Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat.
Umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit alergi hanya terbatas pada gatal-gatal di
kulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada semua bagian tubuh, tergantung pada tempat
terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi merupakan manifestasi hiperresponsif dari organ
yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran pencernaan. Pada hidung gejala
alergi yang timbul berupa pilek; pada paru-paru berupa asma; pada kulit berupa
urtikaria/biduran, eksema, serta dermatitis atopik; sedangkan pada mata berupa
konjungtivitis. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon imun dengan
atau tanpa diperantarai oleh IgE (Mahdi, 2003). Pada studi populasi, penyakit alergi dapat
timbul pada usia yang berbeda-beda, seperti alergi makanan dan eksim terutama pada anak-
anak, asma didapatkan pada anak dan dewasa, dan rinitis alergika didapatkan pada dekade
kedua dan ketiga (Mahdi, 2003). Di Indonesia, prevalensi alergi pada anak-anak dan dewasa
cukup tinggi. Penyakit alergi akan timbul pada individu yang mempunyai kecenderungan
yang didasari faktor genetik, yang biasanya diwariskan dari kedua orangtua. Bila kedua
orangtua menderita alergi kemungkinan anak menunjukkan gejala alergi sekitar 50%, namun
bila hanya salah satu yang menderita alergi kemungkinannya hanya 25% (Hidayati, 2002).
Alergi merupakan kepekaan tubuh terhadap benda asing (alergen) di dalam tubuh. Reaksi
setiap individu terhadap alergen berbeda-beda, sehingga individu yang satu bisa lebih peka
daripada individu yang lain. Untuk mencegah reaksi alergi, selain menghindari kontak
dengan alergen, masyarakat banyak menggunakan obat kimiawi karena menganggap obat
kimiawi cepat menyembuhkan serta mudah diperoleh. Seiring dengan timbulnya kesadaran
akan dampak buruk produk-produk kimiawi, timbul pula kesadaran akan pentingnya kembali
ke alam (back to nature). Masyarakat mulai beralih pada pengobatan 2 alami dengan
menggunakan berbagai tanaman obat dalam mengobati penyakit alergi. Salah satu tanaman
obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit alergi adalah pegagan (Centella
asiatica).

1
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Konsep Dasar Penyakit Alergi
1. Definisi Alergi
a. Menurut KBBI3, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan,
serbuk, keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan
untuk sebagian besar orang
b. Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing
tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya
bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan,
melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
c. Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat
biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
d. Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi yang
menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
e. Menurut Van Pirquet ( 1906 ) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen
sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
f. Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing
atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
g. Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan
zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen tersebut
untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan
reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
h. Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat
reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan merupakan

2
factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di abaikan.
Adanya alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa seseorang pernah
terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
i. Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim imun
kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai
sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang
yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing
itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens".
j. Alergi obat adalah respon abnormal seseorang terhadap bahan obat atau
metabolitnya melalui reaksi imunologi yang dikenal sebagai reaksi hipersensitivitas
yang terjadi selama atau setelah pemakaian obat. Alergi obat masuk kedalam
penggolongan reaksi simpang obat (adverse drug reaction), yang meliputi toksisitas,
efek samping, idiosinkrasi, intoleransi dan alergi obat. Toksisitas obat adalah efek
obat berhubungan dengan kelebihan dosis obat. Efek samping obat adalah efek obat
selain khasiat utama yang timbul karena sifat farmakologi obat atau interaksi
dengan obat lain. Idiosinkrasi adalah reaksi obat yang timbul tidak berhubungan
dengan sifat farmakologi obat, terdapat dengan proporsi bervariasi pada populasi
dengan penyebab yang tidak diketahui. Intoleransi adalah reaksi terhadap obat bukan
karena sifat farmakologi, timbul karena proses non imunologi. Sedangkan alergi
obat adalah respon abnormal terhadap obat atau metabolitnya melalui reaksi
imunologi.

2.    Epidemiologi
Tidak semua orang memiliki alergi. Orang-orang mewarisi kecenderungan untuk
menjadi alergi, meskipun tidak ke alergen tertentu. Bila salah satu orangtua alergi, anak
mereka memiliki kesempatan 50% memiliki alergi. Risiko itu melompat hingga 75%
jika kedua orang tua memiliki alergi.
Epidemilogi penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering di jumpai di
masyarakat. Diperkirakan 10-20% penduduk pernah atau sedang menderita penyakit
tersebut alergi dapat menyerang setiap organ tubuh tetapi organ yang sering terkena
adalah saluran nafas,kulit,saluran pencernaan (syamsuridjal,1994)

3
· Diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
alergi.
· Biaya dari alergi di Amerika adalah lebih dari US$ 10 milyar setiap tahunnya.
· Alergi rhinitis (alergi hidung) mempengaruhi sekitar 35 juta penduduk Amerika, 6
juta darinya adalah anak-anak.
· Asma mempengaruhi 15 juta penduduk Amerika, 5 juta darinya adalah anak-anak.
· Angka dari kasus-kasus asma berlipat ganda selama 20 tahun terakhir.

3.    Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda
penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan
alergi tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-
jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput
tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood,
telur, kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan
lainnya), susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan
kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan,
penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai yaitu
penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas
namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
a. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet,
aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
b. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi
yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
c. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang
berlebihan.

Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa
lampau pernah mengalami gejala serupa.
Cara lain pengelompokan jenis allergen dapat sebagai berikut:

4
a.    Didalam Udara Yang Kita Napas
 Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
 Tungau
 Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
 Spora-spora jamur
 Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
b.    Didalam Apa Yang Kita Makan
 Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi
adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan, kacang-
kacang tumbuhan, kedele, dan gandum.
 Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
c.    Menyentuh kulit Kita
 Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
 Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
 Zat pewarna (Dyes)
 Bahan-bahan kimia
 Logam-logam (nickel)
 Kosmetik-Kosmetik
d.    Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
 Racun serangga
 Obat-obatan
 Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
 Hormon-hormon (contohnya, insulin)

4.    Klasifikasi
Terdapat empat jenis reaksi alergi atau yang biasa disebut dengan reaksi
hipersensitifitas. Berikut jenis – jenis Reaksi Hipersensitifitas :
a.    Reaksi Hipersensitifitas tipe I ( reaksi atopik atau anafilatik )
Ini merupakan reaksi alergi yang diperantarai oleh antibodi IgE. Pada reaksi tipe
I, antigen terikat ke antibodi IgE. Kompleks IgE – Antigen menyebabkan
degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, serta mediator peradangan lainnya.
Mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan pembengkakan ruang

5
interstisium. Gejala – gejala bersifat spesifik bergantung pada dimana respon
alergi tersebut berlangsung. Pengikatan antigen di saluran hidung
menyebabkan  rinitis alergi disertai kongesti hidung dan peradangan jaringan,
sementara pengikatan antigen disaluran cerna mungkin menimbulkan diare atau
muntah.
Suatu reaksi hipersnsitivitas tipe I yang parah adalah reaksi anafilaktik.
Anafilaktik melibatkan respon cepat IgE. Sel mast setelah perjalanan ke suatu
antigen dimana individu sangat peka terhadapnya. Dapat terjadi dilatasi seluruh
sistem pembuluh akibat histamin sehingga tekanan darah kolaps. Penurunan hebat
tekanan darah selama reaksi anafilaktik disebut syok anafilaktik. Karena histamin
adalah konstriktor kuat bagi otot polos bronkiolus, maka anafilaksisjuga
merupakan penutupan saluran napas. Anafilaksis sebagai respon terhadap obat
misalnya penisilin atau sebagi respon terhadap sengatan lebah dan bersifat fatal
pada orang yang sangat peka.
b.    Reaksi Hipersensitifitas tipe II ( reaksi sitotoksik atau sitolitik )
Hal ini terjadi sewaktu antibodi IgG atau IgM menyerang antigen – antigen
jaringan. Reaksi tipe II terjadi akibat hilangnya toleransi diri dan dianggap suatu
reaksi autoimun, sel – sel sasaran biasanya dihancurkan. Pada reaksi tipe II,
pengikatan antibodi – antigen menyebabkan pengaktifan komplemen, degranulasi
sel mast, oedema, kerusakan jaringan, dan lisis sel. Reaksi tipe II menyebabkan
fagositosis sel – sel penjamu oleh makrofag.
Contoh – contoh penyakit autoimun tipe II :
 Penyakit grave dimana terjadi pembentukan antibodi terhadap kelenjar tiroid.
 Anemia hemolitik autoimun dimana antibodi dibentuk terhadap sel darah
merah.
 Reaksi tranfusi yang melibatkan pembentukan antibodi terhadap sel darah
kotor.
 Purpura trombositopenik autoimun dimana terjadi pembentukan antibodi
terhadap trombosit.
c.    Reaksi Hipersensitifitas tipe III ( reaksi Arthus atau komplek toksik )
Terjadi sewaktu komplek antigen – antibodi yang bersirkulasi dalam darah
mengendap di pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi disini
biasanya jenis IgG. Antibodi tidak ditunjukan kepada jaringan tersebut tetapi

6
terperangkap di dalam jaringan kapilernya. Reaksi tipe III mengaktifkan
komplemen yang kemudian melepaskan macrophage chemotaktik factor.
Macrophage yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan sekitar
tempat tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis
sel – sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim – enzim sel serta
penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.
Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten ( malaria ),
bahan yang terhirup ( spora jamur yang menimbulkan alveolitis ekstrinsik alergi )
atau dari jaringan sendiri ( penyakit autoimun ) infeksi tersebut disertai dengan
antigen dalam jumlah yang berlebihan tetapi tidak disertai dengan respon antibodi
yang efektif.
Pembentukan kompleks imun dalam pembuluh darah menjadikan antigen ( Ag )
dan antibodi ( Ab ) bersatu membentuk komplek imun mengaktifkan komplemen
( C ) dan melepas C3a dan C5a yang merangsang leukosit basofil dan trombosit
untuk melepas berbagai mediator antara lain histamin yang menimbulkan
pengerutan sel endotil sehingga permeabilitas vaskuler meninggi.
Dalam keadaan normal komplek imun dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear
terutama dalam hati, limpa, paru tanpa bantuan komplemen. Dalam proses
tersebut ukuran kompleks merupakan faktor penting. Pada umumnya kompleks
yang besar, mudah dan cepat dimusnahkan dalam hati, kompleks kecil sulit untuk
dimusnahkan, oleh karena itu dapat lebih lama ada dalam sirkulasi. Diduga
bahwa gangguan fungsi fagosit merupakan sebab mengapa komleks sulit
dimusnahkan. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk jangka
waktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila kompleks
imun mengendap di jaringan.
Contoh – contoh reajsi hipersensitifitas tipe III :
 Penyakit Serum dimana terbentuknya antibodi terhadap darah asing, seiring
sebagai respon terhadap penggunaan obat IV, kompleks antigen – antibodi
mengendap di sistem pembuluh, sendi, ginjal, dan lain – lain.
 Glomerulonefritis dimana terbentuk kompleks antigen – antibodi sebagai
respon terhadap suatu infeksi, sering oleh bakteri streptokokus dan
mengendap di kapiler glomerolus ginjal.

7
 Lupus Eritematosus Sistemik dimana terbentuk kompleks antigen –
antibodi terhadap kolagen dan DNA sel dan mengendap di berbagai tempat
di seluruh tubuh.
d.    Reaksi Hipersensitifitas tipe IV ( reaksi seluler atau hipersensitifitas tipe lambat )
Reaksi tipe IV yang juga disebut reaksi hipersensitifitas lambat, timbul lebih dari
24 jam setelah tubuh terpapar oleh antigen. Reaksi terjadi karena respon sel T
yang sudah disensitasi bereaksi spesifik dengan suatu antigen tertentu sehingga
menimbulkan reaksi makrofag. Serta membentuk indurasi jaringan pada daerah
tempat antigen tersebut. Reaksi ini sama sekali tidak memerlukan antibodi seperti
pada ketiga tipe terdahulu, bahkan tidak memerlukan aktivasi komplemen.
Oleh karena itu itu reaksi ini timbulnya agak lambat, sekitar 24 – 48 jam, maka
secara klinis reaksi dikenal dengan istilah hipersensitifitas tipe lambat. Ada dua
macam mekanisme yang turut berperan di dalam terbentuknya hipersensitifitas
tipe lambat lambat ini, yakni mekanisme aferen dan eferen. Mekanisme aferen
merupakan mekanisme spesifik dan timbul pada waktu sensitized lymphocyte
cells dengan resptor yang spesifik ; bereaksi dengan antigen tertentu sehingga sel
tersebut mengeluarkan mediator limfokin. Kemudian zat tersebut akan bekerja
secara non spesifik pada mekanisme aferen dan mempengaruhi limfosit,
makrofag, monosit.
Contoh – contoh reaksi hipersensitifitas tipe IV :
 Tiroiditis autoimun dimana terbentuknya sel T terhadap jaringan, tiroid,
penolakan tandur dan tumor.
 Reaksi alergi tipe lambat, misal alergi terhadap poison IVX.
 Uji kulit tuberkulin, mengisyaratkan adanya imunitas selular terhadap hasil
tuberkulosis.
5.    Patofisiologi
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-
zat yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi.
Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak
menimbulkan reaksi pada orang normal. 
Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis
dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui saluran pernapasan,

8
berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya
kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam tangan, dll. 
Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan
pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-
bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak
membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi.
Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan
sebagian dari sistim imun diaktifkan.
Terjadinya alergi:
1)  Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
2)   Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan
mencapai sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid
usus,yang pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.Selanjutnya
terjadi sensitisai sel mast pada saluran cerna, saluran nafas dan kulit.
Kombinasi alergen dengan IgE pada sel mast bisa terjadi pada IgE yang telah
melekat pada sel mast atau komplek IgE-Alergen terjadi ketika IgE masih
belum melekat pada sel mast atau IgE yang telah melekat pada sel mast
diaktifasi oleh pasangan non spesifik, akan menimbulkan degranulasi
mediator. Pembuatan antibodi IgE dimulai sejak paparan awal dan berlanjut
walaupun dilakukan diet eliminasi. Komplemen akan mulai mengalami
aktivasi oleh kompleks antigen antibodi.
3) Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-
sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik
netrofil.
4) Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan
kerusakan jaringan yang ditimbulkannya
Faktor yang berperan dalam alergi  :
 Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam
lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis
(misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen
9
makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi
makanan tertentu.
 Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai
masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma
kehidupan setempat.
 Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih,
stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
6.    Manifestasi klinis
Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran
nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-
pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan obat-obatan
tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain
bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat yang satu bisa
mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor  yang lain, misalnya udang
menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi
bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis.
Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala
asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu
sapi berupa : urtikaria, angionerotik udema, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau kulit
meliputi:
a. Gatal
b. mata berair
c. Bersin
d. hidung beringus
e. Ruam
f. Merasa lelah atau sakit
g. Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
a. Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa menyebabkan
kram perut, muntah, atau diare.
b. Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau serangga lain
menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri

10
Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
a. Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa sedikit,
b. Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda, mendapat flu
atau bahkan dingin.
c. Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.
Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis, alergen
menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
a. Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
b. Mengi atau sesak napas
c. Suara serak atau sesak di tenggorokan
d. Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala

7.    Kelainan – kelainan umum alergi


a. Alergi Rhinitis
Alergi Rhinitis ("hay fever") adalah yang paling umum dari penyakit-penyakit alergi
dan merujuk pada gejala-gejala hidung musiman yang disebabkan oleh serbuk sari.
Alergi rhinitis sepanjang tahun atau alergi rhinitis abadi (perennial) umumnya
disebabkan oleh allergen-allergen didalam rumah/ruangan, seperti tungau (dust
mites), dander binatang, atau jamur-jamur. Juga dapat disebabkanoleh serbuk sari.
Gejala-gejala berasal dari peradangan dari jaringan yang melapisi bagian
dalam hidung (mucus lining or membranes) setelah allergens dihirup. Area-area
yang berdekatan, seperti telinga-telinga, sinus-sinus, dan tenggorokan dapat juga
terlibat. Gejala-gejala yang paling umum termasuk:
1) Hidung meler
2) Hidung mampet
3) Bersin
4) Hidung gatal
5) Telinga-telinga dan tenggorokan yang gatal
6) Post nasal drip (throat clearing)
Pada tahun 1819, seorang dokter inggris, John Bostock, pertama kali
menggambarkan hay fever dengan merinci gejala-gejala hidung musiman
sendirinya, yang dia sebut "summer catarrh". Kondisi disebut hay fever karena
diperkirakan disebabkan oleh "new hay".

11
b.  Asma
Asma adalah suatu persoalan pernapasan yang berasal dari peradangan dan
kekejangan (spasm) dari saluran udara paru-paru (bronchial tubes). Peradangan
menyebabkan suatu penyempitan dari saluran-saluran udara, yang mana membatasi
aliran udara kedalam dan keluar dari paru-paru. Asma paling sering, namun tidak
selalu, dihubungkan dengan alergi-alergi. Gejala-gejala umum termasuk:
1) Sesak Napas
2) Mencuit-cuit (Wheezing)
3) Batuk
4) Sesak Dada
c.   Alergi Mata-Mata
Alergi mata-mata (allergic conjunctivitis) adalah peradangan dari lapisan-lapisan
jaringan (membranes) yang menutupi permukaan dari bola mata dan permukaan
bawah dari kelopak mata. Peradangan terjadi sebagai hasil dari suatu reaksi alergi
dan mungkin dapat menghasilkan gejala-gejala berikut:
1) Kemerahan dibawah kelopak dan mata keseluruhannya
2) Mata-mata yang berair dan gatal
3) Pembengkakkan dari membran-membran
d.  Allergic Eczema
Allergic eczema (atopic dermatitis) adalah suatu alergi ruam yang umumnya tidak
disebabkan oleh kontak kulit dengan suatu allergen. Kondisi ini umumnya
dihubungkan dengan alergi rhinitis atau asma dan menonjolkan gejala-gejala
berikut:
1) Gatal, kemerahan, dan atau kekeringan dari kulit
2) Ruam (Rash) pada muka, terutama anak-anak
3) Ruam sekeliling mata-mata, pada lipatan-lipatan sikut, dan dibelakang lutut-
lutut, terutama pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa
e.  HIVES
Hives (urticaria) adalah reaksi-reaksi kulit yang timbul sebagai pembengkakkan-
pembengkakkan yang gatal dan dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja. Hives
dapat disebabkan oleh suatu reaksi alergi, seperti pada makanan atau obat-obatan,
namun mereka juga dapat terjadi pada orang-orang yang tidakalergi. Gejala-gejala
hives yang khas adalah:
1) Raised red welts

12
2) Gatal yang hebat

f.   Allergic Shock
Allergic shock (anaphylaxis atau anaphylactic shock) adalah suatu reaksi alergi yang
mengancam nyawa yang dapat mempengaruhi sejumlah organ-organ pada waktu
yang bersamaan. Tanggapan ini secara khas terjadi ketika allergen dimakan
(contohnya, makanan) atau disuntikakan (contohnya suatu sengatan lebah).
Beberapa atau seluruh dari gejala-gejala berikut dapat terjadi:
1) Hives atau perubahan warna kemerahan dari kulit
2) Hidung mampet
3) Pembengkakkan dari tenggorokan
4) Sakit perut, mual, muntah
5) Napas pendek, mencuit-cuit (wheezing)
6) Tekanan darah rendah atau shock
Shock merujuk pada sirkulasi darah yang tidak mencukupi kepada jaringan-jaringan
tubuh. Shock paling umum disebabkan oleh kehilangan darah atau suatu infeksi.
Allergic shock disebabkan oleh pembuluh-pembuluh yang membesar dan "bocor",
yang berakibat pada merosotnya tekanan darah.

8.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan pada kasus alergi yaitu:
1) Inspeksi : liha adanya kemerahan, terdapat bentol-bentol
2) Palpasi : ada nyeri pada kemerahan
3) Perkusi : mengetahui apakah diperut terdapat udara atau cairan
4) Auskultasi : mendengarkan suara napas, bunyi jantung, bunyi usus.

9.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind
Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan
provokasi terbuka ”Open Challenge”.  Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan
makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji
kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.

13
 pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk, debu
rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
a. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
b. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita
adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
c. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA(enzyme
linked immuno assay).
d. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test),
uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan
provokasi untuk alergi makanan.

10.  Penatalaksanaan
 Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi.
 Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa
vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau local.
Untuk gejala yang berat dan lama, bila terapi lain tidak memuaskan dilakukan
imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi
Ada beberapa cara untuk mengobati reaksi alergi. Piliha tentang pengobatan dan
bagaimana cara pemberian disesuaikan dengan gejala yang dirasakan.
a. Untuk jenis alergi biasa, seperti reaksi terhadap debu atau bulu binatang, pengobatan
yang di lakukan dilakukan disarankan adalah:Prescription anthistamines, seperti
cetirizine (Zyrtec), fexofenadine (allerga), dan loratadine (Claritin), dapat
mengurangi gejala tanpa menyebabkan rasa ngantuk. Pengobatan ini dilakuan sesaat
si penderita mengalami reaksi alergi. Jangka waktu pemakaian hanya dalam satu
hari, 24 jam. Nasal corticosteroid semprot. Cara pengobatan ini di masukan ke
dalam mulut melalui injeksi. Berkerja cukup ampuh dan aman dalam penggunaan,
pengobatan ini tidak menyebabkan efek samping. Alat semprot bias digunakan
beberapa hari untuk meredakan reaksi alergi, dan harus dipakai setiap hari. Contoh:
fluticasone (Flonase), mometasone (Nasonex), dan triamcinolone (Nasacort).

14
b. Untuk  reaksi alergi spesifik. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk
menekan gejala yang mengikuti : Epinephrine, Antihistamines, seperti
diphenhydramine (Benadryl), Corticosteroids.
c. Pengobatan lain yang bisa diberikan jika dibutuhkan :
Pada orang tertentu, cromolyn sodium semprot mencegah alergi rhinitis, inflamasi di
hidung. Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk
cairan yang dimasukan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa hari,
namun terjadi efeksmping tekanan darah yang meningkat, detang jantung yang
menguat , dan gemetaran.

11.  Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari reaksi alergi yaitu:
a. Polip hidung
b. Otitis media
c. Sinusitis paranasal
d. Anafilaksi
e. Pruritus
f. Mengi
g. Edema

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Alergi


1.   Pengkajian
1.1.  Data dasar, meliputi :
a.       Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis, sumber biaya, dan sumber informasi)
b.      Identitas penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
1.2.  Riwayat keperawatan, meliputi :
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a)      Alasan masuk rumah sakit :
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul
kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal.
b)      Keluhan utama
1.      Pasien mengeluh sesak nafas
2.      Pasien mengeluh bibirnya bengkak
3.      Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
4.      Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
5.      Pasien mengeluh gatal- gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya
6.      Pasien mengeluh diare
7.      Pasien mengeluh demam
c)      Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul
kemerahan pada kulit, mual muntah dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga
pasien dibawa ke rumah sakit.
b.  Riwayat kesehatan masa lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini di derita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak,
timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal dan pernah menjalani
perawatan di RS atau pengobatan tertentu.

16
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/ tidak yang mengalami penyakit yang
sama

d.      Riwayat Psikososial dan spiritual


Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stress, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan system nilai kepercayaan.
a)  Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
1.  Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta
ukur respirasi rate.
2.      Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan persi makan yang telah disediakan RS, apakah
pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3.      Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya)
4.      Eliminasi (BAB/ BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
5.      Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan /keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
6.      Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
7.      Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
8.      Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS

17
9.      Social dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan
sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya)
10.  Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya
11.  Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi
12.  Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima
penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan persistem
1. B1 (Breathing) : pneumonia
2. B2 (Blood) : Septikemi, Hipotermia, dekompensasikordis, trombophlebtis.
3. B3 (Brain) : Pruritus
4. B4 (Bladder)
5. B5 (Bowel) : Diare
6. B6 (Bone) : Kulit Kering pitriasis, ruam, eritemia, Eksim, Hiperpigmentasi.

a. Data Subjektif
1. Riwayat psikososial ; factor pencetus ; stress, kebiasaan dan rutinitas, perawatan
sebelumnya,
2. Kaji riwayat alergi terdahulu, dan alergi sekarang
3. Kaji riwayat alergi keluarga
4. Kaji keluhan pasien:
· Pasien mengatakan merasa gatal
· Pasien mengatakan merasa sesak dan susah untuk bernafas
· Pasien mengatakan merasa mual-mual
b.    Data Objektif
·   Kaji tanda-tanda vital
·  Kaji status neurology, perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan
tingkah laku
·   Kulit kemerahan
·   Ada bentol-bentol

18
·   Pasien muntah-muntah
·   Pasien terlihat susah bernapas
·   Pasien terlihat pucat

2.   Diagnosa
Masalah keperawatan :
· Respon alergi terhadap latex
· Risiko respon alergi terhadap latex
· Bersihan jalan nafas tidak efektif
· Kurang pengetahuan
· Gangguan citra tubuh
· Kerusakan integritas kulit
· Gg.rasa nyaman
· Kerusakan integritas jaringan
· Gangguan pola tidur
· Risiko infeksi
· PK Pruritus
· Risiko cedera
· Risiko deficit volume cairan
· Nyeri akut

DIAGNOSA Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi


Bersihan Jalan NOC : Respiratory status : NIC : Airway suction
Nafas Tidak Airway Patency 1.     Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Efektif b/d Setelah diberikan asuhan suctioning
sekresi keperawatan  selama ...X 24 2.     Auskultasi suara nafas sebelum dan
mukus, jam , diharapkan bersihan jalan sesudah suctioning.
penyempitan nafas pasien normal dengan 3.     Informasikan pada klien dan keluarga
jalan nafas kriteria hasil : tentang suctioning
dan edema 1.     Frekuensi respirasi normal 4.     Minta klien nafas dalam sebelum
saluran nafas ( Skala 5 ) suction dilakukan.
2.     Irama respirasi normal 5.     Berikan O2 dengan menggunakan
( skala 5 ) nasal untuk memfasilitasi suksion
3.     Kemampuan menarik nasotrakeal

19
nafas dalam normal ( skala 5 ) 6.     Gunakan alat yang steril sitiap
4.     Kemampuan untuk melakukan tindakan
mengeluarkan sekret/ sputum 7.     Anjurkan pasien untuk istirahat dan
normal ( skala 5 ) napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8.     Monitor position oksigen pasien
9.     Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10.   Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
NIC : Airway Management
1.     Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau utter thrust bila perlu
2.     Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3.     Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4.     Pasang mayo bila perlu
5.     Lakukan fisioterapi pappa jika perlu
6.     Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7.     Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8.     Lakukan suction pada mayo
9.     Berikan bronkodilator bila perlu
10.   Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11.   Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12.   Monitor respirasi dan position O2

Kerusakan NOC:Tissue integrity : skin NIC :Pressure ulcer prevention Wound


Integritas and mucous membranes care

20
jaringan b/d Setelah dilakukan tindakan 1.     Anjurkan pasien untuk menggunakan
lesi dan keperawatan selama …. X 24 pakaian yang longgar
cedera jam  kerusakan integritas 2.     Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
mekanik jaringan 3.     Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
( tekanan, pasien teratasi dengan kriteria setiap dua jam sekali
gesekan , dan hasil: 4.     Monitor kulit akan adanya kemerahan
luka akibat 1.     Perfusi jaringan normal 5.     Oleskan lotion atau minyak/baby oil
garukan ) 2.     Tidak ada tanda-tanda pada daerah yang tertekan
infeksi 6.     Monitor aktivitas dan mobilisasi
3.     Ketebalan dan tekstur pasien
jaringan normal 7.     Monitor status nutrisi pasien
4.     Menunjukkan pemahaman 8.     Memandikan pasien dengan sabun dan
dalam proses perbaikan kulit air hangat
dan mencegah terjadinya cidera 9.     Kaji lingkungan dan peralatan yang
berulang menyebabkan tekanan
5.     Menunjukkan  terjadinya 10.   Observasi luka : lokasi, dimensi,
proses penyembuhan luka kedalaman luka, karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi traktus
11.   Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
12.   Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
13.   Cegah kontaminasi feses dan urin
14.   Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
15.   Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
16.   Hindari kerutan pada tempat tidur

21
DAFTAR PUSTAKA

Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.


Dochterman, Joanne Mccloskey. 2000. Nursing Intervention Classification. America :
Mosby.
Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America: Mosby
Williams, Lipincott & Wilkins.2011.Nursing: Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta:Indeks
Brunner & Suddarth.2

22

Anda mungkin juga menyukai