Anda di halaman 1dari 32

PRESENTASI JURNAL

EVIDENCE BASED CASED REPORT : KEEFEKTIFAN PEMBERIAN


PUTIH TELUR TERHADAP PENINGKATAN KADAR ALBUMIN
PADA PASIEN HIPOALBUMIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Dosen pembimbing :
Popy Siti Aisyah, S,Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Ima Rohima H NIM : 402019058


Mutia Ainur R NIM : 402019056
Santi Sri W NIM : 402019084
Wendi Sujana NIM : 402019069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Kasus atau skenario klinis.............................................................................7

1.3 Rumusan Masalah.........................................................................................8

BAB 2 METODE................................................................................................9

2.1 Metode/ Strategi Penelusuran bukti............................................................12

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................21

3.1 Hasil Penelusuran Bukti..............................................................................21

3.2 Pembahasan.................................................................................................25

BAB 4 KESIMPULAN.....................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
KATA PENGANTAR

Allah SWT sebagai pemilik alam semesta, sumber harapan dan tujuan segala hal yang

dilakukan, penulis ucapkan puji dan syukur karena berkat rahmat-Nya penyusunan Laporan

Presentasi Jurnal menggunakan pendekatan Evidence Based Cased Report berjudul “

Keefektifan Pemberian Putih Telur Terhadap Peningkatan Kadar Albumin Pada

Pasien Hipoalbumin” dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Penulis menyadari laporan ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika

penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat

bermanfaat dan memberikan kontribusi menciptakan perawat yang profesional yang

berakhlakul karimah.

Bandung, November 2020

Kelompok 4 KMB RSMB


4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirosis hepatis menyebabkan gangguan pada sebagian besar fungsi hati,

termasuk keseimbangan hormonal dan metabolisme steroid (Kruszynska dan

Bouloux, 2007). Sirosis hepatis disebabkan oleh virus hepatitis, bakteri, proses

autoinmun, obat-obat, pengaruh aklohol dan toksik (Padila, 2013). Sirosis hepatis

ditularkan secara parenteral melalui transfunsi darah atau produk darah yang

terinfeksi atau melalui peralatan yang terinfeksi jarum suntik, bisa juga ditularkan

melalui fekol oral, kemudian hepatosit (sel epital hati) dirusak secara langsung

oleh virus atau oleh respon imun tubuh terhadap virus. Terjadinya perubahan

seluler yang menimbulkan peradangan pada hati sehingga menyebabkan ada

peregangan pada kaspslu hati yang dapat mengakibatkan pembesaran hati akan

menggangu proses metabolisme nutrisi, pengeluaran zat sisa, dan penyimpanan

nutrisi yang ditandai dengan anoreksia (mual dan muntah) yang dapat

mengakibatkan kurangnya kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Sehingga

pasien mengalami gangguan pemenuhan nutrisi (Nurarif & kusuma, 2013).

Menurut Hadi (2008) penderita sirosis hepatis sangat membutuhkan nutrisi

yang baik untuk mencegah terjadi kerusakan hati lebih lanjut karena di Asia faktor

pemegang nutrisi memegang peranan penting untuk timbulnya sirosis hepatis dan

penderita mengalami kekurangan protein. Menurut Black dan Hwaks (2009)

dengan kondisi perut asites menyebabkan penekanan pada diafragma selain itu

terganggunya fungsi hati dalam metabolisme protein dan karbohidrat berakibat


5

pada rendahnya kadar protein plasma.Pasien sirosis hepatis mengalami masalah

nutrisi dikarenakan beberapa hal, yaitu kehilangan nafsu makan (anoreksia)

disebabkan oleh nyeri abdomen, mual, terasa penuh pada abdomen. Terjadinya

gangguan pencernaan, absorpsi nutrisi, dan meningkatnya kebutuhan energi.

Kondisi ini dapat memicu terjadi komplikasi berupa asites dan ensefalopati

hepatikum (Tsiaousi, dkk 2008).

Upaya yang dilakukan oleh perawat berikan asuhan keperawatan sesuai

dengan standar keperawatan dalam menangani pasien dengan diagnosia medis

sirosis hepatis dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi : kurang

dari kebutuhan tubuh, salah satunya dengan pemberian nutrisi melalui peroral,

tetapi tindakan ini tidak efektif karena klien tidak nafsu makan sehingga akan

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Dengan menggunakan

cara modifikasi untuk memulihkan kesehatan klien dapat dilakukan dengan

mengubah menu diet (makanan) yang diperoleh klien dari rumah sakit tetapi tetap

mengacu pada indikasi sesuai dengan penyakit yang derita oleh klien. (Nurarif

dan Kusuma, 2015).

Peran perawat yang lainnya yaitu Perawat hendaknya menjelaskan bagaimana

perawatan secara umum untuk penderita Sirosis Hepatis yang meliputi diit tinggi

kalori tinggi protein, untuk memberikan tenaga dan mempercepat proses

kesembuhan. Selain itu pembatasan asupan lemak dan natrium juga

dipertimbangkan untuk mengurangi kinerja hati serta mengurangi resiko edema

dan asites.
6

Telur merupakan satu bahan pangan hewani yang mempunyai kandungan

protein tinggi. Telur merupakan sumber albumin dari hewani. Diketahui albumin

pada telur (ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih telurnya daripada

kuningnya. Putih telur merupakan protein dengan nilai bilogi tinggi (100)

sehingga seluruh protein putih telur dapat diserap tubuh.

Kadar albumin yang rendah pada pasien sirosis hepatis disebabkan anoreksia,

malnutrition dan malabsorbsi. Albumin juga merupakan protein fase akut negatif

yang jumlah akan menurun pada saat infeksi, luka atau stress. Albumin

mempunyai peranan penting sebagai pengangkut bahan kimia tertentu termasuk

obat-obatan melalui sistem sirkulasi, pengangkut berbagai materi yang tak larut

dalam air (bilirubin, asam lemak, dan beberapa macam hormon), menjaga tekanan

onkotik plasma, sebagai pertahanan tubuh (fungsi kontrol dan antioksidan),

membantu metabolisme zat gizi dan mempercepat pemulihan jaringan sel. Fungsi

albumin lain adalah sebagai cadangan air untuk tubuh, mencegah mengerut dan

tersumbatnya pembuluh darah, membantu mempertahankan tekanan tekanan

osmotik, sebagai media transport (sejumlah obat termasuk sulfamida, penisilin,

rifampisin dan isoniasid), sebagai perlindungan tubuh melawan benda-benda

asing (virus, bakteri, jamur dan sel-sel kanker).

Menurut Nurul Huda Syamsiatun, dkk (2015) pada hasil penelitiannya terbukti

bahwa putih telur meningkatkan kadar albumin. Secara biokimia kenaikan

albumin 0,52 mg/dl dengan mengkonsumsi ekstra putih telur 3x sehari dalam

waktu satu minggu sangat berarti. Selain menghemat waktu juga menghemat

biaya dibandingkan dengan menggunakan transfusi/infus albumin dengan harga


7

yang jauh lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta, (2012)

yaitu pemberian modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin sebesar

2,7 mg/dl pada pasien bedah (p=0,002).

Berdasarkan fenomena di atas, besar sekali peran perawat untuk membantu

melakukan edukasi terhadap pemberian ekstra putih telur terhadap peningkatan

kadar albumin pada pasien hipoalbumin, namum belum banyak literature yang

menjelakan secara detail tentang keefektifan pemberian ekstra putih telur pada

pasien hipoalbumin. Maka dari itu perlu dilakukan pendalaman literature untuk

mengetahui keefektifan pemberian pemberian ekstra putih telur terhadap

peningkatan kadar albumin pada pasien hipoalbumin.

1.2 Kasus atau Skenario Klinis

Tn Ds datang ke IGD RS Muhamadiyah dengan keluhan muntah darah dan

BAB hitam, BAB lengket seperti aspal >3x/hari ±500 cc. Keluhan disertai muntah

darah >5x ±300 cc berwarna hitam seperti ampas kopi, perut membesar perlahan

sejak 2 bulan sebelum masuk RS disertai kulit menonjol di bagian pusar, ,

pandangan berkunang bila pindah posisi, mudah lelah dan telinga berdenging.

Pasien tapak anemis, perut cembung lembut, Bising usus (+), asites (+)

Splenomegali (+) akral dingin, CRT >2’. Dirumah pasien tidak masuk makanan,

pasien dipasang NGT untuk pemberian diit, diit yang diberikan di RS diit cair 6x

sebanyak 100cc, hasil protein total 5,4 g/dL dan albumin 1,77 g/dL.
8

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah kami susun menggunakan metode PICO, yaitu:

P (Patient/ Problem) : Tn DS usia 61 tahun terdiagnosa Sirosis Hepatis dengan

Gangguan Nutrisi mual muntah, tidak masuk makan,

terpasang NGT untuk diit, perut asites, terdapat

splenomegaly, dan terjadinya Hipoalbumin hasil protein

total 5,4 g/dL dan albumin 1,77 g/dL.

I (Intervention) : Keefektifan Pemberian Putih telur terhadap pasien

Hipoalbumin.

C (Comparison) : Tidak ada pembanding intervensi

O (Outcome) : Tujuan yang ingin didapat dari telaah jurnal ini adalah

"Mengidentifikasi efektifitas pemberian putih telur dalam

penanganan pasien hipoalbumin" yang mana efektifitas itu

meliputi: prosedur pemberian putih telur (terdiri dari

metode, bahan, dosis, dan lama pemberian), alat ukur

keberhasilan terapi, serta karakteristik responden yang

diberikan.
9

BAB II

METODE

2.1 Metode/ Strategi Penelusuran bukti

Artikel yang digunakan dalam kajian literature ini adalah artikel penelitian

dengan metode quasi experimental research dengan naskah publikasi teks penuh

(full text) dalam 5 tahun terakhir (2015-2020). Penelitian yang diambil

menggunakan Bahasa inggris dan Bahasa Indonesia dalam naskah publikasinya.

Pencarian literature dilakukan pada tanggal 16 November s.d 18 November

2020. Data yang diambil merupakan data sekunder yang didapatkan bukan hasil

dari pengamatan sendiri, melainkan didapatkan dari hasil penelitian-penelitian

sebelumnya. Sumber data yang didapat berupa artikel jurnal penelitian yang

bereputasi baik pada jurnal intenasional dan jurnal nasional dengan topik yang

telah ditentukan. Pencarian literatur dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat)

database dengan kriteria kualitas sedang dan rendah, yaitu PubMed, Research

Gate dan Google Scholar.

Pencarian artikel menggunakan kata kunci yang digunakan untuk

mempersempit hasil pencarian sehingga mempermudah dalam menentukan artikel

atau jurnal yang akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini

didapatkan dari media online di PubMed, Research gate dan Google Scholar

dengan menggunakan kata kunci pencarian “ekstrak putih telur,

hipoalbuminemia,” untuk jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata


10

kunci pencarian yang digunakan yaitu “hipoalbumenia, kadar albumin rendah,

putih telur”.

Tabel 2.1 Format PICOS dalam Literature Review

Kriteria Inklusi Ekslusi

Populasi Pasien hipoalbumin Selain pasien hipoalbumin

Intervensi Pemberian putih telur Bukan Pemberian putih telur

terhadap pasien hipoalbumin terhadap pasien hipoalbumin

Comparison Tidak ada pembanding

Out Comes mengidentifikasi efektifitas Bukan efektifitas pemberian

pemberian putih telur putih telur terhadap

terhadap peningkatan kadar peningkatan kadar albumin

albumin pada pasien pada pasien hipoalbumin.

hipoalbumin.

Desain Penelitian Menggunakan desain quasi- Penelitian kualitatif dan

exsperimental. korelasional

Tahun terbit Hasil penelitian Sebelum tahun 2015

dipublikasikan dalam rentang

tahun 2015-2020

Bahasa Indonesia dan inggris Selain bahasa indonesia dan

inggris

Berdasarkan hasil pencarian literature artikel penelitian di media online

yaitu di PubMed, Research Gate dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian

yang telah disesuaikan dengan topik penelitian yaitu “ekstrak putih telur,
11

hipoalbuminemia,” untuk jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata

kunci pencarian yang digunakan yaitu “hipoalbumenia, kadar albumin rendah,

putih telur”. Jumlah artikel yang muncul pada keempat database publikasi jurnal

tersebut yaitu 204 artikel. Selanjutnya artikel tersebut di skrining dan di seleksi

kembali oleh kelompok, disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditentukan sebelumnya sehingga didapatkan 8 artikel yang menurut peneliti

telah sesuai dengan kriteria inklusi dan topik penelitian ini.

Skema Pengumpulan Artikel


I
d
e Artikel yang teridentifikasi
n melalui pencarian database
t (n = 204)
i
f
i
k Jumlah artikel yang tercatat setelah duplikasi
a dihilangkan (n = 204)
Ss
ki
r
i
Artikel yang diskrining Artikel yang dieksklusi
n (n = 204)
S (n = 179)
i
e
n
s
g
u
a Artikel full-text yang sesuai Artikel full-text yang
i dengan kriteria dieksklusi karena alasan
A (n = 25) (n = 15)
rk
tr
i
ki Artikel yang masuk ke dalam
et sintesis kualitatif
le (n = 0)
r
y
a
i
na
g Artikel yang masuk ke dalam
sintesis kuantitatif (n = 8)
d
i
g
u
n
a
k
a
n
12

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelusuran Bukti

Berdasarkan hasil penelusuran literature kemudian artikel penelitian tersebut dianalisis melalui 3 aspek validitas penelitian,

kepentingan klinis (importancy) hasil dan aplikabilitas atau relevansinya. Berikut ini adalah analisis pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Penelahaan Jurnal


No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)
Instrument)
1 Efektifitas pemberian putih Design: Single Blind Randomized Controlled Hasil penelitian Penelitian ini bisa
telur terhadap peningkatan Trial. menunjukkan rerata kadar dijadikan satu bentuk
Sampel: jumlah sampel diperoleh kelompok
kadar albumin pada pasien perlakuan 37 dan kelompok kontrol 38. albumin awal kelompok terapi nonfarmakologis
dengan hipoalbumin Intervensi: perlakuan adalah 2,82 yang dapat digunakan
 Pemberian putih telur pada kelompok
perlakuan berdasarkan kebutuhan albumin g/dL dan kelompok untuk membantu
Penulis : pasien sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang dan kontrol adalah 2,85 g/dL. menaikan kadar
Agus Prastowo, Wiryatun sore) selama 14 hari. Kadar rerata albumin albumin. Berdasarkan
 Kelompok kontrol diberikan ekstra berupa
Lestarina, Siti Nurdjanah campuran tahu putih dan tepung hunkwe akhir pada kelompok hasil penelitian
dengan ukuran yang sama dengan kelompok perlakuan adalah 3,47 menunjukkan putih
Publisher :
perlakuan. g/dL dan pada kelompok telur efektif
Instrumen: Pengukuran kadar albumin dilakukan
Fakultas kedokteran pada awal dan akhir penelitian kedua kelompok kontrol adalah 2,81 g/dL. meningkatkan
universitas jendral dengan metode bromocesol green. Hasil analisa bivariat kadar albumin dan
soedirman purwekerto, menunjukkan terdapat menurunkan sitokin
13

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
2016 perbedaan signifikan inflamasi IL-6. Putih
terhadap rerata telur dapat digunakan
peningkatan kadar sebagai bagian dari
albumin pada kelompok terapi untuk
perlakuan dan kelompok meningkatkan
kontrol dengan p=0,001 kadar serum albumin
(p< 0.05). dan menghambat
inflamasi

2 Pemberian ekstra jus putih Design: Rerata kenaikan albumin Tidak ada perbedaan
Jenis penelitian eksperimental dengan pretest
telur terhadap kadar pada kelompok perlakuan bermakna kedua
posttest with control group design
albumin dan Hb lebih tinggi (0,522± kelompok
Sampel:
pada penderita 1,685) daripada kelompok perlakuan menurut
. Subjek penelitian yang sesuai kriteria diperoleh 67
hipoalbuminemia orang kontrol (0,007±0,4522) jenis kelamin. Menurut
Intervensi: pemberian ekstra jus putih telur dari 40
(p=0,001). Demikian juga hasil penelitian
g putih telur matang dengan 70 g buah segar dan 15
Penulis : g gula, diblender, dan diberikan kepada kepada rerata Hb meningkat lebih sebelumnya (9),
penderita hipoalbuminemia 3 kali/hari selama 7 hari
Nurul Huda Syamsiatun1, tinggi pada kelompok metabolisme albumin
berturut-turut
Tri Siswati Instrumen: perlakuan (1,685±1,5898) pada laki-laki
Asupan makan rumah sakit dianalisis dengan
daripada kelompok dan perempuan, tidak
metode visual Comstock sedangkan makanan dari
Publisher : luar rumah sakit dengan food recall 24 hours. Data kontrol (0,929±2,3169) berbeda sehingga
dianalisis dengan t-test.
14

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
Politeknik Kesehatan meskipun tidak bermakna prevalensi
Kementerian Kesehatan (p=0,163). hipoalbuminemiaemia
Yogyakarta, 2015 pada laki-laki dan
perempuan
sama. Sebagian besar
kelompok perlakuan
dan kontrol
mempunyai tingkat
pendidikan yang
rendah.
3 Dampak pemberian putih Design: Peningkatan kadar Peneltian ini cukup
Quasi Eksperimental dengan rancangan one group
telur terhadap peningkatan albumin berhubungan aplikatif karena
pretest and post test
kadar albumin penderita Sampel: tidak bermakna dengan pemberian telur udah
Sampe 30 orang
hipoalbumin di BRSU komsumsi energy di berikan
Intervensi:
Tambanan propinsi Bali Menaksir berat sisa makanan untuk setiap jenis (r=0.135), protein
menu yang disajikan selama 6 hari berturut-turut
(r=0,282) dan protein
untuk menentukan jumlah diit yang dikomsumsi
Penulis : dengan cara mengurangi standardiet yang diberikan putih telur (r=0.061).
dengan sisa makanan yang tidak dikomsumsi
I Komang Agusjaya Komsumsi energy
Instrumen:
mataram Pengamatan terhadap asupan energy protein dan berhubungan dengan
jumlah protein putih telur dilakukan dengan
komsumsi protein
menggunakan formulir visual comstok. Setelah 6
Publisher : hari perlakuan kadar albumin samel diukur kembali (r=0,737) terjadi
menggunakan metode Bromocressol Green (BCG).
Jurusan Gizi Politeknik peningkatan kadar
15

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
Kesehatan Denpasar albumun secara bermakna
(p=0,000) sebelum dan
sesudah diberikan diit
selama 6 hari perawatan.

4 Pengaruh Suplementasi Design: Penelitian ini menggunakan Quasi Rerata kadar albumin hari Peelitian ini ukup
eksperiment
medisco putih telur pertama pada kelompok susah untuk di
Sampel: besar sample yang diambil secara
terhadap perubahan kadar purposive, 40 subjek yang terdiri dari 20 subjek perlakuan adalah 2,5 terapkan karena
kelomok perlakuan dan 20 subjek kelompok
albumin pada pasien bedah mg/dl 0,22 dan kelompok pembuatan medisco
control.
dengan hypoalbuminemia Intervensi: Pasien dengan hipoalbuminemia control 2,4 mg/dl 0,55 . putih telur yang belum
diberikan diit tinggi kalori dan tinggi protein
di RSUP Dr Karyadi Evaluasi hari ke lima tentu semua orang
dengan suplementasi pemberian susu krim, putih
Semarang telur maupun kombinasi Modisco Putih Telur kadar albumin darah pada dapat melakukannya.
(MPT). Pembuatan MPT sesuai dengan standar gizi
kelompok perlakuan
di RSUP Dr Karyadi Semarang dilakasanakan oleh
Penulis : intalasi gizi sedanf\gkan distribusi oleh tenaga sebanyak 2,7mg/dl 0,47
pramusaji. Pemberian PMT 2x sehari pagi dan sore
Supriatna dan kelompok montol 2,2
selama 5 hari kadar albumin darah sebelum
perlakukan diambil dari rekam medic, evaluasi mg/dl 0,53.
kadar albumin dilakukan pada hari ke 5.
Publisher : Uji statistic didapatkan
Instrumen: Kelompok perlakuan suplemen MPT
Instalansi rawat inap di diperoleh hasil uji p value= 0,154 (>0,05) berarti perbedaan bermakna pada
tidak ada pengaruh pemberian suplemen MPT
RSUP Dr Karyadi perubahan kadar albumin
tehadap peningkatan kadar albumin dalam darah.
semarang Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor Antara kelompok
diantaranya adalah : usia, jenis kelamin, fisiologis
perlakuan dan kelompok
dan fathofisiologis metabolisme protein dalam
tubuh pada orang yang sedang sakit. Kelompok control (p=0,002).
control diperoleh hasil p value = 0,001 (<0,05)
16

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
terdapat penurunan kadar albumin hari pertama dan
kelima, hal ini mungkin karena kurangnya asupan
protein dan kondisi hipermetabolisme pada pasien

5 Judul : Pengaruh Design: Rancangan penelitian intervensi Empat puluh lima kasus Pemberian tambahan
randomized control trial pre-post test design dan
Pemberian Tambahan Putih hipoalbuminemia putih telur pada diet
consecutive sampling pre-post test design
Telur pada Diet Tinggi Sampel: Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan memenuhi kriteria inklusi TKTP dapat dijadikan
adalah 11 subyek untuk tiap kelompok.
Kalori dan Protein terhadap dan 40 subyek yang dapat salah satu intervensi
Intervensi: pemberian diet putih telur ayam 5 hari
Kadar Albumin Darah kemudian dianalisis selisih kadar albumin pada hari dianalisis. Selisih albumin keperawatan
ke–21 dan sebelum perlakuan.
Penderita Keganasan kelompok A (0,18±0,51), berkolaborasi dengan
Instrumen: pada tiap-tiap kelompok dilakukan
Kepala Leher dengan pengukuran kadar albumin yang ketiga dan B (0,02±0,61), C bagian gizi ketika
dievaluasi riwayat makan di rumah dengan
Hipoalbuminemia (0,02±0,41). Tidak pasien sedang rawat
menggunakan formulir FFQ (Food Frequency
Qustionnaire). didapatkan perbedaan inap untuk membantu
Penulis : Dian Ayu bermakna selisih kadar meningkatkan kadar
Ruspita, dkk albumin setelah dan albumin pada pasien
sebelum perlakuan sirosis haptis yang
Publish : Medica berdasarkan hasil uji one mengalami
Hospitalia, Volume 1 No 3, way anova (p=0,656). hipoalbuminemia.
Hal 159-163, Mei 2013 Intervensi ini mudah
diterapkan oleh
perawat dan dapat
diedukasikan kepada
17

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
keluarga yang
mendampingi untuk
perawatan lebih lanjut
kepada pasien pasca
rawat inap

6 Judul : Pengaruh Design: Jenis penelitian ini merupakan penelitian didapatkan pada Pemberian ekstra
Eksperimen dengan Pretest Post-test White Control
Pemberian Ekstra kelompok perlakuan putih telur dan madu
group design
Putih Telur dan Sampel: Penelitian dilakukan dengan total sampel didapatkan ada pengaruh dapat dijadikan salah
sebanyak 32orang, 16 orang kasus dan 16 orang
Madu terhadap Kadar pemberian ekstra putih satu intervensi
kontrol.
Albumin dan Zat Intervensi: Memberikan makanan tambahan telur dan madu terhadap keperawatan
berupa putih telur dan madu 2 kali sehari selama 7
Gizi Makro pada kadar albumin, asupan kolaborasi dengan
hari. Berat rata-rata 1 putih telur = 46,5 gr, putih
Pasien TB Paru di telur diolah dengan cara di tim. Setelah 7 hari kadar energi dan protein pada bagian gizi untuk
albumin responden diperiksa kembali apakah ada
Ruang Rawat Inap pasien TB paru. meningkatkan kadar
kenaikan pada kadar albumin responden setelah
Paru RSUD dr M. diberikan makanan tambahan putih telur dan madu Sedangkan pada albumin paien dengan
Instrumen: kelompok perlakuan didapatkan hasil
Zein Painan kelompok kontrol hipoalbuminemia.
uji paired samples T test (uji T-Test) didapatkan p =
didapatkan tidak ada Hal ini terlihat pada
0,001 (p < 0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima
Penulis : Maria Fitria pengaruh pemberian hasil penelitian
yaitu ada pengaruh pemberian ekstra putih telur dan
ekstra putih telur dan menunjukkan bahwa
madu terhadap kadar albumin pada pasien TB Paru.
Publish : Program Studi S- madu terhadap kadar pemberian ekstra
Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil
1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu albumin, asupan energi putih telur dan madu
uji paired samples T test (uji T-Test) didapatkan p =
Kesehatan Perintis Padang, dan asupan protein pada dapat meningkatkan
18

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
Skripsi Januari 2019 0,012 (p>0,05) artinya Ho pasien TB paru kadar albumin, asupan
diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada pengaruh energi dan protein.
pemberian ekstra putih telur dan madu terhadap Intervensi ini mudah
kadar albumin pada pasien TB paru. diterapkan oleh
perawat dan dapat
diedukasikan kepada
keluarga yang
mendampingi untuk
perawatan lebih lanjut
kepada pasien pasca
rawat inap

7 Judul : Diet Tinggi Energi, Design: Penelitian menggunakan desain one group Hasil analisis Pemberian diet energi
pretest postest.
Protein dan Putih Telur menunjukkan hubungan tinggi protein tinggi
Sampel: Jumlah sampel sebanyak 15 orang dengan
Meningkatkan Kadar kesediaan (informe consence) untuk mengkonsumsi sangat kuat (r = 0,795; p = ekstra putih telur
putih telur dan mengikuti penelitian
Albumin Serum pada 0,000) asupan energi dan selama 5 hari dapat
Intervensi: Pemberian diet dilakukan selama
Pasien Pre-Eklampsia selama 5 hari. Pemberian putih telur pada pasien (r = 0,760; p = 0,000) meningkatkan kadar
pre-eklampsia berat sebanyak 6 butir per hari
asupan protein dengan albumin serum
diberikan pada jam 10.30 sebanyak 3 butir sebagai
Penulis : Siti Idamayanti, pengganti snack pagi dan jam 16 WITA 3 butir kadar albumin pasien. sebesar 0,5 gr/dl,
sebagai snack sore.
Bernatal Saragih, Joko Peningkatan kadar dengan rata-rata
Instrumen: Analisa konsumsi menggunakan
Cahyono metode Comstock sesuai standar menu diet Instalasi albumin serum sebesar asupan diet energi
Gizi. Analisa serum albumin dilakukan dengan
73% dipengaruhi oleh diet sebanyak 2617,7 kkal
Metode Brom Cresol Green.
19

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
Publish : Universitas energi tinggi dan protein dan asupan protein
Mulawarman, tinggi. Intervensi diet sebesar 109,2g pada
ResearchGate, Mei 2018, Energi tinggi dan proten pasien pre-eklampsia
hal 1-11 selama 5 hari dapat berat
meningkatkan serum Intervensi ini mudah
albumin pasien antara diterapkan oleh
0,3-0,8 g/dl perawat dengan
berkolaborasi dengan
bagian gizi untuk
diedukasikan kepada
keluarga yang
mendampingi pasien
untuk perawatan lebih
lanjut pasca rawat inap

8 Judul : Perbandingan Design: Penelitian ini merupakan studi hasil selisih kadar Pemberian albumin
eksperimental kuantitatif dengan desain
Albumin Oral dengan albumin pretest dan oral mengalami
Randomized Control Trial,
Ekstra Putih Telur terhadap Sampel: jumlah sampel minimal 22 orang. Dari 22 posttest pada kelompok peningkatan kadar
sampel ,yaitu 11 pasien kelompok kontrol (K1)
Kadar Albumin Serum pada kontrol 0,10 +0,45, albumin serum yang
mendapatkan putih telur dan 11 pasien (K2)
Pasien Luka Bakar Sedang- Intervensi: pemberian albumin oral fan putih telur sedangkan pada kelompok lebih baik
selama 10 hari
Berat dengan perlakuan 0,72 +0,32 dibandingkan dengan
Instrumen: Untuk menguji perbedaan rata-rata
Hipoalbuminemia di RS M. kadar albumin antara dua kelompok dilakukan (p=0,001<0,05) yang yang diberikan ekstra
dengan uji statistik independent t-test
20

No Jurnal Metodologi (Design, Sampel, Variabel, Hasil A (Applicability)


Instrument)
Djamil Padang Tahun 2019 berarti bahwa terdapat putih telur pada
perbedaan yang bermakna pasien luka bakar
Penulis : Siska, Rama Zirti perubahan kadar albumin sedang berat dengan
antara kelompok hipoalbumenia
Publish : e-Skripsi perlakuan dibandigkan Intervensi ini dapat
Universitas Andalas, 2019 kelompok kontrol diterapkan oleh
perawat dengan
berkolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
albumin oral pada
pasien luka bakar
dehidrasi sedang-berat
dengan
hipoalbuminemia
21

Tabel 3.2 Matrik Telaahan Jurnal


Aspek
Agus Prastowo, Nurul Huda
Outcome I Komang Agus Supriatna Dian Ayu, dkk Maria Fitria Siti idamayanti Siska, Rama
dkk Syamsiatun
Telaahan (2015) (2017) (2017) (2019) (2018) Zirti (2019)
(2016) (2015)
Jurnal
Prosedur Metode : Metode: Metode: Metode: Kelompok A Bahan : Dosis : Dosis :
pemberian ekstra putih telur pemberian ekstra Pemberian putih putih telur diberikan diet Putih Telur Pemberian putih Putih Telur
putih telur dikukus, jus putih telur maupun putih telur Ayam Ras telur pada pasien 3x/hari
(Metode, telur dari 40 g menggunakan kombinasi selama 5 hari Metode : Telur pre-eklampsia Bahan : Putih
bahan, Dosis: putih telur formulir Modisco Putih berturut-turut dipisahkan berat sebanyak 6 Telur
dosis dan kebutuhan matang dengan comtock dengan Telur (MPT). dengan antara putih dan butir per hari
lama) albumin pasien 70 g buah meanksir berat Pembuatan MPT perhitungan kuningnya, yang diberikan pada
berdasarkan segar dan 15 g sisa makanan sesuai dengan kalori = 35 Kal x diambil hanya jam 10.30
perhitungan gula, diblender, untuk setiap jenis standar gizi di berat badan, putihnya saja dan sebanyak 3 butir
formula Baxter dan diberikan menu RSUP Dr protein = 1,5 gr x di Tim. Putih sebagai
Rumus Formula kepada Bahan : putih Karyadi berat badan, telur di berikan pengganti snak
Baxter : kepada penderita telur direbus Semarang pemberian diet sebanyak 2x pagi dan jam
Penambahan hipoalbuminemia Durasi: 6 ahri dilakasanakan putih telur adalah pemberian pada 16.wita 3 butir
Albumin : Bahan : 40 g oleh intalasi gizi sebesar 50% dari jam 10.00 sebagai snak
[( kadar putih telur Bahan : Putih nilai kebutuhan wibdan 16.00 sore.
albumin standar) matang dengan Telur protein, wib. Berat Durasi :
- (kadar albumin 70 g buah Durasi : kelompok B masing-masing Pemberian diet
saat ini) BB segar dan 15 g Pemberian PMT diberikan diet putih telur 46,5 dilakukan selama
aktual x 0,8 gula, 2x sehari pagi tanpa telur gr untuk 1x selama 5 hari.
(konstanta Durasi: 3 kali dan sore selama selama 5 hari pemberian.
Baxter) 100 sehai dalam 7 5 hari berturut-turut Durasi :
gr putih telur hari dengan 2 kali sehari
22

mengandung perhitungan selama 7 hari


10,5 gr protein kalori = 35 Kal x
dan 95% berat badan,
albumin jadi tiap protein = 1,5 gr x
100 gr putih telur berat badan, dan
mengandung 10 kelompok C
gr albumin., diberikan diet
Durasi : TKTP dari
Pemberian putih rumah sakit dan
telur pada diet putih telur
kelompok (berasal dari 6
perlakuan butir telur)
berdasarkan selama 5 hari
kebutuhan berturut-turut
albumin pasien
sebanyak 3 kali
sehari (pagi,
siang dan sore)
selama 14 hari.

Jumlah jumlah sampel Subjek penelitian Sampe 30 orang Jumlah 40 subjek Sampel 22 terdiri Penelitian sampel sebanyak sampel minimal
sampel diperoleh yang sesuai yang terdiri dari dari 11 subjek dilakukan 15 orang 22 orang. Dari
kelompok kriteria diperoleh 20 subjek tiap kelompok dengan total 22 sampel ,yaitu
perlakuan 37 dan 67 orang kelomok sampel sebanyak 11 pasien
kelompok perlakuan dan 20 32orang, 16 kelompok
kontrol 38 subjek kelompok orang kasus dan kontrol (K1)
control mendapatkan
23

16 orang kontrol. putih telur dan


11 pasien (K2)
Karakteris pasien TB paru semua penderita Mengalami Mengalami pasien dengan Usia di atas 18 Pasien Pasien Luka
tik adalah baru hipoalbuminemia hipoalbumin hipoalbuminemia hipoalbuminemia tahun dengan Preeklamsia bakar yang
responden dengan kadar (kadar albumin (<3,5 g/dl) di bangsal bedah, (kadar albumin dignosa TB, Berat mengalami
yang albumin darah < 2,0–3,4 mg/dl); berumur diatas umur 21 s/d 60 serum kurang tidak alergi telur, hipoalbumin
diberikan 3, 5 g/dL, usia >18 tahun; 25 th mendapat tahun, diet dari 3,5 g/dl), mampu makan
intervensi berusia 18-60 belum ektra putih telur peroral bentuk skor kriteria secara oral
tahun, mendapat mendapatkan bersedia menjadi makanan biasa penampilan
diit oral atau transfusi responden dan atau lunak. ECOG (Eastern
enteral dan albumin; lama menandatangani Cooperative
asupan energi rawat minimal 7 infom consent, Oncology
minimal 80%. hari; Group) I–II, usia
mendapatkan 15–60 tahun,
diet oral; setuju ikut
mempunyai data penelitian.
pre kadar
albumin serta
bersedia
berpartisipasi.
Alat ukur Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin, Cek lab albumin,
yang bromicessol bromicessol bromicessol bromicessol bromicessol bromicessol bromicessol bromicessol
digunakan green (BCG) green (BCG) green (BCG) green (BCG) green (BCG) green (BCG) green (BCG) green (BCG)
Outcome Pada hasil akhir Pada hasil akhir Terjadi Pada hasil akhir Tidak didapatkan Pada kwlompok Terdapat hasil selisih
Terdapat terdapat peningkatan terdapat perbedaan perlakuan peningkatan kadar albumin
peningkatan kenaikan kadar albumun peningkatan bermakna selisih terdapat kadar albumin pretest dan
kadar albumin albumin pada secara bermakna kadar albumin kadar albumin peningkatan pada pasien posttest pada
24

pada kelompok kelompok (p=0,000) darah pada setelah dan kadar albumin, kontrol antara kelompok
perlakuan adalah perlakuan lebih sebelum dan kelompok sebelum sedangkan pada 0,3-0,8 g/dl kontrol 0,10
3,47 g/dL dan tinggi (0,522± sesudah perlakuan perlakuan kelompok +0,45,
pada kelompok 1,685) daripada diberikan diit sebanyak 2,7 berdasarkan hasil kontrol tidak ada sedangkan pada
kontrol adalah kelompok selama 6 hari mg/dl 0,47 dan uji one way peningkatan kelompok
2,81 g/dL kontrol perawatan. kelompok kontol anova (p=0,656). perlakuan 0,72
(0,007±0,4522) 2,2 mg/dl 0,53 +0,32, terdapat
(p=0,001). perbedaan yang
bermakna
perubahan kadar
albumin antara
kelompok
perlakuan
dibandigkan
kelompok
kontrol
25

3.2 Pembahasan

Pencarian literatur menghasilkan beberapa jurnal yang kami anggap dapat

dijadikan bukti ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan dalam

meningkatkan kadar albumin pasien. Semua jurnal diperiksa oleh masing-

masing anggota kelompok dan kami tidak menghubungi penulis jurnal untuk

mengkonfirmasi atau menanyakan data yang dianggap kurang jelas. Dari

beberapa jurnal yang didapatkan, kami menelaah 8 jurnal yang melibatkan

intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kadar albumin pasien.

Berdasarkan telaah melalui kaidah Validity, Importancy dan Appliicability

(VIA) 8 jurnal diatas, maka keputusan klinis yang diambil dipersempit

menjadi 3 jurnal yang memenuhi VIA terlengkap. Dari 8 jurnal yang

didapatkan, terdapat 5 jurnal yang memiliki karakteristik responden yang

sama yaitu hipoalbumin (<3,5g/dl). Dan berdasarkan hasil penelitian terdapat

kenaikan kadar albumin yang cukup signifikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan kadar albumin serum

pasien yang di rawat di rumah sakit, antara lain asupan zat gizi yang kurang,

komplikasi dan lama rawat. Asupan zat gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh

dapat menimbulkan defisiensi protein, sehingga kadar albumin menurun,

pasien yang mengalami kekurangan protein akan mengalami penurunan

metabolism protein dan asam amino.

Hipoalbuminemia merupakan kondisi dimana albumin darah dibawah

normal. Hal ini disebabkan sintesis yang menurun (kurang gizi dan penyakit
26

hepar), degradasi meningkat (albuminuria dan gangguan absorbs) atau

meningkatnya syok dan edema). Perlakuan kekurangan protein banyak terjadi

pada penduduk negara-negara miskin yang menerima asupan kalori yang

cukup dari makanan seperti ubi, tetapi sedikit atau tanpa protein. Kekurangan

protein dapat menyebabkan terjadinya kwashiorkhor, bila kadar albumin turun

dibawah 3,0 g/dL, edema dan asites menjadi tanda dan prognosis. Konsentrasi

albumin kurang dari 1,6 g/dL merupakan prediktor paling akurat risiko

kematian, dibandingkan dengan berat badan, tebal kulit trisep, lingkar lengan

atas, dan edema. Asupan nol kalori dalam jangka lama menekan kadar insulin

sehingga terjadi glukoneogenesis yang menyebabkan pemecahan protein

untuk energi. Protein yang pertama dibongkar dari hepar, kemudian dari otot.

Dari rata-rata hasil jurnal diatas diatas, dapat ditemukan bahwa terdapat

pasien dengan IMT < 18,5 namun memiliki kadar albumin ≥ 3,5 g/dL hasil ini

pun sesuai dengan hasil penelitian Maria Fitria (2019) . Hal ini dapat terjadi

pada pasien yang dalam masa penyembuhan atau pengobatannya sudah

hampir selesai. Dimana albumin merupakan salah satu indikator status gizi,

baik pada saat awal kejadian malnutrisi maupun ketika perbaikan mulai

terjadi. Dirumah sakit pada umumnya, kadar albumin pada pasien

hipoalbumin paru dapat ditingkatkan dengan pemberian cairan albumin secara

intra vena dan pemberian asupan makanan tinggi protein. Pemberian albumin

secara intra vena jarang dilakukan karena harganya mahal, sehingga tidak

terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah.


27

Putih telur merupakan komponen terbesar yang menyusun sekitar

58% dari sebuah telur, dibandingkan dengan kuning telur yang hanya 31%

saja. Komponen putih telur terdiri dari 87% air, 12% protein, dan 0,3% lemak.

Putih telur merupakan salah satu makanan yang mengandung AARC (leusin,

isoleusin, dan valin) yang merupakan asam amino rantai cabang. .

Konsensus European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (2006)

merekomendasikan AARC untuk terapi nutrisi pada ensefalopati hepatikum

karena terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis lanjut. Teori ini

berpendapat bahwa berkurangnya konsentrasi AARC (leusin, isoleusin,

dan valin) dan meningkatnya asam amino aromatik (triptofan)

mencetuskan terjadinya ensefalopati hepatikum. Peran AARC dalam hal ini

adalah sebagai barrier masuknya triptofan ke dalam sirkulasi serebral

sehingga mencegah terjadinya ensefalopati hepatikum. AARC juga berperan

dalam metabolisme energi, tidak hanya untuk mensintesis protein, tetapi juga

menjaga keutuhan otot dan menstimulasi pembentukan otot. Massa otot ini

dibutuhkan untuk detoksifikasi amonia.

Telur merupakan bahan makanan hewani yang mengandung protein tinggi.

Jenis telur yang dikonsumsi masyarakat biasanya telur ayam ras dan telur itik,

telur ayam ras lebih banyak dikonsumsi masyarakat karena harganya relatif

murah dan tingkat ketersediaannya tinggi di pasaran. Kadar ovalbumin dalam

telur paling banyak terdapat pada putih telurnya. Putih telur ayam ras dalam

100 g mengandung 10,5 g protein yang 95% nya adalah albumin (9,83g).

Putih telur itik 100 g mengandung protein 11 g (Persagi, 2008 dan Kemenkes
28

& Kementan, 2010). Pemberian ekstra putih telur pada penelitian ini dapat

meningkatkan kadar albumin. Adanya peningkatan kadar albumin diharapkan

akan meningkatkan efek antimikrobial, menurunkan lama rawat inap dan

mencegah terjadinya komplikasi (Persagi, 2008 dan Kemenkes & Kementan,

2010).

Pada penelitian jurnal Nurul Huda Syamsiatun (2015), terbukti bahwa

putih telur meningkatkan kadar albumin. Secara biokimia kenaikan albumin

0,52 mg/dl dengan mengkonsumsi ekstra putih telur dan madu sangat berarti.

Selain menghemat waktu juga menghemat biaya dibandingkan dengan

menggunakan transfusi/infus albumin dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta, 2012 yaitu pemberian

modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin sebesar 2,7 mg/dl pada

pasien bedah (p=0,002).

Pada hasil jurnal Agus Prastowo, dkk (2016), terbukti bahwa putih telur

meningkatkan kadar albumin. Secara biokimia kenaikan albumin 0,52 mg/dl

dengan mengkonsumsi ekstra jus putih telur 3x sehari dalam waktu satu

minggu sangat berarti. Selain menghemat waktu juga menghemat biaya

dibandingkan dengan menggunakan transfusi/infus albumin dengan harga

yang jauh lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta,

2012 yaitu pemberian modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin

sebesar 2,7 mg/dl pada pasien bedah (p=0,002).

Dari 8 jurnal diatas 4 hasil jurnal yaitu jika dilihat dari jumlah sampel

yang cukup dan hasil yang didapatkan menurut Supriatna (2017), Dian Ayu,
29

dkk (2017), Siti idamayanti (2018), dan Siska, Rama Zirti (2019) mengatakan

bahwa dengan pemberian putih telur 15 g/hari pada pasien hipoalbumin dapat

meningkatkan kadar albumin. Secara biokimia kenaikan albumin 0,52 mg/dl

dengan mengkonsumsi ekstra putih telur 3x sehari dalam waktu 5 hari sangat

berarti. Selain menghemat waktu juga menghemat biaya dibandingkan dengan

menggunakan transfusi/infus albumin dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Selain itu penelitian diatas mengemukakan bahwa rentang usia yang

dianjurkan untuk memakan putih telur pada pasien hipoalbumin adalah usia

rata-rata 18 sampai dengan usia 60 tahun dengan kadar albumin < 3,5 gr/dl.

Cara pemberiannya Putih telur sebanyak 15gr/dl dikukus lalu dipisahkan

antara putih dan kuningnya, yang diambil hanya putihnya saja dimakan sehari

3x, tetapi jenis telur ayam tidak dijelaskan secara terperinci, namun hanya

diberikan keterangan biasanya masyarakat mengkonsumsi jenit telur ayam ras

dan telur itik karena lebih mudah diadapat dan tidak dijelaskan secara

terperinci siapa saja pasien yang boleh dan tidak boleh untuk mengkonsumsi

putih telur, tetapi hanya di terangkan putih telur efektif diberikan terhadap

pasien yang kadar albuminnya kurang,

Dalam penelitian ini juga dibahas pentingnya peran perawat dalam

melakukan intervensi keperawatan dan membantu mengedukasi dalam

meningkatkan kadar albumin pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap

kebutuhan harian pasien. Studi yang dilakukan oleh Boden,et.al (2018)

menekankan bahwa pentingnya inisiatif yang dipimpin oleh perawat dengan


30

berkolaborasi dengan interdisipliner terutama tim gizi dalam melaksankan

pemberian putih telur.

BAB IV

KESIMPULAN

Hipoalbuminemia merupakan kondisi dimana albumin darah dibawah

normal. Hal ini disebabkan sintesis yang menurun (kurang gizi dan penyakit

hepar), degradasi meningkat (albuminuria dan gangguan absorbs) atau

meningkatnya syok dan edema). Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan

kadar albumin serum pasien yang di rawat di rumah sakit, antara lain asupan zat

gizi yang kurang, komplikasi dan lama rawat. Asupan zat gizi yang kurang dari

kebutuhan tubuh dapat menimbulkan defisiensi protein, sehingga kadar albumin

menurun, pasien yang mengalami kekurangan protein akan mengalami penurunan

metabolism protein dan asam amino.

Berdasarkan kajian literature dapat disimpulkan dan dijadikan sebagai

intervesi keperawatan, bahwa dengan pemberian ekstra putih telur terhadap pasien

hipoalbumin dapat berpengaruh dalam peningkatan kadar nilai albumin.

Pemberian ekstra putih telur dapat diberikan pada pasien hipoalbumin dengan

rentang usia rata-rata 18 sampai dengan usia 60 tahun dengan kadar albumin < 3,5

gr/dl. Cara pemberiannya Putih telur sebanyak 15gr/dl dikukus lalu dipisahkan

antara putih dan kuningnya, yang diambil hanya putihnya saja dimakan sehari 3x,

jenis telur ayam ras dan telur itik karena lebih mudah diadapat dimasyarakat.

Setelah 5 hari pemberian ektra putih telur maka pasien dilakukan kembali
31

pemeriksaan lab albumin untuk mengetahui kadar albumin setelah diberikan

ekstra putih telur selama 5 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Idamayanti, Siti. (2018). Diet Tinggi Energi, Protein Dan Putih Telur
Meningkatkan Kadar Albumin Serum Pada Pasien Pre-Eklampsia..
Reserchgate.com. di akses November 2020
Maria Fitra, F. (2019). Pengaruh Pemberian Ekstra Putih Telur Dan Madu
Terhadap
Kadar Albumin Dan Zat Gizi Makro Pada Pasien Tb Paru Di Ruang
Rawat Inap Paru Rsud Dr. M. Zein Painan Tahun 2019 (Doctoral
Dissertation, Stikes Perintis Padang).
Prastowo, A., Lestariana, W., Nurdjanah, S., & Sutomo, R. (2016). Efektifitas
Pemberian Ekstra Putih Telur Terhadap Peningkatan Kadar Albumin Dan
Il-6 Pada Pasientuberkulosis Dengan Hipoalbumin. Jurnal
Kesehatan, 9(1), 10-18.
Ruspita, D., & Puruhita, N. (2017). Pengaruh Pemberian Tambahan Putih Telur
Pada
Diet Tinggi Kalori Dan Protein Terhadap Kadar Albumin Darah Penderita
Keganasan Kepala Leher Dengan Hipoalbuminemia. Medica Hospitalia:
Journal Of Clinical Medicine, 1(3).
Siska, R. Z. (2019). Perbandingan Albumin Oral Dengan Ekstra Putih Telur
Terhadap Kadar Albumin Serum Pada Pasien Luka Bakar Sedang-Berat
Dengan Hipoalbuminemia Di Rs M. Djamil Padang Tahun 2019 (Doctoral
Dissertation, FK UNAND-RSUP Dr. M. Djamil).
Supriyatna, S. (2017). Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur Terhadap
Perubahan Kadar Albumin Pada Pasien Bedah Dengan Hypoalbuminemia
Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia: Journal Of Clinical
Medicine, 1(2).
32

Syamsiatun, N. H., & Siswati, T. (2015). Pemberian Ekstra Jus Putih Telur
Terhadap
Kadar Albumin Dan Hb Pada Penderita Hipoalbuminemia. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 12(2), 54-61.

Anda mungkin juga menyukai