"HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN
HIPERBILIRUBIN PADA BAYI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD ARJAWINANGUN"
Oleh : Kelompok10
I Dewa Nyoman Alit Yudi Pramana Putra (209012547)
Ni Wayan Rusminiati (209012645) Desak Putu Ayu Mekayanti (209012636) I Wayan Widyarsana (209012655)
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2021 JUDUL JURNAL : HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBIN PADA BAYI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD ARJAWINANGUN
P Populasi :Populasi yang ditentukan
POPULASI dan sebagaisubjekpenelitiandalampenelitianiniadalah SAMPEL seluruhbayi baru lahir yang masuk perawatan di ruang perinatologi RSUD Arjawinangun. Populasi dalam penelitian ini dari cara pengambilan total sampling sebanyak 28 bayi baru lahir. Sampel : Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
I Jenis peneitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
INTERVENSI penelitian adalah deskriftif korelasional cross sectional dengan menggunakan pendekatan retrospective. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang berupa kuesioner. Kuesioner I variabel bebas (Berat Badan Lahir Rendah) menggunakan skala guttman dengan nilai jawaban normal diberi nilai 1, dan tidak normal diberi nilai 0 setiap item jawaban diberi tanda check list. Kuesioner II variabel terikat (Kejadian hiperbilirubinemia) dengan cara observasi menggunakan skala guttman dengan nilai jawaban YA apabila hiperbilirubin dengan diberi nilai 1, dan jawaban TIDAK apabila tidak terjadi hiperbilirubin atau normal dengan diberi nilai 0 setiap item jawaban diberi tanda check list. Analisa Bivariat dilakukan terhadap tiap variabel independen dan dependen, dengan menggunakan uji statistic. Chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, setelah uji hipotesa dilakukan dengan taraf kesalahan 5% maka penelitian hipotesa Ha diterima jika p < α - 0,05. C Pembanding dalam penelitian ini adalah mengetahui COMPARATION Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Kejadian Hiperbilirubin Pada Bayi O Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan lahir OUT CAME bayi tidak normal yaitu sebanyak 12 responden (42,9 %). Trir (2014) menyebutkan bahwa BBLR sangat rentan mengalami komplikasi yaitu sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemi simptomatik penyakit membran hialin, asfiksia, neonatorum, hyperbilirub-inemia atau ikterus.Menurut asumsi peneliti berat badan lahir merupakan salah satu faktor yang mempengruhi kejadian hiperbilirubinemia ini dapat dilihat dari hasil tabulasi silang yang didapat lebih banyak berat badan lahir normal , hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain yang dapat meningkatkan kadar bilirubin pada neonatus, seperti meningkatnya metabolisme produksi bilirubin dalam tubuh bayi, masalah ini dapat diatasi dengan mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin dengan cara early feeding yaitu pemberian makanan dini (ASI) pada neonatus, dengan cara mengubah bilirubin menjadi bentuk tidak toksik yang dapat dikeluarkan melalui ginjal dan usus yaitu dengan photo terapy (light therapy), dan dengan cara mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah yaitu tranfusi tukar darah. Berdasarkan kejadian hiperbilirubin didapati responden yang mengalami hiperbilirubin sebanyak 10 responden (35,7%). Awal terjadinyahiperbilirubin dimulai pada janin yaitu pada saat janin bertugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih oleh hati, yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama selang waktu tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari darah. Saat proses tersebut berlangsung, jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk didalam tubuh, sehingga bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat memberi warna kuning pada kulit, sclera, dan jaringan-jaringan tubuh lainnya (Sukadi, 2010). Hasil penelitian yang ini didapatkan nilai (p-value: 0,000 a ≤ 0,05) yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian hiperbilirubin di ruang Perinatologi RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Oleh karena itu bayi dengan berat badan lahir rendah perlu mendapatkan pengawasan untuk mencegah masalah terutama pemberian asupan cairan/ASI yang adekuat untuk mencegah hipotermi, begitu juga perlu asupan yang cukup pada saat hamil untuk mencegah terjadinya berat badan lahir rendah dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan dalam mendeteksi dini serta melakukan tindakan yang tepat kenaikan berat badan ibu saat pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar, memberikan konseling dan diberikan informasi kepada pasien bahaya akan terjadi jika tidak melakukan kunjungan ulang secara rutin. T Pada penelitian ini peneliti tidak mencantumkan waktu TIME penelitian, namun peneliti mencantumkan waktu studi pendahuluan yaitu studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Nopember 2017
2. IMPLIKASI PENELITIAN TERHADAP KEPERAWATAN
Pembuktian berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejadian hiperbilirubin pada bayi. Penelitian ini menjadi salah satu evidence based practice yang akan semakin memperkuat dukungan teoritis dalam ilmu keperawatan anak. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan dalam menunjang intervensi dan implementasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan dalam mendeteksi dini kenaikan berat badan ibu hamil saat melakukan pemeriksaan. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa berat badan lahir rendah pada bayi merupakan salah satu faktor penyebab kejadian hiperbilirubin.
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Retensio Dengan Penatalaksanaan Manual Plasentadi Wilayah Kerja Puskesmas Huta Rakyat Sidikalang Tahun 2013