Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH SPIRITUAL


DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :

1. BAIQ YUPITA ZULIATUL RAHMI (1991005)


2. ALI AKBAR RAFSANJANI (1991003)
3. PITRIANI (1991007)

PROGRAM STUDI PERAWAT (DIII) FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah ini, Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju dunia yang terang yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita mendapat
syafa’atnya di yaumul akhir nanti. Aamiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga melalui kesempatan ini penulis mohon saran dan masukan yang
membangun untuk perbaikan tugas ini. Terima Kasih.

Mataram, 21 September 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………

Daftar Isi……………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian harga diri…………………………………………………
B. Etiologi harga diri……………………………………………………
C. Tanda dan gejala harga diri………………………………………….
D. Penatalaksanaan medis dan keperawatan harga diri………………….
E. Asuhan keperawatan………………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………....
B. Saran ……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Spiritualitas adalah salah satu aspek kehidupan pasien yang sangat penting untuk
dipenuhi dalam perawatan kesehatan. Pentingnya spiritualitas dalam pelayanan kesehatan
dapat dilihat dari definisi kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang
menetapkan empat unsur kesehatan yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Spiritulitas dapat meningkatkan kesehatan mental terhadap suatu diagnosis penyakit
kronis. Kekuatan spiritual seseorang yang rendah dapat menimbulkan permasalahan psiko-
sosial di bidang kesehatan

Harga diri merupakan salah satu dimensi dari konsep diri. Harga diri adalah proses
evaluasi yang ditujukan individu pada diri sendiri, yang nantinya berkaitan dengan
proses penerimaan individu terhadap dirinya. Dalam hal ini evaluasi akan
menggambarkan bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukkan
penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukan sejauh mana individu tersebut
merasa mampu, sukses dan berharga. Secara singkat harga diri diartikan sebagai
penilaian terhadap diri tentang keberhargaan diri yang diekspresikan melalui sikap-sikap
yang dianut individu (Oktavianti, 2008).

Harga diri didefinisikan sebagai suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya
sendiri yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif maupun negatif.
Bagaimana seorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. (Tambunan dalam Henggaryadi, 2009).

Menurut Minchinton ( dalam Khalid 2011), self esteem adalah penilaian terhadap
diri sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia, berdasarkan pada kemampuan
penerimaan diridan perilaku sendiri.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan harga diri ?

2. Apa saja penyebab yang ada pada harga diri ?

3. Tanda dan gejala apa saja yang terjadi pada harga diri ?

4. Bagaimana penatalaksanaan harga diri baik secara medis ataupun keperawatan ?

5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada masalah harga diri ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk
menambah dan meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca
khususnya mahasiswa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang
mengarah pada dimensi negatif dan positif (Baron, dkk, dalam Simbolon,
2008; 10). Menurut Santrock (dalam Desmita, 2010; 165), harga diriadalah
dimensi penilaian yang menyeluruh dari diri. Harga diri (Self-Esteem) juga
sering disebut dengan Self-Worth atau Self-Image.
Frey dan Carlock (dalam Simbolon, 2008; 10) mengungkapkan bahwa
harga diri adalah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral
dan ambigu yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti cinta
diri sendiri. Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati dirinya
sendiri, mempertimbangkan dirinya berharga, dan melihat dirinya sama
dengan orang lain. Sedangkan harga diri rendah pada umumnya merasakan
penolakan, ketidak puasan diri dan meremehkan diri sendiri.
Sedangkan Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006; 4) mendefinisikan
harga diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap
dirinya sendiri.Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan dan
penolakan serta menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya
mampu, penting, berhasil dan berharga. Individu yang memiliki harga diri yang
positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri serta tidak cepat
menyalahkan dirinya atas kekurangan dan ketidak sempurnaan dirinya, selalu
merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri, selalu percaya diri
dalam menghadapi berbagai tantangan. Sedangkan individu yang memiliki
harga diri yang negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga, selalu
menyalahkan dirinya atas ketidak sempurnaan dirinya, cenderung tidak percaya
diri dalam melakukan setiap tugas dan tidak yakin dengan ide-ide yang
dimilikinya (Santrock, dalam Desmita, 2010; 165-166).
Harga diri merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia yang

dapat memberi perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna

sekalipun ia memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan.

Kebutuhan akan harga diri tidak akan pernah berhenti sehingga mendominasi

perilaku individu (Daradjat, 1990; 93).

Jika seseorang merasa tidak mempunyai harga diri yang tinggi

tentunya akan menyebabkan seseorang mempunyai harga diri rendah. Menurut

sdki, 2016 harga diri rendah adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak

berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.

2. Etiologi harga diri


Harga diri terdiri empat aspek yang dikemukakan oleh

Coopersmith (dalam Tyas, 2010; 33-35), yaitu:

1. Kekuatan (Power)

Kekuatan atau power menunjuk pada adanya kemampuan seseorang

untuk dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan mendapat

pengakuan atas tingkah laku tersebut dari orang lain. Kekuatan dinyatakan

dengan pengakuan dan penghormatan yang diterima seorang individu dari

orang lain dan adanya kualitas atas pendapat yang diutarakan oleh

seseorang individu yang nantinya diakui oleh orang lain.

2. Keberartian (significance)

Keberartian atau significance menunujuk pada kepedulian, perhatian,

afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain

yang menunjukkan adanya penerimaan dan popularitas individu dari

lingkungan sosial. Penerimaan dari lingkungan ditandai dengan adanya


kehangatan, respon yang baik dari lingkungan dan adanya ketertarikan

lingkungan terhadap individu dan lingkungan menyukai individu sesuai

dengan keadaan diri yang sebenarnya.

3. Kebajikan (virtue)

Kebajikan atau virtue menunjuk pada adanya suatu ketaatan untuk

mengikuti standar moral dan etika serta agama dimana individu akan

menjauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku

yang diizinkan oleh moral, etika, dan agama. Seseorang yang taat terhadap

nilai moral, etika dan agama dianggap memiliki sikap yang positif dan

akhirnya membuat penilaian positing terhadap diri yang artinya seseorang

telah mengembangkan harga diri positif pada diri sediri.

4. Kemampuan (competence)

Kemampuan atau competence menunjuk pada adanya performansi yang

tinggi untuk memenuhi keutuhan mencapai prestasi dimana level dan

tugas-tugas tersebut tergantung pada variasi usia seseorang.

Beberapa penyebab berdasarkan sdki, 2016

1) Terpapar situasi traumatis

2) Kegagalan berulang

3) Kurangnya pengakuan dari orang lain

4) Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan

5) Gangguan psikiatre

6) Penguatan negatif berulang


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
Menurut Kozier dan Erb (dalam Simbolon, 2008; 11) ada empat
elemen pengalaman yang berhubungan dengan perkembangan harga diri,
yaitu:
a. Orang-orang yang berarti atau penting
Seseorang yang berarti adalah seorang idividu atau kelompok yang memiliki peran
penting dalam perkembangan harga diri selama tahap kehidupan tertentu. Orang
yang berarti adalah orang tua, saudara kandung, teman sebaya, guru dan
sebagainya. Pada berbagai tahap perkembangan terdapat satu atau beberapa
orang yang berarti. Melalui interaksi sosial dengan orang yang berarti dan umpan
balik tentang bagaimana perasaan dan label orang yang berarti tersebut, individu
akan mengembangkan sikap dan pandangannya mengenai dirinya.
b. Harapan akan peran sosial
Pada berbagai tahap perkembangan, individu sangat di pengaruhi oleh
harapan masyarakat umum yang berkenaan dengan peran spesifiknya.
Masyarakat yang lebih luas dan kelompok masyarakat yang lebih kecil
memiliki peran yang berbeda. Harapan-harapan peran sosial berbeda
menurut usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, etnik dan identifikasi
karir.
c. Krisis setiap perkembangan psikososial
Dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan tertentu, individu akan
memiliki krisis disetiap tahap perkembangannya. Hal ini dikemukakan
oleh Erikson (dalam Monks, dkk, 2006; 279) dimana jika individu
tersebut gagal menyelasaikan krisis tersebut dapat menyebabkan masalah
dalam diri, konsep diri dan harga dirinya.
d. Gaya penanggulangan masalah

Strategi yang dipilih individu untuk menanggulangi situasi yang


mengakibatkan stres merupakan hal yang penting dalam menentukan
keberhasilan individu untuk beradaptasi pada situasi tersebut dan
menentukan apakah harga diri dipertahankan, meningkat atau menurun.
4. Karakteristik harga diri
Coopersmith (dalam Simbolon, 2008; 13) mengemukakan bahwa

ciri-ciri individu berdasarkan tingkat harga dirinya, yaitu:

a. Harga diri positif

1. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama

baiknya dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan

menghargai orang lain.

2. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat

menerima kritik dengan baik.

3. Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung bila

sesuatu berjalan diluar rencana.

4. Berhasil atau berprestasi dibidang akademik, aktif dan dapat

mengekspresikan dirinya dengan baik.

5. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri

dan mengaharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya.

6. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang

realistis.

7. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan.

b. Harga diri negatif

1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak

sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal

ini seringkali menyebabkan individu yang memiliki harga diri yang

rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya.

2. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya terhadap dunia luar dirinya


dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain.

3. Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit

baginya untuk menyesuaiakan diri dengan segala sesuatu yang belum

jelas baginya.

4. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga

kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat

mengekspresikan dirinya dengan baik.

5. Menganggap dirinya kurang sempurna dan segala sesuatu yang

dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun

dia telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala

perubahan dalam dirinya.

6. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientas yang

kurang realistis.

7. Selalu mearasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan

dari lingkungan.

5. Tanda dan gejala harga diri rendah


Tanda dan gejala harga diri dapat dinilai dari ungkapan yang menunjukkan
penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
1) Hal negative diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri
b. Data objektif
1) Penurunan produktifitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

Menurut sdki, 2016 terdapat tanda & gejala mayor/pun minor


Subjektif (mayor) :
1) Menilai diri negative (mis.tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu atau bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan sendiri
5) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
6. Penatalaksaan medis dan keperawatan pada harga diri
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara :
1) Perkenalkan diri dengan klien
2) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3) Buat kontrak asuhan
4) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
5) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
6) Penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang
negative setiap kali bertemu klien
c. Terapi suportif
Terapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi
agar penderita tidak merasa putus asa.
d. Terapi manipulasi lingkungan
Sumber-sumber yang bersifat terapeutik dapat memberikan penyembuhan
dapat berupa orang-orang terdekat, benda-benda kesayangan dan kegiatan
yang membawa kea rah penyembuhan
e. Terapi sumatoterapi : farmakologi dan electro comfulsif therapy (ECT)
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah tidak digolongkan
sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan
karena fungsi dari obat tersebut memblok pengambilan kembali
neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya
pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan
perasaan melankolis.

B. Konsep asuhan keperawatan pada masalah harga diri


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Rohmah,
2009). Jadi pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan
diagnosa keperawatan :
a. Pengumpulan data
Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai statuskesehatan dan
kemungkinan adanya masalah yang memerlukan intervensi dari
perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu
didapat secara nyata dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung
oleh perawat.
Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarganya. Adanya data ini di dapat melalui
wawancara perawat pada klien dan keluarganya. Untuk dapat menjaring
data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian.
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, ruang
rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
2) Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan
dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang
kerumah sakit, dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga
sebelum atau sesudah berobat kerumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang (Stuart, 2006).
a) Riwayat ganguan jiwa
b) Pengobatan
c) Aniaya
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
4) Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tanda-tanda vital:
tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan,
dan tinggi badan.
5) Pengkajian psikososial
a) Genogram
Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas,
pola asuh, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga dari
klein sebelumnya pernah mengalami penyakit gangguan
kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang tuanya
saat/sejak dari kecil, jarang diikitsertakan dalam
pengambilan keputusan, dan hubungan klien dengan
keluarga lainnya kurang harmonis.
Penjelasan :
Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya,
jelaskan masalah yang terkait dengan pola asuh kelurga
terhadap klien dan anggota keluarga lainnya, pola
komunikasi,pola pengambilan keputusan, dan faktor
herediter (Azizah : 2011).

b) Konsep diri
1) Gambaran`diri
Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak ada
keluhan apapun.
2) Identitas diri
Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya,
status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status
yang dibanggakan atau diharapkan dikeluarga maupun
masyarakat
3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
4) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekola, tempat kerja, masyarakat),harapan klien terhadap
penyakitnya.
5) Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata
dan perasaan dirinya lebih penting.
c) Hubungan sosial
1) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu
atau meminta dukungan
2) Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.
3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
4) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam
dan mengeksploitasi orang lain
d) Spiritual
1) Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman,
tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit
serta dengan penyembuhannya.

2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan


Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap
Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu
yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan
keagamaan.
e) Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang
minat untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam
tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda
adanya depresi atau skizoprenia.
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep,
2009).
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas
interaksi Yosep, 2009).
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup
yang pesimis (Yosep, 2009).
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu
berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep,
2009).
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep,
2009).
7) Persepsi
8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara
tentang sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit,
tetapi samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial
(pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan).
9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak
diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep,
2009)
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2006).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami
gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006).
13) Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, Daya
tilik diri
2. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data
tersebut dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien
(Rohman, 2009).
Data mayor &data minor pada gangguan konsep diri : harga Diri rendah yaitu :
Deskripsi Data mayor Data minor
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Deskripsi : Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya
Data Mayor Subyektif: - Mengeluh hidup tidak bernakna
- Tidak memiliki kelebihan apapun
- Merasa jelek
Data Mayor Objektif: - Kontak mata kurang

- Tidak berinisiatif berinteraksi


dengan orang lain

Data Minor Subyektif: - Mengatakan malas


- Putus asa ingin mati
Data Minor Obyektif: - Tampak malasmalasan
- Produktifita s menurun

3. Perencanaan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan
(Purba, Jenny Marlindawati, dkk. 2008)
1. Tindakan keperawatan pada pasien:
A. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan
4. Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

B. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki pasien, saudara dapat:
 Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki
sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap
kali bertemu pasien penilaian negatif.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara
dapat:

 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang


masih dapat digunakan saat ini setelah mengalami
bencana.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Harga diri merupakan penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang mengarah pada
dimensi negatif dan positif (Baron, dkk, dalam Simbolon, 2008; 10). Menurut Santrock
(dalam Desmita, 2010; 165), harga diri adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari diri

Harga diri merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat memberi
perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna sekalipun ia memiliki kelemahan
dan pernah mengalami kegagalan. Kebutuhan akan harga diri tidak akan pernah berhenti
sehingga mendominasi perilaku individu (Daradjat, 1990; 93).
B. Saran

Dari makalah yang telah kami buat dan kami telaah secara menyeluruh, kami
menyarankan kepada pembaca untuk mengetahui apa saja organ-organ, fungsi, dan kelainan-
kelainan pada sistem panca indera agar dapat menambah wawasan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Putrie, A. N. (2017). Hubungan spiritualitas terhadap harga diri orang tua yang memiliki anak
dengan sindrom down di potads. Repository.Uinjkt.Ac.Id.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36038

Febrina, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Harga Diri Rendah Kronis
di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D
III Keperawatan Padang. Politeknik Kemenkes Padang.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016. Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

https://repository.ump.ac.id/4496/3/LANI%20CAHYATI%20BAB%20II.pdf

Hamid, A. Y., 1999, Aspek Spiritual dalam keperawatan, Jakarta, Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai