Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


HIPERTROFI PROSTAT

KELOMPOK II (DUA)

1. BAIQ YUPITA ZULIATUL RAHMI


2. BENI SETIAWAN
3. PITRIANI

PROGRAM STUDI PERAWAT (DIII) FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran allah swt atas rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini membahas “HIPERTROFI PROSTAT”
Tujuan pembuatan Makalah ini untuk mengingatkan kepada para pembaca tentang
bagaimana penyakit hipertrofi prostat. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberikan konstruksi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan Makalah ini.
Tentunya kami sadar bahwa dalam Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan keritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Mungkin hanya ini yang kami dapat berikan kepada pembaca dari hasil Makalah ini.
Karena itu kami berharap semoga Makalah ini dapat menjadi suatu yang berguna bagi kita
bersama. Semoga Makalah yang kami buat ini dapat membuat kita menuju kehidupan yang lebih
baik lagi. Aamiin

Mataram, 13 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang…………………………………………………………………….
b. Rumusan Masalah………………………………………………………………...
c. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertrofi Prostat…………………………………………………


B. Tanda dan Gejala Hipertrofi Prostat………………………………………….
C. Komplikasi pada Hipertrofi Prostat…………………………………………..
D. Patofisiologi Hipertrofi Prostat……………………………………………….
E. Path- Way Hipertrofi Prostat………………………………………………….
F. Proses Keperawatan Hipertrofi Prostat………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertrofi prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit


pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria
mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu
ada peningkatan yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30.
Hipertrofi prostat benigna timbul dalam jaringan kelenjar periurethral. Yang terlibat
tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan. Jaringan kelenjar peruiretral
meluas dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah. Jaringan hiperplastik bias
terdiri dari dari satu di antara lima pola histology stroma fibromuskular, muscular,
fibroadenomatosa.
Istilah hipertrofi sendiri sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi
adalah hiperplasi kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli
ke perifer dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah.
Hipertrofi prostat merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi dijakarta
dan merupakan kelaian kedua tersering setelah batu seluran kemih.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Hipertrofi Prostat?

2. Apa saja tanda dan gejala Hipertrofi Prostat?

3. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada Hipertrofi Prostat?

4. Bagaimana patofisiologi pada hipertrofi prostat?

5. Bagaimana path-way pada Hipertrofi Prostat?

6. Bagaimana proses keperawatan pada Hipertrofi Prostat?


C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan pada
mata kuliah “keperawatan medikal bedah” selain itu, tujuan penulisan makalah ini
tentunya untuk menambah ilmu pengetahuan serta wawasan para pembaca. Tujuan lainya
diantaranya :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Hipertrofi Prostat

2. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Hipertrofi Prostat

3. Mahasiswa mengetahui komplikasi-komplikasi pada Hipertrofi Prostat

4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Hipertrofi Prostat

5. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan path-way Hipertrofi


Prostat

6. Mahasiswa diharapkan mengetahui serta memahami proses keperawatan Hipertrofi


Prostat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertrofi Prostat

Benigna BPH (prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi


jinak. Kelenjar prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.

BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.

Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah


kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi tidak
lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh
pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria
mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas.

BPH adalah penyakit pembesaran prostat yang terjadi akibat proses


bertambahnya jumlah sel-sel kelenjar dan jaringan penyokong pada prostat
sehingga menimbulkan berbagai gejala terganggunya proses berkemih karena
letaknya yang mengelilingi uretra atau saluran kemih pria.Prostat adalah kelenjar
otot kecil dalam sistem reproduksi laki-laki, dari luar kita tidak dapat melihat
organ ini, karena letak prostat berada di dalam dan mengelilingi uretra.
B. Tanda dan Gejala

Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap
penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama penderita
benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah gangguan saat buang air kecil, yang
bisa berupa:

1. Urine sulit keluar di awal buang air kecil.


2. Perlu mengejan saat buang air kecil.
3. Aliran urine lemah atau tersendat-sendat.
4. Urine menetes di akhir buang air kecil.
5. Buang air kecil terasa tidak tuntas.
6. Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering.
Beser atau inkontinensia urine.

Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena
pembesaran prostat jinak, yaitu:
1. Berusia di atas 60 tahun
2. Kurang berolahraga
3. Memiliki berat badan berlebih
4. Menderita penyakit jantung atau diabetes
5. Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta
6. Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat

C. Komplikasi pada Hipertrofi Prostat

Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2005) komplikasi BPH adalah :


1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih.
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut
maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan
mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut
dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan
pielonefritis.
8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada waktu
miksi pasien harus mengedan.

D. Patofisiologi hipertrofi prostat

Kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia seiring dengan pertambahan


usia pada proses penuaan menimbulkan perubahan keseimbangan antara hormon
testosteron dan estrogen keadaan ini dapat menyebabkan pembesaran prostat, jika
terjadi pembesaran prostat maka dapat meluas ke kandung kemih, sehingga akan
mempersempit saluran uretra prostatica dan akhirnya akan menyumbat aliran
urine.
Penempitan pada aliran uretra dapat meningkatkan tekanan pada
intravesikal. Munculnya tahanan pada uretra prostatika menyebabkan otot
detrusor dan kandung kemih akan berkontraksi lebih kuat saat memompa urine,
penegangan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan perubahan anatomi
dari buli buli berupa : pembesaran pada otot detrusor, trabekulasi terbentuknya
selula, sekula, dan diventrivel kandung kemih.
Tekanan yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan aliran balik urine
ke ureter dan bila terjadi terus menerus mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis,
dan kemunduran fungsi ginjal.(Muttaqin, 2014). Salah satu upaya pengobatan
pada penderita benigna prostat hiperplasi adalah pembedahan terbuka merupakan
tindakan pembedahan pada perut bagian bawah, kelenjar prostat dibuka dan
mengangkat kelenjar prostat yang mengalami pembesaran, untuk mencegah
pembentukan pembekuan darah dialirkan cairan via selang melalui kandung
kemih, selang biasanya dibiarkan dalam kandung kemih sekitar 5 hari setelah
operasi dan kemudian dikeluarkan jika tidak ada pendarahan.

E. Pathway
F. Proses Keperawatan Hipertrofi Prostat

I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata Klien
Nama : Tn ”S”
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Yosudarso
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
No. Rm : 08-36-54
Tgl. Masuk : 10-8-2003
Tgl. Pengkajian : 2- 9-2003
B. Nama Penanggung Jawab
Nama : Tn “U”
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dalam keluarga : Anak Kandung
II. Keluhan Utama
Nyeri pada area bekas operasi
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Awalnya penyakit ini timbul sejak + 2 bulan yang lalu klien mengatakan
selalu BAK sedikit-sedikit tapi sering dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
Namun setelah itu klien tidak dapat miksi /retensi urine, sehingga keluarganya
membawa ke RS Pare-pare dengan tindakan pemasangan kateter. Namun satu
minggu dirawat di sana klien dirujuk ke RS. Labuang Baji Makassar dan klien
dianjurkan untuk dioperasi. Setelah operasi klien merasa nyeri utamanya pada
area tersebut.
P : Nyeri diraskan berat pada saat klien menggerakkan kakinya dan nyeri
berkurang pada saat tidak/kurang bergerak.
Q : Nyeri dirasakan pada saat akan buang air kecil
R : Gejala dirasakan klien pada daerah suprapubis (dibawah pusat)
S : Skala sedang
T : Gejala dirasakan sejak klien sudah dioperasi dan dirasakan sampai saat
ini. Pengkajian tgl. …..
B. Riwayat Kesehatan masa Lalu
- Klien tidak pernah dibawa ke RS.
- Klien tidak pernah mengalami Pembedahan
- Tidak ada riwayat alergi.
- Klien tdak pernah mengalami penyakit yang sama.
- Klien tdak pernah mengalami imunisasi lengkap.
- Klien tdak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram tiga generasi untuk pasien
G1

G2

G3

70 51

G4

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Sudah Meninggal
: Umur tidak diketahui
G1 : Kakek dan Nenek Meninggal
G2 : Ayah dan Ibu klien meninggal karena lanjut usia
G3 : Saudara dan saudara suami klien meninggal karena lanjut usia
G4 : Anak klien meninggal karena sakit
 tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
IV. Riwayat Psikososial
I. pola konsep diri : klien mampu menerima keadaan penyakitnya dan berharap cepat
sembuh.
II. Pola Kognitif : - Klien tidak mengalami disorientasi waktu tempat dan orang.
- klien dalam keadaan kesadaran baik.
III Pola Koping : klien selalu cemas dengan kondisi penyakitnya dengan sering
bertanya-tanya pada perawat.
IV. Pola interaksi - Hubungan klien dengan anggota keluarga baik/harmonis.
- Selama sakit klien selalu berinteraksi dengan baik terhadap
sesama klien maupun dengan petugas medis.
- Dukungan dari keluarga baik.
V. Riwayat Spritual
- Sebelum sakit klien rajin melaksanakan Ibadah, namun selama sakit klien sudah
tidak melaksanakan ibadah lagi.
- Keluarga klien banyak memberi suppor kepada klien agar tabah dalam
menghadapi penyakitnya dan menyerahkan sepenuhnya kapada Tuhan.
VI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien
- Tidak terdapat tanda-tanda distres
- Penampilan klien sesuai usianya.
- Ekspresi wajah nampak murung.
- Bicara, bahasanya bagus, mood ada keinginan agar cepat sembuh
dari penyakitnya.
B. Tanda-tanda Vital
TD : 160/100 mmhg
N : 80 x/1
S : 36 C
P : 24 x / I
C. Sistem Pernapasan
1. Hidung
Inpeksi : - bentuk simetris kiri dan kanan
- Tidak terdapat sekret dan tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Leher
Inpeksi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Dada
Inpeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Bunyi napas vasikuler
Frekuensi dan irama 24 x/ menit dan pernapasan teratur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
D. Sistem Kardiovaskuler
1. Conguntiva : anemis, bibir tidak pucat dan tidak pecah-pecah
2. Ukuran Jantung : normal, tidak ada pembesaran jantung.
3. Suara Jantung : S1 dan S2 murni, murmur dan gallop tidak ada
kapilary nefiling time 1 – 3 detik.
E. Sistem Pencernaan
1. Sklera : tidak ada gejala ikterus
Bibir : kering tidak pucat.
2. Mulut : Tidak ada gejala somatitis, gigi tinggal empat 2 di atas, 2
di bawah kemampuan menelan baik.
3. Gasfer : Tidak kembung, tidak terdapat nyeri tekan
4. Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar
Tidak ada pembesaran limfe
Auskultasi paristaltik 10 x/ menit.
5. Anus : Tidak ada haemoroid.
F. Sistem Indra
1. Mata
- Tidak ada kelainan pada kelopak mata
- Lapang pandang 18, penglihatan menurun karena faktor usia.
- Tidak ada rasa nyeri tekan pada kelopak mata
2. Hidung
- Bentuk simetris kiri dan kanan
- Tidak ada sekret dan tidak ada pembengkakan.
- Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung.
3. Telinga
- Canalis auditoris ada sekret sedikit.
- Fungsi pendengaran baik
- Daun telinga lentur dan utuh.
- Ada bulu pada lubang telinga
- Tidak ada nyeri tekan
G. Sistem Saraf
a. Status mental : baik, klien dapat mengenal keadaan sakitnya
b. Fungsi Cranial
N1 Olfaktorius ; penerimaan baik, dapat membedakan jenis bau.
N2 Optikus : Lapang Pandang 18 penglihatan menurun karena
faktor usia.
N3 Okulomotorius : Ada reaksi pupil pada saat diberikan rangsangan
cahaya.
N4 Trokhlear : Klien dapat melihat ke kiri dan ke kanan.
N5 Trigaminal : mata klien langsung mengedip saat disentuh dengan
pilihan kapas.
N6 Abducens : Klien dapat menatap dengan baik kearah mana saja.
N7 Fasial : Klien dapat mengedentifikasi semua rasa
(pengecapan baik).
N8 Auditori : Fungsi pendengaran baik, klien dapat
mendengarkan apa yang ditanyakan.
N9 Glosofaringial : Klien dapat menelan dengan baik
N10 Vagos : Pergerakan Uvula baik.
N11 Aseson : Klien dapat menggerakkan bahu dengan baik.
Aseson tidak ada kelainan.
N12 Hipogcosal : klien dapat mengeluarkan lidah denga baik, gerakan
lidah mampu kesegala arah.

c. Fungsi Motorik : Massa otot normal, tonus otot normal,


ekstermitas superior dan inferior, simetris kiri dan kanan.
d. Fungsi Sensor : Suhu normal
e. Fungsi Cerebral : Koordinasi baik
Keseimbangan baik
H. Sistem Integumen
1. Rambut : Distribusi merata sesuai dengan tempat tumbuhnya
warna putih(uban) sedikit hitam, mudah tercabut
2. Kulit : Target kulit mengikuti usia (keriput) warna sawomatang
3. Kuku : panjang warna merah muda.
I. Sistem Endokrin
- Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid
- Suhu tubuh normal
- Air kencing tidak dikelilingi semut.
J. Sistem Perkemihan.
- Klien sudah bisa buang air kecil
- Odem Palpebra tidak ada.
- Tidak ada penyakit seksual.
K. Sistem Reproduksi
Tidak ada penyakit hubungan seksual.
L. Sistem Umum
- tidak ada alergi, terhadap cuaca debu, zat kimia serta makanan.
- Klien tidak pernah diimunisasi
M. Kepala
Inspeksi : Meshocepal
Distribusi rambut merata rambut beruban.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kulit kepala
Tidak terdapat benjolan pada kepala.
Jenis Sebelum Sakit Selama sakit
Nutrisi
Selera makan. Baik menghasilkan porsi baik klien dapat
yang disediakan mengahbiskan porsi
yang disiapkan RS.
Menu makanan Nasi, sayur, lauk pauk. Sesuai diet anjuran
Frekuensi makan 3 x sehari Tidak teratur tapi sering
dalam 24 jam
Makanan yang disukai Tidak ada yang khas Tidak ada
Minuman yang disukai Tidak ada Tidak ada
Cairan
Cairan yang Air Putih/kopi Air putih/Susu
dikomsumsi dalam 24
jam 5 –6 gelas 4 – 5 gelas / hari
Frekuensi minuman
Eliminasi
BAK Toilet Toilet
Tempat Pembuangan 1-2 x / hari 2 – 3 x sehari
Frekuensi kekuning-kuningan Kekuning-kuningan
Warna
BAB WC WC
Tempat Pembuangan 1-2 x / hari Tidak Teratur
Frekuensi Setengah padat Encer
Konsentrasi Jalan pagi + ½ jam Jalan-jalan diluar
Olahraga bangsal kamase II
Segar Segar
Perasaan
Istirahat dan Tidur + 1 jam ( 14.00 – 15. 00) + 3 jam (tiadak teratur)
Jam tidur Siang + 6 jam (23.00 - 05.00) + 6 jam (tiadak teratur)
Jam Tidur malam
Personal Hygine 2 x sehari 1 x sehari
a. Mandi mandi sendiri di kmr mandi sendiri
- Cara
- Frekuensi 3 x seminggu 1 x seminggu
b. Keramas 1 x seminggu Tidak pernah
rambut 2 x sehari 1 x sehari
c. Gunting kuku Tidak pernah Tidak Pernah
d. Gosok Gigi 2 x sehari 1 x sehari
Rekreasi Hiperaktif Terbatas/berkurang
Ganti Pakaian
Imobilisasi

Dragnostik Test
Laboratorium tanggal 11 – 8 – 2003
- SGOT 29 U/L N 0-38/L
- SGPT 15 U/L N 0- 41/L
- Urium 35,9 mg/100 mol N 10- 50
- Kreatinin 0,95 mg/100 mol N 0,0 – 1,1
- Glukosa sewaktu 100 mg/100 mol N Sp 160
- Hgb 12,9 g/dl
Tanggal 22 – 8 – 2003
Hb 11,0 gr % LK 13-16 gr % Pr 12-14 %
Teraphy
- Coroflox 500 mg 2x1
- Ampicilin 3x1
- Loxonin 3x1

Klasifikasi Data

Data Subjektif
- klien mengeluh nyeri pada saat BAK
- Klien mengeluh sakitnya lama sembuh, dengan selalu menanyakan kepada
perawat tentang penyakitnya.
- Klien mengatakan nyeri pada bekas operasi.

Data Objektif
- klien nampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Bila nyeri mulai timbul bibir klien nampak kering.
- Klien tampak termenung sendiri
- Keluarga klien nampak cemas dengan kondisi klien.

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Masalah

N N D X Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi


o

1. Nyeri b/d terputusnya kontinitas 2 – 9 – 2003 5 – 9 – 2003


jaringan.

2. Ansietas b/d perubahan status 2 – 9 – 2003 6 – 9 – 2003


kesehatan.
Analisa Data

N0. Data Etrologi Masalah

1. DS Refensi Urine
- klien mengeluh nyeri pada saat Nyeri
Distensi Kandung Kemih
BAK.
- Klien mengatakan nyeri pada Penekanan Pada Ujung
bekas operasi. Saraf perifer
Dipersepsikan dikortekx
Do
Cerebri
- Klien nampak meringis
- Bila nyeri muali timbul bibir NYERI
klien nampak kering.

2. Ds Nyeri
Klien mengeluh sakitnya lama Ansietas
Perubahan Status
sembuh dengan selalu
Kesehatan
menanyakan kepada perawat
tentang penyakitnya.
Stressor bagi klien dan
keluarganya
Do
klien tampak gelisah Kurang Pengetahuan Dan
klien tampak termenung sendiri Informasi Tentang
keluarga klien nampak cemas Penyakit yang Dialami
dengan kondisi klien.
Koping Individu Tidak
Efektif

ANSIETAS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(CP 3)

Nama : Tn “S” Tgl. Masuk : 10 –8-2003


Umur : 70 tahun Tgl. Pengkajian : 2 –9 –2003
No. Rm : 08 – 36 – 54 DX Medik : BPH

ND Tujuan Intervensi Rasional


X
1. Nyeri berkurang/teratasi 1. Kaji Tingkat Memberi informasi dalam
dengan kriteria : Nyeri keefektifan interverensi
- Melaporkan nyeri hilang/
terkontrol Terbentur di tempat tidur
- Klien nampak rileks 2. Hindari Aktifitas adalah salah satu contoh
- Mampu tidur istirahat Yang Dapat tindakan yang dapat
dengan baik. Mencatuskan Atau memperkuat nyeri klien
Memperburuk
Nyeri.
Meningkatkan relaksasi
3. Ajarkan Klien menfokuskan kembali
Teknik Relaksasi perhatian dan dapat
(Napas Dalam) meningkatkan
kemampuan koping.

Tira baring mungkin


4. Pertahankan diperlukan pada awal
Tira Baring retensi akut, namun
ambulasi dini dapat
memperbaiki pola kemih.

Menghilangkan nyeri
5. Kolaborasi : berat memberikan
Narkotik, Efedrin relaksasi fisik dan mental

2. Ansietas berkurang/ hilang - Membantu klien dan


dengan krietria : 1. Berikan keluarganya untuk
- Klien tenang Informasi Kepada memahami tenteng
- Ekspresi wajah cena Klien Dan proses penyakitnya.
- Klien mau menerima Keluarganya
penyakitnya Tentang Proses
Penyakitnya. - Dengan pendekatan
2. Anjurkan kepada Tuhan dan taat
Kepada Klien beribadah maka klien
Untuk Selalu bisa tenang.
Mendekatkan Diri
Kepada Tuhan.
3. Tunjukan Sikap Sikap simpati merupakan
Simpati Pada Klien suatu dukungan moril dan
Dan Keluarganya. klien akan merasa bahwa
Ia tidak sendiri.

4. Kaji reaksi Informasi ini merupakan


psikologis klien petunjuk dalam
terhadap menentukan tindakan
diagnosis dan yang sesuai untuk
bagaimana klien dengan memudahkan
mengatasi stres koping.
yang dialaminya
pada masa lalu.

5. Beri Mendefinisikan masalah,


kesempatan pada memberikan kesempatan
klien untuk menjawab pertanyaan,
mengungkapkan memperjelas kesalahan
masalahnya. konsep dan solusi
pemecahan masalah
IMPLEMENTASI
CATATAN PERKEMBANGAN
(CP 4)
ND TGL. JAM IMPLEMENTASI PARAF
X
1. 3-9-03 09.00 Mengkaji tingakat nyeri
10.30 Menganjurkan kepada klien untuk
menghindari aktivitas yang dapat
mencatuskan atau memperburuk rasa nyeri
2. 11.00 Memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang proses penyakitnya

1. 4-9-03 09.00 Mengkaji tingakat nyeri


09.30 Menganjurkan kepada klien teknik relaksasi
(napas dalam)
09.40 Menganjurkan kepada klien agar selalu
baring.
2. 10.00 Memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang proses penyakitnya.
10.30 Menganjurkan klien agar selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan

1. 5-9-03 21.30 Mengkaji tingkat nyeri klien


Menganjurkan kepada klien agar
mempertahankan posisi tira baring
22.00 Menganjurkan kepada klien agar minum air
+ 2500 ml/hari agar aliran urinnya menjadi
lancar.
22.15 Mengajarkan klien teknik relaksasi (napas
dalam).
22.30 Menunjukkan sikap empati pada klien dan
keluarganya.

1. 6-9-03 21.00 Mengkaji tingkat nyeri klien


Mengajarkan klien teknik relaksasi (napas
dalam).
21.30 Mengakaji reaksi psikologis klien terhadap
diagnosis dan bagaimana cara klien
mengatasi stres yang dialami masa lalu.
2. 21.35 Memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang
kea rah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hypertropi sebenarnya tidak lah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hypertropi prostst, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hyperplasia (sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar
prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literature
di benigna hyperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah
umum dipakai.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan tersebut
dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa.

B. Saran

Sebagai seorang mahasiswa keperawatan sebaiknya nanyinya dalam memberikan asuhan


keperawatan juga harus memberikan pendidikan kesehatan, serta dapat menganjurkan pasien
untuk bergaya hidup sehat dan teratur. Dan semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://askep-laporan-pendahuluan.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-untuk-bph-
benigna.html

http://ners-suyatni.blogspot.com/2014/05/makalah-benigna-prostat-hiperplasia.html

      Smeltzer,C. Suzanne. 2002. Buku bAjar Keperawat Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta.EGC


           Price,A. Sylvia. 2006. Patofiologi Vol 2.Jakarta. EGC
   Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
 

     Nursalam. 2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika
www.Alodokter.com

www.Halodokter.com

Anda mungkin juga menyukai