Anda di halaman 1dari 21

ANALISA JURNAL

Annisya Aldafira
Falisca Natasyia
Fika Ayu Barokah
Isty Romadhona Tananda
Lenni Ayu Popang
Lita Miftahul Zannah
Maulida Awalia
Sheptian Febriyanti
Tri Oktaviyani
Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah istilah dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboraturium
yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi ba
yi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai
dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis.
PENGERTIAN FOTOTERAPI
Merupakan terapi sinar untuk menurunkan kadar bilirubin darah dengan cara memfasilitasi ekskresi
bilirubin terkonjugasi sehingga mudah dipecah dan larut dalam air. Fototerapi diberikan jika kadar bi
lirubin total > 10 mg/dl dalam 24 jam kelahiran. Lama fototerapi ditentukan berdasarkan kadar biliru
bin neonatus dan periode waktu fototerapi dilakukan selama 24 jam terhadap perubahan kadar bilir
ubin dan dilakukan berulang hingga kadar bilirubin kembali normal. Tindakan fototerapi untuk mem
antau keadaan bayi, karna dapat menyebabkan hiperpigmentasi, peningkatan suhu dan kehilangan
insensibel water loss (IWL).
Etiologi
01 Produksi bilirubin berlebihan

02 Gangguan dalam proses uptake dan konjungsi


hepar

03
Gangguan transportasi

04 Gangguan dalam ekskresi


Klasifikasi
1. Ikterik Fisiologis : Ikterik fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
ketiga yang kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan .

2. Ikterus Patologis : suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin yang


mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik.

3. Kern Ikterus : Yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak.
Manifestasi Klinis
Menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, mem
bran mukosa dan bagian putih (sclera) mata saat kadar bilirubin darah mencapai se
kitar 40 µmol/l.
Patofisiologi
Saat eritrosit hancur di akhir siklus neonatus, hemoglobin pecah lalu menja
di fragmen globin (protein) dan heme (besi). Fragmen heme tersebut membentu
k bilirubin tidak terkonjugasi (indirek),yang berikatan dengan albumin untuk dib
awa ke sel hati agar dapat berkonjugasi dengan glukoronid, membentuk bilirubi
n direk.
Komplikasi

01 Bilirubin enchepalopathy 04 Hipotermi


(komplikasi serius).

02 Kernikterus 05 Hipoglikemi

03 Asfiksia
Pemeriksaan Penunjang
01 Pemeriksaan Radiologi

02 Ultrasonografi

03 Biopsy hati

04
Komplikasi

Bilirubin enchepalopathy
Hipotermi

Kernikterus
Hipoglikemi

Asfiksia
Penatalaksanaan

1. Pemberian ASI
2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus
3. Fototerapi
4. Transfusi tukar : dilakukan apabila sudah tidak
ditangani dengan foto terapi
Analisa Jurnal
A. JURNAL UTAMA
Hubungan fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin total pada
bayi baru lahir di RS aulia Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2019

Intisari Jurnal
1. Nilai rata-rata sebelum perlakuan atau pre tes dan setelah perlakuan/post tes dari 30
responden, didapatkan rata-rata nilai pre test sebesar 15,103mg/dl dan rata-rata nilai post tes
senilai 9,66mg/dl sehingga mengalami penurunan 5,443mg/dl
2. Setelah semua responden mendapatkan perlakuan selama 24 jam dan dilakukan pengecekan
kadar bilirubin, dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,039 < nilai α (0,05) sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari fototerapi terhadap penuruna
kadar bilirubin total pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbilirubin
B. JURNAL PENDUKUNG
Efektivitas fototerapi terhadap penurunan kadar bilirubin total pada hiper
bilirubinemia neonatal diRSUP Sanglah

Intisari Jurnal

Penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan fototerapi dalam 24jam sebesar 2,5±0,8mg

/dl, mengalami penurunan sebesar 16,3% dalam 24jam. Disarankan, fototerapi diberikan den

gan jarak 10-20cm, semakin dekat jarak bayidengan sinar fototerapi maka semmakin efektif d

alam menurunkan kadar bilirubin total. Pengaturan ketinggian alat fototerapi yang sudah mak

simal dan tidak bisa diturunkan kembali, dengan permasalahan ini, diharapkan disediakan bo

x bayi khusus yang cukup tinggi agar jarak bayi dengan alat fototerapi semakin dekat.
C. JURNAL PEMBANDING
Penggunaan billy blanket pada neonates dalam menurunkan kadar
bilirubin
Penggunaan billy blanket dapat menurunnkan kadar
bilirubin secara bertahap dari hari kehari. Lamanya
durasi fototerapi di tentukan oleh nilai total serum
bilirubin saat pertama kali dilakukan fototerapi dan
keaadekuatan hidrasi yang diberikan pada bayi
tersebut.
ANALISA PICO
P (problem)
Menurut data yang diperoleh dari Word
Health Organization (WHO) tahun 2015
kejadian Ikterus neonatrum di Amerika
Serikat adalah 65 % dari 4 juta neonatus
yang lahir setiap tahunnya, terjadi dalam
minggu pertama kehidupannya.
I (intervention)
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin
total > 10 mg/dl dalam 24 jam kelahiran.
C (comparison)
Penelitian tersebut membandingkan
penggunaan fototerapi Billy Blanket dengan
foto terapi konvensional pada hiperbilirubin
bayi prematur.
O (outcome)
Jurnal Utama
Hasil ini mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,039 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian fototerapi dengan
penurunan kadar bilirubin pada bayi baru lahir di RS Aulia Jagakarsa
Jakarta Selatan tahun 2019.
Jurnal pendukung
Rerata usia kuning 4,2±0,88 hari dengan rerata berat badan 2784±643
gram. Rerata kadar bilirubin sebelum dilakukan fototerapi 15,3±1,94
mg/dL, dan setelah dilakukan fototerapi 24 jam 12,8±1,88 mg/dL dengan
p=0,001. Penurunan kadar bilirubin 2,5±0,8mg/dL dalam 24 jam (turun
16,3% dalam 24 jam).
Jurnal pembanding
Rata-rata penurunan kadar bilirubin responden
setelah 24 jam menggunakan Billy Blanket adalah
sebesar 1,465 g/dl (St. Deviasi=0,984) dengan
penurunan kadar bilirubin terendah 0 g/dl dan
penurunan kadar bilirubin tertinggi 3,7 g/dl.
Penggunaan Billy Blanket dapat menurunkan kadar
bilirubin secara bertahap dari hari ke hari.
IMPLIKASI DI RUMAH SAKIT
• Tata laksana hiperbilirubinemia bertujuan untuk mencegah
agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar
yang neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air
susu ibu (ASI), fototerapi, dan tranfusi tukar.
• Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang
dipancarkan lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya
(iradiasi), luas permukaan tubuh, jarak lampu fototerapi.
• Efek samping jangka pendek pemberian fototerapi adalah
gangguan keseimbangan suhu (hipertermi), kehilangan cairan
(dehidrasi), gangguan kalsium (hipokalsemi), diare, dan
eritema pada kulit.
Thank, u!

Anda mungkin juga menyukai