Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya
penyusunan dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 Tentang Askep
Benign Prostatic Hyperplasia. Makalah ini merupakan keharusan untuk diselesaikan oleh
mahasiswa Akper Buntet Pesantren Cirebon
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memantapkan pembelajaran
teori yang sudah dipelajari sebelumnya
Dalam proses pembuatan makalah ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan semangat dari awal hingga akhir
penyusunan makalah ini dan segala hormat kami ucapkan banyak terimakasih kepada ibu dan
bapak Dosen di kampus sehingga kami dapat menerapkan ilmu yang bapak dan ibu berikan
kepada kami.
Ucapan terimakasih ini juga kami ucapkan kepada Ns. Ibu Mesaroh, S.Kep. Ners ,
MM selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dengan segala
kekurangannya. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dan
pembaca sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang makalah ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai masalah
saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai dengan umur,
terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit prostat menyebabkan
pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya penekanan/pendesakan uretra pars
intraprostatik, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi
traktus urinarius memerlukan tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering
dari timbulnya gejala dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat.
Radang prostat yang mengenai sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak
sengaja pada jaringan prostat yang diambil dari penderita hiperlasia prostat atau
karsinoma prostat (J.C.E Underwood, 1999).
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang
penyakit BPH mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila
tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan
bagaimana cara penyebaran penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan
menyebabkan obstruksi uretra. Secara kuratif perawat berperan memberikan obat-obatan
sebagai tindakan kolaborasi dengan tim dokter. Aspek rehabilitatif meliputi peran
perawat dalam memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat klien dengan BPH
dirumah, serta memberikan penyuluhan tentang pentingnya cara berkemih. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Perkemihan Post Open Prostatectomi
atas Indikasi Benigna Prostat Hiperplasia”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi BPH ?
2. Apa Etilogi BPH ?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi BPH ?
4. Bagaimana Patofis BPH ?
5. Apa Manifestasi Klinik BPH ?
6. Bagaimana Klasifikasi BPH ?
7. Apa Diagnostik Pemerikasaan BPH ?
8. Apa saja Komplikasi dari BPH ?
9. Bagaimana Askep BPH ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang Definisi BPH
2. Agar mahasiswa/i mengetahui Etilogi BPH
3. Agar mahasiswa/i mengetahui anatomi dan fisiologi BPH
4. Agar mahasiswa/i mengetahui Patofis BPH
5. Agar mahasiswa/i mengetahui Klinik BPH
6. Agar mahasiswa/i mengetahui Klasifikasi BPH
7. Agar mahasiswa/i mengetahui Diagnostik Pemerikasaan BPH
8. Agar mahasiswa/i mengetahui Komplikasi dari BPH
9. Agar mahasiswa/i mengetahui konsep asuhan keperawatan BPH
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hiperplasia prostat jinak atau Benign prostatic hyperplasia (BPH) juga dikenal
sebagai hipertrofi prostat jinak (secara teknis keliru), pembesaran prostat jinak (BEP),
dan hiperplasia adenofibromyomatous, mengacu pada peningkatan ukuran prostat. Ada
beberapa referensi pengertian bph menurut beberapa sumber bacaan diantaranya:
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai sekarang
belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya
Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. (Roger Kirby,
1994 : 38).
1. Jaringan Kelenjar 50 – 70 %
2. Jaringan Stroma (penyangga) & Kapsul/Musculer 30 – 50 %
D. PATOFISIOLOGI
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor
berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah.
Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan
kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah,
kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat
sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat
Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid
puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine
dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia
Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam
beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan
mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi
oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan
kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi
urine.Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal
(Sunaryo, H. 1999 : 11)
E. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat
Hipertrofi: Retensi urin. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing. Miksi yang tidak
puas. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia). Pada malam hari
miksi harus mengejan. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria). Massa pada
abdomen bagian bawah. Hematuria. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak
untuk mengeluarkan urin). Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall.
Berat badan turunm. Anemia.Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama
sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin
selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya
merusak ginjal.
F. KLASIFIKASI BPH
Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine
kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram.
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat,
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas
atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine
lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik
dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b.
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia /
hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu.
Hematuria. Sistitis dan Pielonefritis
BAB III
A. FOKUS PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi dapat
penulis kelompokkan menjadi:
a. Data subyektif :
b. Data Obyektif:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat
kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,
takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau
jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari
kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000
ml/hari, jika tidak ada kontra indikasi. Berikan latihan perineal (kegel training)
15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk
melakukannya.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi
seksualnya
Kriteria hasil :
Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas
secara optimal.
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan
perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pemecahan masalah fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
Intervensi:
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi :
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi acuan
dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum menentukan
rencana tindakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer et all. (2006) Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeusculapius. Jakarta
Carpenito, Linda Jual. (2003). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).
PT EGC. Jakarta.