Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

NAMA : BAIQ YUPITA ZULIATUL RAHMI


NIM : (1991005)

PROGRAM STUDI PERAWAT (DIII) FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2020/2021
KONSEP TEORI
A. KONSEP GERONTIK/LANSIA
a. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.
b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
c. Batasan Lanjut Usia
1) Pra usia lanjut (prasenilis)
Seseorang yang berusia 45-59 tahun
2) Lanjut usia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap masa tua
dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia
adalah sudah berumur atau tua.
3) Usia lanjut Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Usia lanjut Potensial
Usia lanjut yang masih mampu melaksanakan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa.
d. Perubahan pada Lanjut Usia Menurut Potter & Perry (2009) proses menua
mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
1) Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi
atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin
biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan
fisik, emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya
sakit. Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,
penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran
lender, penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat
patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
2) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial.
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit
dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan
dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk
menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL
merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan
kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan
perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan
kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial. Menurut
Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun
akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut :
a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
e. Tugas perkembangan Lansia
Kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruh
oleh proses tumbang pada tahap sebelumnya.
1) Mempersiapkan diri untuk pensiun
2) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
3) Mempersiapkan kehidupan baru
4) Melakukan penyesuaian terhadap kehiduan sosial/masyarakat secara santai
5) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
6) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi definisikan tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut WHO tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 90 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.
Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya
tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali
ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama
buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lansia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
5. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi meningkatnya resitensi pembuluh darah perifer

Penyebab hipertensi primer :

1. Factor keturnan
Dari data statistic terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhin timbulnya hipertensi adalah :
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Kebiasaan hidup
d. Mengkonsumsi garam yang tinggi
e. Kegemukan atau makan yang berlebih
f. Strees
g. Merokok
h. Minum alcohol
i. Minum obat obatan
Penyebab hipertensi sekunder :

1. Ginjal
2. Vascular
3. Kelainan endokrin
4. Saraf
5. Obat – obatan
3. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering
buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual,
muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medullaspinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatiske ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengandilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II,suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron olehkorteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal,menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnyaelastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

5. Pathway
Umur, Obesity, Jenis kelamin, gaya hidup

Hipertensi
Vasokintriksi ginjal otak

After load Vasokontriksi


pembuluk darah Suplai o2 ke Resistensi
ginjal otak pembuluh
COP darah otak

Aliran darah
pingsan Gangguan
perfusi Tekanan
jaringan pembuluh
Respon renin
Resiko darah otak
angiotensin dan
aldosteron tinggi
injuri
Nyeri tekan

aldesteron
Nyeri akut

Retensi Na

Edema

Kelebihan
volume cairan

6. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak dungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah
meningkat tanpa gela-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler.
Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,

tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ
lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan ganggguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi
hipertensi adalah :

Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
Berdasarkan penyebab Hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer


1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari ras kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gram), kegemukan atau makan berlebihan,
stress, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (Ephedrine, Prednison,
Epineprin).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut:
1. Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis, nekrosis tubular akut, tumor
2. Penyakit vaskuler: atreosklerosis, hyperplasia, thrombosis, aneurisma, emboli
kolestrol dan Vaskulitis
3. Kelainan endokrin: diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme
4. Penyakit syaraf: stroke, encephalitis, sindrom gulian barre
5. Obat-obatan: kontrasepsi oral, kortikosteroid (Aspiani, 2014)
7. Penatalaksanaan
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.


e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a.Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c.Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e.Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2. Riwayat Keluarga (Genogram)
Di sini menggambarkan tentang penyakit apa yang pernah di alami keluarga pasien dan

silsilahnya bagaimana bisa terjadi penyakit tersebut, misalnya keluarga pasien pernah

mengalami penyakit hipertensi sebelumnya atau pun bisa juga tidak, dan penggambaran

genogram nya juga berbeda per kolomnya contohnya di bawah ini :

3. Riwayat Pekerjaan
Mengkaji apakah si pasien masih

bekerja namun rata-rata

dengan pasien lansia

semuanya kebanyakan

sudah pensiun.

4. Riwayat Lingkungan

Mengkaji apakah lingkungan rumah bersih atau kotor dan bagaimana ventilasi rumah dan

apakah lingkungan rumah padat penduduk atau tidak bagi pasien lansia yang masihtinggal

di rumah.

5. Riwayat Rekreasi
mengkaji bagaimana pola rekreasi pasien lansia walaupun hanya bersantai di sekitar

rumah namun hal tersebut sudah termasuk dalam rekreasi

6. Sumber / Sistem Pendukung yang Digunakan

Mengkaji siapa dan bagaimana pasien lansia mencari atau mendapatkan bantuan apakah

dari keluarga jika masih punya keluarga atau dari masyarakat secara langsung ataupun dari

tenaga kesehatan.

7. Status Kesehatan Saat Ini

Mengkaji status kesehatan pasien pada saat di kaji bagaimana dan apa yang di keluhkan

oleh pasien lansia.

8. Status Kesehatan Masa lalu

a) Penyakit yang pernah di derita : mengkaji apakah pasien lansia pernah menderita

penyakit lain selain hipertensi.

b) Riwayatalergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : mengkaji apakah ada

penggunaan riwayat obat atau makanan atau kondisi cuaca yang membuat pasien alergi.

c) Riwayat kecelakaan : mengkaji apakah pasien lansia pernah mengalami kecelakaan

misalkan jatuh dari tangga, atau tertimpa benda padat ataupun yang elbih parah di

tabrak kendaraan roda dua.

d) Riwayat pernah dirawat di RS : mengkaji apakah sebelumnya pasien penah di rawat

di rumah sakit dengan penyakit tertentu.

e) Riwayat pemakaian obat : mengkaji apakah pasien lansia pernah menjalani atau

mendapati pemakaian obat-obatan tertentu yang pernah di minum.

9. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Kebiasaan yang mempengaruhi

kesehatan misal merokok, minuman keras, ketergantungan terhadap obat

( jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai )

b. Nutrisi metabolik Frekuensi makan ?, nafsu makan?, jenis makanan?, makanan yg tdk

disukai ?, alergi thdp makanan?, pantangan makanan?, keluhan yg berhubungan dengan

makan?

c. Eliminasi BAK : Frekuensi & waktu?, kebiasaan BAK pada malam hari?, keluhan yang

berhubungan dengan BAK? BAB : Frekuensi & waktu?, konsistensi?,keluhan yang

berhubungan dg BAB?, pengalaman memakai pencahar?

d. Aktifitas Pola Latihan Rutinitas mandi?, kebersihan sehari-hari?, aktifitas

seharihari?,apakah ada masalah dengan aktifitas?, kemampuan kemandirian?

e. Pola istirahat tidur Lama tidur malam?, tidur siang?,keluhan yang berhubungan dengan

tidur?

f. Pola Kognitif Persepsi Masalah dengan penglihatan (Normal?, terganggu

( ka/ki)?,kabur?,pakai kacamata?.Masalah pendengaran normal?,terganggu (ka/ki)?

memakai alat bantu dengar ?, tuli ( ka/ki ) ? dsbnya. Kesulitan membuat keputusan ?

g. Persepsi diri-Pola konsep diri Bagaimana klien memandang dirinya ( Persepsi diri

sebagai lansia?), bagaimana persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya?

h. Pola Peran-Hubungan Peran ikatan?, kepuasan?,pekerjaan/ sosial/hubungan

perkawinan ?

i. Sexualitas Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah ?

j. Koping-Pola Toleransi Stress Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana

penanganan terhadap masalah ?


k. Nilai-Pola Keyakinan Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality : menganut

suatu agama, bagaimana manusia dengan penciptanya ), keyakinan akan kesehatan,

keyakinan agama

Pemeriksaan Head to toe

a.    Keadaan umum      : mengkaji bagaimana ke adaan pasien lansia pada saat di kaji

b.    Kesadaran               : mengkaji bagaimana tingkat kesadaan pasien lansia apakah CM

atau apatis.

c.    Tanda-Tanda Vital   :  

TD    :160/100 mmHg

Suhu :37OC                        

Nadi  :89x/menit

RR    :21x/menit

d.   Integumen : meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur kulit,

kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.

e.    Kepala : bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna

kulit, adanya lesi atau tidak

f.     Mata : kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,

konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan

bola mata.

g.    Telinga : ukuran telingan ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman


pendengaran,
h.    Hidung : cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi
i.      Mulut : kebersihan mulut keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, bersih atau

tidak dan sehat atau tidak

j.      Leher : bagaimana manapalatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar

limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis

k.    Payudara : meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan

pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,

hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada

putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran

kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri

tekan).

l.      Paru-paru : inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan

otot bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus),

perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi

(peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).

m.  Jantung :   meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya pulsasi serta

ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk

mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung,bunyi

jantung tambahan, ada atau tidak bising/murmur)

n.    Gastrointestinal  : meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk

abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit

abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik

usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri


tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien)

dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).      

o.    Perkemihan        :  meliputi warna dan bentuk kemih dan adanya kesulitan atau tidak.
p.    Genetalia              :  meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta perineum terdapat
kelainan atau tidak.
q.    Muskuluskeletal   : meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas,

kesimetrisan cara berjalan. Kekuata otot dan adanya odema tau

tidak

Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial


a. Pengkajian Status Fungsional
N KRITERIA DENGAN MANDIRI
O BANTUAN

1 Makan 5 10

2 Aktivitas Toilet 5 10

3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15


sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur

4 Kebersihan diri mencuci muka, menyisir rambut, 0 5


menggosok gigi

5 Mandi 0 5

6 Berjalan di permukaan datar 10 15

7 Naik dan turun tangga 5 10

8 Berpakaian 5 10

9 Mengontrol defekasi 5 10

10 Mengontrol berkemih 5 10

TOTAL 100

.    PENILAIAN
0-20 : Ketergantungan
21-61 : Ketergantungan Berat/sangat tergantung
62-90 :Ketergantungan Moderat
91-99 : Ketergantungan Ringan
100 : Mandiri

Pengkajian Status Kognitif dan Afektif
Short Portable Mentol Status Questionnaire (SPMSQ)

Skor No. Pertanyaan Jawaban

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal,


tahun)

3. Apa nama tempat ini?

4. Berapa nomor telpon Anda?

4a. Dimana alamat Anda? (tanyakan


hanya bila klien tidak mempunyai
telepon)

5. Berapa umur Anda?

6. Kapan Anda lahir?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang?

8. Siapa presiden sebelumnya?

9. Siapa nama kecil ibu Anda?

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun

Jumlah kesalahan total

Penilaian SPMSQ
Keterangan :
1. Kesalahan 0 -2 : FungsiInteletualUtuh
2. Kesalahan 3-4 :KerusakanInteletualRingan
3. Kesalahan 5-7 :KerusakanInteletualSedang

Pengkajian Status Psikologis
Skala Depresi Yessavage
Skala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat

1.        Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda?(tidak)(ya)


2.        Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (ya) (tidak)
3.        Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong?(ya)(tidak)
4.        Apakah Anda sering bosan?(ya)(tidak)
5.        Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu?(tidak)(ya)
6.        Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda?(ya)(tidak)
7.        Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu?(tidak)(ya)
8.        Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan
melakukan sesuatu yang baru? (ya)
9.        Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan Anda daripada yang lainnya?(ya) (tidak)
10.    Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini?(tidak)(ya)
11.    Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang?
(tidak)
12.    Apakah Anda merasa penuh berenergi? (tidak)(ya)
13.    Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan?(ya)(tidak)
14.    Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)

Analisa hasil :
Skor <5 : kondisi normal
Skor 5-9 : kemungkinan depresi
Skor 10/lebih : depresi
d.   Pengkajian Status Sosial
APGAR keluarga

No. Fungsi Uraian Skore

1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima 2


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru

4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau mencintai

5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2


menyediakan waktu bersama-sama

Analisa hasil :
Skor : 8-10 : fungsi sosial normal
Skor : 5-7   : fungsi sosial cukup
Skor : 0-4   : fungsi sosial kurang/suka menyendiri
Kemungkinan diagnosa yang biasa muncul pada pasien lansia dengan hipertensi
 Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan

 Kebutuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan faktor biologis

 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan tekanan vaskuler

serebral

 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan proses penyususnan sebagai intervensi keperawatan yang


dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan
ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan (Hidayat,A.Alimul
Aziz, 2011).
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi serta
tergantung pada kondisi pasien atau menyesuaikan dengan keadaan pasien itu sendiri.
Evaluasi
a. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisa terhadap pasien
bagaimana respon langsung pasien)
b. Evaluasi sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu.Yogayakarta:Graha Ilmu.
Siti Nur Kholifah. (2016). Keperawatan Gerontik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Suryono, Wijayanti, R., & dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai