Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bayi Ny.

L DENGAN DIAGNOSA
MEDIS HIPERBILIRUBINEMIA DIRUANGAN LEVEL 2 INFEKSI
PERINA
RUMAH SAKIT RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Untuk memenuhi tugas stase keperawatan anak holistic islami


Program Studi Profesi Ners

Dosen Pembimbing :
Eli Lusiani, S.Kep.,Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Redista Rahmayanti 402022044
Igay Prajasastia 402022054
Zamzam Teja Sukmana 402022087
Resha Eka Febryani 402022095
Krisda Amelia 402022119
Aprilia Damayanti 402022145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

by.ny. l dengan diagnosa medis hiperbilirubinemia diruangan level 2 infeksi

perina Rumah Sakit RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat”. Kami meyadari

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata

bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran

dan kritik yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki

sebagaimana mestinya. Akhir kata saya berharap semoga makalah mengenai

Bukti Ilmiah Pengaruh Pemberian Intervensi fototerapi ini berguna dan dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Bandung,November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang
kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan
ini. Hiperbilirubin menyebabkan bayi terlihat berawarna kuning, keadaan ini
timbul akibat adanya akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada
kulit (Kosim dkk, 2010). Salah satu penatalaksanaan bayi yang mengalami
Hiperbilirubin adalah dengan dilakukan fototerapi sebagai modalitas terapi.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2015 menunjukkan angka
hiperbilirubin pada bayi baru lahir (BBL) di Indonesia sebesar 51,47% dengan
penyebab antara lain asfiksia 51%, BBLR 42,9%, sectiocaesaria 18,9%,
premature 33,3%, kelainan congenital 2,8% dan sepsis 12%. Data lain dari
Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2013 menunjukkan di Jawa Timur bayi
baru lahir penderita Hiperbilirubin sebanyak 26,75% atau (268/1000) kelahiran
bayi baru lahir (RISKESDAS, 2013). Sedangkan berdasarkan data kejadian
hiperbilirubin pada bayi baru lahir di RSUD Dr. hardjono perode Januari-
September 2019 sebanyak 11 kasus (Rekam Medis, 2019).
Penyebab tersering pada kasus hiperbilirubin yaitu hemolisis yang
ditimbulkan akibat inkompabilitas golongan darah AB-O atau defisiensi enzim
G6PD (Glukosa-6-fosfat dehidrogenase) (Ai Yeyeh &Lia Yulianti, 2010).
Bilirubin yang mencapai hati akan diangkat kedalam hepatosit, dimana
bilirubin terikat ke ligandin. Masuknya bilirubin ke dalam hepatosit akan
meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi ligandin.
Konsentrasi ligandin rendah pada saat lahir, namun akan meningkat drastis
dalam waktu beberapa minggu kehidupan (Mathindas& Wahani, 2013). Pada
bayi yang mengalami Hiperbilirubin salah satu terapi yang dilakukan yaitu
fototerapi.
Fototerapi ini merupakan modalitas terapi yang menggunakan sinar yang
bertujuan untuk pengobatan hiperbilirubin pada neonatus (bayi baru lahir)
(Azlin,2011). Pada tindakan fototerapi ini perawat harus lebih sering untuk
mengecek suhu tubuh bayi yang terpapar langsung oleh sinar terapi dalam
beberapa jam dan dalam jarak yang dekat karena bisa memicu kenaikan suhu
tubuh pada bayi (hipertermi). Hipertermi/demam merupakan suatu kondisi
dimana suhu tubuh diatas 38˚C sementara normalnya adalah 36,5˚C-37˚C.
Hipertermi ini bisa muncul pada bayi hiperbilirubin karena bayi yang
mengalami hiperbilirubin sebagian besar mendapatkan terapi sinar sehingga
jika bayi ditempatkan disuhu panas dengan waktu yang lama maka bayi bisa
mengalami hipertermi. Bayi yang mengalami hipertermi untuk menurunkan
suhu tubuhnya yaitu dengan cara kompres hangat dengan metode modern yang
disebut dengan tepid sponge, tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok
dengan seka.
1.2 Skenario Klinis
Pada tanggal 13 November 2022 lahir seorang bayi dengan jenis kelamin
perempuan dengan proses persalinan SC, Berat badan lahir 3260 gram dengan
keluhan kulit bayi tampak kuning. Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 17 November 2022 kulit bayi tampak kuning, hasil labolatorium kadar
bilirubin 11,9 mg/dl.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil
rumusan masalah dengan research question. Perumusan research question
didasarkan pada 5 bagian, yaitu : PICOS (P = populasi, I = intervensi, C =
pembanding, O = hasil, S = jenis studi) digunakan untuk formulasi selama
pelaporan dan melakukan tinjauan literatur. Batas-batas pertanyaan tinjauan
tidak didefinisikan dengan jelas melalui pengembangan kriteria inklusi dan
eksklusi menggunakan format PICOS. Studi yang dimasukkan untuk ditinjau
jika memenuhi kriteria inklusi berikut: (1) Populasi setidaknya adalah pasien
bayi baru lahir yang mengalami masalah gangguan hiperbilirubin; (2)
Intervensi yang dilakukan adalah intervensi berupa pemberian fototerapi; (3)
tidak terdapat pembanding; (4) hasil yang terkait memiliki konstribusi dalam
penurunan kadar bilirubin pada pasien bayi baru lahir: dan (5) jenis penelitian
ini adalah quasy expriemental.
1.4 Metode/Strategi Penelusuran Bukti
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain
penelitian tinjauan literatur. Tinjauan literatur adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu
yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti artikel, buku, internet, dan
pustaka lain (Nashihin, 2017). Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan
tetapi dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
(Nursalam, 2016). Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel yang
relevan dengan topik dilakukan menggunakan database melalui Google
Scholar.
Google Scholar adalah layanan untuk melakukan pencarian informasi
elektronik yang digunakan untuk mencari studi yang relevan dan pencarian
basis data dilakukan pada bulan Oktober 2022 untuk mengidentifikasi studi
yang relevan. Menurut Romi Satria Wahono (2015) dalam Fitrah & Luhfiyah
(2017) menjelaskan research question adalah bagian awal dan dasar dalam
berjalannya tinjauan literatur dan digunakan untuk menuntun pencarian dan
pemisahan literatur. Perumusan research question harus didasarkan pada 5
bagian, yaitu : PICOS (P = populasi, I = intervensi, C = pembanding, O =
hasil, S = jenis studi) digunakan untuk formulasi selama pelaporan dan
melakukan tinjauan literatur. Batas-batas pertanyaan tinjauan tidak
didefinisikan dengan jelas melalui pengembangan kriteria inklusi dan eksklusi
menggunakan format PICOS.
Strategi pencarian untuk setiap artikel menggunakan kata kunci dan
Boolean operator (and, or dan not) yang digunakan untuk mempersempit hasil
pencarian sehingga mempermudah dalam menentukan artikel atau jurnal yang
akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini didapatkan dari media
online di Google Scholar menggunakan kata kunci pencarian “Fototerapi”,
“Hiperbilirubin”, “Bayi baru lahir”.
Pemahaman terhadap persamaan kata dan alternatif pengganti kata akan
menentukan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya, dalam
proses mengidentifikasi, menilai, memilih dan melakukan sintesis secara
sistematis sehingga akan terpilih sumber yang relevan untuk menjawab
pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan penelitian (Nursalam, 2016). Batas
waktu ditetapkan karena para peneliti membutuhkan studi terbaru dalam
pengembangan model teoritis dalam keperawatan dan kesehatan.
BAB II
HASIL TELAAH JURNAL
2.1 Hasil Penelusuran Bukti
Seleksi studi ini melakukan penilaian kualitas dari ratusan literatur yang
ditemukan. Menurut (Fitrah & Luhfiyah, 2017) memaparkan bahwa penilaian
kualitas literatur memiliki lima tolak ukur, adalah : 1) apakah proses analisis
data sudah tepat dilakukan; 2) apakah dilakukan analisis residual dan
sensitivitas ; 3) apakah akurasi statistik diambil dari data mentah; 4) seberapa
baik komparasi metode yang dilakukan; 5) seberapa besar ukuran dari data set
yang digunakan dalam penelitian. Menurut Cruzes dan Dyba (2011) dalam
buku Fitrah & Luhfiyah (2017) menyatakan bahwa tujuan dari sintesis data
yaitu untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai hasil penelitian dari
berbagai literatur dan untuk memilih metode yang tepat agar dapat
mengintegrasikan penjelasan dan interpretasi dari berbagai temuan.
Google Scholar ditemukan 91 jurnal yang sesuai dengan kata kunci. Hasil
pencarian literatur yang sudah di dapatkan diperiksa dilakukan skrining
berdasarkan judul yang disesuaikan dengan tema literatur sebanyak 76 jurnal
dikeluarkan karena tidak sesuai dan tersisa 15 artikel, kemudian dilakukan
assesment kelayakan terhadap 15 jurnal berdasarkan dengan naskah
keseluruhan dan kesesuaian dengan kriteria kelayakan didapatkan sebanyak 5
jurnal yang dapat digunakan dalam literatur review dan 10 jurnal yang tidak
sesuai dikeluarkan. Hasil artikel yang terpilih digambarkan dalam bentuk
tabel.
Tabel 2.1 Hasil telaah Jurnal
Kriteria Inklusi Eksklusi
Populasi Bayi baru lahir yang Bukan bayi baru lahir
mengalami masalah gangguan
hiperbilirubin
Intervensi Pemberian fototerapi -
Comparasi - -
(pembanding)
Outcome (hasil) Fototerapi dapat menurunkan -
kadar bilirubin
Studi design and Tinjauan sistematis, penelitian Tidak ada pengecualian
publication type kuantitatif dan studi Quasi
(desain studi dan eksperimen
jenis publikasi)
Publication years Diatas tahun 2018 Dibawah tahun 2018
(tahun publikasi)
Language (bahasa) Indonesia Indonesia
Jurnal Validity Importancy Aplicability
Pengaruh V1 Pada penelitian ini Pada penelitian
fototerapi Pada jurnal ini menjelaskan ini menjelaskan
terhadap menggunakan adanya pengaruh manfaat
penurunan sampel penelitian fototerapi fototerapi
tanda ikterus sebanyak 54 bayi terhadap terhadap
neonatorum yang mengalami penurunan kadar hiperbilirubin
patologis di RS hiperbilirubin bilirubin. pada bayi baru
Grandmed Kesimpulan : Penelitian ini lahir. Sehingga
Lubuk Pakam Penelitian ini memiliki dapat di
menjelaskan kontribusi dalam tetapkan
Penerbit : kriteria inklusi meningkatkan sebagai
Dian Anggri tetapi tidak asuhan evidence base
Yanti mencantumkan keperawatan pada practice dalam
Idkandar Markus kriteria ekslusi dan bayi baru lahir pemberian
Sembiring drop out sampel dengan asuhan
Syatriawati Metode hiperbilirubin keperawatan
Dkk pengambilan untuk non-
sampel bersifat non memperbaiki farmakologi
Tahun : 2021 random dengan kadar bilirubin pada bayi baru
menetapkan subjek lahir yang
yang memenuhi mengalami
kriteria penelitian kadar bilirubin
yang dimasukan tinggi
dalam kurun waktu
tertentu

V2
Penelitian ini
menggunakan
desain penelitian
eksperimen dengan
rancangan one
group pre-post test
control group. Pada
penelitian ini
peneliti melakukan
intervensi yaitu
pengaruh fototerapi
terhadap penurunan
tanda ikterus
neonatorum.
pemberian
fototerapi ini
diberikan dengan
sengaja terencana,
kemudian dinilai
pengaruhnya pada
pengujian kedua.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi
fototerapi tidak
dijelaskan secara
rinci

V3
Pemilihan sampel
yang digunakan
diambil dari
populasi bayi baru
lahir dengan
hiperbilirubin di
NICU RS
Grandmed Lubuk
Pakam sebanyak 54
bayi
Kesimpulan :
Pemilihan sampel
non random, tidak
dapat variabel
perancu dalam
penelitian tersebut.

V4
Analisa dalam
penelitian ini
menggunakan
perangkat lunak
computer, hasil
penelitian disajikan
dalam bentuk
analisis univariat
dan bivariat dengan
uji analis dengan
uji paired sampel
T-test yang artinya
Ho ditolak
sehingga ada
pengaruh fototerapi
terhadap tanda
icterus neonatorum
patologis dengan P-
value sebesar
0.000<(0.05)
- responden
berdasarkan jenis
kelamin didapatkan
hasil laki-laki 31
bayi(57,4%) dan
perempuan 23 bayi
(43,6%)
- responden
berdasarkan icterus
sebelum pemberian
fototerapi diketahui
bahwa responden
yang memiliki
kadar icterus
normal 0 neonatus
(0%) dan yang
memiliki kadar
icterus yang tidak
normal sebanyak
54 neonatus
(100%)
- berdasarkan
distribusi pengaruh
fototerapi
penurunan tanda
cterus neonatorum
patologis
didapatkan hasil
terdapat pengaruh
fototerapi terhadap
penurunan
hiperbilirubin
dengan p-value
0,000 < 0,05
Kesimpulan :
Terdapat pengaruh
antara pemberian
fototerapi dalam
menurunkan kadar
bilirubin pada bayi
baru lahir
V5
Pembahasan
menyebutkan
kesamaan hasil
penelitian dengan
penelitian
sebelumnya.
Penelitian ini
menyebutkan hasil
penelitian bahwa
fototerapi mampu
menurunkan kadar
bilirubin .
Penelitian ini
menggunakan
sampel yang cukup
untuk penelitian
intervensi.
Sehingga
kesimpulan dapat
di generalisasi
Kesimpulan :
Terdapat
pembahasan
internal causal
validity dan
eksternal causal
validity.
Pengaruh V1 Pada penelitian ini Pada penelitian
fototerapi 24 Pada jurnal ini menjelaskan ini menjelaskan
jam terhadap menggunalan adanya pengaruh manfaat
derajat ikterik sampel penelitian fototerapi fototerapi
pada bayi baru sebanyak 15 bayi terhadap terhadap
lahir di Ruang yang mengalami penurunan kadar hiperbilirubin
NICU RSUD hiperbilirubin bilirubin. pada bayi baru
Provinsi NTB Kesimpulan : Penelitian ini lahir. Sehingga
Penelitian ini memiliki dapat di
Penulis : menjelaskan kontribusi dalam tetapkan
Rosalia Selung kriteria inklusi meningkatkan sebagai
Indah Wasliah tetapi tidak asuhan evidence base
Eka Adithya mencantumkan keperawatan pada practice dalam
Pratiwi kriteria ekslusi dan bayi baru lahir pemberian
drop out sampel dengan asuhan
Tahun : Metode hiperbilirubin keperawatan
2016 pengambilan untuk non-
sampel bersifat non memperbaiki farmakologi
random dengan kadar bilirubin pada bayi baru
menetapkan subjek lahir yang
yang memenuhi mengalami
kriteria penelitian kadar bilirubin
yanh dimasukan tinggi
dalam kurun waktu
tertentu

V2
Penelitian ini
menggunakan
desain penelitian
pre-eksperimen
dengan rancangan
one group pre-post
test design. Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
acsidental
sampling, total
sampling yang
diperoleh 15 bayi
menggunakan
instrumen
observasi.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi
fototerapi tidak
dijelaskan secara
rinci

V3
Pemilihan sampel
yang digunakan
diambil dari
populasi bayi baru
lahir dengan
hiperbilirubin,
teknik pengambilan
sampel
menggunakan
acsidental
sampling, total
sampel yang
diperoleh sebanyak
15 bayi.
Kesimpulan :
Pemilihan sampel
non random, tidak
dapat variabel
perancu dalam
penelitian tersebut.

V4
diuji dengan
menggunakan uji
statistik rank
correlation test (
Spearman ) karena
data yang
digunakan ordinal
by ordinal
(terkategori),
dengan nilai
kemaknaan 95% (
< 0,05) artinya
apabila  < 0,05
Ho ditolak yang
berarti ada
pengaruh bermakna
antara fototerapi
terhadap derajat
ikterik, (<0,05)
pada penelitian
yang menggunakan
data ordinal
- berdasarkan
distribusi derajat
sebelum fototerapi
dengan persentase
paling banyak yaitu
derajat ikterik 4
sejumlah 9 dan
presentase paling
sedikit adalah
derajat ikterik 5
sejumlah 6
responden
- berdasarkan
distribusi derajat
ikterik setelah
fototerapi 24 jam
didapatkan hasil
tingkat derajat 5
menjadi derajat 3
sebanyak 6
responden dan
responden dengan
tingkat derajat 4
menjadi 2 sejumlah
5 responden.
- dari hasil
menunjukkan p-
value = 0,025 (p=
0,000 <0,05) ini
berarti h1 diterima
dan menunjukkan
ada pengaruh
fototerapi 24 jam
terhadap derajat
ikterik pada bayi
baru lahir di RSUD
Provinsi NTB
Kesimpulan :
Terdapat pengaruh
antara pemberian
fototerapi dalam
menurunkan kadar
bilirubin pada bayi
baru lahir

V5
Dampak fototerapi
akan meningkat
jika kadar bilirubin
di kulit makin
tinggi. Fototerapi
mengubah bilirubin
di kapiler
superfisial dan
jaringan interstitial
dengan reaksi
fotokimia dan
fotooksidasi
menjadi isomer
(isomerisasi
struktural dan
konfigurasi) secara
cepat, yang larut
dalam air dan dapat
diekskresi melalui
hepar tanpa proses
konjugasi sehingga
mudah diekskresi
dan tidak toksik.
Penurunan bilirubin
total paling besar
terjadi pada 6 jam
pertama
Kesimpulan :
Terdapat
pembahasan
internal causal
validity dan
eksternal causal
validity.
Pengaruh V1 : Berdasarkan Berdasarkan
pemberian Penelitian ini penelitian ini penelitian ini
fototerapi menggunakan menjelaskan menjelaskan
terhadap metode literature adanya pengaruh intervensi yang
penurunan review dengan fototerapi diterapkan pada
kadar bilirubin sample sebanyak terhadap bayi
total pada bayi 40 bayi baru lahir penurunan kadar hiperbilirubinia
yang mengidap bilirubin untuk
Penulis : penyakit menurunkan
Ahmad bukhori hiperbilirubin kadar bilirubin
Karyatin Kesimpulan :
Berdasarkan
Tahun : 2020 penelitian tidak
terdapat kriteria
inklusi dan
eksklusi. Metode
yang digunakan
menggunakan
quasy eksperiment
melakukan
penelitian dengan
melihat pengaruh-
pengaruh yang
terjadi pada
variabel-variabel
yang berhubungan

V2 :
Pada penelitian ini
intervensi yang
dilakukan peneliti
yaitu melihat
keefektifan
sebelum maupun
sesudah pemberian
fototerapi pada bayi
yang mengalami
hiperbilirubin
sehingga fototerapi
dapat dikatakan
menjadi salah satu
pengobatan tanpa
tindakan invasif
yang sangat efektif
dalam menurunkan
kadar bilirubin
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi
fototerapi tidak di
jelaskan secara
rinci

V3 :
Pemilihan sampel
yang digunakan
diambil dari
populasi bayi baru
lahir dengan
hiperbilirubin di RS
Kariadi Semarang
pada tahun 2016
sebanyak 40 bayi
Kesimpulan :
Pemilihan sampel
non random, tidak
dapat variabel
perancu dalam
penelitian tersebut

V4 :
Analisis dan
pembahasan data,
peneliti
memperoleh
kesimpulan dari
penelitian tentang
pengaruh
pemberian
fototerapi terhadap
penurunan kadar
bilirubin total pada
bayi dengan
hiperbilirubin. Pada
penelitian di
dapatkan tidak
adanya perbedaan
bermakna
penurunan kadar
bilirubin total
Kesimpulan :
Terdapat pengaruh
antara pemberian
fototerapi dalam
menurunkan kadar
bilirubin pada bayi
baru lahir

V5 :
Pembahasan
menjelaskan
berdasarkan jurnal
di dapatkan hasil
bahwa adanya
pengaruh yang baik
atau dikatakan
efektif dalam
menurunkan kadar
bilirubin pada bayi
yang saling
berkaitan dengan
variabel-variabel
yang ada
Kesimpulan :
Terdapat pengaruh
dari dilakukannya
fototerapi untuk
menurunkan kadar
hiperbilirubinia

Efektivitas V1 Berdasarkan Berdasarkan


fototerapi Pada jurnal ini penelitian ini penelitian
terhadap menggunakan menjelaskan fototerapi
penurunan sampel penelitian tentang semakin diberikan
kadar bilirubin sebanyak 44 bayi. dekat jarak dengan jarak
total pada Sampel dipilih dengan paparan 10-20 cm,
hiperbilirubinia Kesimpulan : fototerapi semakin semakin dekat
neonatal di Berdasarkan efektif penurunan jarak bayi
RSUP sanglah penelitian ini bilirubin dan juga dengan sinar
menjelaskan memastikan status fototerapi
Penulis : kriteria inklusi dan pasien selama semakin efektif
Ayu ketut ekslusi : fototerapi, yaitu dalam
surya dewi Kriteria inklusi status hidrasi yang menurunkan
I made kardana yaitu pasien rawat adekuat, status kadar bilirubin
inap di ruang nutrisi, dan total.
Tahun : perawatan neonatus kontrol temperatur Pengaturan
2016 RSUP Sanglah ketinggian alat
Denpasar, bayi fototerapi yang
dengan usia sudah maksimal
kehamilan >35 dan tidak bisa
minggu, berat diturunkan
badan lahir >2200 kembali,
gram, mengalami dengan
hiperbilirubinemia permasalahan
yang memerlukan ini diharapkan
fototerapi, disediakan box
hiperbilirubinemia bayi khusus
terjadi pada hari ke yang cukup
2 hingga hari ke-5 tinggi agar jarak
setelah lahir, dan bayi dengan alat
orang tua setuju fototerapi
ikut serta dalam semakin dekat
penelitian
Kriteria eksklusi
adalah bayi dengan
kadar
hiperbilirubinemia
yang memerlukan
tindakan tranfusi
tukar, bayi dengan
kelainan kongenital
mayor, riwayat
asfiksia saat lahir,
bayi dengan sepsis
neonatorum, bayi
dengan penyakit
hemolitik

V2
Penelitian ini
menggunakan
desain penelitian
kohort dilakukan di
sub-bagian
neonatologi / SMF
Ilmu Kesehatan
Anak FK
Unud/RSUP
Sanglah pada bulan
februari sampai
dengan Oktober
2015 dengan
mengambil sampel
sebanyak 44 bayi
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi
fototerapi yang
diberikan adalah
fototerapi
konvensional.
Sumber sinar yang
digunakan memiliki
spesifikasi, lampu
fluorescent 4 buah
merk Phillips
dengan kekuatan
masing-masing 20
Watt, panjang
gelombang yang
digunakan 420–470
um, intensitas
cahaya 10 µW/cm2
/nm, jarak antara
bayi dan sumber
sinar 30 cm, dan
digunakan alas
linen putih pada
basinet atau
inkubator dan tirai
putih di sekitar
daerah unit terapi
sinar untuk
memantulkan
cahaya sebanyak
mungkin kepada
bayi

V3
Pemilihan sampel
yang digunakan
diambil dari
populasi bayi baru
lahir dengan
hiperbilirubin,
teknik pengambilan
sampel
menggunakan
consecutive
sampling
digunakan untuk uji
hipotesis terhadap
dua rerata
kelompok
berpasangan
dengan derivat
baku alfa untuk a =
0,05 dengan tingkat
keperacayaan 95%
Kesimpulan :
Pemilihan sampel
non random, tidak
dapat variabel
perancu dalam
penelitian tersebut.

V4
Analisis data diolah
dengan SPSS 22,
karakteristik subjek
disajikan secara
deskriptif dalam
bentuk tabel dan
narasi. Uji
komparabilitas
bertujuan untuk
membandingkan
rerata kadar
bilirubin antar
kelompok sebelum
dan sesudah
fototerapi dengan
uji T Berpasangan.
Bayi kuning yang
memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
diambil darah 2 mL
untuk pemeriksaan
kadar bilirubin
total. Setelah hasil
pemeriksaan kadar
bilirubin total
keluar kemudian
diplot ke kurva
Buthani. Apabila
hasil plot yang
dilakukan
menyatakan perlu
dilakukan
fototerapi, bayi
tersebut akan
digunakan sebagai
sampel penelitian.
Orang tua bayi
diminta
menandatangani
formulir Informed
consent yang telah
disediakan.
Kesimpulan :
Terdapat pengaruh
antara pemberian
fototerapi dalam
menurunkan kadar
bilirubin pada bayi
baru lahir
V5
Efek samping
jangka pendek
pemberian
fototerapi adalah
gangguan
keseimbangan suhu
(hipertermi),
kehilangan cairan
(dehidrasi),
gangguan kalsium
(hipokalsemi),
diare, dan eritema
pada kulit. Pada
penelitian,
komplikasi
hipertermi 1 (2,3%)
dan eritema 12
(27,3%) pasien.
Komplikasi
hipertermi rendah
karena jarak
fototerapi dengan
bayi yang berjarak
30 cm, sedangkan
penelitian lain
dengan jarak 12
cm. Paparan panas
sinar fototerapi dan
kurangnya asupan
air susu ibu (ASI)
yang menyebabkan
pasien hipertermi
dan eritema
disebabkan karena
paparan sinar dari
fototerapi pada bayi
yang fotosensitif
Kesimpulan :
Terdapat
pembahasan
internal causal
validity dan
eksternal causal
validity.
Efektivitas V1 Berdasarkan Berdasarkan
fototerapi 24 Pada jurnal ini penelitian ini penelitian
jam dan 36 jam menggunakan jenis menjelaskan didapatkan hasil
terhadap penelitian tentang perbedaan adanya
penurunan eksperimental semu antara perbedaan yang
bilirubin (quasy penggunaan signifikan
indirect pada experimental) fototerapi 36 jam antara fototerapi
bayi ikterus dengan sampel bayi dan 24 jam pada 24 jam dan 36
neonatorum yang di rawat di bayi jam terhadap
ruang Amanah hiperbilirubinemia penurunan
PKU dan didapatkan kadar bilirubin
Penulis : Muhammadiyah hasil bahwa indirect pada
Harlina gombong yaitu penggunaan bayi icterus
yuhanidz sebanyak 50 bayi fototerapi 36 jam neonatorum di
Saryono Kesimpulan : lebih efektif ruang Amanah
Dalam penelitian daripada RS PKU
Tahun : terdapat kriteria pemberian Muhammadiyah
2019 inklusi dan eksklusi fototerapi 24 jam Gombong
diantaranya adalah
Kriteria inklusi
a) Berumur antara
0 -28 hari
b) Kadar bilirubin
indirect yaitu
>8mg/dl pada
bayi cukup
bulan,
>12,5mg/dl
pada bayi
prematur
Kriteria eksklusi
a) Bayi dengan
komplikasi
sejenis
b) Menderita
RDS
(respiratory
distress
syndrome)
c) Sumbatan
traktus diagesif
yang
mengakibatkan
peningkatan
sirkulasi
enterohepatik
V2
Pada penelitian ini
peneliti
menggunakan uji t-
test independen
untuk mengetahui
nilai yang paling
signifikan antara
fototerapi 24 jam
dan 36 jam
terhadap kadar
bilirubin indirect
pada pasien
hiperbilirubinemia
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi
fototerapi tidak di
jelaskan secara
rinci

V3
Pemilihan sampel
yang digunakan
diambil dari
populasi bayi baru
lahir dengan
hiperbilirubin,
teknik pengambilan
sampel
menggunakan total
sampling, dengan
mengambil semua
dari populasi dan
membaginya
menjadi 2 grup
untuk dilakukan
fototerapi dengan
metode 24 jam dan
36 jam
Kesimpulan :
Pemilihan sampel
non random, tidak
dapat variabel
perancu dalam
penelitian tersebut.
V4
Dari hasil uji
statistic didapatkan
bahwa nilai t hitung
> t tabel yaitu
2,741 > 1,71 (p=
0,009 > 0,05) yang
artinya ada
perbedaan yang
signifikan antara
fototerapi 24 jam
dan 36 jam
terhadap kadar
bilirubin indirect
pada pasien
hiperbilirubinemia
di ruang Amanah
RSU PKU
Muhammadiyah
Gombong. Dari
selisih mean pre
dan post fototerapi
dapat diketahui
bahwa selisih mean
fototerapi 36 jam >
dari fototerapi 24
jam yakni -1,98 >
0,63 tanda (-)
menunjukkan
bahwa kadar
bilirubin indirect
post fototerapi 36
jam lebih sedikit
jika dibandingkan
kadar bilirubin
indirect fototerapi
36 jam. Ini berarti
fototerapi 36 jam
lebih efektif dari
fototerapi 24 jam
Kesimpulan :
Terdapat perbedaan
yang signifikan
antara fototerapi 24
jam dan 36 jam
terhadap kadar
bilirubin pada
pasien
hiperbilirubinemia

V5
Pembahasan
penelitian ini
menjelaskan bahwa
efektifitas antara
fototerapi 24 jam
dan 36 jam
terhadap kadar
bilirubin indirect
pada pasien
hiperbilirubinemia
diruang Amanah
RSU PKU
Muhammadiyah
Gombong. Setelah
diadakan fototerapi
hasil penelitian
menunjukkan
terjadinya
penurunan kadar
bilirubin indirect,
baik yang
dilakukan dengan
fototerapi 24 jam
maupun fototerapi
36 jam, lalu uji ini
dilanjutkan dengan
uji t-test
independent untuk
mengetahui
manakah yang
lebih efektif antara
fototerapi 24 jam
dan 36 jam
terhadap kadar
billirubin indirect
pada pasien
hiperbillirubinemia
diruang Amanah
RSU PKU
Muhammadiyah
Gombong
Kesimpulan :
Terdapat
pembahasan
internal causal
validity dan
eksternal causal
validity.
Tabel 2.2 Matriks temuan jurnal
TOPIK JURNAL 1 JURNAL 2 JURNAL 3 JURNAL 4 JURNAL 5
Judul Jurnal Pengaruh fototerapi Pengaruh fototerapi Pengaruh pemberian Efektivitas Efektifitas fototerapi
terhadap penurunan
24 jam terhadap fototerapi terhadap fototerapi terhadap 24 jam dan 36 jam
tanda ikterus
neonatorum derajat ikterik pada penurunan kadar penurunan kadar terhadap penurunan
patologis di RS
bayi baru lahir di bilirubin total pada bilirubin total pada bilirubin indirect
Grandmed Lubuk
Pakam Ruang NICU RSUD bayi hiperbilirubinemia pada bayi icterus
Provinsi NTB neonatal di RSUP neonatorum
Sanglah
Jumlah Responden Pada jurnal ini Pada jurnal ini Penelitian ini Pada jurnal ini Penelitian ini
menggunakan menggunakan menggunakan 40 menggunakan menggunakan
sampel sebanyak 54 sampel penelitian sample bayi baru sampel penelitian sampel sebanyak 50
orang bayi yang sebanyak 15 bayi lahir yang mengidap sebanyak 44 orang bayi di ruang
mengalami yang mengalami penyakit bayi Amanah RS PKU
hiperbilirubin hiperbilirubin hiperbilirubin hiperbilirubinemia Muhammadiyah
Gombong
Jenis Penyakit Hiperbilirubin Hiperbilirubin Hiperbilirubin Hiperbilirubin Hiperbilirubin
Hasil Ukuran Hasil pembahasan Pembahasan Pembahasan Hasil pembahasan Pembahasan
menyebutkan menyebutkan bahwa menjelaskan
didapatkan bahwa penelitian ini
kesamaan hasil dampak fototerapi berdasarkan jurnal
penelitian dengan akan meningkat jika di dapatkan hasil efek samping jangka menjelaskan bahwa
penelitian kadar bilirubin di bahwa adanya
pendek pemberian efektifitas antara
sebelumnya. kulit makin tinggi. pengaruh yang baik
Penelitian ini Fototerapi atau dikatakan fototerapi adalah fototerapi 24 jam
menyebutkan hasil mengubah bilirubin efektif dalam
gangguan dan 36 jam terhadap
penelitian bahwa di kapiler superfisial menurunkan kadar
fototerapi mampu dan jaringan bilirubin pada bayi keseimbangan suhu kadar bilirubin
menurunkan kadar interstitial dengan yang saling
(hipertermi), indirect pada pasien
bilirubin . Penelitian reaksi fotokimia dan berkaitan dengan
ini menggunakan fotooksidasi variabel-variabel kehilangan cairan hiperbilirubinemia
sampel yang cukup menjadi isomer yang ada
(dehidrasi), diruang Amanah
untuk penelitian (isomerisasi
intervensi. Sehingga struktural dan gangguan kalsium RSU PKU
kesimpulan dapat di konfigurasi) secara
(hipokalsemi), diare, Muhammadiyah
generalisasi cepat, yang larut
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Fototerapi
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang
menggunakan lampu, dan lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari
500 jam untuk menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
(Hidayat, 2012). Tujuan dari pemberian fototerapi adalah untuk mencegah
konsentrasi bilirubin tak-terkonjugasi dalam darah sehingga mencapai kadar
yang menyebabkan terjadinya neurotoksisitas.
3.2 Mekanisme Fototerapi
Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk
yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika
bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. Juga
terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin
yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu. Lumirubin adalah
produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia.
Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah oleh cahaya menjadi
dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Fotoisomer bilirubin lebih polar
dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui
empedu. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
Jenis Lampu Beberapa studi menunjukkan bahwa lampu flouresen biru
lebih efektif dalam menurunkan bilirubin. Akan tetapi karena cahaya biru
dapat mengubah warna bayi, maka yang lebih disukai adalah lampu flouresen
cahaya normal dengan spektrum 420 – 460 nm sehingga asuhan kulit bayi
dapat diobservasi baik mengenai warnanya (jaundis, palor, sianosis) atau
kondisi lainnya. Agar fototerapi efektif, kulit bayi harus terpajan penuh
terhadap sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat.
Bila kadar bilirubin serum meningkat sangat cepat atau mencapai kadar
kritis, dianjurkan untuk menggunakan fototerapi dosis ganda atau intensif,
teknik ini melibatkan dengan menggunakan lampu overhead konvensional
sementara itu bayi berbaring dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak
mempengaruhi efisiensi pemberian fototerapi. Hasil terbaik terjadi dalam 24
sampai 48 jam pertama fototerapi (Wong, 2009).
Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar bluegreen
spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30
uW/cm2 (diperiksa dengan radio meter, atau diperkirakan dengan
menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi yang
terpajan lebih luas. Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun atau cenderung
naik pada bayi – bayi yang mendapat fototerapi intensif, kemungkinan besar
terjadi proses hemolisis.
Jenis-jenis lampu yang digunakan untuk fototerapi menurut Judarwanto
(2012) adalah
a. Tabung neon biru, dapat bekerja dengan baik jika digunakan untuk
fototerapi namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada anggota staf
rumah sakit
b. Tabung neon putih, kurang efisien daripada lampu biru, namun,
mengurangi jarak antara bayi dan lampu dapat mengkompensasi efisiensi
yang lebih rendah.
c. Lampu kuarsa putih merupakan bagian tidak terpisahkan dari beberapa
penghangat cerah dan inkubator. Mereka memiliki komponen biru
signifikan dalam spektrum cahaya.
d. Lampu kuarsa ganda, lampu 3-4 melekat pada sumber panas overhead dari
beberapa penghangat bercahaya.
e. Light-emitting diode (LED), konsumsi daya rendah, produksi panas
rendah, dan masa hidup lebih lama
f. Cahaya serat optik, memberikan tingkat energi yang tinggi, tetapi untuk
luas permukaan terbatas. Jarak Dosis dan kemanjuran dari fototerapi
biasanya dipengaruhi oleh jarak antara lampu (semakin dekat sumber
cahaya, semakin besar irradiasinya) dan permukaan kulit yang terkena
cahaya, karena itu dibutuhkan sumber cahaya di bawah bayi pada
fototerapi intensif (Maisels,et al, 2008). Jarak antara kulit bayi dan sumber
cahaya. Dengan lampu neon, jarak harus tidak lebih besar dari 50 cm (20
in). Jarak ini dapat dikurangi sampai 10-20 cm jika homeostasis suhu
dipantau untuk mengurangi resiko overheating
3.3 Efektivitas Fisioterapi terhadap penurunan kadar bilirubin
Dari hasil penelitian rata-rata dengan P-value sebesar 0.000<(0.05), dapat
diartikan bahwa fototerapi efektif terhadap penurunan kadar bilirubin pada
bayi baru lahir.
Fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin tinggi.
Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan interstitial
dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi
struktural dan konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air dan dapat
diekskresi melalui hepar tanpa proses konjugasi sehingga mudah diekskresi
dan tidak toksik.

3.4 Tahap Pelaksanaan Fisioterapi


Standar Operasional Prosedur
Fototerapi
Pengertian Fototerapi merupakan penatalaksanaan
hyperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah
peningkatan kadar bilirubin dengan menggunakan alat
yang berupa sinar, cahaya Flourescent yang mengandung
ultraviolet dengan spektum ideal 429-450mu.
Tujuan - Menurunkan konsentrasi bilirubin pathogen
- Mencegah penumpukan bilirubin indirect dalam
sel otak (mencegah kem icterus
Alat dan Bahan 1. Sarung tangan
2. Incubator
3. Blue light
4. Penutup mata
5. Popok/ diapers
6. Popok bayi
7. Bantal bayi
8. Thermometer
9. Dua handuk kecil
Prosedur Fase Pra-Interaksi
1. Mengecek status klien (catatan keperawatan dan
catatan medik)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan diri perawat
Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
4. Kenakan penutup mata
5. Letakan bayi dalam incubator
6. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
7. Pantau suhu, nadi dan pernapasan bayi setiap 2
jam
8. Observasi intake dan output bayi, matikan
fototerapi apabila memberikan minum, penutup
mata di buka, observasi mata ( ada tidaknya
kotoran), izinkan ibu kontak dengan bayi
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
(timbang bb 2 kali sehari) dan efek samping
fototerapi
10. Periksa kadar bilirubin setiap 12 atau 24 jam
11. Lepaskan sarung tangan
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan

Fase Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan klien/ keluarga
2. Mengevaluasi dan menjelaskan hasil tindakan
yang sudah dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
4. Mengucapkan salam
5. Membersihkan dan merapikan alat
6. Mendokumentasikan kegiatan yang sudah
dilakukan (nama bayi, no RM, tanggal dan jam
pemakaian alat fototerapi, tampil klinis bayi,
serta tindakan lain yang dilakukan terkait
fototerapi
BAB IV
KESIMPULAN
Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubin menyebabkan bayi
terlihat berawarna kuning, keadaan ini timbul akibat adanya akumulasi
pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada kulit. Salah satu
penatalaksanaan bayi yang mengalami Hiperbilirubin adalah dengan
dilakukan fototerapi sebagai modalitas terapi. Fototerapi ini merupakan
modalitas terapi yang menggunakan sinar yang bertujuan untuk
pengobatan hiperbilirubin pada neonatus (bayi baru lahir). Dari hasil
telaah jurnal yang didapat rata-rata hasil penelitian dengan P-value sebesar
0.000<(0.05), dapat diartikan bahwa fototerapi efektif terhadap penurunan
kadar bilirubin pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Bukhori, A. (2020). Pengaruh Pemberian Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar


Bilirubin Total Pada Bayi . Jurnal Kesehatan Akademi Keperawatan Sumber
Waras Vol.2, No 1 Tahun 2020
https://jurnal.akpersumberwaras.ac.id/index.php/akpersw/article/view/29 (Diakses
pada 26 November 2022)

Dewi, et al. (2016). “Efektifitas fototerapi terhadap penurunan kadar


hiperbilirubin pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUD Sanglah”. Jurnal Sari
Pediatri, Vol.18 , No.2, Agustus 2016. (Diakses pada 26 November 2022)

Selung, R., Wasliah, I., & Pratiwi, E, A. (2016). Pengaruh fototerapi (24jam)
terhadap derajat ikterik pada bayi baru lahir di Ruanh NICU RSUD Provinsi
NTB. Diakses tanggal (26 November 2022)

Yanti, D,A., Dkk. 2021. Pengaruh fototerapi terhadap penurunan tanda ikterus
neonatorum patologis di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Jurnal
Keperawatan dan Fisioterapi (JKF). Vol 4-1.
Http://ejournal.medista.ac.id/index.php/JKF DOI : 10.35451/jkf.v4i1.792 Diakses
tanggal (26 November 2022)

Yuhanidz, dkk. (2019). “Efektifitas fototerapi 24 jam dan 36 jam terhadap


penurunan bilirubin indirect pada bayi icterus neonatorum” . Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Vol.7 , No.1, Februari 2019 (Diakses pada 26
November 2022)

Anda mungkin juga menyukai