosit
11.83 sel/Ul

3 Defisit perawatan Defisit perawatan diri b.d


diri b.d kelemahan kelemahan

Data Subjektif : Data Subjektif :


- Pasien - Pasien mengatakan
mengatakan perlu bantuan setiap
saat di rumah ke kamar mandi
sakit tidak mau karena merasa lemah
mandi karena - Pasien mengatakan
merasa lemah selama di RS mandi
dan luka hanya dengan di seka
operasinya
terasa nyeri Data Objektif :
- Pasien - Penampilan pasien
mengatakan di tampak tidak rapi
RS hanya di - Kuku pasien tampak
seka oleh panjang
ibunya
- Pasien
mengatakan
tidak mamou
berpakaian dan
pergi ke kamar
mandi
sendirian

Data Objektif :
- Pasien tampak
lemah
- Pasien tampak
kotor dan tidak
rapi
- Kuku pasien
tampak kotor

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis Standar Luaran / Perencanaan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen
pencedera tindakan Observasi Nyeri
keperawatan selama
fisiologis 1. Identifikasi lokasi, Observasi
5x24 jam pasien
dapat mengontrol karakteristik, 1. Pemantauan
nyeri dengan kriteria durasi, frekuensi, nyeri sebelum
hasil:
kualitas, intensitas dan sesudah
1) Skala nyeri
berkurang nyeri Identifikasi operasi dapat
menjadi 3 (0- skala nyeri dilakukan
10)
2. Identifikasi respons dengan
2) Pasien dapat
nyeri nonverbal mengidentifikas
mengontrol rasa
3. Identifikasi faktor
nyeri i nyeri pasien
yang memperberat
3) Pasien tidak
dan memperingan 2. Kesesuaian
meringis
nyeri antara verbal
4) TTV dalam
rentang normal dan non verbal
Terapeutik
4. Berikan terapi harus benar
nonfarmakologis diperhatikan
untuk mengurangi
agar
rasa nyeri (Murottal
Al-qur’an) mengetahui
5. Control lingkungan tindakan apa
yang memperberat yang tepat
rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat untuk
dan tidur selanjutnya
3. Pengetahuan
Edukasi
pasien dan
7. Jelaskan mengenai
penyebab dan keluarga
pemicu nyeri mempengaruhi
8. Jelaskan strategi
rasa nyeri.
meredakan nyeri
9. Ajarkan teknik Nyeri
nonfarmakologis berpengaruh
(Murottal Al-
dalam kualitas
qur’an) untuk
mengurangi rasa hidup
nyeri
Terapeutik
Kolaborasi
10. Pemberian analgetik 4. Suara pada
murottal dapat
menurunkan
kadar hormon-
hormon stres,
mengaktifkan
hormone
endorphin
alami,
meningkatkan
rileks dan
mengalihkan
perhatian dari
rasa takut
cemas, dan
tegang.
Memperbaiki
sistem kimia
tubuh sehingga
menurunkan
tekanan darah
serta
memperlambat
pernapasan,
detak jantung,
denyut nadi dan
aktifitas
gelombang
otak. Keadaan
rileks mampu
mendistraksi
nyeri sehingga
nyeri yang
dirasakan
berkurang
5. Lingkungan
yang nyaman
dapat
mempengaruhi
murottal al-
qur’an dalam
menetralisir
nyeri
6. Menjaga
lingkungan agar
nyaman untuk
istirahat tidur

Edukasi
7. Untuk
memberikan
pemahaman
kepada pasien
mengenai
penyebab dan
pemicu nyeri
8. Memonitor
nyeri secara
mandiri, pasien
dapat
mengetahui hal-
hal yang dapat
memperburuk
dan mengurangi
rasa nyeri
9. Tarik nafas
dalam untuk
memperingan
rasa nyeri
Kolaborasi
10. Obat yang
dapat
digunakan
untuk
membantu
mengurangi
rasa nyeri
terutama nyeri
pasca operasi
Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Pencegahan
b.d Efek tindakan Infeksi Infeksi
keperawatan selama
prosedur Observasi Observasi
4x24 jam,
invasive diharapkan tingkat 1. Monitor tanda 1. Untuk
infeksi menurun dan gejala mengetahui
dengan kriteria
infeksi lokal bagaimana
hasil :
1) Nyeri menurun dan sistemik gejala infeksi
2) Kemerahan yang dialami
menurun
Terapeutik pasien
3) Demam
menurun 2. Batasi jumlah 2. Untuk
4) Bengkak pengunjung mengurangi
menurun
3. Berikan paparan
perawatan kulit virus/kuman
pada area dari
edema lingkungan
4. Cuci tangan eksternal
sebelum dan 3. Untuk
sesudah kontak memberikan
dengan pasien kenyamanan
dan lingkungan dan
pasien mengurangi
rasa nyeri
Edukasi pasien
5. Jelaskan tanda 4. Agar
dan gejala terhindar dari
infeksi paparan virus
6. Ajarkan cara infeksi/kuman
mencuci tangan 5. Agar pasien
dengan benar dan keluarga
7. Ajarkan cara mengetahui
memeriksa bagaimana
kondisi luka tanda dan
atau luka gejala infeksi
operasi 6. Agar pasien
dan keluarga
terhindar dari
virus/kuman
7. Agar keluarga
pasien
mengetahui
bagaimana
kondisi luka
pada pasien
Defisit Setelah dilakukan Dukungan Dukungan
perawatan diri tindakan perawatan diri perawatan diri
keperawatan selama
b.d kelemahan Observasi Observasi
3x24 jam
diharapkan 1. Identifikasi 1. Untuk
perawatan diri kebiasaan mengetahui
meningkat dengan
aktivitas kebiasaan saat
kriteria hasil :
1) Kemampuan perawatan diri dilakukan
mandi sesuai usia perawatan diri
meningkat
2. Monitor tingkat 2. Untuk
2) Kemampuan
mengenakan kemandirian mengetahui
pakaian 3. Mengidentifika sejauh mana
meningkat
si kebutuhan kemandirian
3) Kemampuan ke
toilet meningkat alat kebersihan pasien
diri, 3. Untuk
berpakaian, mengetahui
berhias dan kebutuhan
makan alat
kebersihan
Terapeutik yang
4. Sediakan dibutuhkan
lingkungan pasien
yang terapeutik 4. Untuk
(mis. Suasana memberikan
hangat, rileks, pasien
privasi) kenyamanan
5. Siapkan saat
keperluan melakukan
pribadi (mis. perawatan diri
Parfum, sikat 5. Agar pasien
gigi, dan sabun lebih mudah
mandi) dalam
6. Damping melakukan
dalam perawatan diri
melakukan 6. Agar pasien
perawatan diri tetap dalam
sampai mandiri keadaan aman
7. Fasilitasi untuk saat
menerima melakukan
keadaan perawatan diri
ketergantungan 7. Untuk
8. Fasilitasi memfasilitasi
kemandirian, pasien bila
bantu jika tidak membutuhkan
mampu bantuan
melakukan 8. Untuk
perawatan diri memfasilitasi
pasien jika
Edukasi ada keperluan
9. Anjurkan yang
melakukan dibutuhkan
perawatan diri 9. Untuk
secara memberikan
konsisten kenyamanan
sesuai pada tubuh
kemampuan pasien saat
dilakukan
perawatan diri

D. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Hari / Implementasi dan evaluasi Implementasi dan evaluasi
pasien 1 pasien 2
Keperawatan Tanggal
Implementasi evaluasi Implementasi evaluasi
Nyeri Akut Kamis, - Observasi S: Pasien - Observasi S: Pasien
b.d pencedera 27 TTV dan mengatakan TTV dan mengatakan
fisiologis Oktober keadaan nyeri keadaan nyeri luka
2022 umum pasien dibagian umum pasien oprasi Nyeri
pukul R: Pasien dada seperti R:Klien dirasakan
11.15 mengatakan disayat mengatakan seperti
WIB mengeluh nyeri sayat, luka mengeluh ditusuk

pada dada post op nyeri pada dengan skala


skala 3 (1- nyeri 3, Nyeri
terutama luka dada terutama
10), pod 1 dirasakan
post op
luka post op
payudara skala
diarea
payudara,
nyeri 5 (0-10). O: pasien payudara
skala 4 (0-10).
TD 90/84 sesekali
TD 129/85
mmHg, N meringis O: pasien
65x/m, RR mmHg, N sesekali
20x/m, S 36,1, A: nyeri 101x/m, RR
keadaan akut belum 20x/m, S 36,7, meringis
keadaan
Composmentis, teratasi A: nyeri akut
Composmentis
SpO2 99%, belum teratasi
P: lanjutkan , SpO2 100%,
terpasang terpasang infus
intervensi P: lanjutkan
infus NaCl 0,9%
Murotal intervensi
NaCl 0,9% Qur’an 20gtt. Murotal
20gtt. Membimbing
Qur’an
- Membimbing pasien
pasien
mendengarkan mendengarkan
murotal Qur’an murotal
surat Ar- Qur’an surat
Rahman Ar-Rahman
R: pasien R: pasien
mendengarkan tampak
murotal selama mengikuti
15 menit, mendengarkan
merasakan murotal selama
ketenangan, 15 menit,
skala nyeri 3 merasakan
(0-10), TD: ketenangan,
117/66mmHg, skala nyeri 3
RR: 20x/menit, (0-10), TD:
S:36,1, Nadi: 119/85mmHg,
78x/menit Nadi:
92x/menit,
RR:
20x/menit, S:
36,4

Nyeri Akut Kamis, - Observasi S: Pasien - Observasi S: Pasien


b.d pencedera
27 TTV dan mengatakan TTV dan mengatakan
fisiologis
Oktober keadaan nyeri keadaan nyeri luka
2022 umum pasien dibagian umum pasien oprasi Nyeri
pukul R: Pasien dada seperti R: Pasien dirasakan
18.30 mengatakan mengatakan
disayat seperti
WIB mengeluh nyeri sayat, luka mengeluh ditusuk
post op nyeri pada
pada dada dengan skala
skala 2 (1- dada terutama
terutama luka nyeri 2, Nyeri
post op 10), pod 1 luka post op dirasakan
payudara skala
O: pasien payudara skla diarea
3 (0-10). TD
sesekali 3 (0-10). TD payudara
154/86 mmHg,
meringis 124/87 mmHg, O: pasien
N 90x/m, RR
A: nyeri N 98x/m, RR sesekali
21x/m, S 36,3, akut belum
20x/m, S 36,7, meringis
keadaan teratasi keadaan A: nyeri akut
Composmentis,
Composmentis belum teratasi
SpO2 99%, P: lanjutkan
, SpO2 100%, P: lanjutkan
terpasang intervensi terpasang infus
intervensi
infus Murotal NaCl 0,9%
Murotal
NaCl 0,9% Qur’an 20gtt.
Qur’an
20gtt. Membimbing
- Membimbing
pasien
pasien
mendengarkan
mendengarkan
murotal
murotal Qur’an
Qur’an surat
surat Ar-
Ar-Rahman
Rahman
R: pasien
R: pasien
tampak
mendengarkan
mengikuti
murotal selama
mendengarkan
15
murotal selama
15 menit,
menit, mengatakan
merasakan
ketenangan,
skala nyeri 2
(0-10), TD: temabah rileks,
132/94mmHg,
skalan nyeri 2
RR:20x/menit,
(0-10), TD:
Nadi:85x/mnt 117/86mmHg,
RR:
20x/menit,
Nadi:
90x/menit, S:
36,5

E. Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal Diagnosa Pasien 1 Pasien 2


Keperawatan
Jum’at, 28 Nyeri akut b.d S : pasien S : pasien
Oktober 2022 Agen pencedera mengatakan nyeri mengatakan
fisiologis dibagian dada nyeri
berkurang dengan berkurang
skala 2 (0-10) dengan skala
2 (0-10)
O : pasien tampak
lebih tenang O : pasien
tampak lebih
A : nyeri akut tenang
teratasi
A : nyeri akut
P : lanjutkan teratasi
intervensi terapi
murottal P : lanjutkan
intervensi
terapi
murottal
F. Analisis dan Pembahasan
Pengendalian nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologis maupun
nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis salah satunya menggunakan terapi murottal.
Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian nyeri
berdasarkan informasi subjektif maupun objektif (Yudiyanta et al., 2017). Terapi
murottal merupakan salah satu terapi komplementer non invasive yang dapat digunakan
dalam menurunkan intensitas nyeri. Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Quran
yang dilantunkan oleh seorang qori (pembaca AL-Quran) Surat Ar- Rahman bisa
digunakan untuk terapi murottal. Terapi ini berpengaruh pada otak, ketika adanya
rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka otak akan memproduksi neuropeptide yang
memiliki manfaat menimbulkan rasa kenyamanan (Liani et al., 2020)
Hal ini sejalan dengan penelitian Suwardi & Rahayu (2019), pemberian terapi
murottal pada pasien kanker menunjukkan hasil bahwa tingkat nyeri mengalami
penurunan yang signifikan dari nyeri berat menjadi nyeri ringan, karena terapi murottal
memberikan nilai spiritual yang membuat jiwa menjadi tenang dan rileks. Selain itu
surat Ar-Rahman juga memiliki karakter ayat yang pendek serta terdapat beberapa
pengulangan ayat sehingga surat ini mudah dipahami.Terapi murottal yang diberikan
pada asuhan keperawatan kedua pasien kelolaan yaitu terapi murotal Q.S Ar-Rahman
dengan Qori Syekh Mishari Rasyid selama 15 menit dengan volume 50 db dan dilakukan
2x1 hari berdasarkan dengan penelitian Suwardi & Rahayu (2019).
Gambaran tingkat nyeri sebelum diberikan terapi murottal Ar-Rahman selama 15
menit pada pasien 1 memiliki skala nyeri 5 (0-10) nyeri dirasakan pada payudara sebelah
kanan pada luka post operasi, nyeri seperti di sayat, nyeri bertambah jika bergerak
dan batuk dan berkurang pada saat istirahat, nyeri dirasakan hilang timbul. Setelah
diberikan terapi murottal sebanyak 2 kali pasien mengatakan perasaannya lebih tenang,
nyeri berkurang menjadi skala 2 (0-10), namun pada petengahan murottal ada
peningkatan nyeri sekitar satu menit dan setelahnya nyeri kembali berkurang. Pada
pasien 2, mengatakan nyeri dibagian payudara sebelah kanan bagian luka post operasi
dan nyeri menjalar ke aksila , skala nyeri 4, nyeri dirasakan pada saat duduk dan diam,
nyeri hilang timbul tetapi sering dan dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Setelah diberikan
terapi murottal 2 kali pasien mengatakan perasaannya lebih tenang, nyeri berkurang
menjadi skala 2 (0-10), pasien mengatakan selama diberikan murottal nyeri kian
menurun dan tubuh terasa rileks
Asuhan keperawatan pada kedua pasien sebagai kasus kelolaan berada pada
rentang usia dewasa yaitu 32 dan 37 tahun. Usia dapat memengaruhi nyeri. Pada pasien
1 dengan usia 32 tahun memiliki tingkat nyeri skala 5 dan pasien 2 dengan usia 37
tahun skala nyeri 4. Menurut Li et al (2001), tingkat usia yang lebih muda terutama
anak-anak memiliki tingkat nyeri yang tinggi dibandingkan dengan usia lanjut. Hal ini
dikarenakan anak-anak memiliki tingkat distress dan kecemasan yang paling tinggi
dibanding dewasa ataupun lansia. Namun pada penelitian Mulyani et al (2019),
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri berdaraskan usia, sehingga tidak
memengaruhi hasil penelitian.
Jenis kelamin dapat memengaruhi nyeri. Menurut Brattberg (2008), perempuan
mengungkapkan rasa nyeri lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini terjadi karena letak
persepsi nyeri perempuan berada pada limbik yang berperan sebagai pusat utama emosi
seseorang sedangkan laki-laki berda pada korteks prefrontal yang berperan sebagai pusat
Analisa dan kognitif. Terapi murottal memiliki efektivitas terhadap penurunan nyeri.
Pemberian terapi murottal pada kedua pasien pasien post operasi ca mamae
menunjukkan adanya penurunan nyeri setalah diberkan terapi murottal. Hal ini
karena bacaan Al-Quran yang diperdengarkan akan menghantarkan gelombang suara
yang dapat mengubat pergerakan cairan dan medan elektromagnetik pada tubuh.
Perubahan ini diikuti stimulasi perubahan reseptor nyeri, dan merangsan jalur listrik di
substansia grisea serebri sehingga neurotransmitter alamiah seperti β-Endorfin dan
dinorfin terstimulasi dan selanjutnya menekan substansi P sehingga nyeri menurun (Al-
Kaheel, 2011). Berdasarkan penelitian (Azis, 2015) getaran yang dihasilkan oleh
murottal akan mempengaruhi persepsi auditori yang kemudian akan menurunkan
stimulasi saraf simpatis. Penurunan stimulasi saraf simpatis ini akan menurunkan
aktivitas adrenalin dan sekresi epinefrin yang berpengaruh terhadap penurunan nyeri.
Mendengarkan surat Ar-Rahman dapat lebih cepat meningkatkan spiritualitas
seseorang terhadap Allah SWT, karena ayat pada surat tersebut sebagian besar
menerangkat tentang kasih saying Allah SWT dan terdapat pengulangan ayat yang sama
sebanyak 31 kali yang menjelaskan tentang begitu besranya nikmat yang diberikan-Nya.
Ayat yang diulang tersebut akan menirimkan pengulangan pesan sehingga memberikan
instruksi yang terus-menerus pada pikiran bawah sadar seseorang untuk merangsang
sebuah keyakinan. Keyakinan yang baik dapat meningkatkan spiritualitas yang tinggi
dan mampu mengarahkan pikiran dan perhatiannya pada hal yang positif shingga
mereka mampu melupakan penderitaannya. Pikiran positif juga mampu mengubah
respon emosional sehingga rasa sakit yang dideritanya berkurang hingga 60% (Mulyani
et al., 2019).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan “Asuhan Keperawatan
Nyeri Akut Pada Kasus Karsinoma Mammae di Ruang Rawat Inap Ca
Center RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat” peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
Hasil pengkajian yang di dapat dari kasus pasien yaitu pengkajian
pada tanggal 26 oktober 2022 pada saat dilakukan pengkajian antara kedua
pasien memiliki keluhan yang sama yaitu nyeri Post Op Mastektomi.
Dimana pasien satu mengatakan nyeri pada bagian luka post operasi
bagian kiri mamae yang menjalar sampai aksila dengan skala nyeri 5 dari
(0-10) dengan skala nyeri 4 (0-10) maka diagnose yang diangkat yaitu
nyeri akut. Evaluasi keperawatan semua teratasi dengan baik dengan
kriteria hasil skala nyeri berkurang, nadi membaik, tekanan darah
membaik

B. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar dapat menjadikan Karya Ilmiah ini sebagai media
informasi tentang penyakit yang di derita pasien dan bagaimana
perawatannya
2. Bagi Perawat
Diharapkan Karya Ilmiah Akhir ini dapat menjadi acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
reproduksi : Kanker Payudara
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Karya Ilmiah Akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau
referensi mengenai keperawatan medikal bedah, khususnya mengenai
gangguan sistem reproduksi : Kanker Payudara
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai