Anda di halaman 1dari 38

Asuhan

Keperawatan
Sindrom Nefrotik
pada ANAK

II REGULER A

Kelompok :
Sellya Putri Widowati

P27820113001

Fitri Qurani P27820113004


Nia Puspitasari P27820113008
Ukhidza Fitratul Himmah

P27820113010

Gerishela Wimanda Putri

P27820113015

Merry Definna Sandi

P27820113022

Fadilah Revo Endyana P27820113025


Izza Devi Yanuariska

P27820113026

Moh. Mustakim P27820113030

Laporan
Pendahuluan

Pengertian
Sindrome nefrotik (Nephrotic Syndrome) adalah suatu
sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi akibat berbagai
penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan proteinuria
(protein di dalam air kemih), menurunnya kadar albumin dalam
darah, penimbunan garam dan air yang berlebihan, dan
meningkatnya kadar lemak dalam darah.
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan
edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

1.

Proteinuria
Proteinuria (albuminuria) adalah suatu kondisi dimana terlalu
banyak protein dalam urin yang dihasilkan dari adanya kerusakan.

2.

Hipoproteinemia
Hipoproteinemia atau rendahnya kandungan protein plasma yang
menyebabkan merembesnya/ keluarnya cairan dari pembuluh
darah.

3.

Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia dalah rendahnya kadar albumin (protein)
didalam darah akibat dari proteinuria.

4.

Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kolesterol
atau trigliserida tinggi di dalam darah

5.

Edema
Akibat nefrotik membuat jaringan bengkak, dan bila dilakukan
penekanan tidak cepat kembali ke keadaan semula. Edema
umumnya terjadi pada kaki dan pergelangan kaki.terlebih bila
berdiri dalam waktu yang lama.

Etiologi
Sebab yang pasti dari sindrom nefrotik belum diketahui. Akhir-akhir
ini sindrom nefrotik di anggap suatu penyakit auto immune. Jadi
merupakan suatu reaksi antigen-anti bodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
1. Sindroma nefrotik bawaan
2. Sindroma nefrotik sekunder
3. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

Patofisiologi
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan
proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan
onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari
intravaskuler ke intestisial. Volume plasma, curah jantung dan kecepatan
filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin
plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai
peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.
1)

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat


pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

Lanjut
2)

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan


kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.

3)

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari


peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan
plasma albumin dan penurunan onkotik plasma d.Adanya hiper
lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan
lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).

4)

Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan


disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau
defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

Pa
th
wa
y

La
nj
ut

Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephritic
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya
terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus
eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi
system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindrom Nefrotik Kongenital
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif
autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya
pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit
ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi
pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan
dialysis.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami
Sindrom nefrotik adalah:
1. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan
jaringan periorbital.
2. Proteinuria dan albuminemia.
3. Hipoproteinemi dan albuminemia.
4. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
5. Lipid uria.
6. Mual, anoreksia, diare.
7. Anemia, pasien mengalami edema paru.
8. Mual, anoreksia, diare.
9. Anemia, pasien mengalami edema paru.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Urine

2.

Urinalisis dan bila perlu biakan urin

3.

Pemeriksaan darah (HB, Leukosit, hitung jenis, trombosit,


hematokrit, LED).

4.

Kadar albumin dan kolesterol plasma

5.

Titer ASO dan kadar komplemen C3 bila terdapat hematuria


mikroskopis persisten

6.

Biosi ginjal

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Terapeutik
1. Diit tinggi protein.
2. Pembatasan sodium jika anak hipertensi.
3. Antibiotic untuk mencegah infeksi.
4. Terapi deuritik sesuai program.
5. Terapi albumin jika intake oral dan output urine kurang.
6.
Terapi predinson dengan dosis 2 mg/kg/per hari sesuai
program. (suriadi,2001)

Penatalaksanaan medis untuk sindroma nefrotik mencakup


komponen perawatan berikut ini :
1.

Pemberian kortikosteroid (prednison).

2.

Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin).

3.

Pengurangan edema : diuretic dan restriksi natrium (diuretika


hendaknya digunakan secara cermat untuk mencegah terjadinya
penurunan volume intravaskuler, pembentukan trombus dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit).

4.

Inhibitor
enzim
pengkonversi-angiotensin
(menurunkan
banyaknya proteinuria pada glomerulonefritis membranosa).

5.

Klorambusil dan siklofosfamid (untuk sindroma nefrotik tergantung


steroid dan pasien yang sering mengalami kekambuhan).

6.

Obat nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan berhubungan


dengan edema dan terapi infasive.

Komplikasi
1.

Hypovolemia berat

2.

Infeksi skunder ( Pnemococcus, Bronkopnemonia, Peritonitis)

3.

Dehidrasi

4.

Proteinuria berat

5.

Ganggun koagulasi (Venous Trhombosis, Emboli pulmoner,


syok)

6.

Malnutrisi (Hypoalbunemia berat dan berlangsung lama )

7.

Gagal ginjal akut ( penurunan fungsi ginjal yang irreversible )

8.

Peningkatan terjadinya aterosklerosis, peningkatan serum


kolesterol total yang berlangsung lama dan tidak terkontrol.

ASUHAN
KEPERAWATA
N

PENGKAJIAN
I.

Data subjektif
1. Identitas
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien dan identitas orang tua. Sindrom nefrotik
lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6
th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh
dan kelainan genetik sejak lahir. Jenis kelamin : anak laki-laki lebih
sering terjadi dibandingkan anak perempuan dengan rasio 2:1.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan utama
Biasanya pada anak ditemukan badan bengkak, muka sembab
dan napsu makan menurun, kaki edema, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya acites).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun,
konstipasi, diare, urine menurun.

c.

Riwayat penyakit dahulu


Apakah pernah menderita penyakit edema masa neonatus, malaria, riwayat
dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakt hipertensi pada masa
sebelumnya, penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

d.

Riwayat Penyakit Keluarga


Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani
dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua
tahun setelah kelahiran. Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga
seperti DM yang memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik.

e.

Riwayat kehamilan dan persalinan ibu dahulu


1) Prenatal
Tanyakan usia saat hamil, apakah anaknya yang di harapkan, apakah
kehamilan ada keluhan, tanyakan pada ibu kehamilan yang keberapa
2) Intranatal
Tanyakan jenis persalinan apakah terdapat komplikasi saat persalinan
(perdarahan), APGAR SCORE apakah ada trauma saat melahirkan berat
badan lahir bayi.
3) Postnatal
Apakah saat bayi lahir langsung menangis atau tidak, apakah bayi muntah
setealh di breri ASI.

f.

No.
1.
2.

Riwayat Imunisasi
Jenis

Waktu

immunisasi

pemberian

BCG
DPT (I,II,III)
Polio

3.

(I,II,III,IV)

4.

Campak

5.

Hepatitis

Frekuensi

Reaksi setelah
pemberian

Frekuensi

g.

Riwayat Tumbuh Kembang


a) Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan
: .kg
2. Tinggi badan
:. cm.
3. Waktu tumbuh gigi :. gigi tanggal
.. Jumlah gigi ...................... buah.
b) Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling
: bulan
2. Duduk
: bulan
3. Merangkak
: bulan
4. Berdiri
: tahun
5. Berjalan
: tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : tahun
7. Bicara pertama kali
: .................. tahun
dengan menyebutkan : .......
8. Berpakaian tanpa bantuan
: ...

c)

Perkembangan untuk usia anak diatas 6 tahun :


1) Perkembangan psikoseksual
Anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain
dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak lakilaki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih
dekat dengan ayah.
2) Perkembangan psikososial
Anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu
memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya
diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
3) Perkembangan kognitif
Masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia
dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
4) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang
dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jarijarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal
empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang
dewasa.

h.

Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Ibu membawa anaknya ke RS karena .........................
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :
3. Perasaan orang tua saat ini : Kecemasan orang tua terhadap
kondisi anaknya.
4. Orang tua selalu berkunjung ke RS.............................
5. Yang akan tinggal dengan anak : ................................
b)

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap.


Biasanya anak akan sedih, perasaan berduka, gangguan tidur,
kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi,
perasaan berpisah dari orang tua, teman.

i.

Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Dengan siapa klien diasuh
sehari-hari
2. Hubungan dengan angota
keluarga
Dengan siapa klien paling
dekat.
3. Hubungan dengan teman
sebaya
Bagaimana hubungan klien
dengan teman sebaya.
4. Pembawaan secara umum
Klien pendiam, ceria,
pemarah, pemurung.
5. Lingkungan Rumah
Keadaan sekitar rumah bersih
atau tidak, tinggal di mana
deket irigasi, sawah, atau
pantai.

j.

Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksia, mual, muntah,
hepatomegali, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat,
2. Pola eliminasi
Diare, oliguria Urine/24 jam 600700 ml, hematuri, proteinuria,
oliguri.
3. Pola aktivitas dan latihan
Mudah lelah, malaise
4. Pola istirahat tidur
Susah tidur
5. Pola mekanisme koping
Cemas, maladaptif
6. Pola persepsi diri dan konsep
diri
Putus asa, rendah diri

II.

Data Objektif
Observasi dan Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Keadaan Umum
klien lemah dan terlihat sakit berat.
2. Kesadaran
Biasanya compos mentis.
3. Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah
Pada anak dengan sindrom nefrotik biasanya tekanan darah normal,
atau sedikit meningkat.
2. Nadi
Pada anak dengan sindrom nefrotik biasanya nadi berkisar 70 110
X/mnt
3. Suhu
Biasanya suhu badan normal
4. Pernafasan
Saat bernafas, sesak napas, ronchi, serta nyeri dada. Frekuensi
pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit.
4. Berat Badan : Biasanya terjadi peningkatan

5.

Pemeriksaan Fisik ( Head To Toe )


a. Kepala dan Wajah
Cembung dan terlihat edema pada wajah (moon face)
b. Mata
Amati bentuk dan kesimetrisan. Warna konjungtiva biasanya anemis,
biasanya sembab, ikhterus akibat edema periorbital.
c. Hidung
Amati kesimetrisan, kebersihan lubang hidung biasanya terdapat
pernapasan cuping hidung bila terjadi edema pada rongga pleura.
d. Telinga
Amati bentuk kesimetrisan, keadaan lubang telinga dan kebersihan
fungsi pendengaran, dapat di tes dengan memanggil nama.
e. Mulut
Amati bentuk kesimetrisan, mukosa bibir kering, pucat (sianosis).
f. Leher
Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.

g.

Dada
Jika terdapat efusi pleura maka akan terjadi retraksi saat
bernafas, sesak napas, ronchi, serta nyeri dada. Frekuensi
pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit. Nadi 70 110
X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg, hipertensi ringan
bisa dijumpai.

h.

Abdomen
Biasanya terjadi pembesaran abdomen, edema (asites) mukosa
usus menyebabkan diare turgor kulit tidak elastis, lingkar
abdomen meningkat.

i.

Daerah genitalia
Amati bentuk dan kebersihan daerah sekitar genetalia biasanya
dengan pembengkakan pada labia atau skortal.

j.

Daerah anus
Amati kebersihannya, biasanya anak menderita diare, prolaps ani.

k.

Ekstremitas
Ukur lingkar lengan, biasanya terdapat edema, pucat, CRT <3
detik, ekstremitas teraba dingin jika sirkulasi perifer terganggu
akibat edema periorbital.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas
glomerulus.

2.

Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan


malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan
penurunan napsu makan.

3.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang


menurun.

4.

Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan


yang asing (dampak hospitalisasi).

PERENCANAAN
1

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein


sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
Tujuan

: Volume cairan tubuh anak akan seimbang

Kriteria hasil

: Penurunan edema, ascites, kadar protein darah

meningkat, output urine adekuat 600 700 ml/hari,

Intervensi
Rasional
1. Catat intake dan output secara 1. Evaluasi harian keberhasilan terapi
akurat

dan dasar penentuan tindakan.

2. Kaji dan catat tekanan darah, 2. Tekanan darah dan BJ urine dapat
pembesaran abdomen, BJ urine

menjadi indikator regimen terapi.

3. Timbang berat badan tiap hari 3. Estimasi penurunan edema tubuh


dalam
skala yang sama

4. Mencegah

edema

berat

4. Berikan cairan secara hati-hati 5. Pembatasan


dan diet rendah garam.
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.
skala yang sama

bertambah

untuk

protein

meringankan

kerja hepar

dan

bertujuan
beban
mencegah

bertamabah rusaknya hemdinamik


ginjal.

Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan


malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan
napsu makan.
Tujuan
Kriteria hasil

: Kebutuhan nutrisi akan terpenuhi


: Napsu makan baik, tidak terjadi

hipoprtoeinemia, porsi makan yang


dihidangkan dihabiskan, edema dan
ada.

ascites tidak

Intervensi
1. Catat

intake

Rasional

dan

output 1. Monitoring asupan nutrisi bagi

makanan secara akurat


2. Kaji

adanya

anoreksia, 2. Gangguan nuirisi dapat terjadi

hipoproteinemia, diare.
3. Pastikan

anak

tubuh

mendapat

secara

perlahan.

sebagai reaksi edema intestina

makanan dengan diet yang 3. Mencegah


cukup

Diare

status

menjadi lebih buruk

nutrisi

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang


menurun.
Tujuan

: Tidak terjadi infeksi

kriteria hasil
: Tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital
dalam batas normal, ada perubahan
perilaku keluarga dalam melakukan
perawatan.

Intervensi
1. Lindungi anak dari

Rasional
orang- 1. Meminimalkan
masuknya

orang yang terkena infeksi


melalui

organisme

pembatasan

pengunjung.
2. Tempatkan anak di ruangan 2. Mencegah terjadinya infeksi
non infeksi.
3. Cuci

nosokomial.

tangan

sebelum

sesudah tindakan.
4. Lakukan

tindakan

secara aseptik

dan 3. Mencegah terjadinya infeksi


nosokomial.

invasif 4. Membatasi masuknya bakteri


ke dalam tubuh. Deteksi dini
adanya

infeksi

mencegah sepsis.

dapat

Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan


yang asing (dampak hospitalisasi).
Tujuan

: Kecemasan anak menurun atau hilang

Kriteria hasil
: Kooperatif pada tindakan keperawatan,
komunikatif pada perawat, secara verbal
mengatakan tidak takur.

Intervensi

Rasional

1. Validasi perasaan takut atau cemas

1. Perasaan

adalah

nyata

dan

membantu pasien untuk tebuka


sehingga dapat menghadapinya
2. Pertahankan kontak dengan klien

2. Memantapkan

hubungan,

meningkatan ekspresi perasaan.


3. Upayakan

ada

keluarga

yang 3. Dukungan yang terus menerus

menunggu

mengurangi

ketakutan

atau

kecemasan yang dihadapi.


4. Anjurkan

orang

membawakan
keluarga.

tua

mainan

atau

untuk 4. Meminimalkan
foto

hospitalisasi

dampak
terpisah

anggota keluarga.

dari

EVALUASI
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi, meliputi:
1.

Kelebihan volume cairan dapat teratasi

2.

Meningkatnya asupan nutrisi

3.

Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari

4.

Penurunan tingkat kecemasan

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai