Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Dosen Pembimbing :
Ns.Helza Risdianti,S.Kep.,M.Kep
Di Susun Oleh :
Kelompok 7
Lucky Juliana 152010032
Siti Anasya Cahya 201813044
Siti Julfah 201813045
Suminar 152010072
Tiara Apriliani 152010074
Tri Wahyuni Agustina 152010075
Wilona Khaulika Zachinaya P 152010077
Wina Caesar Liani 152010078

S1 KEPERAWATAN TK 3 STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR


JL. IBRAHIM ADJIE NO. 180, SINDANG BARANG,
KOTA BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia


nikmat-Nya sehingga laporan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan


makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang


menambah kekayaan intelektual bangsa.

Bogor, 15 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.............................................................................................5
2.2 Etiologi.............................................................................................5
2.3 Tanda dan Gejala.............................................................................6
2.4 Patofisiologi.....................................................................................6
2.5 Pathway............................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................8
2.8 Komplikasi.......................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian........................................................................................
3.2 Analisa Data.....................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan.....................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan....................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Prostat terletak antara tulang kemaluan dan dubur, mengelilingi saluran
uretra pada pintu saluran yang masuk ke kandung kemih. Ketika urin keluar
dari kandung kemih, akan melewati saluran di dalam kelenjar prostat, yang
disebut uretra prostat. Benign Prostatic hyperplasia (BPH) merupakan
penyakit yang sangat sering mengakibatkan masalah pada pria. Selain dapat
meningkatkan morbiditas, juga mengganggu kualitas hidup pria.
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami
pembesaran, organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliranurine keluar dari buli-buli. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20 gram.
Insidensi BPH akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, yaitu sekitar 20% pada pria usia 40 tahun, kemudian menjadi 70% pada
pria usia 60 tahun dan akan mencapai 90% pada pria usia 80 tahun.1
Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus
degeneratif, salah satunya ialah BPH, dengan insidensi di negara maju
sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5.35% kasus.
Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, di antaranya diderita
oleh laki-laki berusia di atas 60 tahun.
Gejala awal BPH termasuk kesulitan dalam mulai buang air kecil dan
perasaan buang air kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh
lebih besar, ia menekan uretra dan mempersempitnya. Ini menghalangi aliran
urin. Kandung kemih mulai mendorong lebih keras untuk mengeluarkan air
seni, yang menyebabkan otot kandung kemih menjadi lebih besar dan lebih
sensitif. Ini membuat kandung kemih tidak pernah benar-benar kosong, dan
menyebabkan perasaan perlu sering buang air kecil. Gejala lain termasuk
aliran urin yang lemah.
Berbagai mediator sangat berpengaruh dalam pertumbuhan prostat
Mediator utama pertumbuhan prostat adalah DHT (Dihydrotestosteron), suatu

3
metabolit testosteron yang terbentuk dalam sel prostat oleh pemecahan
testosteron. enzim 5-alpha reductase mengubah testosteron menjadi DHT.
Enzim ini adalah target terapi obat penghambat reduktase 5-alpha yang
bertujuan mengurangi ukuran prostat.
Terapi medikamentosa menggunakan obat alpha blocker ataupun 5 alpha
reduktase inhibitor dapat mengakibatkan disfungsi seksual pada pasien BPH
baik disfungsi ereksi, ejakulasi, ataupun penurunan libido. Kedua keadaan ini
sering menurunkan kualitas hidupnya manula.
Penanganan BPH dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain watch
full waiting, medikamentosa, dan tindakan pembedahan. Transurethral
resection prostate (TURP) menjadi salah satu pilihan tindakan pembedahan
yang paling umum dan sering dilakukan untuk mengatasi pembesaran prostat.
Prosedur yang dilakukan dengan bantuan alat yang disebut resektoskop ini
bertujuan untuk menurunkan tekanan pada kandung kemih dengan cara
menghilangkan kelebihan jaringan prostat. TURP menjadi pilihan utama
pembedahan karena lebih efektif untuk menghilangkan gejala dengan cepat
dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan kembali :
a. Pengertian BPH
b. Etiologi BPH .
c. Manisfestasi Klinis BPH
d. Patofisiologi BPH
e. Pathway BPH
f. Pemeriksaan Penunjang BPH
g. Penatalaksanaan BPH
h. Komplikasi BPH

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika
(Muttaqin & Sari 2014).
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Doenges
2014).
BPH adalah suatu penyakit pembesaran atau hipertropi dari prostat. Kata-
kata hipertopi seringkali membuat kontroversi dikalangan klinik karna sering
rancu dengan hyperplasia. Hyperplasia merupakan pembesaran sel (kualitas)
dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kualitas) (Prabowo 2014).

2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone
androgen. Factor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan.
Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain:
a. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalamai hyperplasia.
b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testosterone
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan
penurunan testosterone yang mengakibatkan hyperplasia stroma.
c. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hyperplasia
stroma epitel

5
d. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang mengikat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat
e. Teori sel stem
Sel stem yang mengikat mengakibatkan proliferasi sel transit (Sugeng
Jitowiyono dkk, 2012).

2.3 Tanda dan Gejala


Gejala awal BPH termasuk kesulitan dalam mulai buang air kecil dan
perasaan buang air kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh
lebih besar, ia menekan uretra dan mempersempitnya. Ini menghalangi aliran
urin. Kandung kemih mulai mendorong lebih keras untuk menge- luarkan air
seni, yang menyebabkan otot kandung kemih menjadi lebih besar dan lebih
sensitif. Ini membuat kandung kemih tidak pernah benar-benar kosong, dan
menyebabkan perasaan perlu sering buang air kecil. Gejala lain termasuk
aliran urin yang lemah. Gejala BPH umumnya disebut sebagai "gejala saluran
kemih bagian bawah" atau lower urinary tract symptoms(LUTS), dan ini dapat
dibagi lagi menjadi gejala obstruktif dan gejala iritatif.
a. Gejala obstruktif
termasuk perlu waktu jika akan berkemih, terputus-putus, sulit keluar,
menetes, dan penurunan aliran kencing.
b. Gejala iritatif
meliputi frekuensi kencing yang lebih sering, tidak dapat menahan
kencing, dan kencing pada malam hari.

2.4 Patofisiologi
Hiperplasia prostat menyebabkan resistensi uretra sehingga terjadi
kompensasi pada fungsi kandung kemih. Obstruksi tersebut mengganggu
fungsi otot detrusor, ditambah dengan pengaruh usia terhadap fungsi kandung
kemih dan sistem saraf menyebabkan gejala BPH yaitu sering berkemih, tidak
dapat menahan berkemih, dan berkemih pada malam hari.

6
Hiperplasia prostat lebih dulu muncul pada TZ periuretral di dalam atau
disekitar sfingter prostat. Seiring perjalanan BPH jumlah nodul kecil
bertambah dan dapat ditemukan pada hampir semua bagian TZ maupun zona
periuretra.
2.5 Pathway

7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan penunjang yang paling berperan adalah
pemeriksaan USG, dari hasil USG menunjukkan kesan adanya Hipertrofi
Prostat Grade 3. Untuk pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk RBC,
HB, WBC, HCT dan PLT dalam batas normal. Tidak tampak adanya tanda-
tanda infeksi ataupun anemia.

2.7 Penatalaksanaan
1. Farmakologi untuk :
 Mengurangi retensi laher vesika urinaria dengan obat golongan
penghambat androgen
 Mengurangi volume prostat
2. Operatif (operasi terbuka)
 Retrapubic transvesikal prostatectomy yaitu melakukan sayatan section
alfa melalui fossa prostate anterior tatapi tidak membuka dinding
vesika urinaria
 Suprapubic transvesikal prostatectomy (trayer) yaitu melakukan
sayatan section alva menembus vesika urinaria
 Transperineal prostatectomy yaitu melakukan sayatan melalui
perineum, fossa ischi langsung ke prostate.
3. Endorologi transurethral
 Transurethral resection prostatectomy (TUR-P)
 Transurethral laser prostatectomy (TUL-P)
 Transutretral incision of the prostate (TUP)

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien BPH adalah
• Refluks urin ke ureter
• Hidronefrosis

8
• Infeksi saluran kemih
• Hidrouretrer

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai