Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat.
Umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit alergi hanya terbatas pada gatal-
gatal di kulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada semua bagian tubuh, tergantung pada
tempat terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi merupakan manifestasi hiperresponsif
dari organ yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran pencernaan. Pada
hidung gejala alergi yang timbul berupa pilek; pada paru-paru berupa asma; pada kulit
berupa urtikaria/biduran, eksema, serta dermatitis atopik; sedangkan pada mata berupa
konjungtivitis. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon imun
dengan atau tanpa diperantarai oleh IgE (Mahdi, 2003).
Pada studi populasi, penyakit alergi dapat timbul pada usia yang berbeda-beda, seperti
alergi makanan dan eksim terutama pada anak-anak, asma didapatkan pada anak dan
dewasa, dan rinitis alergika didapatkan pada dekade kedua dan ketiga (Mahdi, 2003).
Di Indonesia, prevalensi alergi pada anak-anak dan dewasa cukup tinggi. Penyakit
alergi akan timbul pada individu yang mempunyai kecenderungan yang didasari faktor
genetik, yang biasanya diwariskan dari kedua orangtua. Bila kedua orangtua menderita
alergi kemungkinan anak menunjukkan gejala alergi sekitar 50%, namun bila hanya
salah satu yang menderita alergi kemungkinannya hanya 25% (Hidayati, 2002).
Alergi merupakan kepekaan tubuh terhadap benda asing (alergen) di dalam tubuh.
Reaksi setiap individu terhadap alergen berbeda-beda, sehingga individu yang satu bisa
lebih peka daripada individu yang lain. Untuk mencegah reaksi alergi, selain
menghindari kontak dengan alergen, masyarakat banyak menggunakan obat kimiawi
karena menganggap obat kimiawi cepat menyembuhkan serta mudah diperoleh. Seiring
dengan timbulnya kesadaran akan dampak buruk produk-produk kimiawi, timbul pula
kesadaran akan pentingnya kembali ke alam (back to nature). Masyarakat mulai beralih
pada pengobatan 2 alami dengan menggunakan berbagai tanaman obat dalam mengobati
penyakit alergi. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati
penyakit alergi adalah pegagan (Centella asiatica).
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi reaksi dan alergi obat?
2. Bagaimana etiologi reaksi dan alergi obat?
3. Apa tanda dan gejala reaksi dan alergi obat?
4. Bagaimana patofisiologi reaksi dan alergi obat?
5. Bagaimana klasifikasi reaksi dan alergi obat?
6. Bagaimana komplikasi reaksi dan alergi obat?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang reaksi dan alergi obat?
8. Bagaimana penatalaksanaan reaksi dan alergi obat?
9. Bagaimana terapi reaksi dan alergi obat?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien alergi obat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reaksi dan alergi obat.
2. Untuk mengetahui etiologi reaksi dan alergi obat.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala reaksi dan alergi obat.
4. Untuk mengetahui patofisiologi reaksi dan alergi obat.
5. Untuk mengetahui klasifikasi reaksi dan alergi obat.
6. Untuk mengetahui komplikasi reaksi dan alergi obat.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari reaksi dan alergi obat.
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan reaksi dan alergi obat.
9. Untuk mengetahui bagaimana reaksi dan alergi obat.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang terkena alergi obat.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1      Pengertian
Menurut KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk,
keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk
sebagian besar orang
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat
biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi
yang menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
Menurut Van Pirquet (1906) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen
sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing
atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul
akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan
merupakan factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di
4

abaikan. Adanya alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa


seseorang pernah terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim
imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai
sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang
yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing
itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens".

2.2    Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda
penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan
alergi tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-
jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis
rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin),
seafood, telur, kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-
kacangan lainnya), susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu
binatang kecoa dan kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat
aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai
yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara
jelas namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet,
aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi
yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang
berlebihan.
5

Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di


masa lampau pernah mengalami gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis
allergen dapat sebagai berikut:
1.      Didalam Udara Yang Kita Napas
· Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
· Tungau
· Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
· Spora-spora jamur
· Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
2.      Didalam Apa Yang Kita Makan
· Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi
alergi adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-
kacangan, kacang-kacang tumbuhan, kedele, dan gandum.
· Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan
aspirin
3.      Menyentuh kulit Kita
· Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
· Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
· Zat pewarna (Dyes)
· Bahan-bahan kimia
· Logam-logam (nickel)
· Kosmetik-Kosmetik
4.      Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
· Racun serangga
· Obat-obatan
· Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
· Hormon-hormon (contohnya, insulin)

2.3    Manifestasi klinis
Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit,
saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa
berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan
6

obat-obatan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi
pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat
yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor  yang lain,
misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan
sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran
cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi
susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain
mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa : urtikaria, angionerotik udema, pucat,
muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau
kulit meliputi:
1. Gatal
2. mata berair
3. Bersin
4. hidung beringus
5. Ruam
6. Merasa lelah atau sakit
7. Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
8. Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
9. Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa
menyebabkan kram perut, muntah, atau diare.
10. Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau
serangga lain menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri
11. Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
12. Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa
sedikit,
13. Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda,
mendapat flu atau bahkan dingin.
14. Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.
15. Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis,
alergen menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
16. Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
17. Mengi atau sesak napas
18. Suara serak atau sesak di tenggorokan
7

19. Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala

2.4        Patofisiologi
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh
zat-zat yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi.
Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan
reaksi pada orang normal.  Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa
berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui
saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul
akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam
tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai
tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.

1.      Terjadinya alergi:
a. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
b. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan
mencapai sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid
usus,yang pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-
sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik
netrofil.
d. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan
kerusakan jaringan yang ditimbulkannya
8

Pathway

2.5 Klasifikasi Reaksi Obat dan Alergi

Selain syok anafilaksis, kondisi lain yang dapat timbul jika alergi obat tidak segera
ditangani adalah peradangan ginjal akut akibat obat (acute intestitial allergic nephritis).
Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya darah di urine, demam, pembengkakan di beberapa
bagian tubuh, dan penurunan kesadaran.

Reaksi simpangan obat menurut Gell-Coombs dapat dibagi menjadi 4 tipe reaksi
(Friedmann dkk dalam Dyah., 2015) antara lain reaksi tipe 1 (reaksi hipersensitivitas cepat,
reaksi tipe II (reaksi sitotoksik), reaksi tipe III (reaksi komplek imun), dan reaksi tipe IV
(reaksi hipersensitivitas tipe lambat).

Reaksi tipe IV dapat dibagi menjadi 4 katagori yaitu :

1. Tipe IV a (melibatkan aktivasi monosit)

2. Tipe IV b (melibatkan aktivasi eosinofil)

3. Tipe IV c (melibatkan aktivasi limfosit T sitotoksik)

4. Tipe IV d (melibatkan aktivasi netrofil)

Reaksi yang terjadi pada tipe 1-3 dipengaruhi oleh antibodi spesifik obat,
sedangkan reaksi tipe 4 dipengaruhi oleh limfostit T spesifik obat. Secara klinis, reaksi
hipersensitivitas obat sering dikelompokkan berdasarkan awal mula kejadian menjadi reaksi
tipe segera dan reaks tipe lambat. Reaksi tipe segera dimediasi oleh IgE yang terjadi dalam
kurun waktu 1-6 jam setelah pemberian obat terakhir. Reaksi yang terjadi urtikaria,
angiodema, konjungtivitas, rhinitis, bronkospase, gejala gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah, diare, nyeri perut. Klasifikasi alergi obat berdasarkan reaksi hipersensitivitas Geell-
Combs disajikan dalam tabel 2.2 (Murphy dkk., dalam Harijanti., 2015).

2.6 Komplikasi Alergi Obat

Komplikasi yang dapat terjadi akibat reaksi alergi yang parah adalah anafilaksis. Syok
anafilaksis ini akan menyebabkan gangguan pada beberapa organ yang mengatur sistem
tubuh. Gejalanya dapat berupa:
9

 Kesulitan bernapas akibat menyempitnya saluran pernapasan atau tenggorokan.


 Penurunan tekanan darah.
 Mual, muntah, kram perut, atau diare.
 Denyut nadi terasa lambat atau cepat.
 Kejang.
 Pingsan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double
Blind Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji
eliminasi dan provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan
eliminasi dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau
orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai
regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu,
telur, kacang, ikan).
1. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung
leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi
makanan.
2. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa
penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi
imun seluler.
3. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test)
atau ELISA (enzyme linked immuno assay).
4. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick
test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi
dan provokasi untuk alergi makanan.

2.8 Penatalaksanaan
10

1. Atur pasien dalam posisi berbaring dengan ekstermitas inferior ditinggikan atau
pasien diatur dalam posisi trendelenburg
2. Pertahankan saluran pernafasan, bila diperlukan dapat dilakukan trakeostomi atau
pemasangan endotrakeal
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Berikan cairan normal salin secara IV untuk mengganti cairan dan jalur obat
tambahan. Bila terjadi hipotensi berat, infus diberikan dengan tetesan cepat
menggunakan cairan koloid atau normal salin.
5. Pemasangan tumiket diatas tempat reaksi (pada alergi akibat sengatan insekta atau
lokasi suntikan)

2.9 Terapi

Di bawah ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati reaksi
alergi obat:

 Obat golongan antihistamin, untuk menghambat produksi histamin sehingga keluhan


dan gejala bisa mereda.
 Obat golongan kortikosteroid oral atau suntik, untuk menangani peradangan reaksi
alergi.
 Suntikan epinephrine, untuk mengatasi anafilaksis.

Jika mengalami anafilaksis, penderita perlu segera mendapatkan perawatan intensif di


rumah sakit.

Jika sudah dipastikan jenis obat yang memicu alergi, dokter akan melakukan prosedur
desensitisasi. Prosedur ini dilakukan dengan memberikan obat pemicu alergi dengan dosis
kecil sambil dipantau munculnya gejala. Dosis akan ditingkatkan tiap beberapa menit, jam,
atau hari hingga mencapai dosis yang diperlukan.

2.10    Konsep Asuhan Keperawatan Alergi


     A. Pengkajian Keperawatan
1.      Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah:
11

1) Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga
obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala
alergi obat.
2) Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya
gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat
baru timbul  7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
3) Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat
sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta
dosis tinggi secara parenteral.
4) Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5) Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah
pemberian obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang
sama.
6) Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu
jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2.      Pemeriksaan Fisik
1) Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas
garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2) Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan
katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3) Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
4) Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease,
allergic shiners, allergic facies.
5) Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring
kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta
tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6) Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu
serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu
pernafasan.
7) Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

B.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
12

1. Gangguan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat


kontraksi otot polos karena pelepasan histamin ditandai dengan
dispneu.
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar,
gatal dan nyeri akibat timbulnya urtikaria.
4. Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan perdarahan lokal
kulit dan ruam kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit
ditndai dengan dermatitis kontak.

C.  Intervensi dan Rasional


N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan pola Tujuan : a)  Identifikasi  fak Tepat dalam
napas berhubungan Dalam waktu 1 tor pencetus memilih
dengan bronkospasme x 24 tindakan
akibat kontraksi otot jam setelah terapeutik
polos karena dilakukan b) Awasi Kesulitan nafas

pelepasan histamin intervensi maka kesesuaian pola dan peningkatan

ditandai dengan pasien mampu nafas tekanan jalan

dispneu. mempertahanka nafas dapat

n pola memperburuk

pernafasan kondisi

efektif. terjadinya
komplikasi
c)  Auskultasi Memperkirakan
Kriteria Hasil :
bunyi nafas, adanya
a)      Pasien tidak
tandai daerah perkembangan
mengalami
paru adanya komplikasi /
sesak nafas. 
bunyi infeksi
b)      Bebas dari
adventisius, pernafasan
tanda dan
misal: krekels,
gejala sesak
mengi, ronchi
nafas. d) Berikan periode Menurunkan
13

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
istirahat yang konsumsi O2.
cukup dientara
waktu aktivitas
perawatan
e)  Pertahankan Membantu
perilaku tenang, pasien
bantu pasien mengalami efek
kontrol diri fisiologis
dengan nafas hipoksia yang
lambat atau dapat di
dalam menifestasikan
sebagai rasa
takut
Kolaborasi :
a)  Berikan Mempertahanka
tambahan O2 n ventilasi/
melalui cara oksige-nasi
yang sesuai efektif untuk
lewat masker, mencegah/
kanul mem-perbaiki
krisis pernafasan
b) Berikan obat- Mungkin
obatan sesuai diperlukan untuk
indikasi seperti meningkatkan /
bronkodilator, mempertahanka
ekspektoran n jalan nafas
2. Nyeri berhubungan Tujuan : a)  Kaji keluhan nyeri hampir
dengan reaksi Dalam waktu 2 nyeri, selalu ada pada
inflamasi kulit. x 24 jam, nyeri perhatikan beberapa derajat
menghilang lokasi dan beratnya
atau berkurang. intensitasnya. keterlibatan
Kriteria Hasil : jaringan
b) Berikan meningkatkan
14

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
tindakan relaksasi,
kenyamanan menurunkan
dasar seperti tegangan otot
pijatan pada dan kelelahan
area yang sakit. umum
c)  Pantau TTV metode IV
sering
digunakan pada
awal untuk
memaksimalkan
efek obat
d) Berikan menghilangkan
analgetik sesuai rasa nyeri
indikasi.
3. Gangguan Tujuan : a)  Berikan bedak Mengurangi
pola istirahat berhubun Dalam waktu 2 pada area yang pelebaran area
gan dengan perasaan x 24 gatal yang gatal
kulit terbakar, gatal jam setelah
dan nyeri akibat dilakukan b) Beritahu pasien Makanan dapat

timbulnya urtikaria. intervensi maka untuk memperparah

pasien mampu menghindari gatal

untuk makanan yang

mentoleransi ra dapat

sa gatal yang menimbulkan

dirasakan alergi lebih
parah
c)  Kolaborasi Untuk lebih
Kriteria Hasil:
dengan tim mempermudah
a)      pasien
medis dalam dalam proses
melaporkan
pemberian obat pengobatan
dapat
beristirahat
dengan cukup
b)      mengurangi
15

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

4. Gangguan integritas Tujuan : a)  Observasi kulit Menentukan


kulit  berhubungan Dalam waktu 3 setiap hari catat garis dasar
dengan perdarahan x 24 jam turgor turgor sirkulasi dimana
lokal kulit dan ruam kulit kembali dan sensori serta perubahan pada
kulit ditandai dengan normal. perubahan status dapat
purpura dan urtikaria. lainnya yang dibandingkan
Kriteria hasil : terjadi. dan melakukan
a)     Lesi dan intervensi yang
ruam berkurang tepat
b)    Jaringan kulit b) Gunakan Menurunkan

kembali utuh pakaian tipis iritasi garis


dan alat tenun jahitan dan
yang lembut. tekanan dari
baju,
membiarkan
insisi terbuka
terhadap udara
meningkat
proses
penyembuhan
dan menurunkan
resiko infeksi
c)  Jaga kebersihan Untuk mencegah
daerah di sekitar infeksi
pasien.
d) Kolaborasi Untuk mencegah
dengan tim infeksi lebih
medis. lanjut
5. Gangguan konsep diri Tujuan : a)  Berikan Berikan
berhubungan dengan Dalam waktu 3 kesempatan kesempatan
16

N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
lesi atau ruam ad kulit x 24 mengungkapkan untuk
ditandai dengan jam setelah masalah tentang mengidentifikasi
dermatitis kontak. dilakukan proses penyakit, rasa takut atau
intervensi maka harapan masa kesalahan
pasien dapat depan. konsep dan
meningkatkan menghadapinya
integritas secara langsung
diri dan lebih
percaya diri
Kriteria Hasil : b) Diskusikan Isyarat verbal

a)      mengungkap persepsi pasien atau non verbal

kan mengenai oranmg terdekat

peningkatan bagaimana dapat

rasa percaya orang terdekat mempunyai

diri dalam menerima pengaruh mayor

menghadapi keadaan atau pada bagaimana

penyakit keterbatasan pasien

b)      perubahan memandang

gaya hidup dirinya sendiri


1.  Dukung pasien Ungkapan peras
untuk aan pasien dapat
mengungkapkan mengurangi
aktualisasi perasaam cemas
dirinya

D.    Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi
. Kriteria Hasil
1. Gangguan pola Tujuan : Mengidentifikasi  faktor pencetus
napas berhubungan Dalam waktu 1 x 24 mengawasi kesesuaian pola nafas
Mengauskultasi bunyi nafas,
dengan bronkospasme jam setelah
tandai daerah paru adanya bunyi
akibat kontraksi otot polos dilakukan intervensi
adventisius, misal: krekels, mengi,
17

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi


. Kriteria Hasil
ronchi
memberikan periode istirahat yang
cukup dientara waktu aktivitas
perawatan
mempertahankan perilaku tenang,
bantu pasien kontrol diri dengan
nafas lambat atau dalam
Kolaborasi :
memberikan tambahan O2 melalui
cara yang sesuai lewat masker,
kanul
memberikan obat-obatan sesuai
indikasi seperti bronkodilator,
ekspektoran
2. Nyeri berhubungan Tujuan : mengkaji keluhan nyeri,
dengan reaksi inflamasi Dalam waktu 2 x 24 perhatikan lokasi dan
kulit. jam, nyeri intensitasnya.
menghilang atau memberikan tindakan

berkurang. kenyamanan dasar seperti pijatan

Kriteria Hasil : pada area yang sakit.


memantau TTV
c)  Melaporkan nyeri memberikan analgetik sesuai
berkurang indikasi.
d) Menunjukkan
ekspresi
wajah/postur tubuh
rileks
3. Gangguan Tujuan : memberikan bedak pada area yang
pola istirahat berhubungan Dalam waktu 2 x 24 gatal
dengan perasaan kulit jam setelah
terbakar, gatal dan nyeri dilakukan intervensi memberitahu pasien untuk
akibat timbulnya urtikaria. maka pasien menghindari makanan yang dapat

mampu untuk menimbulkan alergi lebih parah

mentoleransi rasa
berkolaborasi dengan tim medis
18

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi


. Kriteria Hasil
dalam pemberian obat

4. Gangguan integritas Tujuan : mengobservasi kulit setiap hari


kulit  berhubungan Dalam waktu 3 x 24 catat turgor sirkulasi dan sensori
dengan perdarahan lokal jam turgor kulit serta perubahan lainnya yang
kulit dan ruam kembali normal. terjadi.
kulit ditandai dengan menggunakan pakaian tipis dan

purpura dan urtikaria. Kriteria hasil : alat tenun yang lembut.


menjaga kebersihan daerah di
c)     Lesi dan ruam
sekitar pasien.
berkurang berolaborasi dengan tim medis.
d)    Jaringan kulit
kembali utuh
5. Gangguan konsep diri Tujuan : memberikan kesempatan
berhubungan dengan lesi Dalam waktu 3 x 24 mengungkapkan masalah tentang
atau ruam ad kulit ditndai jam setelah proses penyakit, harapan masa
dengan dermatitis kontak. dilakukan intervensi depan.
maka pasien dapat mendiskusikan persepsi pasien
meningkatkan mengenai bagaimana orang

integritas diri dan terdekat menerima keadaan atau


lebih percaya diri keterbatasan
mendukung pasien untuk
Kriteria Hasil :
mengungkapkan aktualisasi
a)      mengungkapkan
dirinya
peningkatan rasa
percaya diri dalam
menghadapi
19

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi


. Kriteria Hasil

E.  Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan
perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang
20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi obat disebabkan sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi suatu
obat sebagai zat yang membahayakan tubuh. Akibatnya, tubuh akan membuat
antibodi dan menyebabkan alergi obat. Beberapa jenis obat yang berpotensi memicu
reaksi alergi antara lain antibiotik, anti inflamasi non-steroid, aspirin, krim atau lotion
kortikosteroid, antikonvulsan, insulin, vaksin, obat-obatan untuk hipertiroidisme, obat
hipertensi, kontras X-Ray, serta obat-obatan untuk kemoterapi atau HIV.
Pencegahan alergi obat adalah dengan menghindari penggunaan obat yang
menyebabkan alergi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberitahu dokter atau petugas kesehatan mengenai riwayat alergi obat sebelum
menjalani penanganan medis apapun atau dengan menggunakan gelang atau kalung
penanda alergi jika memungkinkan.

B. Saran
Agar kita terhindar dari penyakit reaksi dan alergi obat adalah dengan menghindari
penggunaan obat yang menyebabkan alergi.
21

DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/alergi-obat

https://www.google.com/search?q=penatalaksanaan+reaksi+dan+alergi+obat&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab

http://warungbidan.blogspot.com/2019/02/asuhan-keperawatan-reaksi-obat-dan.html

Anda mungkin juga menyukai