Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Alergi

Kelompok 5 :
- Fransisco Durati Raharusun
- Gina Apriliana
- Indah Oktavia
- Jenelin Since Way
Definisi
Alergi adalah sebuah reaksi yang dilakukan tubuh
terhadap masuknya sebuah benda asing. Ketika sebuah
substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta
akan meningkatkan daya imunitasnya untuk bekerja
lebih giat. Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh
terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi
spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik
pula.
Etiologi
Alergi merupakan hal yang sangat umum, gen maupun lingkungan dapat
menjadi penyebab alergi. Jika kita memiliki orangtua yang alergi,
kemungkinan kita juga akan memiliki alergi. Sistem kekebalan tubuh
berfungsi sebagai pelindung terhadap zat-zat berbahaya, seperti bakteri dan
virus. Namun pada penderita alergi, sistem imun tubuh juga bereaksi
terhadap zat-zat yang tidak berbahaya, yang disebut alergen.

Alergen biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan masalah bagi


orang lain. Namun bagi orang memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh
terlalu sensitif sehingga bahan tak berbahaya pun menyebabkan respon.
Bahan kimia seperti antihistamin pun diproduksi oleh tubuh dan
menyebabkan reaksi alergi yang biasa kita lihat atau alami. Beberapa
hal yang sering menjadi pemicu alergi adalah:
• Obat-obatan
• Debu
• Makanan
• Serbuk sari
• Binatang peliharaan dan bulu binatang
• Jamur
Faktor resiko
Beberapa faktor membuat tubuh lebih rentan terhadap alergi yaitu:
 Memiliki riwayat keluarga alergi atau memiliki asma. Jika kita
memilki anggota keluarga yang alergi atau asma, kemungkinan
besar kita juga akan memiliki alergi.
 Anak-anak memiliki risiko lebih besar mengalami alergi daripada
orang dewasa, dan alergi yang mereka miliki biasanya akan hilang
ketika mereka beranjak dewasa.
 Jika kita memiliki asma atau alergi, kita juga berpotensi akan
mengalami alergi-alergi yang lain.
Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. ikan) ke dalam tubuh
seseorang yang mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah
terkena alergi. Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut
mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala-gejala
timbulnya alergi pada kulit orang tersebut. Setelah tanda-tanda itu
muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan
memicu aktifnya sel T, dimana sel T tersebut yang akan merangsang
sel B untuk mengaktifkan antibodi ( Ig E ). Proses ini mengakibatkan
melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil.
Apabila seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2
hal yaitu,:

1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek terhadap berbagai sel
terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan yang menyebabkan panas.

2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel mast kemudian
melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak , kemudian histamin tersebut beredar di dalam tubuh
melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal,
prutitus, angioderma, urtikaria, kemerahan pada kulit dan dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru
paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan
nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun,
dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.
Manifestasi Klinis
a. Alergi Karena Gigitan Atau Sengatan Serangga

Selain pembengkakan pada bagian yang digigit, jenis alergi ini dapat menyebabkan munculnya gatal-gatal di seluruh
tubuh, batuk-batuk, sesak di bagian dada, sesak napas, serta reaksi alergi yang parah (anafilaksis).

b. Alergi Karena Substansi dari Udara

Jika Anda memiliki alergi terhadap substansi di udara seperti debu, serbuk sari, atau tungau debu, gejala utama yang
akan Anda alami biasanya adalah bersin-bersin. Gejala tersebut dapat berkembang menjadi hidung berair atau mampet
yang memicu kesulitan bernapas. Gatal-gatal pada hidung, mata yang merah, berair, dan bengkak juga dapat muncul.

c. Alergi Akibat Makanan

Alergi karena makanan tertentu dapat menyebabkan sensasi geli atau gatal dalam mulut. Pembengkakan pada bibir,
lidah, mata, tenggorokan, atau wajah juga bisa terjadi. Selain itu, alergi ini juga dapat mengakibatkan ruam gatal dan
merah pada kulit, mual-mual, sakit perut, serta diare.

d. Alergi Akibat Obat

Obat juga dapat mengakibatkan reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa gatal-gatal pada kulit, ruam, pembengkakan pada
wajah, kesulitan bernapas serta anafilaksis.
Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan “Double Blind Placebo Controlled
Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi terbuka “Open Challenge”.
Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau
orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.

Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu
kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan). Darah tepi : bila
eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3%
sering ditemukan pada alergi makanan. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l
sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita
adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler. Tes IgE spesifik dengan
RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay). Secara in vivo dengan uji
intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji
gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk alergi makanan.
Penatalaksanaan
Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi. Terapi simtomatis
dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per
oral atau local. Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan
imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi.

Ada beberapa terapi obat yang dapat di berikan yaitu :

 Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang, pengobatan yang di
lakukan dilakukan disarankan adalah:Prescription anthistamines, seperti cetirizine (Zyrtec),
fexofenadine (allerga), dan loratadine (Claritin), dapat mengurangi gejala tanpa menyebabkan rasa
ngantuk.

 Untuk reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk menekan gejala
yang mengikuti : Epinephrine, Antihistamines, seperti diphenhydramine (Benadryl),
Corticosteroids.
Pencegahan
 Mengenakan pakaian tertutup dan mengoleskan losion penolak serangga saat sedang bepergian.

 Gunakan masker saat keluar rumah.

 Membersihkan rumah secara rutin, terutama ruangan yang sering digunakan, seperti kamar tidur
serta ruang keluarga, agar terhindar dari tungau debu.

 Menghindari penggunaan kemoceng karena dapat menyebarkan alergen.

 Membuka jendela atau pintu agar sirkulasi udara lebih lancar sehingga ruangan tidak terasa lembap.

 Menempatkan hewan piaraan di luar rumah atau di satu ruangan tertentu saja.

 Mandikan hewan piaraan seminggu sekali.

 Mencatat jenis makanan yang kemungkinan menjadi sumber alergi sehingga dapat dihindari.

 Selalu membaca label kemasan untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan sebelum membeli
makanan.
Konsep Askep
 Pengkajian

Data meliputi :

a. Identitas Pasien

b. Identitas Penanggung jawab

 Riwayat Keperawatan, meliputi:

Riwayat Kesehatan Sekarang.

a. Alasan masuk rumah sakit.

b. Keluhan utama.

c. Kronologis keluhan.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga.

f. Riwayat Psikososial dan Spiritual.

 Pemeriksaan fisik
 Analisa data

a. Data subjektif (didapat ketika anamnese)

b. Data objektif (didapat ketika pemeriksaan fisik)

 Diagnose keperawatan

- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan


allergen

- Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi


Intervensi
Dx : ketidakefektifan pola nafas b.d. terpajan alergen
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi paru.
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Memberikan posisi yang nyaman.
4. Membantu klien dalam latihan batuk

Dx : hipertermi b.d. proses inflamasi


1. Mengukur suhu tubuh klien
2. Mengompres tubuh dengan air hangat
3. Kolaborasi pemberian obat

Dx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi


1. Inspeksi keadaan kulit (odem)
2. Berikan perawatan luka sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi dalam pemberian obat
 The development of allergic inflammation ( perkembangan

peradangan alergi Stephen J. Galli, Mindy Tsai, and Adrian M.


Piliponsky

Peradangan diproduksi pada subjek yang peka setelah terpapar


alergen spesifik. Paparan alergen tunggal menghasilkan reaksi akut,
yang dikenal sebagai reaksi fase awal atau reaksi hipersensitivitas
tipe I langsung. Dalam banyak subjek, ini diikuti oleh reaksi fase
akhir. Dengan paparan alergen yang terus-menerus atau berulang,
peradangan alergi kronis berkembang, dengan perubahan jaringan
yang terkait.
2. Food Allergies: The Basics (alergi makanan : dasar-dasar)
Rudolf Valenta, Heidrun Hochwallner, and Sandra Pahr
Alergi makanan terkait IgE mempengaruhi sekitar 3% populasi dan
memiliki efek parah pada kehidupan sehari-hari pasien, manifestasi terjadi
tidak hanya pada saluran pencernaan tetapi juga mempengaruhi sistem
organ lainnya. Studi kohort kelahiran telah menunjukkan bahwa
sensitisasi alergi terhadap alergen makanan berkembang sejak dini.
Mekanisme patogenesis meliputi ikatan silang sel mast dan IgE yang
terikat basofil dan pelepasan mediator inflamasi segera, serta inflamasi
alergi fase akhir dan kronis, yang dihasilkan dari aktivasi sel T, basofil,
dan eosinofil.
3. Immunobiology: The Immune System in Health and Disease. 5th edition.
(Sistem Kekebalan Tubuh dalam Kesehatan dan Penyakit. Edisi ke-5.) Alergy and
hipersensitivitas.

Reaksi alergi terjadi ketika seseorang yang telah menghasilkan antibodi IgE
sebagai respons terhadap antigen yang tidak berbahaya, atau alergen, kemudian
bertemu dengan alergen yang sama.

Alergen memicu aktivasi sel mast pengikat IgE dalam jaringan yang terpapar,
yang mengarah ke serangkaian respons yang merupakan karakteristik alergi. ada
keadaan di mana IgE terlibat dalam kekebalan protektif, terutama dalam
menanggapi cacing parasit, yang lazim di negara-negara kurang berkembang.
Namun, di negara-negara industri, respons IgE terhadap antigen tidak berbahaya
mendominasi dan alergi merupakan penyebab penting penyakit.

Anda mungkin juga menyukai