Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PATOLOGI

ALERGI

Dosen Pengampu :

Meirina Dwi Larasati, SST., M.Gz.

Disusun Oleh :

Rahma Dwi Ardiani (P1337431118016)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
I. ALERGI

A. Pengertian
Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat (alergen)
yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi.Namun, sebagian besar para pakar lebih
suka menggunakan istilah alergi dalam kaitannya dengan respon imun berlebihan yang
menimbulkan penyakit atau yang disebut reaksi hipersensitivitas. Hal ini bergantung pada
berbagai keadaan, termasuk pemaparan antigen, predisposisi genetik, kecenderungan untuk
membentuk IgE dan faktor-faktor lain, misalnya adanya infeksi saluran nafas bagian atas, infeksi
virus, penurunan jumlah sel T-supresor dan defisensi IgA. Secara umum penyakit alergi
digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu:

1. Alergi atopik : reaksi hipersensitivitas I pada individu yang secara genetik menunjukkan
kepekaan terhadap alergen dengan memproduksi IgE secara berlebihan.

2. Alergi obat reaksi imunologi yang berlebihan atau tidak tepat terhadap obat tertentu.

3. Dermatitiskontak : reaksi hipersensitivitas IV yang disebabkan oleh zat kimia, atau substansi
lain misalnya kosmetik, makanan, dan lain-lain. Manifestasi klinik alergi paling sering tampak
melalui 3 organ sasaran, yaitu saluran nafas, gastrointestinal dan kulit.

Jenis

Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi, hipersensitivitas terbagi
menjadi empat tipe

1. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I


2. Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
3. Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
4. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV

B. Etiologi
Ada beberapa jenis penyebab alergi yaitu :

1. Defisiensi limfosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE.

2. Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator.

3. Faktor genetik
4. Faktor lingkungan : debu, tepung sari, tungau, bulu binatang, berbagai jenis makanan dan zat
lain.

C. Patofisiologi
Gejala alergi timbul apabila reagin atau IgE yang melekat pada permukaan mastosit atau
basophil bereaksi dengan alergen yang sesuai. Interaksi antara alergen dengan IgE yang
menyebabkan ikat-silang antara 2 reseptor-Fc mengakibatkan degranulasi sel dan penglepasan
substansi-substansi tertentu misalnya histamin, vasoactive amine, prostaglandin, tromboksan,
bradikinin. Degranulasi dapat terjadi kalau terbentuk ikat-silang akibat reaksi antara IgE pada
permukaan sel dengan anti-IgE. Histamin melebarkan dan meningkatkan permeabilitas vaskular
serta merangsang kontraksi otot polos dan kelenjar eksokrin. Di saluran nafas, histamin
merangsang kontraksi otot polos sehingga menyebabkan penyempitan saluran nafas dan
menyebabkan membran saluran nafas membengkak serta merangsang ekskresi lendir pekat
secara berlebihan. Hal ini mengakibatkan saluran nafas tersumbat, sehingga terjadi asma,
sedangkan pada kulit, histamin menimbulkan benjolan (urtikaria) yang berwarna merah (eritema)
dan gatal karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah.
Pada gastrointestinal, histamine menimbulkan reflek muntah dan diare.

D. Manifestasi Klinik
- Asma

- Urtikaria.

- Diare dan kram abdomen

- Muntah-muntah.

- Dermatitis atopik.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pengukuran kadar IgE total dan spesifik dengan menggunakan metode ELISA atau RIA.

2. Tes kulit untuk menetukan IgE spesifik dalam kulit pasien, seperti tes tusuk (prick test), tes
tempel (pacth test) :

- Tes tusuk (Prick Test) Hasil tes negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes sama
dengan kontrol Hasil tes positif apabila terjadi bentul atau eritema
Positif 1 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema < 20 mm.

Positif 2 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema > 20 mm.

Positif 3 : bila didapatkan bentul dan eritema.

Positif 4 : bila didapatkan dengan psudopodia.

- Tes tempel (Patch Test) Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang
menunjukkan alergi. Hasil tes positif

Positif 1 : bila ada eritema.

Positif 2 : bila ada eritema dan papula.

Positif 3 : bila ada eritema, papula dan vesikuler. -

3. Tes provokasi untuk alergi makanan :

- Tes hidung

Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat,
kadang-kadang batuk, pada mukosa hidung tampak bengkak.

- Tes provokasi bronkial

Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi antigen, tes inhalasi metakolin,
tes inhalasi histamin.

- Pengukuran kadar histamin dalam darah atau urin dengan metode ELISA atau HPLC.

- Analisis immunoglobulin serum dapat menunjukkan peningkatan basophil dan eosinofil.

- Biopsy usus

- Foto thorax : Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui komplikasi
rinitis.

- Spirometri : Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun reversibilitas.

F. Komplikasi

- Dermatitis kontak alergi dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat garukan berlebihan,
pruritus

- Mengi, edema
G. Penatalaksanaan

1. Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eleminasi

2. Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian :

- Antihistamin dan obat-obat yang menghambat degranulasi sel mast dapat mengurangi gejala-
gejala alergi.

- Kortikosteroid yang dihirup bekerja sebagai obat peradangan dan dapat mengurangi gejala
suatu alergi.

3. Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan imunoterapi
melalui :

- Terapi desensitisasi berupa penyuntikan berulang allergen dalam jumlah yang kecil dapat
mendorong pasien membentuk antibody IgG terhadap alergen.

B. INTOLERANSI MAKANAN

Intoleransi makanan adalah reaksi negatif dari sistem pencernaan terhadap makanan dan
tidak ada kaitannya dengan antibodi. Hal ini umumnya terjadi pada si Kecil yang sulit mencerna
makanan dan dapat disebabkan oleh kurangnya enzim, atau makanan yang ia makan
mengandung zat kimia yang sulit dicerna. Misalnya, intoleransi laktosa terjadi saat sistem
pencernaan si Kecil tidak dapat menghasilkan enzim untuk mencerna suatu jenis gula dalam
produk-produk susu.

Karena tidak ada kaitannya dengan antibodi, intoleransi makanan dapat dirasakan saat makanan
pertama kali dicerna. Jumlah yang dicerna merupakan faktor penentu. Jika hanya sedikit
mungkin dapat diatasi, tetapi jika jumlah yang dicerna banyak maka masalah mungkin akan
muncul. Hal ini berbeda dengan alergi makanan yang parah, yang meski jumlah yang dicerna
sedikit, akibatnya bisa fatal.

Gejala :

1. Mual
2. Sakit perut
3. Gas, kram, atau kembung
4. Muntah
5. Mulas
6. Diare
7. Sakit kepala
8. Mudah marah atau gelisah
Perbedaan food allergi dan food intolerance

Food allergy Food intolerance

1. Melibatkan sistem imun tubuh 1. Tidak melibatkan sistem imun

2. Pelepasan histamin 2. Tidak ada hubungan dengan histamin

3. Dapat berkembang dari bayi 3. Terjadi di semua umur dan

4. Reaksi lebih cepat (minimal 12 jam atau 4. Reaksi lambat sekitar 3 hari
bisa kurang dari 2 jam)
5. Gejala perdarahan, eksim, lelah, pusing
5. Melalui kulit, pencernaan, pernapasan
6. Bisa dihindari
6. Cenderung menyebabkan kematian
7. Terdapat pada banyak makanan
7. Berlangsung sepanjang hidup
8. Kelompok bahan makanan yang
8. Bahan makanan yang menyebabkan alergi menyebabkan seperti karbohidrat (gluten),
yaitu food protein seperti kacang-kacangan, susu, buah, dan sayuran tertentu
susu, ikan laut

Alergi Makanan :

1. Alergen pada susu sapi:

Glikoprotein (BSA, BGG, ALA,BLG, Casein)

2. Alergen pada putih telur:

Ovalbumin, ovomucoid, ovotransferin

3. Alergen pada kuning telur:

Ovotransferin 15%, ovalbumin, ovomucin

Anda mungkin juga menyukai