BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.3 Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda penolakan
dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing
itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi tersebut disebut allergens.
Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput
tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood, telur,
kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya), susu,
jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan kutu) dan debu dan
kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan
pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai
yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas
namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin, debu,
bulu binatang, dan lain sebagainya.
2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang
ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa
lampau pernah mengalami gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis allergen dapat
sebagai berikut:
1. Didalam Udara Yang Kita Napas
· Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
· Tungau
· Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
· Spora-spora jamur
· Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
2. Didalam Apa Yang Kita Makan
· Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi adalah susu
sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan, kacang-kacang tumbuhan, kedele,
dan gandum.
· Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
3. Menyentuh kulit Kita
· Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
· Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
· Zat pewarna (Dyes)
· Bahan-bahan kimia
· Logam-logam (nickel)
· Kosmetik-Kosmetik
4. Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
· Racun serangga
· Obat-obatan
· Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
· Hormon-hormon (contohnya, insulin)
2.1.4 Pohon Masalah
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-zat
yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi. Alergi timbul bila
ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan reaksi pada orang normal.
Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis
dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui saluran pernapasan, berasal dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti
kosmetik, logam perhiasan dan jam tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh
sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
1. Terjadinya alergi:
a. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B menghasilkan
antibodi dari berbagai subtipe.
b. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai sel-sel
pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada anak atopi
cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin mempunyai
berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang misalnya netrofil
dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya
komplek imun akan menarik netrofil.
d. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan jaringan
yang ditimbulkannya
Pathway
2.1.5 Faktor Resiko
1. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-
enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik)
memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus
mentoleransi makanan tertentu.
2. Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi dan
sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban
latihan (lari, olah raga).
2.1.6 Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind
Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan
provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan
yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau
tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
1. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml
disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
2. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun.
Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau
mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
3. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked
immuno assay).
4. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji
provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk
alergi makanan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
1. Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos
karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri akibat
timbulnya urtikaria.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam
kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan
dermatitis kontak.
n pola memperburuk
pernafasan kondisi
efektif. terjadinya
komplikasi
c) Auskultasi Memperkirakan
Kriteria Hasil :
bunyi nafas, adanya
a) Pasien tidak
tandai daerah perkembangan
mengalami
paru adanya komplikasi /
sesak nafas.
bunyi infeksi
b) Bebas dari
adventisius, pernafasan
tanda dan
misal: krekels,
gejala sesak
mengi, ronchi
nafas. d) Berikan periode Menurunkan
c) RR pasien istirahat yang konsumsi O2.
normal cukup dientara
waktu aktivitas
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
perawatan
e) Pertahankan Membantu
perilaku tenang, pasien
bantu pasien mengalami efek
kontrol diri fisiologis
dengan nafas hipoksia yang
lambat atau dapat di
dalam menifestasikan
sebagai rasa
takut
Kolaborasi :
a) Berikan Mempertahanka
tambahan O2 n ventilasi/
melalui cara oksige-nasi
yang sesuai efektif untuk
lewat masker, mencegah/
kanul mem-perbaiki
krisis pernafasan
b) Berikan obat- Mungkin
obatan sesuai diperlukan untuk
indikasi seperti meningkatkan /
bronkodilator, mempertahanka
ekspektoran n jalan nafas
2. Nyeri berhubungan Tujuan : a) Kaji keluhan nyeri hampir
dengan reaksi Dalam waktu 2 nyeri, selalu ada pada
inflamasi kulit. x 24 jam, nyeri perhatikan beberapa derajat
menghilang lokasi dan beratnya
atau berkurang. intensitasnya. keterlibatan
Kriteria Hasil : jaringan
a) Melaporkan b) Berikan meningkatkan
mentoleransi ra dapat
dirasakan alergi lebih
parah
c) Kolaborasi Untuk lebih
Kriteria Hasil:
dengan tim mempermudah
a) pasien
medis dalam dalam proses
melaporkan
pemberian obat pengobatan
dapat
beristirahat
dengan cukup
b) mengurangi
atau
menghilangkan
rasa gatal
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
4. Gangguan integritas Tujuan : a) Observasi kulit Menentukan
kulit berhubungan Dalam waktu 3 setiap hari catat garis dasar
dengan perdarahan x 24 jam turgor turgor sirkulasi dimana
lokal kulit dan ruam kulit kembali dan sensori serta perubahan pada
kulit ditandai dengan normal. perubahan status dapat
purpura dan urtikaria. lainnya yang dibandingkan
Kriteria hasil : terjadi. dan melakukan
a) Lesi dan intervensi yang
ruam berkurang tepat
b) Jaringan kulit b) Gunakan Menurunkan
b) perubahan memandang
2.2.4 Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi
. Kriteria Hasil
1. Perubahan pola Tujuan : Mengidentifikasi faktor
napas berhubungan Dalam waktu 1 x 24 pencetus
dengan bronkospasme jam setelah mengawasi kesesuaian
mentoleransi rasa menimbulkan
dirasakan
berkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
Kriteria Hasil:
obat
c) pasien
melaporkan dapat
beristirahat dengan
cukup
d) mengurangi atau
menghilangkan rasa
gatal
4. Gangguan integritas Tujuan : mengobservasi kulit
kulit berhubungan Dalam waktu 3 x 24 setiap hari catat turgor
dengan perdarahan lokal jam turgor kulit sirkulasi dan sensori
kulit dan ruam kembali normal. serta perubahan lainnya
kulit ditandai dengan yang terjadi.
purpura dan urtikaria. Kriteria hasil : menggunakan pakaian
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan
perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang