BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reaksi dan alergi obat.
2. Untuk mengetahui etiologi reaksi dan alergi obat.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala reaksi dan alergi obat.
4. Untuk mengetahui patofisiologi reaksi dan alergi obat.
5. Untuk mengetahui klasifikasi reaksi dan alergi obat.
6. Untuk mengetahui komplikasi reaksi dan alergi obat.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari reaksi dan alergi obat.
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan reaksi dan alergi obat.
9. Untuk mengetahui bagaimana reaksi dan alergi obat.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang terkena alergi obat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Menurut KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk,
keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk
sebagian besar orang
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat
biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi
yang menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
Menurut Van Pirquet (1906) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen
sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing
atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul
akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan
merupakan factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di
4
2.2 Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda
penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan
alergi tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-
jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis
rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin),
seafood, telur, kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-
kacangan lainnya), susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu
binatang kecoa dan kutu) dan debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat
aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai
yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara
jelas namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet,
aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi
yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang
berlebihan.
5
2.3 Manifestasi klinis
Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit,
saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa
berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan
6
obat-obatan tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi
pada anak lain bisa menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat
yang satu bisa mempunyai organ sasaran yang lain dengan factor yang lain,
misalnya udang menyebabkan urtikaria, sedangkan kacang tanah menyebabkan
sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala alergi pada saluran nafas, saluran
cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990) mendapatkan pada penderita yang alergi
susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21% eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain
mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa : urtikaria, angionerotik udema, pucat,
muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau
kulit meliputi:
1. Gatal
2. mata berair
3. Bersin
4. hidung beringus
5. Ruam
6. Merasa lelah atau sakit
7. Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
8. Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
9. Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa
menyebabkan kram perut, muntah, atau diare.
10. Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau
serangga lain menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri
11. Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
12. Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa
sedikit,
13. Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda,
mendapat flu atau bahkan dingin.
14. Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.
15. Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis,
alergen menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
16. Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
17. Mengi atau sesak napas
18. Suara serak atau sesak di tenggorokan
7
2.4 Patofisiologi
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh
zat-zat yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi.
Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan
reaksi pada orang normal. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa
berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui
saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul
akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam
tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai
tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
1. Terjadinya alergi:
a. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
b. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan
mencapai sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid
usus,yang pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-
sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik
netrofil.
d. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan
kerusakan jaringan yang ditimbulkannya
8
Pathway
Selain syok anafilaksis, kondisi lain yang dapat timbul jika alergi obat tidak segera
ditangani adalah peradangan ginjal akut akibat obat (acute intestitial allergic nephritis).
Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya darah di urine, demam, pembengkakan di beberapa
bagian tubuh, dan penurunan kesadaran.
Reaksi simpangan obat menurut Gell-Coombs dapat dibagi menjadi 4 tipe reaksi
(Friedmann dkk dalam Dyah., 2015) antara lain reaksi tipe 1 (reaksi hipersensitivitas cepat,
reaksi tipe II (reaksi sitotoksik), reaksi tipe III (reaksi komplek imun), dan reaksi tipe IV
(reaksi hipersensitivitas tipe lambat).
Reaksi yang terjadi pada tipe 1-3 dipengaruhi oleh antibodi spesifik obat,
sedangkan reaksi tipe 4 dipengaruhi oleh limfostit T spesifik obat. Secara klinis, reaksi
hipersensitivitas obat sering dikelompokkan berdasarkan awal mula kejadian menjadi reaksi
tipe segera dan reaks tipe lambat. Reaksi tipe segera dimediasi oleh IgE yang terjadi dalam
kurun waktu 1-6 jam setelah pemberian obat terakhir. Reaksi yang terjadi urtikaria,
angiodema, konjungtivitas, rhinitis, bronkospase, gejala gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah, diare, nyeri perut. Klasifikasi alergi obat berdasarkan reaksi hipersensitivitas Geell-
Combs disajikan dalam tabel 2.2 (Murphy dkk., dalam Harijanti., 2015).
Komplikasi yang dapat terjadi akibat reaksi alergi yang parah adalah anafilaksis. Syok
anafilaksis ini akan menyebabkan gangguan pada beberapa organ yang mengatur sistem
tubuh. Gejalanya dapat berupa:
9
2.8 Penatalaksanaan
10
1. Atur pasien dalam posisi berbaring dengan ekstermitas inferior ditinggikan atau
pasien diatur dalam posisi trendelenburg
2. Pertahankan saluran pernafasan, bila diperlukan dapat dilakukan trakeostomi atau
pemasangan endotrakeal
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Berikan cairan normal salin secara IV untuk mengganti cairan dan jalur obat
tambahan. Bila terjadi hipotensi berat, infus diberikan dengan tetesan cepat
menggunakan cairan koloid atau normal salin.
5. Pemasangan tumiket diatas tempat reaksi (pada alergi akibat sengatan insekta atau
lokasi suntikan)
2.9 Terapi
Di bawah ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati reaksi
alergi obat:
Jika sudah dipastikan jenis obat yang memicu alergi, dokter akan melakukan prosedur
desensitisasi. Prosedur ini dilakukan dengan memberikan obat pemicu alergi dengan dosis
kecil sambil dipantau munculnya gejala. Dosis akan ditingkatkan tiap beberapa menit, jam,
atau hari hingga mencapai dosis yang diperlukan.
1) Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga
obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala
alergi obat.
2) Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya
gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat
baru timbul 7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
3) Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat
sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta
dosis tinggi secara parenteral.
4) Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5) Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah
pemberian obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang
sama.
6) Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu
jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas
garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2) Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan
katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3) Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
4) Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease,
allergic shiners, allergic facies.
5) Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring
kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta
tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6) Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu
serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu
pernafasan.
7) Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
12
n pola memperburuk
pernafasan kondisi
efektif. terjadinya
komplikasi
c) Auskultasi Memperkirakan
Kriteria Hasil :
bunyi nafas, adanya
a) Pasien tidak
tandai daerah perkembangan
mengalami
paru adanya komplikasi /
sesak nafas.
bunyi infeksi
b) Bebas dari
adventisius, pernafasan
tanda dan
misal: krekels,
gejala sesak
mengi, ronchi
nafas. d) Berikan periode Menurunkan
13
mentoleransi ra dapat
dirasakan alergi lebih
parah
c) Kolaborasi Untuk lebih
Kriteria Hasil:
dengan tim mempermudah
a) pasien
medis dalam dalam proses
melaporkan
pemberian obat pengobatan
dapat
beristirahat
dengan cukup
b) mengurangi
15
b) perubahan memandang
D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi
. Kriteria Hasil
1. Gangguan pola Tujuan : Mengidentifikasi faktor pencetus
napas berhubungan Dalam waktu 1 x 24 mengawasi kesesuaian pola nafas
Mengauskultasi bunyi nafas,
dengan bronkospasme jam setelah
tandai daerah paru adanya bunyi
akibat kontraksi otot polos dilakukan intervensi
adventisius, misal: krekels, mengi,
17
mentoleransi rasa
berkolaborasi dengan tim medis
18
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan
perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi obat disebabkan sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi suatu
obat sebagai zat yang membahayakan tubuh. Akibatnya, tubuh akan membuat
antibodi dan menyebabkan alergi obat. Beberapa jenis obat yang berpotensi memicu
reaksi alergi antara lain antibiotik, anti inflamasi non-steroid, aspirin, krim atau lotion
kortikosteroid, antikonvulsan, insulin, vaksin, obat-obatan untuk hipertiroidisme, obat
hipertensi, kontras X-Ray, serta obat-obatan untuk kemoterapi atau HIV.
Pencegahan alergi obat adalah dengan menghindari penggunaan obat yang
menyebabkan alergi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
memberitahu dokter atau petugas kesehatan mengenai riwayat alergi obat sebelum
menjalani penanganan medis apapun atau dengan menggunakan gelang atau kalung
penanda alergi jika memungkinkan.
B. Saran
Agar kita terhindar dari penyakit reaksi dan alergi obat adalah dengan menghindari
penggunaan obat yang menyebabkan alergi.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/alergi-obat
https://www.google.com/search?q=penatalaksanaan+reaksi+dan+alergi+obat&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab
http://warungbidan.blogspot.com/2019/02/asuhan-keperawatan-reaksi-obat-dan.html