DENGAN
(HIRSPRUNG, PROLAPS RECTI, TBC DAN
MALNUTRISI)
KELOMPOK 2
Aprilia D 302018062
Ilham Fadhil 302018063
Aprilia S 302018064
Salsa Y 302018
Dhoni Moch I 302018
Salsabila 302018109
HIRSCHPRUNG
Hirschprung
• DEFINISI • ETIOLOGI
Hirschprung atau mega kolon adalah Penyebab penyakit hirschprung belum diketahui,
penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion tetapi diduga karena factor genetic dan
dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. lingkungan, sering terjadi pada anak down
Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal syndrome, kegagalan sel neural pada masa
atau tidakadanya evakuasi usus spontan (Betz, embrio dalam dinding usus, gagal ekstensi,
Cecily &Sowden : 2000). Kondisi ini merupakan kranio kaudal dan sub mukosa dinding plexus
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus.
Manifestasi klinis
Pada neonatus :
Tanda dan gejalah pada anak-anak meliputi:
1. Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam tempo 24 hingga 48
jam karena usus tidak mampu mendorong isinya ke arah distal. 1. Konstipasi persisten akibat penurunan motilitas
2. Muntah dengan muntahan yang mengandung feses atau empedu gastrointerstinal (GI)
sebagai akibat obstruksi intestinal. 2. Distensi abdomen akibat retensi feses.
3. Distensi abdomen yang terjadi sekunder karena retensi isi usus 3. Massa feses yang bisa diraba akibat retensi feses.
dan obstruksi usus.
4. Ekstremitas yang lisut( pada kasus-kasus berat)
4. Iritabilitas (anak menjadi rewel) akibat distensi abdomen yang
ditimbulkan. yang terjadi sekunder karena gangguan motilitas
intestinal dan pengaruhnya pada nutrisi serta
5. Kesulitan menyusu dan kegagalan tumbuh kembang yang
asupan makanan.
berhubungan dengan retensi isi usus dan distensi abdomen.
6. Dehidrasi yang berhubungan dengan kesulitan menyusu dan
5. Kehilangan jaringan subkutan (pada kasus-kasus
ketidakmampuan mengonsumsi cukup cairan. berat) yang terjadi sekunder karena malnutrisi.
7. Diare overflow yang terjadi sekunder karena peningkatan sekresi 6. Abdomen yang besar dan menonjol akibat retensi
air kedalam usus disertai obstruksi usus. feses dan perubahan homeostatis cairan serta
elektrolit yang ditimbulkan.
Patofisiologi Hirschprung
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna dapat berjalan di sepanjang usus karena adanya
kontraksi rtmis dari oto-otot yang melapisi usu (kontraksi Ritmis ini disebutkan gerakan peristaltik).
Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut gangglion, yang terletak
dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschcprung, ganglion/pleksus yang memerintahkan gerakan
peristaltik tidak ada, biasanya hanya sepanjangn beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak
memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna sehingga terjadi
penyumbatan.
Dengan kondisi tidak adanya ganglion, maka akan memberikan manifastasi gangguan atau tidak
adanya peristaltis sehingga akan terjadinya tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter
rektum tidak dapat berelaksasi secara optimal, kondisi ini dapat mencegah keluarnya fases secara
normal. Isi usus kemudian terdorong ke segmenaganglionik dan terjadi akumulasi di daerah tersebut
sehingga memberikan manifestasi dalatasi usus pada bagian proksimal
Patofisiologi
Hirschprung
LANJUTAN..
4) Enterokolitis. 3) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
khas terdapat peningkatan aktifitas enzim asetilkolin enterase
5) Syok hipovolemik.
4) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus (Ngastiyah, 1997)
6) Sepsis
5) Foto abdomen dan Enema Barium untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014) kolon
6) Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
7) Manometri anorektal untuk mencatat respons reflex sfingter interna dan
eksterna
Penatalaksanaan Hirschprung
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif :
1. Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam duatahap. Mula-mula dilakukan kolostomi
loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal
(memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhamel
b. Prosedur swenson
c. Prosedur soave
2.Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa
rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara
PROLAPS RECTI
• Definisi • Manifestasi Klinis
Prolaps rectum : Turunnya rectum melalui anus dan terjadi Gejala prolapse rectum :
penonjolan mukosa rectum di seluruh dinding rectum. 1. Tidak dapat mengendalikan keluarnya tinja dari anus
(Inkontinensia)
2. Keluarnya darah atau lendir dari anus
3. Merasa desakan untuk buang air besar
Faktor penyebab prolapse rectum : 5. Adanya nyeri, gatal,iritasi atau pendarahan di anus
1. Peningkatan tekanan intra abdomen (Konstipasi, diare, 6. Rectume keluar melalui anus, sehingga permukaan recta
BPH, penyakit obstruksi kronik) terlihat dari luar tubuh.
• Penanggulangan stres hospitalisasi pada anak dapat menggunakan beberapa tehnik, antara lain terapi
bermain (menggambar dan mewarnai) dan terapi musik. Kedua cara tersebut dapat menurunkan stres
emosional pada manusia terutama pada anak. Pengaruh tehnik terapi yang lebih efektif antara terapi
bermain dan terapi musik untuk menurunkan stres hospitalisasi pada anak sampai saat ini belum
diketahui. Kedua jenis terapi tersebut dapat membuat tubuh menjadi rileks dan membuat perubahan
emosi menjadi lebih positif dan koping anak menjadi lebih baik sehingga dapat menurunkan tingkat stres
hospitalisasi pada anak
Pendidikan kesehatan untuk keluarga
pasien
• Edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar
atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven &
Hirnle, 1996 dalam Suliha, dkk, 2002). Suliha, dkk (2002)
• Keluarga pasien perlu diedukasi bahwa fungsi usus penderita tanpa komplikasi atau penyakit penyerta
lain, akan kembali normal setelah beberapa tahun secara bertahap. Jika terdapat gangguan pada motilitas
saluran cerna, seperti konstipasi, tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian laksatif jangka panjang.
Namun apabila laksatif tidak dapat memberikan perbaikan gejala pada pasien, dapat dilakukan tindakan
enema.
ASUHAN
KEPERAWATAN