Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASKEP HYPERTROPI PROSTAT


Dosen Pembimbing : Muhtar, S.Kep.Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH KELOMPOK: 3


ANGGOTA :
1. FISAHTUL MUTMAINNAH
2. RATU BUDI ASTUTI
3. NURDIN
4. NURSUCIATI
5. INTAN CAHAYANDARI
6. MUSLIADIN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN BIMA
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang “Askep
Hypertropi Postat”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berktibusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepasnya dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segalanya saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapata memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca. Sehingga menambah wawasan para pembaca.

Kota Bima, 2022

Mahasiswa

2
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….................…....… 4
B. Tujuan…………...................……………………………………….……...…... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Hypertropi Postat..………..............................………..……...… 6
B. etiologi................................................................................................................. 7
C. patofisiologi......................................................................................................... 7
D. manifestasi klinik................................................................................................. 8
E. komplikasi.......................................................................................................... 10
F. pemeriksaan diagnosis........................................................................................ 10
G. penatalaksanaan................................................................................................... 11
H. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………….........…… 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………….......………......……..….......…. 16
B. Saran……………………………………………...…………......……..…..…… 16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi
kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995).Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan
jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior darikandung kencing. Prostat normal
beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi
oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.
Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring
dan berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari
spingter uretra eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli- buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadiretensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas. Oleh karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhankeperawatan yang
komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
 Sebagai bahan referensi dalam melaksanakn Asuhan Keperawatan BPH
 Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kliendengan BPH secara komprehensif
 Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH . Mampu
menganalisa dan

4
menentukan masalah keperawatan pada klien BPH. Mampu melakukan intervensi
dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul padaklien
BPH. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
klien BPH.
 Agar semua mahasiswa, khususnya para pembaca mengetahui bahwa apa
sebenarnya yang dimaksud dengan BPH, apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya,gejala yang ditimbulkan dan bagaimana proses perawatan dan
pengobatannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat
Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau
hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian
(sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna
hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah
umum dipakai.
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim
de, 1998).
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra
pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
(secara umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
urethral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal
671).
Kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars
Prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli
(Poernomo, 2000, hal 74).

6
B.   Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat kaitannya dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
  Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
  Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
  Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
  Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
  Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat
mengakibatkan proliferasi sel transit ( Roger Kirby, 1994 : 38 ).
C.   Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi
reduksi testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein

7
yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329;
Poernomo, 2000 hal 74).
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi
penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga akan
terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329; Poernomo, 2000
hal 76).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal (Poernomo, 2000, hal 76).
D.   Manifestasi Klinik
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih.
1.  Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms
(LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif meliputi:
  (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
  (nokturia),  terbangun untuk miksi pada malam hari
  (urgensi)  perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan sulit di tahan
  (disuria).nyeri pada saat miksi

8
Gejala obstruktif meliputi:
  rasa tidak lampias sehabis miksi,
  (hesitancy), yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
adanya tekanan dalam uretra prostatika.
  (straining)  harus mengejan
  (intermittency)  yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
  dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan
inkontinensia karena overflow.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah,
beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi
dan dihitung sendiri oleh pasien.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa
gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang
merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal ginjal
dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik
dan neuropati perifer.
3.  Gejala di luar saluran kemih
Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan
hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000,
hal 77 – 78; Mansjoer, 2000, hal 330).
4. warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.

9
Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai
tanda dan gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah Retensi kronik
dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b.
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia /
hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya
batu. Hematuriaf, Pielonefritis, Aterosclerosis, Infark jantung, Impoten, Haemoragik
post operasi, Fistula, Striktur pasca operasi & inconentia urine.
F. Pemeriksaan Diagnosis
  Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
  Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy,
foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal

10
buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal
(TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran
prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat
dan Wim De Jong, 1997).
  Prostatektomi Retro Pubis
  Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya
ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.
  rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
  Prostatektomy
merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang
memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaikialiran urin dan menghilangkan
retensi urinaria akut.
G.  penatalaksanaan
Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesterone
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.
Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal

11
H.  Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
1)  Pengkajian
Data subyektif :
o    Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
o    Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
o    Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
o    Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
Data Obyektif :
o    Terdapat luka insisi
o    Takikardi
o    Gelisah
o    Tekanan darah meningkat
 Ekspresi w ajah ketakutan
 Terpasang kateter
2)  Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
  Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
   Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
  Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
  Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme
melalui kateterisasi
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,
perawatannya.
3)   Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan
derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.      

12
.
Intervensi:
a.  Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
b.  Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
c.   Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d.   Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
e.  Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi
sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a.   Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b.  Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c.  Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,
takikardi, dispnea)
d.  Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau
jaringan
e.  Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari
kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000
ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training)

13
15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk
melakukannya.
3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran
ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan
fungsi seksualnya
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas
secara optimal.
Intervensi :
a.   Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan
perubahannya
b.   Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c.  Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
d.   Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
e.   Beri penjelasan penting tentang:
a.   Impoten terjadi pada prosedur radikal
b.    Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c.    Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari
hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme
melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
a.  Tanda-tanda vital dalam batas normal
b.  Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c.  Luka insisi semakin sembuh dengan baik

14
Intervensi:
a.  Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan,
kebocoran)
c.  Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan
drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin
dressing
e.  Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit, perawatannya
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan
mendemonstrasikan perawatan
Intervensi :
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang
penyakit, perawat
b.  Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
o Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
o Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi

15
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak
selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan
uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun
gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a.
Retensi urinb. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd.
Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari
miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g.
Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang
mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan
mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa
sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus
dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka
mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
B. Saran
 Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran
kemih,pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan
sebagai wujud pencegahan atau menjaga kesehatan diantaranya perbanyaklah
mengkonsumsi air mineral,minimal 8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk
melancarkan pencernaan dan kinerja fungsi ginjal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.
Surabaya.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai