Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN
(HIRSPRUNG, PROLAPS RECTI, TBC DAN
MALNUTRISI)
KELOMPOK 2
Aprilia D 302018062
Ilham Fadhil 302018063
Aprilia S 302018064
Salsa Y 302018
Dhoni Moch I 302018
Salsabila 302018109
HIRSCHPRUNG
Hirschprung
• DEFINISI • ETIOLOGI

Hirschprung atau mega kolon adalah Penyebab penyakit hirschprung belum diketahui,
penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion tetapi diduga karena factor genetic dan
dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. lingkungan, sering terjadi pada anak down
Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal syndrome, kegagalan sel neural pada masa
atau tidakadanya evakuasi usus spontan (Betz, embrio dalam dinding usus, gagal ekstensi,
Cecily &Sowden : 2000). Kondisi ini merupakan kranio kaudal dan sub mukosa dinding plexus
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus.
Manifestasi klinis

Pada neonatus :
Tanda dan gejalah pada anak-anak meliputi:
1. Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam tempo 24 hingga 48
jam karena usus tidak mampu mendorong isinya ke arah distal. 1. Konstipasi persisten akibat penurunan motilitas
2. Muntah dengan muntahan yang mengandung feses atau empedu gastrointerstinal (GI)
sebagai akibat obstruksi intestinal. 2. Distensi abdomen akibat retensi feses.
3. Distensi abdomen yang terjadi sekunder karena retensi isi usus 3. Massa feses yang bisa diraba akibat retensi feses.
dan obstruksi usus.
4. Ekstremitas yang lisut( pada kasus-kasus berat)
4. Iritabilitas (anak menjadi rewel) akibat distensi abdomen yang
ditimbulkan. yang terjadi sekunder karena gangguan motilitas
intestinal dan pengaruhnya pada nutrisi serta
5. Kesulitan menyusu dan kegagalan tumbuh kembang yang
asupan makanan.
berhubungan dengan retensi isi usus dan distensi abdomen.
6. Dehidrasi yang berhubungan dengan kesulitan menyusu dan
5. Kehilangan jaringan subkutan (pada kasus-kasus
ketidakmampuan mengonsumsi cukup cairan. berat) yang terjadi sekunder karena malnutrisi.
7. Diare overflow yang terjadi sekunder karena peningkatan sekresi 6. Abdomen yang besar dan menonjol akibat retensi
air kedalam usus disertai obstruksi usus. feses dan perubahan homeostatis cairan serta
elektrolit yang ditimbulkan.
Patofisiologi Hirschprung
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna dapat berjalan di sepanjang usus karena adanya
kontraksi rtmis dari oto-otot yang melapisi usu (kontraksi Ritmis ini disebutkan gerakan peristaltik).
Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut gangglion, yang terletak
dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschcprung, ganglion/pleksus yang memerintahkan gerakan
peristaltik tidak ada, biasanya hanya sepanjangn beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak
memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna sehingga terjadi
penyumbatan.
Dengan kondisi tidak adanya ganglion, maka akan memberikan manifastasi gangguan atau tidak
adanya peristaltis sehingga akan terjadinya tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter
rektum tidak dapat berelaksasi secara optimal, kondisi ini dapat mencegah keluarnya fases secara
normal. Isi usus kemudian terdorong ke segmenaganglionik dan terjadi akumulasi di daerah tersebut
sehingga memberikan manifestasi dalatasi usus pada bagian proksimal
Patofisiologi
Hirschprung
LANJUTAN..

• Komplikasi Hirschprung • Pemeriksaan Diagnostik


1) Perforasi usus. 1) Biopsi isap: mengambil mukosa submukosa dengan alat penghisap dan mencari
sel ganglion pada daerah submucosa
2) Ketidakseimbangan elektrolit.
2) Biopsi oto rectum : pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan di bawah
3) Defisiensi gizi. narkos,. Pemeriksaan ini bersifat traumatic

4) Enterokolitis. 3) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini
khas terdapat peningkatan aktifitas enzim asetilkolin enterase
5) Syok hipovolemik.
4) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus (Ngastiyah, 1997)
6) Sepsis
5) Foto abdomen dan Enema Barium untuk mengetahui adanya penyumbatan pada
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014) kolon
6) Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
7) Manometri anorektal untuk mencatat respons reflex sfingter interna dan
eksterna
Penatalaksanaan Hirschprung
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif :
1. Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam duatahap. Mula-mula dilakukan kolostomi
loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal
(memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
a. Prosedur duhamel
b. Prosedur swenson
c. Prosedur soave
2.Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa
rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara
PROLAPS RECTI
• Definisi • Manifestasi Klinis

Prolaps rectum : Turunnya rectum melalui anus dan terjadi Gejala prolapse rectum :
penonjolan mukosa rectum di seluruh dinding rectum. 1. Tidak dapat mengendalikan keluarnya tinja dari anus
(Inkontinensia)
2. Keluarnya darah atau lendir dari anus
3. Merasa desakan untuk buang air besar

• Etiologi 4. Merasa tidak tuntas

Faktor penyebab prolapse rectum : 5. Adanya nyeri, gatal,iritasi atau pendarahan di anus

1. Peningkatan tekanan intra abdomen (Konstipasi, diare, 6. Rectume keluar melalui anus, sehingga permukaan recta
BPH, penyakit obstruksi kronik) terlihat dari luar tubuh.

2. Gangguan pada dasar pelvis


Ada perbedaan klinis prolapse rektume pada anak dan orang
3. Infeksi Parasite( AMBUBIASUS, SCHISTOSOMASIS)
dewasa . Pada anak umumnya mempunyai susunan anatomi
4. Struktur anatomi (Kelemahanotot penyangga rectum, yang normal, mukosa rectum keluar saat defekasi dan akan
rektosigmoid) masuk kembali tanpa menimbulkan nyeri. Pada sebagian
pasien mukosa yang prolapse tidak dapat kembali walau
didorong sehingga menyebabkan udem, nyeri dan kadang
berdarah
• Patofisiologi
Ada dua teori yang berhubungan dengan prolapse rectum.
Teori Pertama, prolapse rectum merupakan hernia yang meluncur keluar menyebrang ke dalam fascia
pelvicum.
Teori Kedua, menyatakan prolapse rectum berawal dari intususepsi internal yang melingkar dari rectum
yang mulai 6-8cm proximal berbatasan dengan anus.
Seiring dengan waktu peregangan ini berkembang menjadi prolapse dar seluruh tebal dinding rectum.
Prolaps mukosa terjadi ketika jaringan ikat pada mukosa dubur melonggar dan tertarik, sehingga
memungkinkan jaringan prolapse melalui anus.
• Klasifikasi dan komplikasi

Prolapse recti diklasifikasikan sesuai dengan


Komplikasi yang dapat terjadi pada prolapse
tingkat keparahan yang mencakup :
rectum yaitu prolapse rectum dapat
menyebabkan kerusakan jaringan pada rectum
a. tetapi tidak terlalu jauh keluar melaluProlapse seperti ulserasi mukosa dan pendarahan juga
recti internal, rectum telah prolapse i anus. pada prolapse inkarserata dimana rectum tidak
Prolapse ini dapat juga disebut sebagai dapat masuk lagi dan akan menjadi penyulit dari
prolapse tidak lengkap prolapse rectum selanjutnya dapat terjadi
prolapse strangulata dimana aliran darah ke
b. Prolapse mukosa, hanya lapisan mukosa rectum terhambat dan pada akhirnya akan terjadi
rectum yang menonjol melalui anus gangrene dan nekrosis pada rectum . Tingkat
c. Prolapse recti eksternal, seluruh ketebalan kekambuhan pasca operasi mencapai 15% pada
rectum menonjol melalui anus, prolapse ini jenis operasi apapun
juga disebut sebagai prolapse lengkap, dapat
juga menjadi prolapse inkarserata dan
strangulata
• Pathway
• Penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostic

Penatalaksanaan prolapse recti secara definitif dilakukan • Laboraturium


dengan cara :
Pemeriksaan laboraturium pada pasien dengan
1. Terapi konservatif prolapse rectum bersifat tidak spesifik dan bermanfaat
a. Mengurangi tekanan saat mengedan jika pasien memiliki prevensi usia dan komorbiditas.
b. Perbaikan keadaan umum dan nutrisi Tidak ada pemeriksaan lab khusus yang membantu
dalam evaluasi prolapse rectum itu sendiri
2. Terapi operatif
• Pemeriksaan fisik
c. Biopsi transperineal
d. Laparatomi : rektopeksia, sigmoidektomi a. Barium enema dan kolonoskopi
Terapi farmakologi diberikan hanya untuk mengurangi b. Video defekografi
gejala (simptomatik), namun tidak menyembuhkan. Hal ini
c. Rigid proctosigmoidoscopy
kembali lagi pada kondisi masing-masing pasien termasuk
usia, penyakit komorbid, derajat keparahan, keputusan d. dan tes rektal lainya
pasien, dan sebagainya
TBC
TUBERCULOSIS (TBC)
• DEFINISI • Etiologi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang Penyebab TBC adalah Mycobacterium tubercolusis
disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh Di dalam jaringan Mycobacterium tuberculosis hidup
lainnya. sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
(Sylvia a.Price)
kemudian di senanginya karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain Mycobacterium tuberculosis adalah aerob. Sifat
ini menunjukkan bahwa bakteri ini lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada sebagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari dari bagian lain, sehingga bagian ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis (Bahar, 2013).
• Manifestasi Klinis • Patofisiologi
Gejala umum TB pada anak adalah sebagai berikut: Seorang anak biasanya tertular penyakit TB dari orang dewasa.
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena bakteri dibatukkan atau di
a. Berat badan turun tanpa sebab atau gagal tumbuh
bersinkan keluar menjadi percik renik (droplet nuclei) dalam udara.
b. Demam lama (≥2 minggu) disertai keringat malam. Partikel infeksi dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
c. Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk, dan kelembaban. Dalam suasana gelap dan lembab bakteri
sakit.
dapat bertahan selama berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.
d. Gejala-gejala respiratorik seperti batuk lama ≥3 Bila partikel infeksi ini terhirup oleh orang sehat, bakteri akan
minggu, dengan atau tanpa wheeze masuk ke dalam paru melalui pernafasan, dan hal ini merupakan cara
e. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, penularan yang terbanyak, tapi hal ini bukan merupakan satu-
satunya cara. TB juga dapat menginfeksi anak lewat makanan atau
f. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain. minuman susu yang terkontaminasi Mycobacterium tuberculosis
g. Gejala gastrointestinal seperti diare jenis bovin dan infeksi dapat dimulai dari mulut atau usus. Bila
persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh terjadi infeksi primer dalam usus atau seringkali pada tonsil namun
hal ini jarang terjadi. Selain itu, penularan TB juga dapat terjadi
melalui kulit. Kulit yang utuh akan tahan terhadap tuberkulosis.
Tetapi bila terdapat luka, Mycobacterium tuberculosis dapat masuk
dan terjadi infeksi sebagaimana yang terjadi pada paru (Crofton,
dkk, 1998).
• Pemeriksaan Diagnostik
• Komplikasi
Menurut Mansjoer, dkk pemeriksaan diagnostic
yangbisa silakukan : 1. Komplikasi dini : pleuritic, efusi pleura,
empiena, laringitis,
1. Lab(LED normal/meningkat)
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas
2. Pemeriksaan Sputum BTA
(SOFT), fibrosis paru, kor pulmonal,
3. Tes PAP : untuk menentukan adanya IgG terhadap karsinoma paru,
basil TB
4. Tes Mantoux/Tuberkulin
5. Tehnik Polymerase chain reaction
6. Rontgen thorax
Penatalaksanaan TBC pada anak
• Tatalaksana TB pada anak merupakan kesatuan yang tidak terpisah antara pemberian medikametosa,
penanganan gizi dan pengobatan penyakit penyerta.
• Pengobatan tuberkulosis pada anak dibagi dalam 2 tahap, yaitu tahap awal/intensif selama 2 bulan pertama,
dan tahap lanjutan selama 4 bulan, kecuali pada TB berat.
• OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun pada tahap lanjutan, OAT disediakan
dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan. Paket OAT anak berisi
obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), sedangkan untuk tahap
lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniazid (H). Kombinasi 3 obat tersebut memiliki success rate lebih dari
95%, dan efek samping obat kurang dari 2% (Kemenkes RI, 2013).
MALNUTRISI
• DEFINISI • Etiologi
Penyebab langsung, kurangnya jumlah dan kualitas
makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit
Gizi kurang (malnutrisi) adalah bentuk sebagai infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit
akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik
dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Salah satu tanda tetapi sering diserang atau demam akhirnya
tanda kurang gizi adalah lambatnya pertumbuhan menderita kurang gizi.
yang dicirikan dengan kehilangan lemak tubuh
Penyebab tidak langsung, ketersediaan pangan
dalam jumlah berlebihan, baik pada anak-anak
rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
maupun orang dewasa (WHO, 2008)
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk
adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan
pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk
mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup baik maupun gizinya. (Dinkes SU, 2006)
• Faktor Risiko terjadi malnutrisi • Patofisiologi
1. Sikap ibu terhadap makanan Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka
2. Status sosial ekonomi akan terjadi deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh
dan selanjutnya kadar dalam darah akan menurun. Hal ini
3. Pendidikan ibu akan mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di
4. Berat badan lahir rendah (BBLR) tingkat seluler sehingga fungsi sel terganggu misalnya
sintesis protein, pembentukan dan penggunaan energi,
proteksi terhadap oksidasi atau tidak mampu menjalankan
fungsi normal lainnya. Bila berlangsung terus maka
gangguan fungsi sel ini akan menimbulkan masalah pada
fungsi jaringan atau organ yang bermanifestasi secara fisik
seperti gangguan pertumbuhan, serta kemunculan tanda dan
gejala klinis spesifik yang berkaitan dengan nutrien tertentu
misal edema, xeroftalmia, dermatosis, dan lain-lain yang
kadang-kadang ireversibel. (Depkes RI, 2007).
Pathway • Manifestasi Klinis
gejala klinis pada anak yang mengalami malnutrisi, yaitu
Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot
pada keempat anggota geraknya, anak terlihat sering
gelisah, terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan
dan tinggi badan, rambutnya menjadi mudah tercabut,
tampak kusam, kering, dan sering terjadi perubahan warna
dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi
bersisik, terdapat bercak-bercak putih dan merah muda
dengan tepi kehitaman anak juga akan menderita anemia
akibat kekurangan nutrien seperti zat besi dan vitamin B
kompleks.
• Komplikasi malnutrisi • Klasifikasi malnutrisi
1. Marasmus, marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak
Memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cukup. marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan.
anak. Bila komplikasi terjadi, anak dapat Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti
orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan,
mengalami tahap-tahap perkembangan menjadi perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas
lebih lambat dibanding anak normal seusianya. dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).
Selain itu anak juga dapat mengalami kesulitan 2. b. Kwashiorkor, Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi
belajar, mudah terserang penyakit berat, protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal
atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015).
gangguan berbagai macam organ, hingga dapat Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah
terjadi kematian. menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok,
apabila rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya
Bahaya komplikasi pada pasien malnutrisi disertai anemia, terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan
energi atau protein. Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak
sangat mudah mendapat infeksi karena daya pucat, Sering terjadi dermatitis (radang pada kulit), terjadi
tahan tubuhnya rendah terutama system pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita
kekebalan tubuh . infeksi yang paling sering terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi
cairan yang berlebihan. Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan
terjadi adalah bronkopneumonia dan mudah terkena gangguan pencernaan (Arvin Ann M, 2000).
tuberculosis. Adanya atrovili usus 3. c. Marasmus-Kwashiorkor Makanan sehari-hari tidak cukup
menyebabkan penyerapan terganggu dan mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada
penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-
mengakibatkan pasien sering diare . tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta
kelainan biokimia (Pudjiadi S, 2010)
• Penatalaksanaan malnutrisi • Pemeriksaan diagnostic
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang 1. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium
(malnutrisi) adalah: seperti (albumin, creatinine, dan nitrogen HB, HT
dan transferrin) Pemeriksaan penunjang yang
a. Pemberian diet dengan protein. relevan adalah pemeriksaan laboratorium.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas 2. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
tinggi. mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein
plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang
mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi,
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah dan hemoglobin.
(2005), pasien yang menderita defisiensi gizi
tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
menderita malnutrisi berat, seperti: kwashiorkor, 1. Keseimbangan cairan
marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi 2. Fungsi hati
dengan komplikasi penyakit lainnya. Masalah
pasien yang perlu diperhatikan adalah memenuhi 3. Fungsi Ginjal
kebutuhan gizi, bahaya terjadinya komplikasi. 4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
 
JENIS-JENIS
COLOSTOMI
Berdasarkan lokasinya, ada 3 jenis kolostomi menurut Menurut Potter & Perry (2006), ada 3 jenis bentuk
American Cancer Society (2011), yaitu: stoma kolostomi, yaitu:
1. Kolostomi Asendens 1. Loop Colostomy Loop colostomy
Terletak di sisi kanan perut. Hanya sebagian kecil dari Dilakukan dalam keadaan darurat. Jenis kolostomi ini
usus besar yang tersisa yang tetap aktif sehingga mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di
keluarannya berbentuk cair dan mengandung banyak
kolon transversal dan bersifat sementara.
enzim pencernaan. Kantong drainase harus dipakai setiap
saat dan kulit harus terlindungi dari keluaran usus besar. 2. End Colostomy End colostomy
2. Kolostomi Transversal Terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal
Terletak di perut bagian atas, baik di tengah atau mengarah usus dengan bagian distal saluran pencernaan dapat
ke sisi kanan tubuh sehingga memungkinkan feses keluar dibuang atau dijahit tertutup dan dibiarkan di dalam
dari tubuh sebelum mencapai kolon desenden. rongga abdomen. End colostomy adalah hasil terapi
bedah kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rektum
3. Kolostomi Desenden/Sigmoid Kolostomi desenden
juga mungkin dibuang.
Terletak di kolon desenden, ditempatkan di sisi kiri bawah
perut. Feses yang keluar dari kolon desenden berbentuk 3. Double-Barrel Colostomy
padat dan dapat dikendalikan. Kolostomi sigmoid dibuat di Terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma: stoma
kolon sigmoid dan letaknya hanya beberapa inci lebih proksimal yang berfungsi dan stoma stoma distal yang
rendah dari kolostomi desenden. tidak berfungsi
Definisi tindakan operasi tahap I kolostomi
• Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka (assenden) sebagai tempat
mengeluarkan feses (Pearce, 2009 dalam Nainggolan & Asrizal, 2013). Pembentukan kolostomi dapat dilakukan
secara permanen atau sementara tergantung tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya adalah kolostomi permanen
(Vonk-Klassen, et al, 2015).
• Teknik satu tahap yang banya digunakana adalah Total Transanal Endorectal Pull-Through (TERPT)
Dilakukan dengan memberi sayatan melingkar di mukosa rektum sekitar 5 mm di atas garis dentate, untuk membuat
permukaan datar di submukosa, kemudian lakukan pemotongan dibagian permukaan submukosa diatas garis dentate
sepanjang usus yang akan keluar, selain itu perhatikan resiko terjadinya cedera pada struktur panggul., laporan kegiatan
TERPT menggunakan potongan otot pendek tanpa myectomy telah terbukti menguntungkan. Setelah panjang
pemotongan tercapai, dinding otot dubur dibagi menjadi beberapa bagian dengan cara rektum dimobilisasi keluar
melalui anus, selanjutnya adalah cara membagi bagian vaskular kecil sepanjang rektum dan usus besar . biopsi diambil
dari makroskopik usus ganglionik yang normal hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat reseksi usus besar sebelum
penjahitan penyambungan akhir.Prosedur TERPT juga dapat mengurangi risiko merusak struktur panggul serta lebih
murah dan waktu pemulihan lebih cepat setelah operasi.(Gunnarsdottir, 2011)
Operasi tahap II pullthrough Operasi tahap III tutup colostomi

Sebelum dilakukan operasi penderita harus disiapkan dulu


Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan jarum 4-5
untuk menjalani operasi penutupan stoma, yaitu dengan
mm sekita 30 ° di bagian kanan atas tepat di bawah
mengatur diet yang rendah residu dan antibiotik oral dan
pinggir hati untuk mendapatkan pneumoperitoneum usus harus dibuat sekosong atau sebersih mungkin sebelum
kemudian memasukan jarum varess di umbilikus. operasi. Selama 24 jam sebelum operasi harus dilakukan
memasukan 2 mm trocars 4-5 satu di nagian kanan irigasi pada kedua arah stoma. Penderita dalam posisi
bawah dan satu di sebelah kiri di bagian atas perut. terlentang Dapat dilakukan spinal atau general anesthesia
terkadang tambahan trocar diperlukan pada supra pubik Penutupan dimulai dengan membuat incisi circumferential
untuk traksi usus yang lebih baik selama pembedahan disekeliling stoma, termasuk sebagian kecil dari kulit. Incisi
laparoskopi dari rektum. kemudian dilakukan mobilisasi circumferential diperdalam hingga menembus peritoneum
penuh pada usus yang aganglionik dan kemudian lakukan dan colon/intestine dan omentum disekitarnya dapat
diseksi pada rektum dari mukosa dubur dengan cara yang dipisahkan dari dinding abdomen. Kemudian stoma ditarik
sama seperti dijelaskan di atas. Keuntungan utama dari keluar melalui incisi tadi dan bagian serosanya harus
pendekatan laparoskopi adalah untuk mudahnya tampak jelas seluruhnya.Hal ini memerlukan reseksi
omentum dan jaringan ikat serta lemak disekeliling serosa
pengambilan biopsi seromuscular untuk identifikasi awal
tadi. Setelah hal ini dapat dilakukan maka penutupan stoma
kolon normal ganglionik.
dapat segera dilakukan. Penutupan stoma yang sudah
(Gunnarsdottir, 2011) disiapkan tadi dapat dilakukan dengan : linier stapling
device 1. Hand suture closure 2.end to end anastomosis
Implikasi keperawatan dari pengobatan
dan tindakan medis
• Peran perawat sebagai pendidik
perawat memberikan informasi berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan. disini perawat
menjelaskan apa yang kurang dimengerti oleh pasien dari segi fasilitas, pemberian obat, tindakan medis
dan yang lainya.
• Peran perawat sebagai advokat
Tindakan perawat dalam mencapai sesuatu untuk kepentingan pasien atau bertindak untuk mencegah
kesalahan yang tidak di inginkan ketika pasien sedang menjalani pengobatan
Peran keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
klien
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang
tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Dampak yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan pada klien
anak

anak akan mengalami gangguan seperti :


a. Gangguan pertumbuhan fisik
b. Gangguan pertumbuhan emosi
c. Gangguan pertumbuhan perilaku
dampak hospitalisasi pada klien yang
dirawat dengan gangguan tersebut
• Keadaan sakit kondisi tersebut mengakibatkan anak harus
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, sehingga akan
menimnulkan reaksi pada anak seperti: menolak makan, menangis
kuat-kuat, kehilangan kontrol terjadi pada anak karena adanya
pembatasan sehari-hari dan karena kehilangan kekuatan diri.
terapi bermain yang dapat diterapkan untuk tujuan meminimalkan stressor
dan mengatasi hospitalisasi

• Penanggulangan stres hospitalisasi pada anak dapat menggunakan beberapa tehnik, antara lain terapi
bermain (menggambar dan mewarnai) dan terapi musik. Kedua cara tersebut dapat menurunkan stres
emosional pada manusia terutama pada anak. Pengaruh tehnik terapi yang lebih efektif antara terapi
bermain dan terapi musik untuk menurunkan stres hospitalisasi pada anak sampai saat ini belum
diketahui. Kedua jenis terapi tersebut dapat membuat tubuh menjadi rileks dan membuat perubahan
emosi menjadi lebih positif dan koping anak menjadi lebih baik sehingga dapat menurunkan tingkat stres
hospitalisasi pada anak
Pendidikan kesehatan untuk keluarga
pasien
• Edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar
atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven &
Hirnle, 1996 dalam Suliha, dkk, 2002). Suliha, dkk (2002)
• Keluarga pasien perlu diedukasi bahwa fungsi usus penderita tanpa komplikasi atau penyakit penyerta
lain, akan kembali normal setelah beberapa tahun secara bertahap. Jika terdapat gangguan pada motilitas
saluran cerna, seperti konstipasi, tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian laksatif jangka panjang.
Namun apabila laksatif tidak dapat memberikan perbaikan gejala pada pasien, dapat dilakukan tindakan
enema.
ASUHAN
KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai