Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“BPH (PATOFISIOLOGI,FARMOKOLOGI DAN TERAPI DIET PADA


GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK VIII

TIRSA RUMTILI

VIEN KERJAPY

ROSALIA MATILDE

PROGRAM STUDI ILMU SARJANA KEPERAWATAN

STIKES GRAHA EDUKASI

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang ‘’Makalah BPH(patofisologi,farmokolog dan terapi diet
pada gangguan sistem perkemihan)” dalam bentuk maupum isinya yang
sangat sederhana.semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi
pendidikan dalam profesi Keperawatan.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karna pengalaman


yang kami miliki sangat kurang oleh karna itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberi masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………….……………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………….……………………...iii
A. Latar belakang……………………………………….……………………1

BAB II PEMBAHASAN………………………...………..……………………….2
A. Definis………………………………….…………….….………………….3
B. Etiologi…………………………………………………….……………..…4
C. Anatomi Fisiologi………………………………………….……………….5
D. Patofisiologi…………………………………………………..…………….6
E. Gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)………………..…………...7
F. Penyebab Benign Prostatic Hyperlasia (BPH)..……………………..….8
G. Pathway…………………………………………..…………………………9
H. Manifestasi Klinis…………………………………………..…………...…10
I. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………….11
J. Komplikasi………………………………………………………………….12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….13


A. Kesimpulan…………………………………………………………………14
B. Saran……………………………..…………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang


Hiperplasia prostat jinak adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa

majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral

sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar

normal yang tersisa.   ( Price, 2005 )

Hiperplasia prostat benigna adalah perbesaran atau hipertrofi prostat,

kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung

kemih dan menyumbat aliran keluar urine dapat mengakibatkan hidronefrosis

dan hidroureter. ( Brunner & Suddarth, 2000 )

Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran prostat yang mengenai

uretra, menyebabkan gejala urinaria dan menyebabkan terhambatnya aliran

urine keluar dari bulu-buli. ( Nursalam, 2006 )

Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretra

mengalami hiperplasia sedangkan jaringan prostat asli terdesak ke perifer

menjadi kapsul bedah.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hiperplasia

prostat benigna adalah perbesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat

membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan

menyumbat aliran keluar urine sehingga menyebabkan berbagai  derajat

obstruksi uretr
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran
keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah
Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat
tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak.
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut
kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland
atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti.
Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat
pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap
etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin. Namun menurut
Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:
 Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan
keseimbangan testosteron dan estrogen.o Ketidakseimbangan endokrin.
 Faktor umur / usia lanjut.
 Unknown / tidak diketahui secara pasti.
C. ANATOMI FISIOLOGI

Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar


Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang
dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar
4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius
1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2
buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus
posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus
medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak
homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu,
kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada
posterior kelenjar prostat terdiri dari:
 Kapsul anatomis
 Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan
muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
 Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
 Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga
sebagai adenomatus zone
 Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari
vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang
bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada
colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua
biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses
hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar
menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas
jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan
dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.Apabila
jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat
dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat
menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah.
Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis
jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari
vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya
gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.
Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang
tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan
prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah.
Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh
ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya
diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih.
Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan
trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi
keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur
yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena
terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung
kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi
progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat.
Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi
dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah
dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban
solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang
progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang
berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000
pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius,
terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga
terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah
prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih
kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan
penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai
balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan
sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor
sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula
dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase
kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi,
sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
E. Gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap
penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama
penderita benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah gangguan saat buang
air kecil, yang bisa berupa:

 Urine sulit keluar di awal buang air kecil.


 Perlu mengejan saat buang air kecil.
 Aliran urine lemah atau tersendat-sendat.
 Urine menetes di akhir buang air kecil.
 Buang air kecil terasa tidak tuntas.
 Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering.
 Beser atau inkontinensia urine.

Pada kasus tertentu, BPH bahkan bisa menyebabkan retensi urine atau


ketidakmampuan mengeluarkan urine sama sekali. Tapi perlu diingat, tidak
semua pembesaran kelenjar prostat menimbulkan keluhan buang air
kecil, baik buang air kecil terus atau tidak bisa buang air kecil sama sekali.

F. Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan
tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar
hormon seksual seiring pertambahan usia pria.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika
ukurannya cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang
mengalirkan urine dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala di atas.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena
pembesaran prostat jinak, yaitu:

 Berusia di atas 60 tahun


 Kurang berolahraga
 Memiliki berat badan berlebih
 Menderita penyakit jantung atau diabetes
 Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta
 Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat
G. PATHWAY

Obstruksi uretra Penumpukan urin dlm VU


Pembedahan/prostatektomiKompensasi otot destrusorSpasme otot
spincterMerangsang nociseptorHipotalamusDekompensasi otot
destrusorPotensi urinTek intravesikalRefluk urin ke ginjalTek ureter & ginjal
meningkatGagal ginjalRetensi urinPort de entrée
mikroorganismekateterisasiLuka insisiResiko disfungsi seksualNyeriResti
infeksiResiko kekurangan vol cairanResiko perdarahan: resiko syok
hipovolemikHilangnya fungsi tbhPerub pola eliminasiKurang informasi ttg
penyakitnyaKurang pengetahuanHyperplasia periuretralUsia
lanjutKetidakseimbangan endokrinBPH

H. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak
selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak
pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb. Kurangnya
atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi
kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi
harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g.
Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang
mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali
dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-
kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih
sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak
ginjal.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin
2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct
Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara
trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi),
selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain
seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi
kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang
melalui perineum.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalaha. Retensi kronik
dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal
ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu
miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga
menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis

I
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Hiperplasia prostat jinak (benign prostatic hyperplasia) adalah pembesaran
kelenjar periurethral yang mendesak jaringan prostat keperifer dan menjadi
simpai bedah (pseudokapsul). BPH merupakan kelainan kedua tersering
yang dijumpai pada lebih dari 50% pria berusia diatas 60 tahun.

Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat


tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar
periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak.
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut
kapsul surgical.

B.     SARAN
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal ini
akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan
dalam kenaikan jenjang karir/ kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang Perawat
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar – dasar urologi. Malang: CV Infomedika.

Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan


proses keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.

Sjamsuhidayat, R ( et al ). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku


kedokteran, EGC.

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran, EGC.

Hardjowijoto, Sunaryo. 1999. Benign Prostat Hiperplasia. Surabaya: FK


UNAIR / RSUD Dr. Soetomo.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/30/askep-bph/

Anda mungkin juga menyukai