Oleh : Suyono Yuanita Nur Lailiyah Yustia Purnama Brata Yusuf Efendi Eka Hardiyanti
PRODI : S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Perdarahan Perkemihan : Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) . Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar II oleh dosen pembimbing mata kuliah keperawatan Gadar II, dan merupakan salah satu tugas individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yakni ibu Ns. Maslichah, S. Kep. dan Rekanrekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI COVER....................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I : PENDAHULUAN.................................................................
LATAR BELAKANG ................................................................................. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. TUJUAN................. ..................................................................................... BAB II : A. B. C. D. E. F. G. H. I. TINJAUAN TEORI...............................................................
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................... Pengkajian........... ......................................................................................... Diagnosa Keperawatan ................................................................................ Rencana Kepetawatan .................................................................................. BAB III : PENUTUP..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan 1. Mampu untuk menjelaskan anatomi fisiologi BPH 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mampu untuk menjelaskan definisi BPH Mampu untuk menjelaskan klasifikasi BPH Mampu untuk menjelaskan etiologi BPH Mampu untuk menjelaskan manifestasi klinis BPH Mampu untuk menjelaskan patofisiologi BPH Mampu untuk menjelaskan pathway BPH Mampu untuk menjelaskan komplikasi BPH Mampu untuk menjelaskan pencegahan BPH
10. Mampu untuk menjelaskan penatalaksanaan BPH 11. Mampu untuk menjelaskan pemeriksaan diagnostik BPH 12. Mampu untuk menjelaskan asuhan keperawatan teori BPH
uretra. Bagian bawah kelenjar prostat menempal pada atau sering disebut otot dasar panggul.
diafragma urogenital
Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri, dengan panjang sekitar 3 cm, lebar Beratnya sekitar 20 gram. Prostat terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan stroma ( penyangga ) 4 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm.
dan kapsul. Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat bersama cairan dari vesikula seminalis dan kelenjar cowper merupakan komponen terbesar dari seluruh cairan semen. Bahan bahan yang terdapat dalam cairan semen sangat penting dalam menunjang fertilitas, memberikan lingkungan yang nyaman dan nutrisi bagi spermatozoa serta proteksi terhadap invasi mikroba. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah keradangan ( prostatitis ). Kelainan yang lain seperti abnormal ( tumor ) baik jinak maupun ganas tidak penting pada proses reproduksi tetapi lebih pertumbuhan memegang yang peranan
berperan
biasanya pada laki - laki usia lanjut ( FK UNAIR / RSUD dr. Soetomo : 19 ). B. Definisi Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar
prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr.
Sutomo, 1994 : 193 ). Pendapat lain mengatakan bahwa BPH adalah pembesaran progresif
dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
Dari kedua pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan prostatika dan umumnya terjadi pada pria dewasa lebih dari 50 tahun. Sedangkan tokoh lain mengatakan bahwa TURP adalah prostat
medial sekitar uretra diangkat dengan sistoskop atau melalui uretra ( Marilynn, E.D, 2000 : 679 ).
resektoskop dimasukkan
Maka pengertian TURP menurut kesimpulan penulis adalah pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar prostat yang telah menyebabkan obstruksi uretra dengan sistoskop atau resektoskop yang dimasukkan melalui uretra. C. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya penuaan. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa dengan BPH adalah proses
yang diduga timbulnya hiperplasi prostat antara lain : 1). Dihydrotestosteron. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi . 2). Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. 3). Interaksi stroma - epitel. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4).
Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5).
Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan Kirby, 1994 : 38 ). proliferasi sel transit ( Roger
TANDA DAN GEJALA Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala klinik. Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu : 1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih. 2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa : Frekuensi berkemih bertambah Berkemih pada malam hari. Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih. Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih. Rasa nyeri pada waktu berkemih.
Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis. D. Manifestasi Klinis
E.
Patofisiologi Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dari buli - buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urin keluar. Kontraksi yang terus - menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli - buli berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan difertikel buli - buli. Perubahan struktur pada buli - buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom / LUTS (Basuki, 2000 : 76). Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot detrusor memompa urine dan terjadi retensi urine. Retensi urin yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal ( Sunaryo, H, 1999 : 11 ).
F.
Pathway
G.
Komplikasi
H.
Pemeriksaan Diagnostik 1. a. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( bulibuli penuh / kosong ) b. Palpasi buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan Ballottement. c. Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup. 2 . Colok dubur. Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba . Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan : - Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram. - Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram. - Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram. 3. Laboratorium. Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum penderita . Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen). Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas . Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih .
Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan.
4. Flowmetri : Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi. Penilaian : Fmak <10ml/detik --------obstruktif Fmak 10-15 ml/detik-----borderline Fmak >15 ml/detik-------nonobstruktif 5. Radiologi. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga
memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra. 6. Kateterisasi: Mengukur rest urine Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat . I. Penatalaksanaan Modalitas terapi BPH adalah : 1). Observasi Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien 2). Medikamentosa Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari:
phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen. 3). Pembedahan Indikasi pembedahan pada BPH adalah : a). Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut. b). Klien dengan residual urin 100 ml. c). Klien dengan penyulit. d). Terapi medikamentosa tidak berhasil. e). Flowmetri menunjukkan pola obstruktif. Pembedahan dapat dilakukan dengan : a). TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 % ) b). Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy c). Perianal Prostatectomy d). Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy 4). Alternatif lain (misalnya: Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi Ultrason
ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi TUR-P dan penkajian post operasi TUR-P. a) Pengkajian pre operasi TUR-P Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi : 1. Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis. 2 . Riwayat penyakit sekarang Pada klien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine. 3 . Riwayat penyakit dahulu . Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi . 4 Riwayat penyakit keluarga . adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit BPH Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Riwayat psikososial a. Intra personal Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur
pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya. b. Inter personal Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat. 6. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan
kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat ) b. Pola nutrisi dan metabolisme Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan atau
vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan masalah. c. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum. d. Pola tidur dan istirahat . Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
e.
Pola aktifitas . Klien ditanya aktifitasnya sehari hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari hari sendiri.
f.
Pola hubungan dan peran Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya.
g.
Pola persepsi dan konsep diri Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
h.
Pola sensori dan kognitif Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
i.
Pola reproduksi seksual Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.
j.
Pola penanggulangan stress Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif.
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.
7. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi. b. Kulit Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien , c. Kepala Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala. d. Muka Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya. e. Mata Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak. f. Telinga Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran. g. Hidung Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung. h. Mulut dan faring Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil. i. Leher Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
j.
k.
Paru Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
l.
Jantung Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
m.
umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat. n. Genitalia dan anus Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touch. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid. o. Ekstrimitas dan tulang belakang Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana. 8. Pemeriksaan diagnostik Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.
b) Pengkajian post operasi TUR-P Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi: 1. Keluhan utama Keluhan pada klien berbeda beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi TUR-P adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri. 2. Keadaan umum Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara. 3. Sistem respirasi Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda tanda cyanosis ada atau tidak. 4. Sistem sirkulasi Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ). 5. Sistem gastrointestinal Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah. 6. Sistem neurology Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala. 7. Sistem muskuloskleletal Bagaimana aktifitas klien sehari hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas. 8. Sistem eliminasi Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda tanda perdarahan,
infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter. 9. Terapi yang diberikan setelah operasi Infus yang terpasang, obat obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih. c. Analisa data Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi data, mengelompokkan, mengkaitkan, menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan standart, menginterpretasikan serta akhirnya membuat kesimpulan. Penulis membagi analisa menjadi 2, yaitu analisa sebelum operasi dan analisa setelah operasi. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut : Pre Operasi : 1). Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan pembesaran prostat dan ketidakmampuan kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat. 2). Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria. 3). Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.. 4). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah. 5). Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Post Operasi : 1) Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering. 3) Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
3. RENCANA KEPERAWATAN Pre Operasi : NO. 1. Diagnosa kep. Tujuan & KH : Setelah 1. Rencana Kep. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba Rasional 1. Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih. TTD
dirasakan. Observasi aliran 2.Untuk urina ukuran kekuatan pancaran urina. Pantau dan catat 3.Mengurangi waktu jumlah serta kandung kemih spasme dan perhatian obstruksi dan intervensi. mengevaluasi dan pilihan
cairan 4.Peningkatkan
pertumbuhan bakteri.
5.
Berikan sesuai
obat 5.
Retensi
urine tekanan
indikasi meningkatkan
(antispamodik).
2.
Nyeri
Setelah 1.
Pantau
nyeri, 1.
Nyeri
tajam, dengan
berhubungan
perhatikan
lokasi, intermitten
iritasi perawatan selama intensitas ( skala 0 - dorongan buli 1x24 di harapkan 10 ). distensi Nyeri hilang / masase kateter spasme cenderung
berkemih urin
sekitar
kemih, terkontrol, dengan ginjal, Kriteria hasil : Klien melaporkan nyeri hilang /
infeksi urinaria.
pada pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ). 2. Berikan tindakan kenyamanan ( 2.Menurunkan otot, kembali dapat tegangan
terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi aktivitas terapeutik indikasi situasi Tampak tidur /
dan sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, sesuai pijatan punggung ) untuk dan aktivitas individu. terapeutik. rileks, 3.Pertahankan tirah istirahat baring bila diindikasikan . 4.Pertahankan
kemampuan koping.
dengan tepat.
resiko distensi / spasme buli - buli. 5. Kolaborasi dalam 5. Menghilangkan spasme. pemberian antispasmodik. 3. Resiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Awasi keluaran tiap jam bila
1.
dapat volume
ketidakl cukupan
obstruksi diuresis.
2.Pantau
Kriteria
hasil
cairan
dan
kebutuhan
tanda -tanda vital peningkatan stabil, perifer pengisian baik, mukosa nadi dan
kerja
memudahkan
hemeostatis sirkulasi.
dalam 5. Berguna dalam evaluasi kehilangan kebutuhan sesuai Serta mengindikasikan terjadinya misalnya komplikasi penurunan darah /
penggantian. dapat
indikasi, contoh: Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosi. 4. Ansietas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan 1.Dampingi dan hubungan percaya. 2. Memberikan
perhatian untuk
saling membantu.
2.
Membantu pasien
rileks, dengan Kriteria hasil : Menyatakan pengetahuan yang akurat situasi, tentang
informasi tentang dalam memahami tujuan prosedur tindakan dari suatu tindakan. yang dilakukan. 3. Dorong atau pasien 3.Memberikan kesempatan orang pada pasien dan konsep akan
menunjukkan rentang yang yang tepat perasaan penurunan takut. 5. Kurang pengetahuan tentang ,prognosis kebutuhan pengobatan berhubungan Tujuan : Setelah 1. dilakukan tentang dan rasa
atau
Dorong
menyatakan persaan
dan 1x24 di harapkan perhatian. Menyatakan pemahaman tentang 2. Kaji ulang proses 2. Memberikan dasar
penyakit,pengalaman pengetahuan dimana pasien proses pasien dan dapat membuat pilihan
dengan kurangnya penyakit informasi prognosisnya, dengan Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola
informasi terapi.
RENCANA KEPERAWATAN Post Operasi : No. 1. Diagnosa kep. Nyeri dengan berhubungan spasmus Tujuan & KH Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan Nyeri berkurang atau hilang, dengan Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang hilang. Ekspresi wajah tenang. Klien tidur istirahat dengan tepat.
-
Rencana kep. 1. Jelaskan klien gejala spasmus kandung kemih. 2. Observasi tanda tanda vital. 2. pada tentang dini 1.
TTD
kandung kemih.
berkurang dalam 24 - 48 jam. 4. Anjurkan pada 4. Mengurangi tekanan pada luka insisi.
klien
akan /
waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P. 5. Kolaborasi dengan untuk obat dokter memberi obatan atau 5. Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kemih. kandung
Tanda tanda
vital
(analgesik
anti spasmodik ) 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan irigasi kandung Tujuan: Setealah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan cairan intake yang 1. Meningkatkan output urine sehingga resiko terjadi ISK dikurangi dan
kemih sering.
diharapkan Klien tidak menunjukkan tanda tanda infeksi , dengan Kriteria hasil: Klien tidak 2.
dapat menurunkan potensial infeksi. Observasi warna, bau. 3. Observasi tanda tanda vital, laporkan tanda tanda shock dan demam. 4. Kolaborasi dengan dokter memberi vital antibiotik. untuk obat urine: jumlah,
tanda tanda shock. 3. Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan . Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tidak terjadi perdarahan, dengan Kriteria hasil: - Klien tidak 2.. 1. Jelaskan pada klien tentang sebab 1. Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda tanda perdarahan. dan tanda 2. Dengan peningkatan diet tinggi tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan .
defekasi . 3. Observasi: Tanda tanda vital tiap 4 jam,masukan dan haluaran dan warna urine 3. Deteksi awal
4.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan, dengan Kriteria hasil: - Klien akan
1. Beri untuk
penjelasan mencegah
memakai pelumas tinja laksatif kebutuhan. 3. Pemasukan cairan sekurang kurangnya 25003000 ml/hari. 4. Anjurkan berobat untuk lanjutan 4.Untuk menjamin tidak ada komplikasi 3.Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah . untuk sesuai
melakukan perubahan perilaku. - Klien berpartisipasi dalam program pengobatan. - Klien akan
pada dokter. 5. Kosongkan kandung apabila kemih kemih kandung sudah 5. Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi
mengatakan pemahaman
penuh .
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran