Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


ALERGI MAKANAN PADA ANAK
DI RUANG NUSA INDAH RS TINGKAT II. DR SOEPRAOEN

Oleh:
Rahmayanti Nurmala
Maulidatul Khasanah
Yunita Endah Kartikasari
Anasya Sefriani

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

SATUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PADA PENYULUHAN TENTANG
ALERGI MAKANAN PADA ANAK
DI RUANG NUSA INDAH RS TINGKAT II. DR SOEPRAOEN

a. Pokok Bahasan : Alergi Pada Anak


b.Sub Pokok Bahasan : Pengertian alergi, factor
penyebab alergi, makanan yang menyebabkan alergi,
tanda gejala alergi, dan pemeriksaan alergi
c. Sasaran : Keluarga pasien
d. Waktu : 15 menit
e. Hari/Tanggal : Kamis, 21 April 2016
f. Analisa Situasi : Penyuluhan dilakukan kepada
keluarga pasien ruang Nusa Indah.

Tujuan Instruksional Umum : Menambah pengetahuan keluarga pasien terkait alergi


makanan yang biasa terjadi pada anak
Tujuan Instruksional Khusus
1. Menginformasikan apa sebenarnya alergi makanan yang biasa terjadi pada
anak
2. Cara mencegah alergi pada anak
Materi Pokok Penyuluhan
1. Pengertian alergi
2. factor penyebab alergi
3. makanan yang menyebabkan alergi,
4. tanda gejala alergi, dan pemeriksaan alergi
MATERI/BAHAN PENYULUHAN/PENKES

A. Alergi Makanan
ALERGI MAKANAN Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai
untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah
reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang
dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
B. Mekanisme Terjadinya Alegi Makanan
1. FAKTOR GENETIK Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek
pada penderita . Bila ada orang tua menderita alergi kita harus
mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang
tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada
anak sekitar 20 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi
40 - 80%. Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua
maka resikonya adalah 5 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi
bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi. Bisa
saja gejala alergi pada saat anak timbul, setelah menginjak usia dewasa
akan banyak berkurang.
2. IMATURITAS USUS Alergi makanan sering terjadi pada usia anak
dibandingkan pada usia dewasa. Fenomena lain adalah bahwa sewaktu
bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan
usia membaik. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna
pada anak. Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik
merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi
asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen.
Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina
propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus
imatur (tidak matang) sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan
gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
Pada bayi baru lahir sel yang mengandung IgA, Imunoglobulin utama di
sekresi eksternal, jarana ditemui di saluran cerna. Dalam pertambahan
usia akan meningkat sesuai dengan maturasi (kematangan) sistem
kekebalan tubuh.
3. PAJANAN ALERGI Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik
sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE
spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan
juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah
bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama
kehidupan. Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi ibu akan sangat
berpengaruh pada anak yang mempunyai bakat alergi. Pemberian PASI
meningkatkan angka kejadian alergi.
C. Makanan Yang Menyebabkan Alergi
1. Telur
2. Susu
3. Sea Food
4. Tepung Gandum
5. Kacang-kacangan

D. Tanda dan Gejala Alergi


1. Kulit
- Bayi : sering timbul penebalan merah di daerah pipi popok dan telinga,
timbul kerak di kulit kepala.
- Anak : Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru
kehitaman, bekas hitam seperti digigit nyamuk, berkeringat
berlebihan.
2. Wajah
- Bibir bengkak
- Mata berair
- mata bengkak
3. Pernapasan
- Bayi : Bayi lahir dengan sesak 3-5 hari (Transient Tachipneu Of The
newborn), cold-like respiratory congestion (napas berbunyi atau grok-
grok).
- Anak: batuk berkepanjangan terutama malam dan pagi hari,
sesak(astma), sering batuk pendek (berdehem) 2 Telinga hidung dan
Tengorokan Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, hidung
4. Saluran pencrnaan
Nyeri perut, sering buang air besar (>2 kali/perhari), gangguan
buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana,
berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, muntah, sulit
berak, sering buang angin (flatus), sariawan, mulut berbau.Nyeri perut,
sering diare, kembung, muntah, konstipasi (sulit berak) , kelaparan, haus,
saliva (air liur) meningkat, canker sores (sariawan), stinging tongue (lidah
terasa pedih), drooling (ngiler), nyeri gigi, burping (sendawa), retasting
foods, gejala sakit mag (nyeri perut ulu hati, muntah, mual, gelegekan),
swallowing difficulty (kesulitan menelan), abdominal rumbling (perut
keroncongan), konstipasi (sulit buang air besar), nyeri perut, passing gas
(sering buang angin), timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal
atau panas.
E. Pencegahan Alergi
1. Berikanlah ASI Eksklusif pada bayi selama 2 tahun
2. Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan
menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi
dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi
makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan
mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi akan
berkurang.
F. Test Alergi
1. Skin prick test (SPT)
Skin prick test merupakan tes yang paling sering dikerjakan untuk
menentukan adanya IgE spesifik untuk beberapa alasan. Skin prick
test tidak invasif, aman, hasil dapat diperoleh dengan cepat (15-20
menit), lebih murah dibandingkan pemeriksaan IgE spesifik dalam darah
dan mempunyai hasil yang cukup baik. Namun, tes ini tidak dapat
dilakukan pada keadaan:
- Kelainan kulit yang luas karena SPT harus dikerjakan pada kulit yang
sehat
- Anak tidak dapat menghentikan konsumsi obat antihistamin/obat anti
alergi, karena bila obat tersebut dihentikan keluhan alergi yang timbul
sangat berat/mengganggu
- Dermatografisme (keadaan kulit yang menjadi bentol dan merah
apabila ditekan/digores sesuatu).
Prosedur SPT dimulai dengan meneteskan beberapa jenis cairan
alergen yang akan diujikan di daerah lengan bawah. Jarum akan
digunakan untuk mencukit/menusuk kulit pada lokasi alergen. Proses ini
akan menimbulkan sedikit rasa sakit tapi tidak akan menimbulkan
perdarahan. Setelah seluruh alergen dicukit, anak diminta untuk
menunggu selama 15 menit. Setelah 15 menit akan timbul bentol dan
kemerahan di lokasi alergen yang sensitif.
2. Pemeriksaan IgE spesifik dalam darah.
Hasil pemeriksaan ini dapat diperoleh dalam hitungan beberapa hari
dengan harga yang lebih mahal dibandingkan SPT. Namun, pemeriksaan IgE
spesifik dalam darah dapat menjadi alternatif pada kondisi yang tidak
memungkinkan dilakukan SPT. Hasil SPT dan pemeriksaan IgE spesifik dalam
darah setara, sehingga tidak diperlukan 2 pemeriksaan untuk saling
mengkonfirmasi.
3. Uji tempel kulit.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk evaluasi reaksi hipersensitivitas tipe
lambat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menempelkan alergen di kulit
selama 2-3 hari. Namun pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.
Hasil tes alergi dapat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung
pajanan pasien terhadap alergen. Hasil tes alergi yang positif atau
terdeteksinya IgE spesifik baik pada uji kulit maupun dalam darah hanya
menandakan adanya sensitisasi dan tidak selalu menandakan bahwa alergen
tersebut menjadi pencetus gejala alergi yang dialami pasien.
Untuk itu hasil tes alergi ini perlu digabungkan dengan anamnesis
yang cermat untuk dapat menentukan alergen pencetus. Dokter akan
menganalisis hasil pemeriksaan dan melakukan evaluasi apakah didapatkan
hubungan antara hasil tes alergi dan gejala yang timbul. Konfirmasi pencetus
dapat dilakukan dengan provokasi alergen seperti uji provokasi makanan
terbuka.

Pemeriksaan lain seperti kinesiologi, tes elektrodermal, bioresonansi, tes


bandul, pemeriksaan IgG4, analisis rambut, analisis cairan lambung merupakan
pemeriksaan yang tidak standar dan tidak terbukti sebagai bagian pemeriksaan
alergi.
Sebagai kesimpulan, tes alergi dapat dilakukan untuk membantu
menentukan alergen pencetus gejala alergi. Anamnesis yang teliti mengenai gejala
klinis pasien dan kemungkinan alergen pencetus akan sangat membantu untuk
memilih jenis tes diagnostik yang diperlukan, alergen yang akan diuji, dan
interpretasi. Identifikasi alergen pencetus alergi sangat penting untuk perencanaan
tata laksana komprehensif penyakit alergi.

Sumber:
1. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perlukah-tes-alergi
2. Widodo. 2013. Alergi Makanan Pada Anak Mengganggu Semua Organ Tubuh
Anak: Jakarta
Kegiatan Penyuluhan

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN PESERTA


FASILITATOR
1 Pembukaan 2 menit
a. Penyuluh a. Mengucapkan a. Menjawab
memulai salam salam
penyuluhan pembuka
dengan b. Menyebutkan b. Memperhatikan
mengucapkan nama
salam c. Menjelaskan
b. Memperkenalkan tujuan dan
diri materi
c. Menjelaskan penyuluhan
tujuan
penyuluhan
d. Menyebutkan
materi yang akan
diberikan.
2 Pelaksanaan 15
a. Menjelaskan apa menit a. Melakukan a. Memperhatikan
itu alergi penyuluan
b. Menjelaskan sesuai
factor penyebab bahasan
alergi dan pokok
makanan yang
menyebabkan
alergi b. Menjelaskan
c. Cara mengatasi b. Melakukan bagaimana
dan mencegah evaluasi dari alergi pada
alergi materi anak
d. Test alergi penyuluhan c. Menjelaskan
e. Evaluasi cara mencegah
kemampuan alergi pada
responden. anak

3 Penutup 1 menit
a. Mengucapkan a. Mengucapkan a. Memperhatikan
terima kasih atas terima kasih
perhatian yang
diberikan
b. Mengucapkan b. Mengucapkan b. Menjawab
salam penutup salam salam
penutup

Media/Alat Penyuluhan :
1. Leaflet alergi pada anak dan bahan makanan penukar
2. Power Point
Evaluasi Penyuluhan:
- Tingkat kehadiran yang diharapkan : Jumlah peserta penyuluhan
minimal 5 peserta
- Antusiasme/Partisipasi yang diharapkan
1. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat penyuluhan
berlangsung
2. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
4. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
lengkap dan benar
- Tingkat Pengetahuan yang diharapkan
1. Mengetahui cara pencegahan alergi
2. Mengetahui makanan apa saja yang dapat menyebabkan alergi pada
anak
3. Mengetahui tanda dan gejala alergi pada anak

Anda mungkin juga menyukai