Anda di halaman 1dari 11

Alergi pada anak pada beberapa kasus memang seringkali terjadi.

Untuk itulah orang tua harus


mengetahui sejak dini bagaimana mengenali tanda alergi yang terjadi pada anak dan buah hati
kita. Karena dengan mengetahui secepat mungkin akan tanda alergi maka kita bisa
mengurangkan resiko akibat dari alergi anak atau bayi kita yang bisa berakibat buruk terhadap
kondisi

kesehatan

sang

buah

hati.

Yang dimaksud alergi adalah merupakan suatu reaksi tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing di sekelilingnya, yang disebut dengan alergen. Reaksi tubuh yang disebut dengan alergi ini
terjadi ketika tubuh salah mengartikan zat yang masuk sebagai zat yang berbahaya bagi tubuh
yang

bersangkutan.

Demikian

tadi

yang

dimaksud

dengan pengertian

alergi tersebut.

Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan penting pada usia anak dan
balita. Gangguan semacam ini ternyata dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali. Di mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa
terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya,
karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi
otak. Alergi pada anak bisa berupa alergi kulit, alergi makanan dan lainnya.

Gangguan dalam fungsi otak semacam inilah yang bisa menimbulkan berbagai gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi,
keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga dalam taraf yang berat sampai dengan akan
memperberat gejala penderita Autism dan ADHD atau anak dengan hiperaktif. Untuk itulah
diperlukan langkah-langkah pencegahan alergi anak ini.
Penyebab alergi anak ini memang banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi akan alergi bayi atau anak ini, yaitu dari faktor genetik (keturunan),
ketidakmatangan saluran cerna, dan paparan yang menyebabkan alergi itu terjadi. Seseorang
yang memiliki bakat alergi, akan terus menderita alergi sampai ia dewasa. Meski demikian
manifestasi tanda alergi saat dewasa dengan saat masih anak-anak akan berbeda. Demikian
yang diungkapkan oleh Dr. Widodo Judarwanto, SpA, dari Allergy Behaviour Clinic.
Susu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang paling sering. Beberapa
penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun
pertama kehidupan sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai
banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi
hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun.

Saluran cerna adalah target awal dan utama proses terjadinya alergi makanan. Ketidakmatangan
saluran cerna menyebabkan alergi paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun dan
semakin berkurang pada usia 5 atau 7 tahun. Efek yang sering muncul dari alergi di saluran
cerna adalah nyeri perut atau kolik pada bayi dan anak. Anak menjadi sering rewel di malam hari
dan bisa menjadi penyebab bayi menangis dengan tangisan yang sangat keras. Menurut Dr.
Widodo pada usia 2-7 tahun, keluhan nyeri perut bisa terungkap karena anak sudah bisa bicara.
Alergi yang menyerang dan terjadi pada anak ini bermacam-macam. Mulai dari asma, yaitu
penyempitan saluran nafas bawah, rinitis,urtikaria, dan juga dermatitis atopik atau yang biasa
dikenal dengan nama eksim. Gejala alergi anak pertama kali selain bisa terlihat dari kulit maka
saluran pencernaan adalah organ yang terkena juga.
Hal ini karena kontak pertama kali dengan makanan alergen adalah pada saluran pencernaan.
Misalnya adalah bengkak dan gatal di bagian bibir, lidah, saluran pernapasan, kejang perut,
muntah, juga diare berat dengan tinja berdarah. Dan inilah bagian dari tanda-tanda alergi pada
anak. Untuk itu pula diperlukan cara mengatasi alergi pada anak dengan tepat dan sehat pula.

Gejala alergi juga bisa terlihat dan dikenali oleh para orang tua adalah pada bagian tubuh lain
sang bayi atau anak, contoh mudahnya akan terlihat kulit yang bentol memerah, hidung, mata,
saluran pernapasan, susunan saraf pusat, dan bahkan gejala sistemik yang berakibat fatal seperti
syok anafilaksis yang bisa menyebabkan bayi meninggal

Penyakit alergi pada anak sangat menarik dan penting dibicarakan.


Penyakit alergi walaupun tidak mengancam jiwa namun berdampak
sangat merugikan terhadap fisik, psikologis, dan pengobatan yang
mahal1. Alergi ini berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas yang
merupakan reaksi yang memberikan gejala atau tanda berulang yang
bersifat objektif dan diawali dengan paparan terhadap suatu stimulus
tertentu pada dosis/kadar yang dapat ditoleransi individu normal.
Sementara alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang disebabkan
mekanisme imunologis tertentu (bisa antibodi ataupun sel) serta
terdapat Zat penyebab alergi yang disebut allergen. Allergen bisa
berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara2.
Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui

suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti;
kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll.
Oleh karena itu, alergi memberikan pengaruh terhadap keadaan yang
ditimbulkan akibat perubahan reaksi tubuh yang rentan terhadap suatu
bahan yang ada dalam lingkungan sehari-hari3. Reaksi alergi bisa
terjadi pada siapapun serta pada usia tertentu. Munculnya gejala alergi
pada usia tertentu yang berbeda-beda dari masing-masing penyakit
alergi merupakan perjalanan alamiah penyakit atau yang dikenal atopic
march4. Anak-anak dengan atopi pertama dimulai dengan dermatitis
atopik (DA) atau dikenal dengan nama eksim serta serangkaian penyakit
yang khas seperti asma, triniti (pilek lama), dst.
Resiko alergi dalam keluarga yaitu faktor genetik yang memegang peran
penting dalam timbulnya penyakit alergi pada anak5. Faktor genetik
dapat dibuktikan dengan riwayat penyakit alergi dalam keluarga.
Seorang anak yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit alergi
akan beresiko mengalami penyakit alergi 2-3 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat penyakit alergi
dikeluarganya. Faktor resiko lainnya disamping faktor genetika terdapat
juga faktor lingkungan yang mempengaruhi dan bisa jadi pemicu.
Faktor resiko lain tersebut yaitu: peningkatan gaya hidup kebaratbaratan (westernisasi), paparan alergen, perbaikan lingkungan tempat
tinggal, penggunaan perabot rumah tangga1, polusi udara (asap rokok
dan polutan lingkungan), antibiotik, kolonisasi kuman abnormal di usus,
pengenalan makanan padat sebelum usia 4 bulan, susu formula, diet

rendah PUFA, antioksidan serat,kekurangan vitamin D, infeksi virus,dan


higinitas. Kasus terjadinya alergi pada anak, menurut pakar alergi dan
imunologi anak dari FK UI, Dr dr Zakiudin Munasir menyatakan bahwa
alergi pada anak berbanding terbalik dengan kasus infeksi. Semakin
orang terbiasa untuk hidup bersih, justru sensitivitas pada alerginya lebih
besar. Maka tak salah jika ada yang menyebut alergi adalah penyakit
yang banyak menyerang kalangan menengah ke atas dan
berpendidikan tinggi. Ini sesuai dengan hipotesis higienis, tambahnya6.

Reaksi alergi tentunya merupakan manifestasi pada seseorang secara


keseluruhan. Gejalanya akan tergantung pada fungsi organ tersebut
yaitu dapat terangsang atau tertekan. Gejala alergi juga bisa terlihat di
bagian tubuh lain, misalnya kulit yang bentol memerah, hidung, mata,
saluran pernapasan, susunan saraf pusat, dan bahkan gejala sistemik
yang fatal seperti syok anafilaksis yang bisa menyebabkan bayi
meninggal6. Reaksi alergi berupa kulit kering mengindikasikan salah
satu jenis alergi yang dideteksi sebagai reaksi awal dari asma pada
anak? Anak dapat berisiko asma tapi belum tentu. Ada kemungkinan

besar akan asma kalau sebelumnya sudah menunjukkan gejala alergi


seperti ruam dll. Tapi asma baru terdiagnosis kalau sudah ada gejala
sesak atau mengi. Kulit kering bukan tanda alergi, selama belum
muncul ruam kemerahan atau gatal sehingga kulit kering itu dampak
setelah ruam merah gatal. Usia asma mulai terdeteksi berbeda2 tiap
anak. Kebanyakan muncul mulai usia 6-11 tahun. Gejalanya mengi
(bengek) berulang, sesak napas, dada tertekan, batuk terutama malam
hari.
Berbagai gejala yang ditimbulkan dari alergi lainnya yaitu kasus anak
yang berusia 4,5 tahun dulu jika minum atau makan sesuatu yang
disimpan di kulkas tidak langsung pilek namun, baru baru ini setiap
makan atau minum dingin langsung batuk. Kedinginan juga batuk. Hal
tersebut bisa saja baru muncul sebagai bentuk alerginya. Hal ini
dikarenaka faktor-faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi
kemunculan alergi misal higienitas, asap rokok, polutan, dll. Selain itu
apabila nafas bayi grok grok grok bisa jadi sebagai tanda alergi. Bunyi
grok grok grok muncul karena ada lendir di saluran pernafasan dan
keluar lendir itu sebagai tanda alergi. Lalu bagaimana dengan bersinbersin di saat dingiin, apakah bisa disebut sebagai alergi dingin?
Alergi dingin sebagian dokter masih belum setuju bahwa itu adalah
suatu istilah yang tepat serta belum menemukannya dalam guidelinenya
pada buku ajar manapun. Bisa jadi kelihatannya seperti alergi terhadap
dingin, padahal sebenarnya alergi terhadap debu, tungau, kecoa, bulu
binatang. Belum lagi beredar antara mitos dan fakta bahwa air ASI yang
terkena wajah akan membuat alergi dan merusak? Sebenarnya pada

anak dengan kulit sensitif, dapat terjadi ruam di pipi atau kulit yang
terkena. Namun, hal tersebut tidak berbahaya. Hal tersebut dapat
dibersihkan dengan mengusapakan kapas steril hangat pada pipi atau
kulit yang terkena ASI.
Lalu bagaimana dengan lokasi kemunculan gejala alergi? Lokasi
kemunculan alergi bisa di mana saja atau di bagian tertentu seperti
Kemunculan gejala alergi yang hanya muncul di daerah lipatan tubuh
setelah tubuh terkena alergen. Hal ini dapat terjadi karena, daerah
lipatan memang rentan terkena ineksi jamur karena kelembaban, maka
penting untuk menjaga higienitas dan mengindari alergen. Jika
penyebab alergi belum dapat dipastikan, maka dapat dilakukan tes
alergi.
Tes alergi itu menyuntikkan alergen utk melihat apa ada reaksi alergi
yang timbul. Bisa dengan uji tusuk ataupun uji gores. Tes alergi pada
kulit merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana untuk
mendiagnosa alergi. Dengan memberikan zat-zat tertentu pada kulit
seseorang, dapat diketahui zat yang merupakan allergen pada orang
tersebut. Zat dalam jumlah kecil disuntikkan. Bila terjadi pembengkakan
pada bagian yang diberi suntikan, maka zat tersebut adalah merupakan
allergen2. tes alergi diperlukan kalau penyebab alergi masih belum bisa
dipastikan. Tes alergi masih diunggulkan karena spesifik, sensitif,
mudah, cepat, murah, aman dan tdk menyakitkan. Mengidentifikasi
penyebab alergi penting karena terapi utama alergi adalah penghindaran
seperti disebut di atas sehingga dapat di cegah kemunculannya.

Apakah bakat alergi itu bisa datang dan pergi dengan sendirinya? Bakat
alerginya tetap ada, tapi gejalanya bisa datang dan pergi tergantung ada
atau tidak alergen yang memicu reaksi alergi. Sudah terbukti anak alergi
terhadap alergen tertentu misal debu, maka menghindarkannya dari
debu adalah penanganan no 1. Semakin sering terpapar debu, anak
tidak akan makin toleran terhadap debu. Justru, reaksinya akan
meningkat seiring jumlah paparan. Yang awalnya hanya ruam atau
merah bisa jadi asma. Bagaimanapun, penghindaran adalah no 1. Jika
sangat mengganggu (misal gatal), bisa diberi pengobatan lanjutan.
Sama halnya dengan anak yang memiliki bakat alergi terhadap susu
sapi (ASS).

Alergi susu sapi (ASS) didefinisikan sbg penyakit akibat reaksi


imunologis yg timbul akibat pemberian susu sapi atau makanan yg
mengandung susu sapi. ASS bisa mengenai kulit (kaligata, ruam, gatal),

saluran napas (hidung tersumbat, rinitis, batuk berulang, asma), saluran


cerna (muntah, kolik, konstipasi, diare, BAB berdarah). ASS umumnya
muncul pada usia <6 bulan dan hilang setelah usia 3 tahun.
Penanganannya:
-penghindaran susu sapi, diganti susu sapi hipoalergenik atau susu
kedelai
-penghindaran asap rokok
-pemberian obat sesuai gejala jika diperlukan
Sementara alergi bisa dicegah kemunculannya dengan:
-pemberian ASI selama >6 bulan
-susu formula hipoalergenik bila ASI sebelum 6 bulan tidak mungkin
-pengenalan makanan padat >4 bulan
-pemberian probiotik dan asam lemak
Apakah mencegah kemunculan itu bisa 100 persen berhasil? Upaya
pencegahan yang disebutkan di atas itu dapat efektif dilakukan jika
belum terjadi proses sensitisasi (paparan thdp alergen). Hal ini
berdasarkan bukti-bukti penelitian yang dilaksanakan di Jerman.
Misalkan Anak degan kecenderungan alergi memang tidak perlu
dipantang makanan, karena dapat mendorong toleransi selama masa
kritis perkembangan sistem imun. Selain itu banyak pantangan makanan
juga berisiko terhadap kecukupan kalori anak. Anak yang sudah punya
bakat genetik alergi tidak bisa dihilangkan bakatnya, tapi bisa dihindari
kemunculan gejalanya, yakni dengan pencegahan (sblm terpapar) dan
penghindaran (setelah terpapar), seperti disebut di atas.

Cara pencegahan alergi untuk anak sejak dalam kandungan?


Pencegahan dari kandungan diantaranya pola makanan ibu sehat dan
seimbang, diantaranya dengan konsumsi ikan yaitu ikan salmon dan
buah-buahan (pada penelitian, apel) serta diet sehat seimbang ibu sejak
dalam kandungan. Bakat alergi tidak bisa hilang, tapi gejala bisa datang
dan pergi tergantung ada/tidaknya paparan terhadap alergen.
Penanganan alergi yang paling tepat bukanlah dengan obat-obatan
melainkan dengan cara menghindari allergen. Secara teoritis, alergi
memang tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikurangi frekuensi dan
berat serangannya. Namun sering sekali dalam keseharian, allergen
sulit dihindari. Untuk itu, diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk
mencegah alergi.

Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap komponen dalam
makanan, sering terhadap protein. Antibodi yang dirancang untuk melindungi kita dari
penyakit bereaksi terhadap protein makanan penyebab alergi dan menyebabkan gejala
seperti kembung, sakit kepala, gatal-gatal, atau diare. Dalam kasus yang lebih parah, alergi
dapat mengganggu kemampuan Anda untuk bernapas dan bahkan mengancam nyawa.
Diperkirakan 2 8 % anak-anak dan 2% orang dewasa memiliki satu atau lebih alergi
makanan.
Intoleransi makanan adalah istilah yang lebih umum yang mengacu pada reaksi merugikan
terhadap satu makanan, bahan makanan, atau zat aditif yang tidak selalu melibatkan
sistem kekebalan tubuh. Intoleransi makanan biasanya melibatkan sistem pencernaan.
Contohnya intoleransi terhadap laktosa gula susu, atau yang umum digunakan, terhadap
agen penyedap monosodium glutamat (MSG), atau terhadap antihistamin ditemukan di keju
lama, anggur, bir, dan daging olahan. Gejala intoleransi makanan kadang-kadang mirip
dengan gejala yang ditemukan pada alergi makanan.1
Sementara banyak makanan dapat menyebabkan alergi makanan, penyebab umum alergi
makanan terutama meliputi: 2, 3

Susu
Telur
Gandum/terigu
Kacang tanah
Kacang dari pohon, misal kacang mede

Kedelai
Ikan dan kerang

Mencoba Diet Eliminasi


Jika dokter Anda mencurigai alergi makanan atau intoleransi, dia mungkin ingin Anda untuk
mencoba diet eliminasi untuk mengidentifikasi makanan mana yang bertanggung jawab
atas gejala Anda. Diet eliminasi melibatkan hal berikut:
1. Mulailah dengan diet yang hanya memasukkan makanan yang tidak menyebabkan alergi.
Masukkan makanan yang paling kecil menimbulkan alergi berikut ini:

Beras merah, tapioka, millet

Buah dimasak atau kering (ceri, cranberry, pir, plum, persik, cranberry, aprikot,
pepaya, plum, plum, ceri, kecuali alergi didokumentasikan untuk ini atau ada serbuk
sari birch)

Sayuran hijau, kuning, dan oranye yang dimasak (artichoke, asparagus, brokoli,
lobak, sawi, selada, bayam, kacang panjang, labu, ubi jalar, dan talas)

Lentil kering, dibilas dengan baik dan rebus

Air putih atau berkarbonasi

Bumbu (secukupnya untuk garam, sirup maple, ekstrak vanili)

2. Ketika gejala alergi makanan telah berhenti atau berkurang (biasanya dalam seminggu
atau lebih), Anda akan diminta untuk menyimpan buku harian makanan dan tambahkan
dalam makanan satu per satu dalam jumlah secukupnya setiap hari untuk mengamati yang
menyebabkan kekambuhan gejala. Makanan yang tercantum di atas yang menyebabkan
alergi makanan paling umum harus ditambahkan terakhir. Jangan kembalikan ke diet Anda
setiap makanan yang Anda tahu menyebabkan alergi.
3. Jika ada makanan tambahan berkaitan dengan gejala alergi atau intoleransi, makanan
itu harus dihapus dari diet selama satu sampai dua minggu dan kemudian diperkenalkan
kembali untuk melihat apakah terjadi reaksi yang sama. Jika tidak ada gejala yang dialami,
makanan itu dapat dimasukkan dalam diet.
Beberapa orang dapat menghindari makanan yang memicu reaksi dengan cara ini,
sementara yang lain harus benar-benar menghindari makanan yang memicu alergi dari diet
mereka.
Lakukan percobaan secara hati-hati dengan diet Anda untuk melihat apa yang terbaik. Tentu
saja, makanan seperti kerang, produk susu, daging olahan, atau telur yang berkontribusi
terhadap banyak ragam masalah kesehatan paling baik dihilangkan sama sekali dalam diet
Anda.

Langkah berguna
Anak-anak sering tidak lagi mengalami alergi yang dikembangkan pada masa bayi atau
anak usia dini, tetapi beberapa alergi bertahan hingga dewasa. Bagi mereka dengan alergi
makanan atau intoleransi, langkah-langkah berikut dapat membantu:

Sepenuhnya hindari makanan yang menyebabkan alergi. Hal ini terutama


penting ketika alergi parah. Reaksi alergi yang paling serius termasuk koma dan

kematian. Beberapa individu dengan intoleransi makanan (bukan alergi) gejalanya


mereda dengan hanya membatasi jumlah makanan yang menyebabkan alergi.

Bangun diet Anda dengan Empat Kelompok Makanan Baru (biji-bijian utuh
misal beras merah, polong-polongan misal kacang merah, buah-buahan, dan sayuran),
sambil menghindari makanan yang diketahui menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan oleh Anda. Empat Kelompok Makanan Baru mengandung nutrisi bermanfaat
seperti vitamin C dan fitokimia yang dapat membantu tubuh Anda mengurangi dampak
alergi dan intoleransi.

Hindari makanan olahan karena mereka mungkin mengandung bahan-bahan yang


tersembunyi. Selain itu, makanan olahan mengandung minyak terhidrogenasi atau
minyak yang telah secara kimia diubah sehingga mereka lebih seperti lemak jenuh.
Lemak ini telah ditemukan merusak lapisan usus, membuat seseorang lebih rentan
terhadap alergi dan intoleransi makanan.

Orang dengan alergi makanan yang mengancam jiwa harus membawa


bentuk injeksi epinefrin (misalnya, EpiPen atau EpiPen Jr) setiap saat terpapar ke
makanan.

Anda mungkin juga menyukai