Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Dosen pembimbing :
Popy Siti Aisyah, S,Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
DAFTAR ISI........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB 2 METODE................................................................................................9
3.2 Pembahasan.................................................................................................25
BAB 4 KESIMPULAN.....................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
KATA PENGANTAR
Allah SWT sebagai pemilik alam semesta, sumber harapan dan tujuan segala hal yang
dilakukan, penulis ucapkan puji dan syukur karena berkat rahmat-Nya penyusunan Laporan
Penulis menyadari laporan ini belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya maka dari pada itu penulis berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
berakhlakul karimah.
BAB I
PENDAHULUAN
Bouloux, 2007). Sirosis hepatis disebabkan oleh virus hepatitis, bakteri, proses
autoinmun, obat-obat, pengaruh aklohol dan toksik (Padila, 2013). Sirosis hepatis
ditularkan secara parenteral melalui transfunsi darah atau produk darah yang
terinfeksi atau melalui peralatan yang terinfeksi jarum suntik, bisa juga ditularkan
melalui fekol oral, kemudian hepatosit (sel epital hati) dirusak secara langsung
oleh virus atau oleh respon imun tubuh terhadap virus. Terjadinya perubahan
peregangan pada kaspslu hati yang dapat mengakibatkan pembesaran hati akan
nutrisi yang ditandai dengan anoreksia (mual dan muntah) yang dapat
yang baik untuk mencegah terjadi kerusakan hati lebih lanjut karena di Asia faktor
pemegang nutrisi memegang peranan penting untuk timbulnya sirosis hepatis dan
dengan kondisi perut asites menyebabkan penekanan pada diafragma selain itu
disebabkan oleh nyeri abdomen, mual, terasa penuh pada abdomen. Terjadinya
Kondisi ini dapat memicu terjadi komplikasi berupa asites dan ensefalopati
dari kebutuhan tubuh, salah satunya dengan pemberian nutrisi melalui peroral,
tetapi tindakan ini tidak efektif karena klien tidak nafsu makan sehingga akan
mengubah menu diet (makanan) yang diperoleh klien dari rumah sakit tetapi tetap
mengacu pada indikasi sesuai dengan penyakit yang derita oleh klien. (Nurarif
perawatan secara umum untuk penderita Sirosis Hepatis yang meliputi diit tinggi
dan asites.
6
protein tinggi. Telur merupakan sumber albumin dari hewani. Diketahui albumin
pada telur (ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih telurnya daripada
kuningnya. Putih telur merupakan protein dengan nilai bilogi tinggi (100)
Kadar albumin yang rendah pada pasien sirosis hepatis disebabkan anoreksia,
malnutrition dan malabsorbsi. Albumin juga merupakan protein fase akut negatif
yang jumlah akan menurun pada saat infeksi, luka atau stress. Albumin
obat-obatan melalui sistem sirkulasi, pengangkut berbagai materi yang tak larut
dalam air (bilirubin, asam lemak, dan beberapa macam hormon), menjaga tekanan
membantu metabolisme zat gizi dan mempercepat pemulihan jaringan sel. Fungsi
albumin lain adalah sebagai cadangan air untuk tubuh, mencegah mengerut dan
Menurut Nurul Huda Syamsiatun, dkk (2015) pada hasil penelitiannya terbukti
albumin 0,52 mg/dl dengan mengkonsumsi ekstra putih telur 3x sehari dalam
waktu satu minggu sangat berarti. Selain menghemat waktu juga menghemat
yang jauh lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta, (2012)
yaitu pemberian modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin sebesar
kadar albumin pada pasien hipoalbumin, namum belum banyak literature yang
menjelakan secara detail tentang keefektifan pemberian ekstra putih telur pada
pasien hipoalbumin. Maka dari itu perlu dilakukan pendalaman literature untuk
BAB hitam, BAB lengket seperti aspal >3x/hari ±500 cc. Keluhan disertai muntah
darah >5x ±300 cc berwarna hitam seperti ampas kopi, perut membesar perlahan
pandangan berkunang bila pindah posisi, mudah lelah dan telinga berdenging.
Pasien tapak anemis, perut cembung lembut, Bising usus (+), asites (+)
Splenomegali (+) akral dingin, CRT >2’. Dirumah pasien tidak masuk makanan,
pasien dipasang NGT untuk pemberian diit, diit yang diberikan di RS diit cair 6x
sebanyak 100cc, hasil protein total 5,4 g/dL dan albumin 1,77 g/dL.
8
Hipoalbumin.
O (Outcome) : Tujuan yang ingin didapat dari telaah jurnal ini adalah
diberikan.
9
BAB II
METODE
Artikel yang digunakan dalam kajian literature ini adalah artikel penelitian
dengan metode quasi experimental research dengan naskah publikasi teks penuh
2020. Data yang diambil merupakan data sekunder yang didapatkan bukan hasil
sebelumnya. Sumber data yang didapat berupa artikel jurnal penelitian yang
bereputasi baik pada jurnal intenasional dan jurnal nasional dengan topik yang
database dengan kriteria kualitas sedang dan rendah, yaitu PubMed, Research
atau jurnal yang akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini
didapatkan dari media online di PubMed, Research gate dan Google Scholar
putih telur”.
hipoalbumin.
exsperimental. korelasional
tahun 2015-2020
inggris
yaitu di PubMed, Research Gate dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian
yang telah disesuaikan dengan topik penelitian yaitu “ekstrak putih telur,
11
putih telur”. Jumlah artikel yang muncul pada keempat database publikasi jurnal
tersebut yaitu 204 artikel. Selanjutnya artikel tersebut di skrining dan di seleksi
kembali oleh kelompok, disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang
BAB III
Berdasarkan hasil penelusuran literature kemudian artikel penelitian tersebut dianalisis melalui 3 aspek validitas penelitian,
kepentingan klinis (importancy) hasil dan aplikabilitas atau relevansinya. Berikut ini adalah analisis pada tabel 3.1
2 Pemberian ekstra jus putih Design: Rerata kenaikan albumin Tidak ada perbedaan
Jenis penelitian eksperimental dengan pretest
telur terhadap kadar pada kelompok perlakuan bermakna kedua
posttest with control group design
albumin dan Hb lebih tinggi (0,522± kelompok
Sampel:
pada penderita 1,685) daripada kelompok perlakuan menurut
. Subjek penelitian yang sesuai kriteria diperoleh 67
hipoalbuminemia orang kontrol (0,007±0,4522) jenis kelamin. Menurut
Intervensi: pemberian ekstra jus putih telur dari 40
(p=0,001). Demikian juga hasil penelitian
g putih telur matang dengan 70 g buah segar dan 15
Penulis : g gula, diblender, dan diberikan kepada kepada rerata Hb meningkat lebih sebelumnya (9),
penderita hipoalbuminemia 3 kali/hari selama 7 hari
Nurul Huda Syamsiatun1, tinggi pada kelompok metabolisme albumin
berturut-turut
Tri Siswati Instrumen: perlakuan (1,685±1,5898) pada laki-laki
Asupan makan rumah sakit dianalisis dengan
daripada kelompok dan perempuan, tidak
metode visual Comstock sedangkan makanan dari
Publisher : luar rumah sakit dengan food recall 24 hours. Data kontrol (0,929±2,3169) berbeda sehingga
dianalisis dengan t-test.
14
4 Pengaruh Suplementasi Design: Penelitian ini menggunakan Quasi Rerata kadar albumin hari Peelitian ini ukup
eksperiment
medisco putih telur pertama pada kelompok susah untuk di
Sampel: besar sample yang diambil secara
terhadap perubahan kadar purposive, 40 subjek yang terdiri dari 20 subjek perlakuan adalah 2,5 terapkan karena
kelomok perlakuan dan 20 subjek kelompok
albumin pada pasien bedah mg/dl 0,22 dan kelompok pembuatan medisco
control.
dengan hypoalbuminemia Intervensi: Pasien dengan hipoalbuminemia control 2,4 mg/dl 0,55 . putih telur yang belum
diberikan diit tinggi kalori dan tinggi protein
di RSUP Dr Karyadi Evaluasi hari ke lima tentu semua orang
dengan suplementasi pemberian susu krim, putih
Semarang telur maupun kombinasi Modisco Putih Telur kadar albumin darah pada dapat melakukannya.
(MPT). Pembuatan MPT sesuai dengan standar gizi
kelompok perlakuan
di RSUP Dr Karyadi Semarang dilakasanakan oleh
Penulis : intalasi gizi sedanf\gkan distribusi oleh tenaga sebanyak 2,7mg/dl 0,47
pramusaji. Pemberian PMT 2x sehari pagi dan sore
Supriatna dan kelompok montol 2,2
selama 5 hari kadar albumin darah sebelum
perlakukan diambil dari rekam medic, evaluasi mg/dl 0,53.
kadar albumin dilakukan pada hari ke 5.
Publisher : Uji statistic didapatkan
Instrumen: Kelompok perlakuan suplemen MPT
Instalansi rawat inap di diperoleh hasil uji p value= 0,154 (>0,05) berarti perbedaan bermakna pada
tidak ada pengaruh pemberian suplemen MPT
RSUP Dr Karyadi perubahan kadar albumin
tehadap peningkatan kadar albumin dalam darah.
semarang Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor Antara kelompok
diantaranya adalah : usia, jenis kelamin, fisiologis
perlakuan dan kelompok
dan fathofisiologis metabolisme protein dalam
tubuh pada orang yang sedang sakit. Kelompok control (p=0,002).
control diperoleh hasil p value = 0,001 (<0,05)
16
5 Judul : Pengaruh Design: Rancangan penelitian intervensi Empat puluh lima kasus Pemberian tambahan
randomized control trial pre-post test design dan
Pemberian Tambahan Putih hipoalbuminemia putih telur pada diet
consecutive sampling pre-post test design
Telur pada Diet Tinggi Sampel: Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan memenuhi kriteria inklusi TKTP dapat dijadikan
adalah 11 subyek untuk tiap kelompok.
Kalori dan Protein terhadap dan 40 subyek yang dapat salah satu intervensi
Intervensi: pemberian diet putih telur ayam 5 hari
Kadar Albumin Darah kemudian dianalisis selisih kadar albumin pada hari dianalisis. Selisih albumin keperawatan
ke–21 dan sebelum perlakuan.
Penderita Keganasan kelompok A (0,18±0,51), berkolaborasi dengan
Instrumen: pada tiap-tiap kelompok dilakukan
Kepala Leher dengan pengukuran kadar albumin yang ketiga dan B (0,02±0,61), C bagian gizi ketika
dievaluasi riwayat makan di rumah dengan
Hipoalbuminemia (0,02±0,41). Tidak pasien sedang rawat
menggunakan formulir FFQ (Food Frequency
Qustionnaire). didapatkan perbedaan inap untuk membantu
Penulis : Dian Ayu bermakna selisih kadar meningkatkan kadar
Ruspita, dkk albumin setelah dan albumin pada pasien
sebelum perlakuan sirosis haptis yang
Publish : Medica berdasarkan hasil uji one mengalami
Hospitalia, Volume 1 No 3, way anova (p=0,656). hipoalbuminemia.
Hal 159-163, Mei 2013 Intervensi ini mudah
diterapkan oleh
perawat dan dapat
diedukasikan kepada
17
6 Judul : Pengaruh Design: Jenis penelitian ini merupakan penelitian didapatkan pada Pemberian ekstra
Eksperimen dengan Pretest Post-test White Control
Pemberian Ekstra kelompok perlakuan putih telur dan madu
group design
Putih Telur dan Sampel: Penelitian dilakukan dengan total sampel didapatkan ada pengaruh dapat dijadikan salah
sebanyak 32orang, 16 orang kasus dan 16 orang
Madu terhadap Kadar pemberian ekstra putih satu intervensi
kontrol.
Albumin dan Zat Intervensi: Memberikan makanan tambahan telur dan madu terhadap keperawatan
berupa putih telur dan madu 2 kali sehari selama 7
Gizi Makro pada kadar albumin, asupan kolaborasi dengan
hari. Berat rata-rata 1 putih telur = 46,5 gr, putih
Pasien TB Paru di telur diolah dengan cara di tim. Setelah 7 hari kadar energi dan protein pada bagian gizi untuk
albumin responden diperiksa kembali apakah ada
Ruang Rawat Inap pasien TB paru. meningkatkan kadar
kenaikan pada kadar albumin responden setelah
Paru RSUD dr M. diberikan makanan tambahan putih telur dan madu Sedangkan pada albumin paien dengan
Instrumen: kelompok perlakuan didapatkan hasil
Zein Painan kelompok kontrol hipoalbuminemia.
uji paired samples T test (uji T-Test) didapatkan p =
didapatkan tidak ada Hal ini terlihat pada
0,001 (p < 0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima
Penulis : Maria Fitria pengaruh pemberian hasil penelitian
yaitu ada pengaruh pemberian ekstra putih telur dan
ekstra putih telur dan menunjukkan bahwa
madu terhadap kadar albumin pada pasien TB Paru.
Publish : Program Studi S- madu terhadap kadar pemberian ekstra
Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil
1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu albumin, asupan energi putih telur dan madu
uji paired samples T test (uji T-Test) didapatkan p =
Kesehatan Perintis Padang, dan asupan protein pada dapat meningkatkan
18
7 Judul : Diet Tinggi Energi, Design: Penelitian menggunakan desain one group Hasil analisis Pemberian diet energi
pretest postest.
Protein dan Putih Telur menunjukkan hubungan tinggi protein tinggi
Sampel: Jumlah sampel sebanyak 15 orang dengan
Meningkatkan Kadar kesediaan (informe consence) untuk mengkonsumsi sangat kuat (r = 0,795; p = ekstra putih telur
putih telur dan mengikuti penelitian
Albumin Serum pada 0,000) asupan energi dan selama 5 hari dapat
Intervensi: Pemberian diet dilakukan selama
Pasien Pre-Eklampsia selama 5 hari. Pemberian putih telur pada pasien (r = 0,760; p = 0,000) meningkatkan kadar
pre-eklampsia berat sebanyak 6 butir per hari
asupan protein dengan albumin serum
diberikan pada jam 10.30 sebanyak 3 butir sebagai
Penulis : Siti Idamayanti, pengganti snack pagi dan jam 16 WITA 3 butir kadar albumin pasien. sebesar 0,5 gr/dl,
sebagai snack sore.
Bernatal Saragih, Joko Peningkatan kadar dengan rata-rata
Instrumen: Analisa konsumsi menggunakan
Cahyono metode Comstock sesuai standar menu diet Instalasi albumin serum sebesar asupan diet energi
Gizi. Analisa serum albumin dilakukan dengan
73% dipengaruhi oleh diet sebanyak 2617,7 kkal
Metode Brom Cresol Green.
19
8 Judul : Perbandingan Design: Penelitian ini merupakan studi hasil selisih kadar Pemberian albumin
eksperimental kuantitatif dengan desain
Albumin Oral dengan albumin pretest dan oral mengalami
Randomized Control Trial,
Ekstra Putih Telur terhadap Sampel: jumlah sampel minimal 22 orang. Dari 22 posttest pada kelompok peningkatan kadar
sampel ,yaitu 11 pasien kelompok kontrol (K1)
Kadar Albumin Serum pada kontrol 0,10 +0,45, albumin serum yang
mendapatkan putih telur dan 11 pasien (K2)
Pasien Luka Bakar Sedang- Intervensi: pemberian albumin oral fan putih telur sedangkan pada kelompok lebih baik
selama 10 hari
Berat dengan perlakuan 0,72 +0,32 dibandingkan dengan
Instrumen: Untuk menguji perbedaan rata-rata
Hipoalbuminemia di RS M. kadar albumin antara dua kelompok dilakukan (p=0,001<0,05) yang yang diberikan ekstra
dengan uji statistik independent t-test
20
Jumlah jumlah sampel Subjek penelitian Sampe 30 orang Jumlah 40 subjek Sampel 22 terdiri Penelitian sampel sebanyak sampel minimal
sampel diperoleh yang sesuai yang terdiri dari dari 11 subjek dilakukan 15 orang 22 orang. Dari
kelompok kriteria diperoleh 20 subjek tiap kelompok dengan total 22 sampel ,yaitu
perlakuan 37 dan 67 orang kelomok sampel sebanyak 11 pasien
kelompok perlakuan dan 20 32orang, 16 kelompok
kontrol 38 subjek kelompok orang kasus dan kontrol (K1)
control mendapatkan
23
pada kelompok kelompok (p=0,000) darah pada setelah dan kadar albumin, kontrol antara kelompok
perlakuan adalah perlakuan lebih sebelum dan kelompok sebelum sedangkan pada 0,3-0,8 g/dl kontrol 0,10
3,47 g/dL dan tinggi (0,522± sesudah perlakuan perlakuan kelompok +0,45,
pada kelompok 1,685) daripada diberikan diit sebanyak 2,7 berdasarkan hasil kontrol tidak ada sedangkan pada
kontrol adalah kelompok selama 6 hari mg/dl 0,47 dan uji one way peningkatan kelompok
2,81 g/dL kontrol perawatan. kelompok kontol anova (p=0,656). perlakuan 0,72
(0,007±0,4522) 2,2 mg/dl 0,53 +0,32, terdapat
(p=0,001). perbedaan yang
bermakna
perubahan kadar
albumin antara
kelompok
perlakuan
dibandigkan
kelompok
kontrol
25
3.2 Pembahasan
masing anggota kelompok dan kami tidak menghubungi penulis jurnal untuk
pasien yang di rawat di rumah sakit, antara lain asupan zat gizi yang kurang,
komplikasi dan lama rawat. Asupan zat gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh
normal. Hal ini disebabkan sintesis yang menurun (kurang gizi dan penyakit
26
cukup dari makanan seperti ubi, tetapi sedikit atau tanpa protein. Kekurangan
dibawah 3,0 g/dL, edema dan asites menjadi tanda dan prognosis. Konsentrasi
albumin kurang dari 1,6 g/dL merupakan prediktor paling akurat risiko
kematian, dibandingkan dengan berat badan, tebal kulit trisep, lingkar lengan
atas, dan edema. Asupan nol kalori dalam jangka lama menekan kadar insulin
untuk energi. Protein yang pertama dibongkar dari hepar, kemudian dari otot.
Dari rata-rata hasil jurnal diatas diatas, dapat ditemukan bahwa terdapat
pasien dengan IMT < 18,5 namun memiliki kadar albumin ≥ 3,5 g/dL hasil ini
pun sesuai dengan hasil penelitian Maria Fitria (2019) . Hal ini dapat terjadi
hampir selesai. Dimana albumin merupakan salah satu indikator status gizi,
baik pada saat awal kejadian malnutrisi maupun ketika perbaikan mulai
intra vena dan pemberian asupan makanan tinggi protein. Pemberian albumin
secara intra vena jarang dilakukan karena harganya mahal, sehingga tidak
58% dari sebuah telur, dibandingkan dengan kuning telur yang hanya 31%
saja. Komponen putih telur terdiri dari 87% air, 12% protein, dan 0,3% lemak.
Putih telur merupakan salah satu makanan yang mengandung AARC (leusin,
karena terbukti memperbaiki klinis pada pasien sirosis lanjut. Teori ini
dalam metabolisme energi, tidak hanya untuk mensintesis protein, tetapi juga
menjaga keutuhan otot dan menstimulasi pembentukan otot. Massa otot ini
Jenis telur yang dikonsumsi masyarakat biasanya telur ayam ras dan telur itik,
telur ayam ras lebih banyak dikonsumsi masyarakat karena harganya relatif
telur paling banyak terdapat pada putih telurnya. Putih telur ayam ras dalam
100 g mengandung 10,5 g protein yang 95% nya adalah albumin (9,83g).
Putih telur itik 100 g mengandung protein 11 g (Persagi, 2008 dan Kemenkes
28
& Kementan, 2010). Pemberian ekstra putih telur pada penelitian ini dapat
2010).
0,52 mg/dl dengan mengkonsumsi ekstra putih telur dan madu sangat berarti.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta, 2012 yaitu pemberian
modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin sebesar 2,7 mg/dl pada
Pada hasil jurnal Agus Prastowo, dkk (2016), terbukti bahwa putih telur
dengan mengkonsumsi ekstra jus putih telur 3x sehari dalam waktu satu
yang jauh lebih tinggi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanta,
2012 yaitu pemberian modisco putih telur yang meningkatkan kadar albumin
Dari 8 jurnal diatas 4 hasil jurnal yaitu jika dilihat dari jumlah sampel
yang cukup dan hasil yang didapatkan menurut Supriatna (2017), Dian Ayu,
29
dkk (2017), Siti idamayanti (2018), dan Siska, Rama Zirti (2019) mengatakan
bahwa dengan pemberian putih telur 15 g/hari pada pasien hipoalbumin dapat
dengan mengkonsumsi ekstra putih telur 3x sehari dalam waktu 5 hari sangat
dianjurkan untuk memakan putih telur pada pasien hipoalbumin adalah usia
rata-rata 18 sampai dengan usia 60 tahun dengan kadar albumin < 3,5 gr/dl.
antara putih dan kuningnya, yang diambil hanya putihnya saja dimakan sehari
3x, tetapi jenis telur ayam tidak dijelaskan secara terperinci, namun hanya
dan telur itik karena lebih mudah diadapat dan tidak dijelaskan secara
terperinci siapa saja pasien yang boleh dan tidak boleh untuk mengkonsumsi
putih telur, tetapi hanya di terangkan putih telur efektif diberikan terhadap
BAB IV
KESIMPULAN
normal. Hal ini disebabkan sintesis yang menurun (kurang gizi dan penyakit
kadar albumin serum pasien yang di rawat di rumah sakit, antara lain asupan zat
gizi yang kurang, komplikasi dan lama rawat. Asupan zat gizi yang kurang dari
intervesi keperawatan, bahwa dengan pemberian ekstra putih telur terhadap pasien
Pemberian ekstra putih telur dapat diberikan pada pasien hipoalbumin dengan
rentang usia rata-rata 18 sampai dengan usia 60 tahun dengan kadar albumin < 3,5
gr/dl. Cara pemberiannya Putih telur sebanyak 15gr/dl dikukus lalu dipisahkan
antara putih dan kuningnya, yang diambil hanya putihnya saja dimakan sehari 3x,
jenis telur ayam ras dan telur itik karena lebih mudah diadapat dimasyarakat.
Setelah 5 hari pemberian ektra putih telur maka pasien dilakukan kembali
31
DAFTAR PUSTAKA
Idamayanti, Siti. (2018). Diet Tinggi Energi, Protein Dan Putih Telur
Meningkatkan Kadar Albumin Serum Pada Pasien Pre-Eklampsia..
Reserchgate.com. di akses November 2020
Maria Fitra, F. (2019). Pengaruh Pemberian Ekstra Putih Telur Dan Madu
Terhadap
Kadar Albumin Dan Zat Gizi Makro Pada Pasien Tb Paru Di Ruang
Rawat Inap Paru Rsud Dr. M. Zein Painan Tahun 2019 (Doctoral
Dissertation, Stikes Perintis Padang).
Prastowo, A., Lestariana, W., Nurdjanah, S., & Sutomo, R. (2016). Efektifitas
Pemberian Ekstra Putih Telur Terhadap Peningkatan Kadar Albumin Dan
Il-6 Pada Pasientuberkulosis Dengan Hipoalbumin. Jurnal
Kesehatan, 9(1), 10-18.
Ruspita, D., & Puruhita, N. (2017). Pengaruh Pemberian Tambahan Putih Telur
Pada
Diet Tinggi Kalori Dan Protein Terhadap Kadar Albumin Darah Penderita
Keganasan Kepala Leher Dengan Hipoalbuminemia. Medica Hospitalia:
Journal Of Clinical Medicine, 1(3).
Siska, R. Z. (2019). Perbandingan Albumin Oral Dengan Ekstra Putih Telur
Terhadap Kadar Albumin Serum Pada Pasien Luka Bakar Sedang-Berat
Dengan Hipoalbuminemia Di Rs M. Djamil Padang Tahun 2019 (Doctoral
Dissertation, FK UNAND-RSUP Dr. M. Djamil).
Supriyatna, S. (2017). Pengaruh Suplementasi Modisco Putih Telur Terhadap
Perubahan Kadar Albumin Pada Pasien Bedah Dengan Hypoalbuminemia
Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia: Journal Of Clinical
Medicine, 1(2).
32
Syamsiatun, N. H., & Siswati, T. (2015). Pemberian Ekstra Jus Putih Telur
Terhadap
Kadar Albumin Dan Hb Pada Penderita Hipoalbuminemia. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 12(2), 54-61.