NAMA :
Siti Nur Deva (PO.71.20.4.17.031)
Sonia Christina Maharani (PO.71.20.4.17.032)
Syafhira Okratiyanti (PO.71.20.4.17.033)
Thalia Nadira Nordi (PO.71.20.4.17.034)
Tira Caritas (PO.71.20.4.17.035)
Tri Utari (PO.71.20.4.17.036)
Ulfa Novliza (PO.71.20.4.17.037)
Yocie Ajeng Triditia AH (PO.71.20.4.17.038)
Yulisa Tri Hasanah (PO.71.20.4.17.039)
Eka Nancy Larasati (PO.71.20.4.16.006)
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji serta syukur marilah kita haturkan kepada kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain
itu kami juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya
baik iman maupun islam. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat
menyelesaikan tugas KEPERAWATAN PERIOPERATIF tentang ASUHAN
KEPERAWATAN PASCA OPERATIF BPH. Kami juga menyadari dalam
laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun dari
struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
positif untuk perbaikan dikemudian hari,
Dengan demikian semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat
umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
DEFINISI BPH.......................................................................................................... 3
ETIOLOGI BPH........................................................................................................ 3
TANDA DAN GEJALA BPH................................................................................... 4
KLASIFIKASI BPH.................................................................................................. 4
PATOFISIOLOGI...................................................................................................... 5
BAB III : SUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERATIF BPH........................... 7
BAB IV : PENUTUP................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit prostat merupakan penyebab yang sering terjadi pada berbagai
masalah saluran kemih pada pria, insidennya menunjukan peningkatan sesuai
dengan umur, terutama mereka yang berusia 60 tahun. Sebagian besar penyakit
prostat menyebabkan pembesaran organ yang mengakibatkan terjadinya
penekanan/pendesakan uretra pars intraprostatik, keadaan ini menyebabkan
gangguan aliran urine, retensi akut dari infeksi traktus urinarius memerlukan
tindakan kateterlisasi segera. Penyebab penting dan sering dari timbulnya gejala
dan tanda ini adalah hiperlasia prostat dan karsinoma prostat. Radang prostat yang
mengenai sebagian kecil prostat sering ditemukan secara tidak sengaja pada
jaringan prostat yang diambil dari penderita hiperlasia prostat atau karsinoma
prostat (J.C.E Underwood, 1999).
Beranekaragamnya penyebab dan bervariasinya gejala penyakit yang
ditimbulkannya sering menimbulkan kesulitan dalam penatalaksanaan BPH,
sehingga pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak tepat sesuai dengan
etiologinya. Terapi yang tidak tepat bisa mengakibatkan terjadinya BPH
berkepanjangan. Oleh karena itu, mengetahui secara lebih mendalam faktor-faktor
penyebab (etiologi) BPH akan sangat membantu upaya penatalaksanaan BPH
secara tepat dan terarah.
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien
tentang penyakit BPH mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan
terjadi bila tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat
memberikan penjelasan bagaimana cara penyebaran penyakit BPH, misalnya cara
pembesaran prostat akan menyebabkan obstruksi uretra. Secara kuratif perawat
berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim dokter.
Aspek rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota
keluarga cara merawat klien dengan BPH dirumah, serta memberikan penyuluhan
tentang pentingnya cara berkemih. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka
penulis merasa tertarik untuk mengangkat dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Pasien pasca operatif Benigna Prostat Hiperplasia”.
1.2 RumusanMasalah
a) Apakah definisi BPH?
b) Pakah penyebab terjadinya BPH?
c) Apa saja tanda dan gejala dari BPH?
d) Apa saja klasifikasi BPH?
e) Bagaimana patofisiologi dari BPH?
f) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pasca operatif BPH?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi
patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50
pada prostat.
3
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala iritasi
a.Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b.Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
meliputi :
pengobatan konservati
4
b. Derajat 2 : Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
TUR ).
prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan
2.5 Patofisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
5
kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang
terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif
yang paling tepat adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP
(Joyce, 2014) .
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Anamnese :
BPH yang sering dialami oleh laki –laki diatas umur 45 tahun (Rendy
clevo, 2012)
(Ackley, 2011)
7
4) Pada klien post operasi BPH mengalami peningkatan tekanan
darah (Prabowo,2014).
1) Mata : lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak) (aziz Alimul,
2009).
2) Mulut dan gigi : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut,
warna bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah
kalenjar tiroid, kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan
4) Dada : lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas, apakah
5) Abdomen
a) Perkusi : Pada klien post operasi BPH dilakukan perkusi pada 9 regio
6) Genetalia
a) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan
keluar. Bila urine sudah jernih spolling dapat dihentikan dan pipa
8
b) Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya
(Prabowo, 2014).
7) Ekstermitas
Pada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan
3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis, zat kimia, fisik dan
4. Batasan karakteristik
b. Perilaku distraksi
c. Gangguan tidur
Hypertrophy)
9
Tujuan Kritreria Hasil Interven Rasional
si
Diharapkan Menurut Ackley 2011 :
nyeri
berkurang a) Skala 1) Kaji nyeri secara 1) Penilaian
setelah nyeri komprehensif termasuk reguler
dilakukan
tindakan berkuran lokasi, karakteristik, terhadap
keperawat g durasi, frekuensi, kualitas klien sangat
an dan faktor presipitasi. penting
selama b) Tanda vital
3×24 untuk
dalam rentang rencana
jam.
normal TD:100- manajemen
140 / 60-90 nyeri.
2) Kaji skala nyeri
mmHg
dengan pengkajian
N : 60- 2) Penilaian
PQRST.
100x/menit nyeri
S : 36 -37,5 dapat
°C RR: 16- diandalkan
24x/menit sebagai
ukuran
c) Dapat tingkat
3) Berikan klien posisi
mengidentifikasi intensitas
nyaman pada waktu
(skala, nyeri
istirahat ataupun tidur.
intensitas,
frekuensi dan 3) Imobilisasi
tanda nyeri) sangat
ketika di perlukan
berlangsung 4) Kaji tanda- untuk
tanda pembengkakan membata
d) Mampu pada daerah post operasi. si nyeri.
mengontrol nyeri
(tahu penyebab 4) Mengkaji
nyeri, tandapembe
mampu ng
menggunakan 5) Monitor tanda-tanda vital. -kakan
teknik sangat
nonfarmakologi penting
seperti untuk
10
f)Tidak terapi yang
terdapat akan
gangguan dilakuka
konsentra n
si 6) Observasi reaksi non selanjutn
verbal dari ya
g)Klien tidak ketidaknyamanan dan
terbangun karena gunakan komunikasi 6) Informasi
nyeri terapeutik untuk ini membantu
mengetahui pengalaman untuk
h)Wajah menjadi nyeri klien. mengidentifika
segar dan tidak si
meringis kemungkinan
kesakitan faktor-faktor
7) Ajarkan teknik relaksasi yang
i) Tidak takut dapat
seperti nafas dalam dan mempengaruhi
terjadinya cidera
tehnik distraksi seperti intensitas nyeri
menonton tv,
mendengarkan music, atau 7) Strategi
hal kesukaan klien untuk perilaku
mengalihkan perhatian mandiri dapat
nyeri klien. mengembalika
n rasa kontrol
diri,
kemanjuran
pribadi,
dan
8) Kontrol lingkungan yang pertanggung
dapat mempengaruhi jawaban
nyeri seperti suhu aktif dalam
ruangan, pencahayaan dan perawatannya
kebisingan. sendiri.
8) Salah
satu langkah
terpenting
9) Kolaborasi dengan tim menuju
medis lain dalam peningkatan
kontrol rasa
7. Implementasi Keperawatan
11
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
Evaluasi berfokus pada klien, baik itu individu ataupun kelompok (Deswani,
N : 60-100x/menit
S : 36,5 -37,5 °C
RR : 16-24x/menit
ketika berlangsung.
mencari bantuan).
nyeri
g) Menyatakan kenyamanan
12
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang
penyakit BPH mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila
tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan penjelasan
bagaimana cara penyebaran penyakit BPH, misalnya cara pembesaran prostat akan
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon
testosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi
inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
yang akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran uretra
prostatika dan penyumbatan aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Betty, dkk. 2011. Nursing Diagnosis handbook:an evidence based cevide
to planning care.USA:mosby Elsevier
Andarmoyo, 2013. Skala nyeri visual analog scale. Jakarta: Salemba Medika
Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Karisma Publishing Group
Joyce dkk. 2014. Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta : Salemba Medika
Mangku G dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Anastesi dan reanimasi. Jakarta : Indeks
14
15
16
17
7
8