PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan
satunya kasus penyakit bedah adalah pada pasien dengan Benigna Prostat
dua setelah penyakit batu saluran kemih. Pada tahun 2008 diperkirakan
1
penyakit BPH. Dilihat dari 200 juta lebih rakyat Indonesia, maka dapat
diperkirakan 100 juta adalah pria dan yang berusia 60 tahun keatas adalah
kira-kira 5 juta, maka dapat secara umum dinyatakan bahwa kira-kira 2,5 juta
Berdasarkan data melalui data pasien dari tahun 2014 hingga sampai
Agustus 2015 di RSUD RAA Soewondo Pati didapatkan data kasus Benigna
Gading RSUD RAA Soewondo Pati pada didapatkan data bahwa dalam waktu
6 bulan terakhir terhitung bulan Maret 2016 sampai Agustus 2016 didapatkan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Post Operasi Benigna
Prostat Hiperplasi (BPH) di Ruang Mawar RSUD RAA Soewondo Pati Tahun
2016”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
Hiperplasi.
Prostat Hiperplasi.
Prostat Hiperplasi.
C. Manfaat Penulisan
3
3. Bagi Rumah Sakit
4
BAB II
KONSEP DASAR
1. Pengetian
BPH adalah suatu kondisi patologis yang paling umum pada pria
2. Etiologi
a. Bertambahnya umur
5
Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan
prostat.
3. Manifestasi Klinik
kateter.
6
9) Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa
(Clevo, 2012).
4. Patofisiologi
terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
(Price, 2006).
Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah gabungan dari hal-hal
7
Kandung kemih yang teregang dapat teraba penuh akan menimbulkan
untuk memperbesar jalan keluar urin, dilatasi balon pada prostat untuk
bedah yaitu kateter uretra permanen yang ditempatkan pada uretra pars
8
5. Patways
BPH
(benikna prostat hiperplasia)
post op
Intoleransi
aktivitas
9
Sumber : Price (2006)
6. Pemeriksaan Penunjang
kandung kemih.
10
i. Sistouretrografi berkemih : digunakan sebagai ganti IVP untuk
(Doenges, 2003).
7. Penatalaksanaan
a. Tindakan Keperawatan
b. Terapi medis
11
sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapy apapun. Tujuan terapi
leher buli-buli.
dan tentolamin.
c. Pembedahan
1) Reseksi
yang buruk.
12
Pendekatan ini mempersingkat hari rawat namun sering
2) Prostatektomi
suprapubik
3) Prostatektomi
perineal
13
inkontinensia, impotensi atau cedera rektal lebih mungkin
4) Prostatektomi
retropubik
dan letak bedah lebih mundah untuk dilihat, infeksi dapat cepat
5) Insisi prostat
transuretral (TUIP)
d. Komplikasi
14
1) Komplikasi yang berkaitan dengan prostatektomi bergantung
retrogard
B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
a. Sirkulasi
b. Integritas Ego
rangsang.
c. Eliminasi
15
Kebutuhan pola istirahat dan tidur yang tidak relavan akan
f. Nyeri / Kenyamanan
g. Seksualitas
prostat.
2. Diagnosa Keperawatan
operasi.
nutrisi kurang.
3. Fokus Intervensi
2) Kriteria Hasil :
16
b) Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan
3) Intervensi :
analgetik.
punggung)
timbul ketidaknyamanan.
17
g) Berikan analgetik sesuai indikasi
nyeri.
operasi
2) Kriteria Hasil :
3) Intervensi :
TD dan pernapasan.
berkeringat pusing/pingsan.
kerja/jantung.
18
Rasional : mencegah adanya kekauan sendi dan peningkatan
ADL
nutrisi kurang.
2) Kriteria Hasil :
3) Intervensi:
19
Rasional : membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-
diantisipasi.
20
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
2) Kriteria Hasil :
3) Intervensi :
dan pernapasan.
21
Rasional : Mengurangi adanya bakteri dan memberikan
informasi
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di ruang mawar pada tanggal 5 Agustus 2016 jam 08.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
22
Pekerjaan : Buruh
No. RM : 116002
Nama : Tn. S
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Keluhan Utama.
bawah.
R : Nyeri pada luka post operasi dibagian perut kuadran kanan bawah
3. Riwayat kesehatan
23
kasar, jika disentuh terasa sakit. Oleh keluarganya pasien kemudian
50 mg, amlodipi 5 mg, lasix 2 mg, prefat sirup 2 cendok makan. Dari
maupun minuman.
24
1) Sebelum sakit : pasien menyatakan bahwa sehat adalah kondisi
Bila sakit pasien akan dibelikan obat di toko. Bila tidak ada
b. Nutrisi metabolisme
gangguan saat makan. Mimun air putih antara 7-8 gelas perhari.
2) Selama sakit : saat ini pasien mendapat diit ruangan yaitu diit
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit :
menggunakan pengencer.
2) Selama sakit
25
b) BAK : pasien BAK melalui selang DC, BAK pasien
1) Selama sakit : Pasien tidur malam 6-8 jam, dari jam 21.00-
menggunakan obat tidur. Pasien tidur siang 1-2 jam, tidak ada
penghantar tidur.
2) Selama sakit : Pasien dapat tidur 8-10 jam perhari, dan tidur
sering terbangun.
26
menyatakan nyeri pada daerah operasi (pada suprapubik) terutama
juga baik. Selama sakit pasien ditunggui oleh ayah dan ibunya.
buruh.
masalah.
27
1) Sebelum sakit : pasien beragama islam, menyatakan bahwa
sholat 5 waktu.
berdoa.
2) Tanda-tanda vital.
TD : 120/80 mmHg.
RR : 24 x/menit.
N : 84 x/menit.
S : 36,9 o C.
3) GCS :
1) Motorik : 1 2 3 4 5 6
2) Verbal :1 2 3 4 5
3) Eye :1 2 3 4
b. Kepala : Bentuk mesocepal, bersih, tidak ada lesi pada kulit, rambut
sclera warna putih, normal, reflek pupil mengecil jika ada rangsang
28
e. Mulut : gigi lengkap tidak ada tanda-tanda karies, bibir kering.
h. Dada
1) Paru
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
2) Jantung
Perkusi : pekak
i. Abdomen
3) Perkusi : thimpani
kuadran 4
j. Genetalia : terpasang DC
l. Ekstremitas
29
1) Atas : kekuatan otot kanan berkurang akubat terpasang infus RL
normal.
6. Data Penunjang.
Ht 34,8 34-48 %
Ht 34,5 34-48 %
30
KHER 36,2 30-37 g/dl.
Ht 34,3 34-48 %
1) USG.
Kesan : BPH
2) Foto toraks
Kesan : Normal
7. Theraphy
1) 5 Agustus 2016
Parenteral :
a) Infus RL 20 tpm.
31
d) Injeksi Ketorolax 3 x 30 mg.
f) Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
Parenteral :
a) Infus RL 20 tpm.
f) Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
Parenteral :
a) Infus RL 20 tpm.
f) Injeksi Ranitidine 2 x 50
ANALISA DATA
32
1 5 Agustus Ds : Pasien menyatakan nyeri Terputusnya Nyeri.
2016 pada daerah luka post operasi kontinuitas
13. 00 di bagian perut bawah. jaringan
Do :
1. P : Pasien mengatakan
nyeri jika bergerak
2. Q : Nyeri pasien seperti
tertusuk-tusuk
3. R : Nyeri pada luka post
operasi dibagian perut
kuadran kanan bawah
4. S : Nyeri sedang dengan
skala 6
5. T : Nyeri bertambah jika
dipakai mengejan
6. Ekspresi wajah
7. Tampak menahan nyeri.
8. Pasien terlihat memegangi
perutnya
9. N : 84 x/menit.
10. RR : 24 x/menit.
11. TD : 120/80 mmHg
2 5 Agustus Ds : Pasien mengatakan masih Kelemahan fisik Intoleransi
2016 lemah dan nyeri, ADL masih pasca operasi aktivitas
13.10 dibantu oleh keluarga.
Do :
1. Pasien terlihat bedrest
2. Aktifitas dibantu keluarga
3. Hb : 10,9 g/dl
3 5 Agustus Ds : Pasien menyatakan nyeri Adanya porte de Resiko tinggi
2016 pada daerah luka post operasi entry infeksi
13.20 di bagian perut bawah.
DO :
33
1. Luka post operasi dibagian
perut kuadran kanan bawah
dengan balutan kasa steril
2. Leukosit 15. 000 / ul.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
34
menentukan posisi lengan, ukuran
nyaman baju, dan adanya
drain
mempengaruhi
kemampuan
pasien untuk
rileks dan tidur
secara efektif
4. Berikan tindakan 4. Meningkatkan
kenyamanan dasr relaksasi
(contoh perubahan
posisi pada
punggung/sisi yang
tak sakit, pijat
punggung)
5. Dorong ambulasi 5. Meningkatkan
dini dan relaksasi,
penggunaan teknik
relaksasi
6. Tekan/sokong dada 6. Memudahkanb
saat nafas dalam partisipasi pada
aktivitas tanpa
timbul ketidak
nyamanan.
7. Kolaborasi dalam 7. Memberikan
pemberian penghilangan
analgetik ketidaknyamanan/
nyeri.
05/8/2016 II Setelah dilakukan 1. Dorong pasien 1. Mencegah adanya
15.30 tindakan keperawatan untuk ROM aktif kekakuan sendi
selama 3x24 jam maka dan peningkatan
pasien dapat melakukan sirkulasi
mobilisasi secara 2. Observasi tekanan 2. Mengidentifikasi
35
mandiri dengan kriteria darah, nadi,suhu, peningkatan TD,
hasil : pernapasan N, S, RR
1. Menunjukkan 3. Anjurkan pasien 3. Membantu
tingkat mobilitas untuk mobilisasi kemandirian
fisik secara mandiri mandiri secara pasien dalam
penuh bertahap pemenuhan ADL
2. Aktifitas kehidupan 4. Bantu ambulasi dan 4. Pasien akan
sehari-hari secara atur posisi tubuh merasa tidak
mandiri pasien yang benar seimbang dan
dapat
memerlukan
bantuan sampai
terbiasa terhadap
perubahan.
5. Monitor 5. Untuk
keterbatasan merencanakan
aktivitas, intervensi
kelemahan saat selanjutnya
aktivitas
6. Libatkan keluarga 6. Untuk membantu
dalam ADL pasien kesembuhan
pasien
05/8/2016 III Setelah dilakukan 1. Observasi tekanan 1. Mengidentifikasi
15.30 tindakan keperawatan darah, nadi, suhu, peningkatan TD,
selama 3x24 jam maka pernapasan N, S, RR
tidak terjadi infeksi 2. Pantau tanda dan 2. Membantu
dengan kriteria hasil : gejala infeksi menentukan
1. Bebas dari tanda derajat penurunan
infeksi TD, takikardi,
2. Hasil laborat normal disritmia,
3. Pasien mengatakan takipnea, adalah
tahu tentang tanda indikasi dari
infeksi kerusakan
36
toleransi jantung
terhadap aktifitas
3. Anjurkan pasien 3. Membatasi
untuk istirahat komplikasi,
mendorong
gerakan yang
cukup untuk
mencegah
komplikasi
4. Pantau hasil 4. Mencegah terjadi
laborat komplikasi
5. Instruksikan untuk 5. Mengurangi resiko
menjaga hygine infeksi
pribadi untuk
melindungi tubuh
dari infeksi.
6. Ajarkan pada 6. Mengurangi
pasien/keluarga adanya bakteri dan
tentang tanda memberikan
infeksi informasi
7. Lakukan ganti 7. Mengurangi
balut adanya infeksi
8. Kolaborasi 8. Mencegah
pemberian terjadinya infeksi
antibiotik.
D. Implementasi
37
2. Nadi : 88x/ menit
3. Suhu : 36,30 C
4. RR : 23x/ menit
15. 50 1 Mengkaji S: Pasien mengatakan “ nyeri
karakteristik nyeri terasa diperut kanan bawah”.
pasien O: Pasien terlihat meringis saat
menggerakan badan.
1. P : Nyeri bertambah saat
bergerak
2. Q : Nyeri seperti disayat
3. R : Nyeri pada daerah
abdomen sebelah kanan
bawah
4. S : Skala nyeri 6
5. T : Nyeri hilang timbul.
16.00 1 Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
relaksasi napas dalam O: Pasien tampak
memperhatikan dan mengikuti
instruksi perawat
16. 10 1 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
untuk mengulang O: Pasien tampak lebih nyaman
teknik napas dalam
tersebut apabila nyeri
dirasakan
16.20 1, 3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya bu”
pemberian Infus O: Obat masuk lewat selang
metronidazol 3 x 500 infus, tidak ada sumbatan, tidak
mg, Infus cipro ada phlebitis.
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg
17.00 3 Melibatkan keluarga S:Keluarga mengatakan “Nggeh
dalam pemenuhan bu”
38
ADL pasien O: keluarga pasien tampak
membantu pasien untuk duduk.
18.00 1,2,3 Mengukur tanda- S: Pasien mengatakan “ ya bu”
tanda vital pasien O:
1. Nadi: 80x/ menit
2. Suhu: 36,70C
3. TD: 120/ 80 mmHg
4. RR: 23x/ menit
18.50 3 Melibatkan keluarga S: Pasien mengatakan “ ya bu”
dalam pemenuhan minum dan makan.
ADL pasien O: Pasien tampak minum dan
makan dibantu oleh suaminya.
19.15 3 Menganjurkan pasien S: Keluarga mengatakan “ ya
untuk melakukan bu”.
ADL secara mandiri O: pasien tampak duduk
secara bertahap bersandar di tempat tidur, pasien
tampak nyaman
39
07.30 1 Mengkaji karakteristik S: Pasien mengatakan “nyeri
nyeri pasien terasa diperut bagian bawah”
O: Pasien tampak kesakitan.
1. P : Nyeri bertambah saat
bergerak
2. Q : Nyeri seperti disayat
3. R : Nyeri pada daerah
abdomen sebelah kanan
bawah
4. S : Skala nyeri 5
5. T : Nyeri hilang timbul
07.40 4 Mempertahankan S : pasien mengatakan “nggeh
balutan yang oklusif pak “
O : balutan pada luka post
appendiktomi oklusif
08.05 1 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
untuk mengulang O: Pasien tampak lebih nyaman
teknik napas dalam
apabila nyeri
dirasakan
08.50 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”
untuk miring kanan O: Pasien tampak nyaman
dan kiri
09.10 1, 3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya bu”
pemberian Infus O: Obat masuk lewat selang
metronidazol 3 x 500 infus, tidak ada sumbatan, tidak
mg, Infus cipro ada phlebitis.
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg.
09.25 2 Merawat luka pasien S : Pasien mengatakan “ ya bu”
O : luka tampak masih basah
40
12.00 1,2,3 Mengukur tanda-tanda S: Pasien mengatakan “ ya bu”
vital pasien O:
1. TD: 120/ 80 mmHg
2. Nadi: 83x/ menit
3. Suhu: 36,30 C
4. RR: 23x/ menit
13.00 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya pak”
untuk miring kanan O: Pasien tampak nyaman
dan kiri
14.50 1 Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
relaksasi napas dalam O: Pasien tampak
memperhatikan dan mengikuti
instruksi perawat
15. 55 1 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
untuk mengulang O: Pasien tampak lebih nyaman
teknik napas dalam
tersebut apabila nyeri
dirasakan
16.00 1,3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya pak”
pemberian Infus O: Obat masuk lewat selang
metronidazol 3 x 500 infus, tidak ada sumbatan, tidak
mg, Infus cipro ada phlebitis.
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg
18.00 1,2,3 Mengukur tanda- S: Pasien mengatakan “ ya bu”
tanda vital pasien O:
1. Nadi: 80x/ menit
2. Suhu: 36,70C
3. TD: 130/ 80 mmHg
4. RR: 23x/ menit
18.50 3 Melibatkan keluarga S: Pasien mengatakan “ ya bu”
dalam pemenuhan O: Pasien tampak minum dan
41
ADL pasien makan dibantu oleh suaminya.
22.10 2 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”
untuk miring kanan O: Pasien tampak nyaman
dan kiri
23.30 1,3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya bu”
pemberian Infus O: injeksi masuk melalui selang
metronidazol 3 x 500 per infus ceftriaxon 1 gram
mg, Infus cipro
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg
07/8/2016 1,2,3 Mengukur tanda-tanda S: Pasien mengatakan “ ya bu”
05.30 vital O:
1. TD: 110/ 80 mmHg
2. Nadi: 83x/ menit
3. Suhu: 36,50 C
4. RR: 23x/ menit
06.30 1 Mengkaji krakteristik S: Pasien mengatakan “ nyeri
nyeri terasa diperut kanan bawah”.
O: pasien tampak kesakitan
1. P : Nyeri bertambah saat
bergerak
2. Q : Nyeri seperti disayat
3. R : Nyeri pada daerah
abdomen sebelah kanan
bawah
4. S : Skala nyeri 3
5. T : Nyeri hilang timbul.
08.10 1 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya pak”.
untuk mengulang O: Pasien tampak lebih nyaman
teknik napas dalam
tersebut apabila nyeri
dirasakan
42
09.20 1,3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya pak”
pemberian Infus O: Obat masuk lewat selang
metronidazol 3 x 500 infus, tidak ada sumbatan, tidak
mg, Infus cipro ada phlebitis.
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg
10.30 3 Mengkaji tingkat S: Pasien mengatakan sudah
aktivitas pasien dapat jalan ke toilet tapi dengan
bantuan
O: Pasien terlihat dibantu
keluarganya untuk ke toilet.
11.00 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya pak”
untuk beraktifitas O: Pasien terlihat makan dan
mandiri secara minum tanpa bantuan
bertahap keluarganya.
12.00 1,2,3 Mengukur tanda- S: Pasien mengatakan “ ya bu”
tanda vital pasien O:
1. TD: 120/ 80 mmHg
2. Nadi: 83x/ menit
3. Suhu: 36,80 C
4. RR: 24x/ menit
12.30 3 Melibatkan keluarga S: Keluarga mengatakan “
dalam aktivitas pasien Nggeh pak “
O: pasien terlihat dibantu
keluarga ke toilet.
43
teknik napas dalam
tersebut apabila nyeri
dirasakan
16.00 1, 3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya bu”
pemberian Infus O: Obat masuk lewat selang
metronidazol 3 x 500 infus, tidak ada sumbatan, tidak
mg, Injeksi Ketorolax ada phlebitis.
3 x 30 mg, Injeksi
Kalnex 3 x 500 mg
18.00 1,2,3 Mengukur tanda- S: Pasien mengatakan “ ya bu”
tanda vital pasien O:
1. Nadi: 80x/ menit
2. Suhu: 36,70C
3. TD: 120/ 80 mmHg
4. RR: 23x/ menit
18.50 3 Melibatkan keluarga S: keluarga mengatakan “ ya
dalam pemenuhan bu”
ADL pasien O: Pasien tampak minum dan
makan dibantu oleh suaminya.
19.15 3 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
untuk melakukan O: pasien tampak duduk
ADL secara mandiri bersandar di tempat tidur, pasien
secara bertahap tampak nyaman.
20.15 1 Menganjurkan pasien S: Pasien mengatakan “ ya bu”.
untuk mengulang O: Pasien tampak lebih nyaman
teknik nafas dalam
tersebut apabila nyeri
dirasakan
23.30 1,3 Melakukan kolaborasi S: Pasien mengatakan “ ya bu”
pemberian Infus O: injeksi masuk melalui selang
metronidazol 3 x 500 per infus ceftriaxon 1 gram dan
mg, Infus cipro kalnex 500 mg.
floxaxin 2 x 500 mg,
Injeksi Ketorolax 3 x
44
30 mg, Injeksi Kalnex
3 x 500 mg
08/8/2016 1,2,3 Mengukur tanda-tanda S: Pasien mengatakan “ ya bu”
05.30 vital O:
1. TD: 110/ 80 mmHg
2. Nadi: 83x/ menit
3. Suhu: 36,50 C
4. RR: 23x/ menit
06.30 1 Mengkaji krakteristik S: Pasien mengatakan “ nyeri
nyeri terasa diperut kanan bawah
sudah jauh berkurang”
O: pasien tampak rileks
1. P : Nyeri bertambah saat
bergerak
2. Q : Nyeri seperti disayat
3. R : Nyeri pada daerah
abdomen sebelah kanan
bawah
4. S : Skala nyeri 1
5. T : Nyeri hilang timbul.
E. Evaluasi
45
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri jarang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan
2. Mengkaji tanda-tanda vital
3. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar (contoh
perubahan posisi pada punggung atau sisi yang tak
sakit, pijatan punggung)
5. Dorong ambulasi dini penggunaan teknik relaksasi
6. Tekan/sokong dada saat latihan nafas dalam
7. Berikan analgetik sesuai indikasi
08/8/2016 2 S: Pasien mengatakan ADL mulai bisa mandiri
10.10 O : Pasien tampak latihan gerak dengan duduk dan
miring kanan kiri.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
08/8/2016 3 S: Pasien mengatakan luka sudah mulai kering
10.20 O: Luka tampak mulai mengering, suhu 36,8 0C
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
46
A. Kesimpulan
bahwa pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen bagian bawah, skala nyeri 6 dan nyeri
47
6. Evaluasi yang didapatkan pada Tn. K pada diagnosa nyeri yaitu masalah
intervensi.
B. Saran
1. Bagi Perawat
melakukan pengkajian dengan teliti sesuai konsep teori dan literatur yang
3. Bagi pasien
Hiperplasia (BPH).
DAFTAR PUSTAKA
48
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol
2. EGC : Jakarta
49