KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk,
2016 ).
tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun
(Tanto, 2014)
B. ETIOLOGI
pada BPH terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel.
Pemeriksaan micropis menunjukan bahwa BPH tersusun atas stroma dan epitel
pada prostat.
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan
C. PATOFISIOLOGI
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013). Kontraksi yang terus-menerus
Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur
pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal
sehingga terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non
(Haryono, 2012)
D. MANIFESTASI KLINIS
bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS) yang terdiri atas gejala
miksi yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat
didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan,
anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal
ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar
E. KOMPLIKASI
(Wulandari,2019):
miksi.
3. Hernia/hemoroid.
5. Hematuria.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
biasa di temukan ada tidaknya nodul, selain itu sapat dilakukan ragio
2. Laboratorium
a. Urinalisa
Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan
sebaiknya dilakukan biopsy prostat, demikian pula bila nila PSA >
Pemeriksaan lain
(Carr, et all,2019)
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan). Pengkajian data
(Azizah, 2018)
Pengkajian pada klien BPH post oprasi secara umum berfokus pada pola
metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan
terapi dokter.
Klien yang dilakukan anastesi pasca operasi tidak boleh makan atau
urine dapat terjadi bila terdapat bekuan darah pada kateter, sedangkan
kateter selama 6-14 hari, pada paha dilakukan perekatan kateter tidak
g. Pemeriksaan fisik
posisi intra operative. Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan
mampuan makan
Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan keerawatan 1. Manajemen nutrisi a. Untuk mengetahui adanya alergi pada
angan nutrisi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari a. Catat jika klien memiliki alergi pasien
kurang dari kebutuhan tubuh, klen dapat menunjjukan b. Catat makanan kesukaan klien b. Untuk menambah nafsu makan klien
kebutuhan c. Berikan makana tinggi kalori, protein dan minuman yang c. Agar pola diet klien akan
tubuh b.d 1. Status nutrisi yang baik mudah di konsumsi mengidentifikasi
ketidak Dengan riteria hasil d. Ajarkan klien membuat catatan makanan kekuastan/kebutuhan/defisiensi nutrisi
mampuan a. Masukkan nuteisi e. Timbang berat badan secra tertatur d. Mengetahui makanan kesukaan klien
makan b. Masukkan makanan dengan f. Kolaborasi dengan ahli gizi dan menyediakannya kepda klien
cairan e. Mengetahui perubahan BB klien setiap
c. Tingkatkan energi harinya
d. Berat badab stabil f. Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dan
e. Nilai laborturium tidak seenaknya sendiri memilih
makanan
Difisit Setelah dilakukan tindakan keerawatan 1. Bantu dalam perawatan diri (mandi, berpakaian, berhias, a. Membantu klien mencapai tingkat
Perawatan diri Difisit perawatan diri , klien dapat makan, toileting) fungsional tertinggi sesui
b.d kendala a. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang kemampuannya
lingkunagan Dengan kriteria hasil mandiri. b. Membantu klien terhadap kemandirian
a. Makan b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk klien
b. berpakaian kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. c. Petugas dan penghargan dapat
c. toileting c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang mendorong aktivitas sehari-hari
d. mandi normal sesuai kemampuan yang dimiliki. d. Mendorong kemandirian klien dan
e. berhias d. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri kepercayaan terhadap kemampuan
f. hygiene bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. dirinya
g. oral hygiene e. Meyakinkan kepada klien terhadap
e. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian,
h. ambulasi: berjalan kemampuan dirinya
i. ambulasi: wheelchair
j. transfer performance
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keerawatan 1. Kontrol Infeksi a. Agar membuat kenyamanan klien dan
b.d prodesur resiko infeksi, klien dapat a. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh mencegah penyeba infeksi
invasi klien b. Mencegah terjadinya infeksi
1. Pengetahuan klien tentang kontrol infeksi b. Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan c. Menjaha kebersihan diri dan lingkungan
Kriteria hasil c. Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan tepat agar tidak mengadirkan mokroorganisme
a. Menerangkan cara-cara penyebaran d. Berikan terapi antibiotik yang dapat meninfeksi
b. Menerangkan factor-faktor yang e. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan d. Mencegah infeksi terjadi
berkontribusi dengan penyebaran gejala dari infeksi e. Mengetahui penyebab tanda dan gejalal
c. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala f. Ajarkan klien dan anggota keluarga bagaimana mencegah terjadinya infeksi
d. Menjelaskan aktivitas yang dapat infeksi f. Mengatasi terjadinya infekkssi
meningkatkan resistensi terhadap
infeksi
diberikan sebelum evaluasi. Pada tahap ini semua rencana yang telah
diberikan baik itu prioritas maupun non prioritas akan diterapkan dan
dilaksanakan terhadap klien. Pada tahap ini dituntut sikap kompeten dan
profesional dari tenaga kesehatan guna mendapatkan hasil yang maksimal dan
disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
E. EVALUASI
(Purwanto, 2018).
Lampiran
PATHWAY
Post Oprasi
Terputusnya
kontinuitas jaringan Kerusakan jaringan
Bekuan darah
Trauma integritas
bekas Penurunan
resectocopy Spasmen Urin
pertahanan tubuh Risiko pendarahan
Retensi Urin
Rangsangan Resiko infeksi
saraf
diameter
kecil Saraf eferen Nyeri Akut
merespon