Disusun Oleh :
Kelompok 3
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KAB UPATEN PURWOREJO
Jln Raya Purworejo–Kutoarjo Km. 6,5 Grantung, Bayan, Purworejo
Tlp. (0275) 3140576 - 7530232 Fax: (0275) 3140576 Purworejo, 54152
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih pula saya ucapkan kepada Bapak Wahyu Widodo selaku dosen
pembimbing. Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman serta pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah yang berjudul
“Benigna Prostate Hyperplasia” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta
dapat digunakan dengan sebaik mungkin. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Kami sadari, dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan untuk
kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.
Purworejo,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN……………….……………………………………………..
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan……………………………..…………………………………...
BAB II TINJAUAN TEORI……………………….………………………………….
A. Pengertian........................................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi............................................................................................................4
C. Etiologi............................................................................................................................7
D. Patofisiologi....................................................................................................................8
E. Patoflowdiagram...........................................................................................................11
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................14
H. Penatalaksanaan Medis..................................................................................................14
I. Komplikasi....................................................................................................................15
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Benign prostate hyperplasia atau sering disebut pembesaran prostat jinak adalah
sebuah penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa di Amerika dimana terjadi
pembesaran prostat (Dipiro et al, 2015). BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana
sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh
hormon seks dan respon sitokin. Pada penderita BPH hormon dihidrotestosteron (DHT)
sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin dapat memicu respon inflamasi dengan
menginduksi epitel. Prostat membesar mengakibatkan penyempitan uretra sehingga
terjadi gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi
lemah (Skinder et al, 2016).
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram.
Kelenjar prostat yang terbagi atas beberapa zona, antara lain zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler, dan zona periuretra. Sebagian besar
hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional (Reynard J., 2006).
C. Etiologi
D. Patofisiologi
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel
berinteraksi. Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon
sitokin. Di dalam prostat, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT
merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH ini. Pada
penderita ini hormon DHT sangat tinggi dalam jaringan prostat. Sitokin berpengaruh
pada pembesaran prostat dengan memicu respon inflamasi dengan menginduksi epitel.
Prostat membesar karena hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang
mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung
kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016). Penyebab BPH masih
belum jelas, namun mekanisme patofisiologinya diduga kuat terkait aktivitas hormon
Dihidrotestosteron (DHT).
DHT merupakan suatu androgen yang berasal dari testosteron melaui kerja
enzim 5α-reductase dan metabolitnya, 5α- androstanediol merupakan pemicu utama
terjadinyaa poliferase kelenjar pada pasien BPH. Pengubahan testosteron menjadi DHT
diperantai oleh enzim 5αreductase. Ada dua tipe enzim 5α-reductase, tipe pertama
terdapat pada 10 folikel rambut, kulit kepala bagian depan, liver dan kulit. Tipe kedua
terdapat pada prostat, jaringan genital, dan kulit kepala. Pada jaringan-jaringan target
DHT menyebabkan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar prostat (Mc Vary et al,
2010).
E. Patoflowdiagram
F. Tanda Dan Gejala
Gejala saluran kemih bagian atas berupa, nyeri pinggang, benjolan di daerah
pinggang, demam dan mual.
Gejala di luar saluran kemih akibat benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
hernia inguinalis, hemoroid, dan inkontinensia paradoksal.[1-3,5,6,17]
Gejala pada saluran kemih bagian bawah terdiri atas gejala iritatif (storage
symptoms) dan gejala obstruksi (voiding symptoms).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
hyperplasia adalah:
a. Darah lengkap
c. Serum kreatinin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG)
b. CT Scan
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada benign prostatic hyperplasia dan
hanya dilakukan bila ada indikasi tertentu. Akan terlihat adanya indentasi
pada bagian dasar buli, elevasi trigonum buli, atau huruf “J” pada ureter
distal (gambaran mata pancing) saat buli terisi. Pada saat buli kosong, akan
e. Uroflowmetri
Pemeriksaan uroflowmetri dilakukan oleh dokter spesialis urologi untuk
menilai progresivitas BPH dengan menilai laju urin saat miksi. Hasil laju
f. Histologi
peningkatan kolagen.
H. Penatalaksanaan Medis
c. Stadium III Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam
1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat
dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
d. Stadium IV Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian
terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
I. Komplikasi
1. Retensi urine
kecil. Pengidap BPH yang mengalami retensi urine mungkin perlu dibantu
mengeringkan urine.
Batu kandung kemih juga dapat terbentuk apabila pengidap BPH tidak mampu
aliran urine.
meregang dan melemah. Akibatnya, dinding otot kandung kemih tidak lagi
ginjal.
A. Pengkajian
1. Meliputi Meliputi nama,umur, jenis kelamin, agama, suku,alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Keluhan saat pengkajian
c. Keluhan terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola fungsi kesehatan
a. Aktifitas
b. Istirahat
c. Eliminasi
d. Nutrisi
4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan umum
- Kesadaran
- TTV
- TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
5. Data psikologis
a. pendidikan
b. hubungan siosial
c. gaya hidup
d. peran dalam keluarga
6. Data penunjang
7. Pengobatan
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TURP.
2. Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
proses penyakit dan pengobatanya
C. Intervensi
Diagnosa I: Nyeri akut b/d spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada
TURP.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri berkurang atau
hilang, dengan kriteria hasil:
a) klien mengatakan nyeri berkurang / hilang
b) ekspresi wajah klien tenang
c) tanda-tanda vital dalam batas normal
2. NIC
a) Kaji skala nyeri.
R/mengetahui skala nyeri.
b) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih
R/klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih.
c) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk
mengenal gejala-gejala dini dari spasmus kandung kemih.
Diagnosa II: Resiko infeksi b/d prosedur inovasif pembedahan.
1. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi adanya
tanda-tanda infeksi, dengan kriteria hasil:
a) Klien tidak mengalami infeksi.
b) Dapat mencapai waktu penyembuhan.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda shock.
2. NIC
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ mengetahui tanda dan gejala infeksi.
b) Ajarkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan potensial
infeksi.
R/meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi isk dikurangi dan
mempertahankan fungsi ginjal .
c) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik .
R/ mencegah infeksi.
D. Evaluasi
1. Pasien dapat bergerak dengan baik.
2. Kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Tingkat pengetahuan pasien bertambah.
BAB III
KESIMPULAN
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/benign-prostatic-hyperplasia/patofisiologi
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/benign-prostatic-hyperplasia/etiologi
https://www.google.com/search?q=patoflowdiagram+bph&client=ms-android-xiaomi-
rvo2&prmd=imvn&sxsrf=ALiCzsY4hX9Q1v3bFGSs0CO72_dU5uMc8g:1668345723052&source=l
nms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjDkb2RoKv7AhUKTWwGHaW5CqYQ_AUoAXoECAEQAQ&
biw=491&bih=993&dpr=2.2#imgrc=FwMioliODghiJM