Anda di halaman 1dari 20

REAKSI ALERGI

Reaksi Alergi
• Alergi adalah suatu reaksi sistem imun tubuh yang bersifat spesifik
terhadap rangsangan suatu bahan yang disebut alergen yang mempunyai
pengaruh berbeda pada orang yang berbeda
• Istilah alergi pertama kali digunakan oleh Clemens tahun 1906 yang
diartikan sebagai “reaksi pejamu yang berubah” bila terpajan dengan bahan
yang sama untuk kedua kalinya atau lebih
• Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas sistem pertahanan tubuh
terhadap antigen yang pernah dikenal atau terpajan sebelumnya
• Sering menyerah balita dikarenakan sistem imumnya masih rentan, kejadian
alergi pada balita 2-5 tahun terbanyak karena alergi makanan dan lergen
hirup
• Reaksi hipersensitivitas menurut dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu:
1. Hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi
2. Tipe II atau reaksi sitotoksik
3. Tipe III atau reaksi komplek imun dan
4. Tipe IV atau reaksi seluler

• Reaksi alergi digunakan untuk menununjukan adanya reaksi yang melibatkan antibody
IgE. Yang termaksud dalam tipe 1 yaitu:
- alergi obat
- alergi makanan

• Etiologi alergi multifaktorial, diantaranya dapat berasal dari agen, host, dan lingkungan
Alergi Obat
• Alergi obat merupakan salah satu reaksi simpang obat yang
diperantarai oleh mekanisme imunologi
• Mekanisme yang mendasari alergi obat dapat berupa reaksi
hipersensitivitas tipe 1, 2,3, atau 4
• Alergi obat memerlukan paparan sebelumnya dengan obat yang sama
atau terjadi akibat reaksi silang
• Faktor resiko yang terpenting adalah Riwayat alergi sebelumnya dengan
obat yang sama
• Pemberian parenteral dan topical lebih sering menyebabkan sensitisasi
Diagnosis Alergi Obat
1. Anamnesis
- Meliputi formulasi obat, dosis, rute, dan waktu pemberian
- Tanyakan juga perjalanan awitan dan hilangnya gejala
- Catatan medik dan keperawatan harus diperiksa untuk
mengkonfirmasi hubungan antara obat dan gela yang timbul
- Riwayat alergi terhdap obat yang sama atau satu golongan harus
ditanyakan
Diagnosis Alergi obat
2. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Alergi Obat
3. Pemeriksaan Penunjang
- Tes Kulit
- Graded Challenge
• Tes provokasi dengan dosis yang ditingkatkan, biasanya dilakukan secara
oral

• Tes provokasi dilakukan bila pemeriksaan lain negative dan diagnosis


alergi obat masi meragukan. Tujuan tes ini adalah menyingkirkan
sensitifitas terhadap obat dan menegakan diagnosis alergi obat
Tatalaksanan Alergi Obat
Alergi Susu Sapi
• Alergi susu sapi (ASS) adalah reaksi simpang terhadap protein susu
sapi yang diperantarai reaksi imunologi
• Mekanisme ASS bisa diperantarai oleh IgE maupun non-IgE
• Alergi susu sapi yang diperantarai IgE dapat mengenanai saluran
cerna, kulit, dn saluran napas serta berhubungan dengan risiko tinggi
timbulnya alergi saluran napas dikemudin hri seperti asm dan rhinitis
alergi
Diagnosis Alergi Susu Sapi (ASS)
1. Anamnesis
- Alergi susu sapi dapat menyebabkan beragam gejala dan keluhan, baik
pada saluran cerna, saluran napas, maupun kulit. Luasnya gejala yang
timbul dapat mempersulit pengenalan, menyebabkan misdiagnosis atau
kadang-kadang overdiagnosis.
- Awitan gejala ASS, waktu antar pemberian susu sapi dan timbulnya
gejala, dan jumlah susu yang diminum hingga menimbulkan gejala.
- Riwayat atopi pada orangtua dan saudara kandung perlu ditanyakan.
Risiko atopi meningkat jika ayah/ibu kandung atau saudara kandung
menderita atopi, dan bahkan risikonya lebih tinggi jika kedua orangtua
sama-sama penderita atopi.
- Riwayat atau gejala alergi sebelumnya.
•Gejala pada saluran cerna
- Edema dan gatal pada bibir, mukosa oral, dan faring terjadi
jika makanan yang mensensitisasi kontak dengan mukosa.
- Muntah dan/atau diare, terutama pada bayi, bisa ringan,
melanjut, atau intractable dan dapat berupa muntah atau
buang air besar berdarah. Alergi susu sapi dapat
menyebabkan kolik infantil. Jika hipersensitivitas berat,
dapat terjadi kerusakan mukosa usus, dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan.
- Konstipasi kronik yang tidak responsif terhadap laksatif.
•Gejala pada kulit
- Dermatitis atopi merupakan kelainan kulit paling sering dijumpai pada alergi
susu sapi, menempati urutan kedua setelah gejala saluran cerna. Erupsi yang
kemerahan pada umumnya terjadi setelah sensitisasi 1-2 minggu dan sering
mengalami eksaserbasi.
- Urtikaria dan angioedema.

•Gejala pada saluran napas


- Rinitis kronis atau berulang, otitis media, batuk kronis, dan mengi merupakan
manifestasi alergi susu sapi yang cukup sering.
 
•Gejala hematologi
- Pucat akibat anemia defisiensi karena perdarahan mikro pada saluran cerna.
Diagnosis ASS
2. Pemeriksaan Fisik
- Kondisi umum: status gizi, status hidrasi, kadang tampak
pucat
- Kulit: dermatitis atopi, urtikaria, angioedema
- Saluran napas: tanda rinitis alergi (konka edema dan pucat)
atau asma (mengi), otitis media efusi
- Saluran cerna: meteorismus, skibala, fisura ani
Diagnosis ASS
3. Pemeriksaan penunjang
- Konfirmasi diagnosis ASS sangat penting karena seringkali terdapat ketidaksesuaian antara gejala yang dikeluhkan
orangtua dengan bukti secara klinis.
- Double-blind, placebo-controlled food challenge (DBPCFC) dianggap sebagai baku emas. Pada prosedur ini, dilakukan
pemberian makanan yang mengandung alergen dan plasebo dengan metode crossover secara tersamar baik terhadap
pasien maupun evaluator disertai pemantauan reaksi alergi. Metode tersebut lebih banyak digunakan untuk keperluan
riset. Metode yang dapat dilakukan pada praktik klinis adalah melakukan eliminasi dan uji provokasi terbuka.
- Mengingat risiko terjadinya reaksi alergi saat dilakukannya uji provokasi makanan (food challenge), maka dapat dipilih
pemeriksaan alternatif dengan efikasi yang sama, seperti: uji cukit kulit (skin prick test, SPT), pengukuran antibodi IgE
serum spesifik terhadap protein susu sapi, dan uji tempel (patch test).
- Kombinasi SPT dan pengukuran antibodi IgE spesifik memiliki nilai duga positif 95% untuk mendiagnosis ASS yang
diperantarai IgE, sehingga dapat mengurangi perlunya uji provokasi makanan jika yang dicurigai adalah ASS yang
diperantarai IgE.
- Uji cukit kulit dan kadar IgE spesifik tidak berguna dalam diagnosis ASS yang tidak diperantarai IgE, sebagai alternatif
dapat dilakukan uji tempel, atau uji eliminasi dan provokasi.
- Pemeriksaan laboratorium tidak memberikan nilai diagnostik, tetapi dapat menunjang diagnosis klinis. Penurunan
kadar albumin sugestif untuk enteropati; hipoproteinemia sering terjadi bersama-sama dengan anemia defisieni besi
akibat alergi susu sapi. Peningkatan trombosit, LED, CRP, dan leukosit tinja merupakan bukti adanya inflamasi tetapi
tidak spesifik, sehingga nilai normal tidak dapat menyingkirkan ASS. Leukositosis eosinofilik dapat dijumpai pada
kedua tipe ASS.
Tatalaksana ASS
•Prinsip utama dalam tata laksana ASS adalah menghindari susu sapi
dan makanan yang mengandung susu sapi sambil mempertahankan
diet bergizi dan seimbang untuk bayi dan ibu yang menyusui
•Bayi yang diberikan ASI eksklusif, ibu perlu mendapat penjelasan
berbagai makanan yang mengandung protein susu sapi yang perlu
dihindari. Konsultasi dengan ahli gizi perlu dipertimbangkan
•Pada anak yang mendapat susu formula, diberikan susu pengganti
berupa susu terhidrolisis sempurna/ekstensif atau susu formula asam
amino pada kasus yang berat. Susu formula kedelai dapat dicoba
untuk diberikan pada anak berusia di atas 6 bulan apabila susu
terhidrolisis ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya.
TERIMA KASIH
Referensi
• Pedoman pelayanan medis. IDAI. 2009. alergi obat & alergi susu
sapi.h.1-9
• Sumadiono, Dina, M., Budi, S., Lily, I., Ketut, DKW., Reni, GDM.,
2014,Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Pencegahan Primer
Alergi,Cetakan pertama.UKK Alergi Imunologi IDAI, pp. 1-6.

Anda mungkin juga menyukai