Anda di halaman 1dari 13

PENYAKIT YANG

DITIMBULKAN
ALERGEN
DAVID SIAGIAN
DINA MARIANA PANJAITAN
RINA RAHMADANI SIDABUTAR
• Alergi merupakan bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap
sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak. Ini bisa
berupa substansi pemicu alergi atau alergen yang masuk atau
bersentuhan dengan tubuh.
• Alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang bersifat spesifik terhadap
rangsangan suatu bahan yang pada orang lain biasanya tidak
berbahaya bagi kesehatan tubuh (Soedarto, 2019).
Etiologi alergi multifaktorial
• Diantaranya dapat berasal dari agen, host, dan lingkungan.
• Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana usia dini semakin
rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu, musim. Agen
dapat berupa alergen.
• Reaksi alergi yang timbul akibat paparan alergen pada umumnya tidak
berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan dan sangat
beragam.4 Diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda,
zat diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan,
enzim, hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan
derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, sterptomisin, sulfonamid.
• Banyak jenis alergen yang bertebaran di udara, sehingga sering
menimbulkan masalah kesehatan bagi penderita alergi. Gejala
gangguan pernafasan pada penderita asma umumnya disebabkan oleh
alergen-alergen udara, antara lain tepung sari, spora jamur, tungau
debu rumah, dan protein hewani.
• Tepung sari adalah butiran-butiran halus yang diproduksi oleh tanaman
untuk berkembang biak. Alergi terhadap tepung sari sering dikenal
sebagai hay fever. Alergi terhadap tepung sari memicu terbentuknya
antigen spesifik, yaitu IgE. Spora jamur merupakan alat kembang biak
yang dapat dihirup pada waktu bernafas dan dapat menimbulkan
rhinitis alergi. Ukuran
• Spora jamur sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam paru-paru. Tungau
debu rumah adalah organisme yang sangat kecil, hidup menempel pada debu di
dalam rumah dan menjadi penyebab utama terjadinya rhinitis alergi yang
berkepanjangan.
• Hewan peliharaan yang hidup di dalam rumah merupakan sumber utama
terjadinya reaksi alergi terhadap hewan. Alergen utama penyebab alergi
terhadap hewan adalah protein yang terdapat di dalam air liur hewan. Selain
alergen udara, makanan tertentu dan karet lateks juga dapat menyebabkan
alergi (Soedarto, 2019).
• Alergi terhadap makanan menimbulkan gejala klinis seperti gatal pada bibir,
mulut, faring; sembab tenggorok, mual-muntah, nyeri perut, kembung, mencret,
dan perdarahan usus (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2020)
EPIDEMIOLOGI ALERGI
• Peningkatan alergi terutama terjadi pada anak dari meningkatnya tren yang telah
terjadi selama dua dekade terakhir
• Prevalensi alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai masalah
kesehatan utama
• Data World Allergy Organization (WAO) dalam The WAO White Book on Allergy:
Update 2013 menunjukkan, angka prevalensi alergi mencapai 10-40 populasi
dunia.
• Di Indonesia, terdapat prevalensi yang tinggi pada rhinitis alergi pada anak-anak
usia sekolah dan pra sekolah. Penyebabnya sebagian besar adalah karena alergi
makanan, yaitu udang (12,63 persen), kepiting (11,52 persen), tomat (4,38
persen), putih telur (3,5 persen) serta susu sapi (3,46 persen).ersen dari total
populasi dunia.
• Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diperkirakan 300 juta
orang memiliki asma, sekitar 50% diantaranya tinggal di negara-
negara berkembang dengan akses terbatas terhadap obat esensial.
Oleh karena itu, asma sering tidak terkontrol di daerah-daerah. Empat
ratus juta orang di seluruh dunia memiliki rhinitis serta 5-15%
populasi anak di seluruh dunia menderita alergi.
• Risiko alergi yang meningkat ternyata belum diikuti dengan
pemahaman serta penanganan alergi yang tepat dari orangtua. dan
penanganannya. Selama ini masih banyak orang tua yang belum
memahami cara mengenali gejala alergi yang tepat tetapi mencoba
mengambil solusi sendiri.
• Dari berbagai faktor pemicu, makanan merupakan salah satu masalah
pemicu alergi yang paling sering dialami . Sekitar 20 persen pada satu
tahun pertama mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan.
FAKTOR RESIKO
• Faktor resiko untuk menjadi alergi disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan.
• Meningkatnya angka kejadian alergi di negara-negara berkembang
menyiratkan adanya perubahan dalam faktor lingkungan. Anak-anak
yang alergi umumnya hidup dalam rumah yang lebih bersih
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita alergi. Anak-anak
yang tumbuh di lingkungan peternakan cenderung memperlihatkan
penurunan resiko alergi
PENYAKIT YANG DISEBABKAN ALERGI
• Asma bronkial
Alergen memasuki tubuh dari rute saluran pernapasan, gejala sesak napas yang akan berlanjut ke serangan asma.
Hal tersebut terjadi karena penyempitan saluran napas, terutama pada malam hari. Alergen pada umumnya
menyebabkan timbulnya banyak lendir pada saluran pernapasan. Gejala yang menonjol dari asma dapat berupa
sesak napas, mengi, dan batuk berulang
• Rhinitis alergi
Manifestasi klinis baru ditemukan pada anak usia 4-5 tahun dan insidennya meningkat progresif dan akan mencapai
10-15% pada usia dewasa. Gejalanya hidung tersumbat, gatal di hidung dan mata, bersin, dan sekresi hidung

• Dermatitis atopic
ditandai dengan reaksi inflamasi pada kulit yang didasari oleh faktor herediter dan lingkungan. Angka kejadian1-3%
di masyarakat. Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infant, bentuk anak, dan bentuk dewasa.
Gatal merupakan gejala yang mencolok. gejala klinis ditandai kulit kering (xerosis) bersifat kronis dengan predileksi
daerah flexura antecubiti, poplitea, tangan, kaki, dan periorbita.
• Urtikaria
Sebanyak 3,2 -12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria, Gejalanya bentol
(plaques edematous) multipel yang berbatas tegas, kemerahan, dan gatal.
Warna memerah bila ditekan akan memutih. Berbentuk sirkuler atau serpiginosa
(merambat). Jika dibiarkan dapat menjadi pembengkakan di hidung, muka, dan
bibir. bahkan jika terjadi di mulut dapat terjadi gangguan pernapasan.
• Alergi saluran pencernaan
Alergi pada saluran pencernaan jarang terjadi pada bayi dengan asupan ASI.
Paling banyak terjadi pada anak yang minum susu sapi dengan gejala muntah,
diare, kolik, konstipasi, buang air besar bardarah, dan kehilangan nafsu makan.
• Urtikaria
• Alergi pada saluran pencernaan

Anda mungkin juga menyukai