Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALERGI

IVONI ASTRIA GUSLINA NIM. 2220243134


DELFIANETTI NIM. 2220243133
YENITA GUSTI NIM. 2220243139

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


BUKITTINNGI
2022
FISIOLOGI ALERGI

Secara garis besar, reaksi alergi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
reaksi tipe cepat (immediate hypersensitivity) dan tipe lambat (delayed
type hypersensitivity).
 Reaksi alergi tipe cepat dimediasi oleh sistem imun humoral
(humoral-mediated) yang menunjukkan gejala secara cepat dalam
hitungan menit atau jam setelah tubuh terpapar oleh antigen.
 Reaksi tipe lambat dimediasi oleh sel (cell-mediated) dan gejala
yang ditimbulkan muncul setelah beberapa hari terpapar oleh antigen.

DEFENISI ALERGI
Alergi adalah perubahan reaksi tubuh/pertahanan tubuh dari sistem imun
terhadap suatu benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari.
Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi
terhadap suatu zat yang biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Substansi/ zat itu (serbuksari, jamur, bulu binatang, dll) disebut sebagai alergen jika
seseorang tersebut mengalami alergi dengan menghirup, menelan, atau mendapatkan
substansi pada atau di bawah kulit mereka
(AAP, Munasir and Kurniati, 2008; Tanukusumah et al., 2015).
ETIOLOGI
 Banyak jenis alergen yang bertebaran di udara, sehingga sering
menimbulkan masalah kesehatan bagi penderita alergi. Gejala gangguan
pernafasan pada penderita asma umumnya disebabkan oleh alergen-alergen
udara, antara lain tepung sari, spora jamur, tungau debu rumah, dan protein
hewani. Tepung sari adalah butiran-butiran halus yang diproduksi oleh
tanaman untuk berkembang biak. Alergi terhadap tepung sari sering dikenal
sebagai hay fever . Alergi terhadap tepung sari memicu terbentuknya antigen
spesifik, yaitu IgE. Spora jamur merupakan alat kembang biak yang dapat
dihirup pada waktu bernafas dan dapat menimbulkan rhinitis alergi.

 Ukuran spora jamur sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam paru-paru.
Tungau debu rumah adalah organisme yang sangat kecil, hidup menempel
pada debu di dalam rumah dan menjadi penyebab utama terjadinya rhinitis
alergi yang berkepanjangan. Hewan peliharaan yang hidup di dalam rumah
merupakan sumber utama terjadinya reaksi alergi terhadap hewan. Alergen
utama penyebab alergi terhadap hewan adalah protein yang terdapat di
dalam air liur hewan. Selain alergen udara, makanan tertentu dan karet
lateks juga dapat menyebabkan alergi. Alergi terhadap makanan
menimbulkan gejala klinis seperti gatal pada bibir, mulut, faring; sembab
tenggorok, mual-muntah, nyeri perut, kembung, mencret, dan perdarahan
usus
MANIFESTASI KLINIS
 Pada saluran pernafasan : asma
 Pada saluran cerna: mual,muntah,diare,nyeri perut
 Pada kulit: urtikaria, angioderma, dermatitis, pruritus,
gatal, demam, gatal
 Pada mulut: rasa gatal dan pembengkakan bibir.

PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji kulit sebagai pemeriksaan penyaring
 Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit

5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.


 IgE total dan spesifik : harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20

tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita

adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
 Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
 Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
 Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge

didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan

IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ).


 Pemeriksaan/tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
 Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti
PENATALAKSANAAN

 Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen


penyebab dan eliminasi.
 Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian
antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau
kortikosteroid per oral atau local.
 Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak
memuaskan dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi
dan hiposensitisasi atau netralisasi
PENATALAKSANAAN

 Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen


penyebab dan eliminasi.
 Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian
antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau
kortikosteroid per oral atau local.
 Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak
memuaskan dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi
dan hiposensitisasi atau netralisasi
MAPING KONSEP
KOMPLIKASI
Anafilaksis
Asma
Sinusitis
Infeksi telinga
Infeksi paru-paru
Malnutrisi
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
 Anamnesa
 Riwayat kesehatan
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu:
 Pernapasan
 Makan
 Minum
 Eliminasi (BAB / BAK)
 Gerak dan aktifitas
 Rasa Nyaman Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-
gejala penyakitnya
 Kebersihan Diri
 Rasa Aman
 Sosial dan komunikasi
 Pengetahuan
 Rekreasi
 Spiritual
Pemeriksaan fisik had to toe
 Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda vital
 Keadaan fisik

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan
allergen
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi
dermal,intrademal sekunder
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih
5 . Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
(allergen,ex: makanan)
PENDIDIKAN KESEHATAN

Pencegahan Primer Alergi


Pencegahan Sekunder Alergi
Pencegahan Tersier
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai