Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN MAKALAH

SEMESTER ANTARA SISTEM UROGENITAL


Buang Air Kecil Mengejan

KELOMPOK 6

Hansa Eka Pratiwi 2013730044

Hikmatul P Z 2013730046

Ilham Ghifari 2013730049

Ilta Nunik Ayuningtyas 2013730050

Indah Nur Mariani 2013730052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2016

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya
maka kami penyusun dapat menyelesaikan laporan makalah dengan baik dan lancar. Tugas
ini dengan judul Buang Air Kecil Mengejan di ajukan kepada dr. Slamet Sudisantoso,
M.Pd.Ked. untuk memenuhi tugas kelompok dalam Semester Antara Sistem Urogenital ini.

Dalam laporan ini masihlah banyak kiranya di jumpai kekurangan yang berkaitan
kepada keterbatasan waktu maupun kemampuan pengkajian makalah yang ada. Dengan
demikian kami selaku penyusun membutuhkan saran kritik demi kesempurnaan perbaikan
laporan modul ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Amin ya robbal alamin

Jakarta, Februari 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Benign Prostate Hyperplasia ........................................................................2

2.2 Karsinoma Prostat........................................................................................9

2.3 Prostatitis....................................................................................13

2.4 Batu Saluran Kemih...................................................................................26

2.5 Fimosis....................................................................................................33

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA..........................42

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Susah kencing atau dalam bahasa Jawa disebut anyang-anyangan bisa jadi merupakan
jenis penyakit ISK atau Infeksi Saluran Kemih. Penyakit ini disebabkan karena infeksi
bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Infeksi ini terjadi Jika bakteri yang menuju kandung
kemih atau ginjal berkembang biak didalam urin sehingga terjadilah ISK.

Pada kasus sumbatan batu, umumnya batu menyumbat bagian bawah kandung kemih.
Namun, ada kalanya si batu menyumbat di ureter bagian kanan atau kiri. Ureter merupakan
pipa yang menyalurkan air kencing dari ginjal ke kandung kemih. Sumbatan pada bagian
ureter ini, berbahaya karena tidak ada air kencing yang bisa keluar sama sekali. Bila sudah
demikian, maka harus dilakukan pembedahan oleh ahli bedah urologi.

Kalau batu ada di bawah kandung kemih, biasanya diraba masih ada air kencingnya.
Pengobatannya mudah, tinggal dipasang selang, kencing bisa lancar lagi. Kalau penyebabnya
pembesaran prostat, bisa diatasi dengan dipasang kateter sehingga kencingnya langsung
lancar. Gangguan buang air kecil yang disebabkan oleh infeksi biasanya ditandai oleh rasa
sakit di sekitar saluran air kencing atau kandung kemih, kadang-kadang disertai rasa pegal di
pinggang. Rasa pegal di pinggang kerap pula dikeluhkan oleh penderita yang mengalami
pembesaran prostat. Begitupun jika buah pelir terasa sakit, biasanya ada radang atau infeksi.

Disini akan di jelaskan beberapa penyakit dengan gejala buang air kecil mengejan
yang paling sering, yaitu BPH, Karsinoma Prostat, Prostatitis, Batu Saluran Kemih dan
Fimosis.

BAB II
1
ISI

2.1 Benign Prostate Hyperplasia

A. Definisi

Hiperplasia prostat jinak (Benign Prostat Hyperplasia - BPH) merupakan tumor jinak
yang paling sering terjadi pada laki-laki yaitu berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia
fibromuskular. Prostat mengalami pembesaran, sehingga dapat menyumbat uretra pars
prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.

B. Etiologi

Etiologi BPH hingga saat ini masih belum dapat dipastikan. Teori yang umum
digunakan adalah bahwa BPH bersifat multifaktorial dan dipengaruhi oleh system
endokrin. Penelitian yang ada menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar
testosterone bebas dan estrogen dengan ukuran volume BPH. Selain itu, ada pula yang
menyatakan bahwa penuaan menyebabkan peningkatan kadar estrogen yang menginduksi
reseptor androgen sehingga meningkatkan sensitivitas prostat terhadap testosterone bebas.
Secara patologis, pada BPH terjadi proses hyperplasia sejati disertai peningkatan jumlah
sel. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa BPH tersusun atas stroma (yang
terdiri dari kolagen dan otot polos) dan epitel dengan rasio yang bervariasi.

C. Prevalensi

BPH sering terjadi pada laki-laki, insidennya terkait erat dengan pertambahan usia.
Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan 80% pria yang berusia
80 tahun. Angka kejadian BPH di Indonesia 2 sebagai gambaran hospital prevalensi di
dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994
1999) terdapat 1040 kasus (Istikomah, 2010)

D. Manifestasi Klinis

Pada umumnya, pasien BPH datang dengan gejala-gejala traktus urinarius bawah
(lower urinary tract symptoms - LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi.

2
Gejala obstruksi:

Miksi terputus;
Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar;
Harus mengedan saat mulai miksi;
Berkurangnya kekuatan dan pancaran urin;
Sensasi tidak selesai berkemih;
Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dalam waktu < 2 jam setelah
miksi sebelumnya);
Menetes pada akhir miksi.

Gejala iritasi:

Frekuensi: sering miksi;


Urgensi: rasa tidak dapat menahan lagi saat ingin miksi;
Nokturia: terbangun saat malam hari untuk miksi;
Inkontinensia: urine keluar diluar kehendak.
E. Patofisiologi

Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang
ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan
penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat.

Teori-teori tentang terjadinya BPH :

1. Teori Dehidrosteron (DHT)

Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT)


dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa
protein.

2. Teori hormon

Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau
absolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi
prostat.

3. Faktor interaksi stroma dan epitel

3
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor
(b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang
lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini
difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma
karena miksi, ejakulasi dan infeksi.

4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan


mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan


pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah
terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila
keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas.

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesia, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang.

I. Anamnesis

Tanyakan keluhan utama pasien dan berapa lama keluhan telah dirasakan
mengganggu. Seluruh gejala iritasi dan obstruksi perlu ditanyakan secara lengkap.
Tanyakan pula riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenital. Obat-
obatan tertentu dapat menyebabkan keluhan miksi. Alat diagnostik yang luas
digunakan untuk menilai gejala pada penderita BPH adalah sistem skor yang
dikeluarkan oleh WHO dengan nama International Prostate Symptom Score
(IPSS).

4
II. Pemeriksaan Fisik

Colok dubur merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada kasus BPH.
Pelaporan yang dilakukan adalah adanya pembesaran prostat, konsistensinya, dan
ada/tidaknya nodul. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan region suprapubik
untuk menilai distensi vesika dan fungsi neuromuscular ekstremitas bawah.

III. Pemeriksaan Penunjang


a. Prostat Specific Antigen (PSA), bersifat spesifik organ tetapi tidak spesifik
kanker. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai bagaimana perjalanan
penyakit BPH selanjutnya. Kadar PSA yang lebih tinggi dapat berarti laju
pertumbuhan volume prostat yang lebih cepat, keluhan akibat BPH lebih berat,
atau lebih mudah terjadi retensi urin akut. Rentang normal nilai PSA adalah:
- 40-49 tahun: 0-2,5 ng/mL;
- 50-59 tahun: 0-3,5 ng/mL;
- 60-69 tahun: 0-4,5 ng/mL;

5
- 70-79 tahun: 0-6,5 ng/mL; Nilai PSA > 4 ng/mL merupakan indikasi
tindakan biopsy prostat.
b. Flowmetri: Qmax (laju pancaran urin maksimal) turun, biasanya < 15 cc.
c. USG/kateter untuk menilai volume urin residual.
d. Transrectal /Transabdominal Ultrasonography (TRUS/TAUS): mengukur
volume prostat dan menemukan gambaran hipoekoik.
e. Pemeriksaan atas indikasi: intravenous pyelography (IVP) dan sistogram.

G. Tatalaksana (medika + non medika) sediaan, dosis, efek samping

Tatalaksana untuk BPH berkisar antara observasi waspada (watchful waiting) hingga
diperlukan intervensi. Skor IPSS dapat digunakan sebagai patokan untuk panduan tata
laksana. Prinsip pengobatan BPH adalah untuk mengurangi resistensi otot polos prostat
(komponen dinamis) atau mengurangi volume prostat (komponen statis).

Observasi waspada. Tidak seluruh pasien BPH yang bergejala akan terus
mengalami perburukan. Observasi waspada dapat dilakukan pada pasien bergejala
ringan dengan skor IPSS 0-7. Evaluasi dilakukan secara berkala, yaitu pada 3,6,
dan 12 bulan kemudian, serta dilanjutkan 1 kali per tahun.
Farmakologi

Golongan Obat Cara Kerja Contoh Obat Efek Samping

Penyekat Menghambat -Prazosin 2 x 1-2 mg; Hipotensi postural,


-Tamsulosin 1 x 0,2-
kontraksi otot polos dizziness, atau asthenia.
adrenegik 1 0,4 mg;
prostat sehingga Efek samping paling
-Pilihan lain:
selektif
mengurangi ringan ditunjukkan oleh
terazosin dan
resistensi tonus leher obat tamsulosin, yang
doksazosin
kandung kemih dan memiliki sifat sangat
(diberikan 1 kali
uretra. selektif terhadap reseptor
per hari);
1A. Dibutuhkan titrasi

dosis sebelum
penggunaan, kecuali
tramsulosin.

Penghambat 5 Menghambat enzim -Dutasterid 1 x 0,5 Penurunan libido,


mg; ginekomastia, dan dapat
6
- reduktase 5 reduktase, suatu -Finasterid 1 x 5 mg menurunkan nilai PSA
(menimbulkan masking
katalisator
effect)
perubahan
testosterone menjadi
dihidrotestosteron
(DHT). Efek
maksimumnya
terlihat setelah enam
bulan.

Pembedahan

Pembedahan dapat memperbaiki klinis pasien BPH secara obyektif, namun dapat
disertai berbagai penyulit pada saat atau setelah operasi. Indikasi pembedahan
adalah:

Retensi urin;
Infeksi saluran kemih berulang;
Hematuria mikroskopis;
Gagal ginjal;
Divertikulum buli yang besar;
Batu buli;
Keluhan pasien sedang hingga berat;
Tidak ada perbaikan dengan terapi non-bedah; atau
Pasien menolak medikamentosa

Tiga teknik pembedahan yang direkomendasikan adalah:

Prostatektomi terbuka. Disarankan pada pasien dengan volume prostat >


80-100 cm3. Komplikasi yang dapat terjadi adalah striktur uretra dan
inkontinensia urin.
Insisi Prostat Transuretra (TUIP). Prosedur TUIP dilakukan pada volume
prostat yang kecil < 30 cm3, tidak terdapat pembesaran lobus medius, dan
tanpa kecurigaan karsinoma prostat.
Reseksi prostat transuretra (TURP). Saat ini, TURP menjadi prosedur
baku. Kejadian trauma lebih sedikit dengan masa pemulihan lebih singkat.

7
Tindakan invasive minimal
a. Termoterapi, pemanasan dengan suhu di atas 45oC yang menyebabkan
nekrosis koagulasi jaringan prostat. Panas dapat dihasilkan melalui
berbagai cara, seperti transurethral microwave thermotheraphy (TUMT),
transurethral needle ablation (TUNA), high intensity focused ultrasound
(HIFU), dan laser.
b. Pemasangan stent prostat. Stent dipasang intraluminal untuk mengatasi
obstruksi akibat pembesaran prostat. Terdapat stent jenis sementara
ataupun permanen. Stentsementara terbuat dari bahan yang tidak diserap
dan dipasang selama 6-36 bulan.
H. Prognosis

Dubia ad bonam.

I. Komplikasi

Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjur, dapat ditemukan residu urin pada akhir
miksi. Lama-kelamaan, terjadi obstruksi total dan pasien tidak dapat miksi sama
sekali (retensi urin). Sementara itu, produksi urin terus terjadi sehingga meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih. Saat tekanan lebih tinggi dibandingkan tekanan
sfingter, terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence), urin dapat mengalami
refluks ke ureter, yang dapat berlanjut hingga menjadi hidroureter, hidronefrosis, dan
gagal ginjal. Pasien juga dapat mengedan terus-menerus saat miksi sehingga
menyebabkan hernia atau hemoroid.

J. Preventif

Ketika kita sudah mengetahui bagaimana BPH terjadi dan gejala klinis yang
ditimbulkannya. Para pria ada baiknya untuk mencegah terjadinya BPH yaitu dengan
cara:

- Pola hidup sehat: Olahraga, makan makanan bergizi, cukup serat, protein,
lemak, karbohidrat yang seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol. Jaga
pola hidup sampai usia lanjut.
- Jaga tubuh tetap sehat agar kekebalan tubuh dapat meningkat.

2.2 Karsinoma Prostat

8
Definisi

Karsinoma prostat merupakan keganasan yang terbanyak di antara keganasan sistem


genitalia pria.

Etiologi

Beberapa faktor yang di duga sebagai penyebab timbulnya adeno karsinoma prostat
adalah predisposisi genetik, pengaruh hormonal, diet, pengaruh lingkungan, dan infeksi.
Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya
menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya
juga menderita. Kesemuanya itu menunjukan bahwa ada faktor genetik yang melandasi
terjadinya kanker prostat. Diet yanng banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari
daging merah dan hati, kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya kanker prostat.

Epidemiologi

Tumor ini menyerang pasien yang berusia di atas 50 tahun, diantaranya 30 %


menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75 % pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini
jarang menyerang pria berusia sebelum usia 45 tahun.

Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 menurut Depkes RI adalah sebesar
0,2 % di perkirakan sebanyak 25.012 penderita. Provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi
adalah D.I.Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5 %,
sedangkan berdasarkan estimasi jumlah penderita penyakit kanker prostat terbanyak berada
pada Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Patologi

Kelenjar prostat normal -> PIN (Prostate intaepithelial neoplasia) -> karsinoma
prostat -> karsinoma prostat stadium lanjut -> karsinoma prostatmetastasis -> HRPC
(Hormone refractory prostate cancer). Jenis histopatologis karsinoma prostat sebagian besar
adalah adenokarsinoma. Kurang lebih 75 % terdapat pada zona perifer prostat dan 15-20 %
terdapat pada zona sentral dan zona transisional.

Gambaran Klinis

9
Pada kanker prostat stadium dini, sering kali tidak menunjukan gejala atau tanda
klinis. Tanda itu biasanya muncul ketika kanker sudah berada pada stadium yang lebih lanjut.
Kanker prostat stadium dini biasanya di temukan pada saat pemeriksaan colok dubur berupa
nodul keras pada prostat atau secara kebetulan di temukan adanya peningkatan kadar penanda
tumor PSA (Prostate Specific Antigen) pada saat pemeriksaan laboraturium. Kurang lebih 10
% pasien yang datang berobat ke dokter mengeluh adanya gangguan saluran kemih berupa
kesulitan miksi, nyeri kencing, hematuria yang menandakan kanker telah menekan uretra.

Meskipun jarang kanker dapat menekan rektum dan menyebabkan keluhan buang air
besar. Kanker prostat yang sudah mengadakan metastasis ke tulang memberikan gejala nyeri
tulang, fraktur pada tempat metastasis atau kelainan neurologis.

Pemeriksaan fisis yang penting adalah pemeriksaan colok dubur. Pada stadium dini
seringkali sulit untuk mendeteksi kanker prostat melalui colok dubur sehingga harus di bantu
dengan pemeriksaan USG transrektal (TRUS). Kemampuan TRUS dalam mendeteksi kanker
prostat dua kali lebih baik daripada colok dubur.

Stadium

Tingkat infiltrasi dan penyebar tumor berdaraskan sistem TNM adalah

10
Diagnosis

- Penanda Tumor

Untuk membantu menegakkan diagnosis suatu adenokarsinoma prostat mengikuti


perkembangan penyakit tumor ini, terdapat beberapa penanda tumor, yaitu PAP (dihasilkan
oleh sel asini prostat dan di sekresikan ke dalam duktuli prostat), PSA (Suatu glikoprotein
yang di hasilkan oleh sitoplasma sel epitel prostat dan berperan dalam melakukan likuefaksi
cairan semen), PSA berguna untuk melakukan deteksi dini adanya kanker prostat dan evaluasi
lanjutan setelah terapi kanker prostat.

- Pemeriksaan Pencitraan

a. USG transrektal

Dapat di ketahui adanya hipo-ekoik (60%) yang merupakan salah satu tanda adanya
kanker prostat dan mengetahui adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler.

b. CT Scan dan MRI

Jika di curigai adanya metastasis pada limfonudi


11
c. Bone scan

Pemeriksaan sintigrafi pada tulang di pergunakan untuk mencari metastasis


hematogen pada tulang.

Terapi

Tindakan yang di lakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium, umur
harapan hidup dan derajat diferensiasinya.

1. Observasi

Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10
tahun.

2. Prostatektomi radial

Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 adalah cocok untuk di lakukan
protatektomi radikal yaitu berupa [engangkatan kelenjar prostat bersama dengan
vesikula seminalis. Hanya saja operasi ini dapat menimbulkan penyulit antara lain
perdarahan, disfungsi ereksi, dan inkontinensia. Tetapi dengan teknik nerve sparring
yang baik terjadinya kerusakan pembuluh darah dan saraf yang memelihara penis
dapat dihindari sehingga timbulnya penyulit berupa disfungsi ereksi dapat di perkecil.

3. Radiasi

Ditujukan untuk pasien tua atau pasien dengan tumor loko-invasif dan tumor yang
telah mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya di dahului dengan
limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapat di kerjakan melalui bedah
laparoskopik di samping operasi terbuka.

4. Terapi hormonal

- Orkidektomi : Menghilangkan sumber androgen dari testis

- Estrogen : Anti androgen (Contoh obat: DES)

- LHRH Agonis : Kompetisi dengan LHRH (contoh obat: leuprodile, buserelin,


goserelin)

12
- Antiandrogen Non Steroid : Menghambat sintesa androgen (contoh obat:
ketonazole, aminoglutetimid, spironolaktone)

- Blokade androgen total : Menghilangkan sumber androgen dari testis maupun


dari kelenjar suprarenal (contoh obat: kombinasi orkidektomi atau LHRH agonist
dengan antiandrogen)

Prognosis

Harapan hidup untuk penderita kanker prostat berhubungan dengan stadium penyakit.
Untuk pasien yang terbatas baik >90 % pasien dengan lesi stadium T1 atau T2 bertahan hidup
10 tahun atau lebih.

2.3 Prostatitis

PENDAHULUAN
Prostatitis merupakan kelainan urologi yang sering dijumpai. Klinisi seringkali
mengalami kesulitan untukmendiagnosis dan mengobatinya dengan efektif. Diperkirakan
separuh populasi laki-laki di dunia pemah mengalami gejala prostatitis setidaknya satu kali
dalam hidup, terutama ketika menginjak usia reproduktif, namun hingga saat ini belum ada
data yang pasti.Penyebab prostatitis yang umum dijumpai adalah akibat stukur abnormal
uretra atau infeksi kuman yang ditularkan melalui hubungan seksual. Prostatitis bakterial akut
dapat didiagnosis dengan pasti melalui kultur kuman. Pada kasus yang tidak dijumpai infeksi
bakteri didiagnosis sebagai prostatitis. Beberapa literatur menyebutkan sebenarnya infeksi
merupakan salah satu etiologi prostatis selain etiologi noninfeksi, namun mikroorganisme
yang diduga sebagai penyebab prostatis tidak dapat langsung ditemukan dalam sekret prostat
karena memerlukan perlakuan khusus. Hal itu didukung data bahwa sebagian pasien mulai
mengalami gejala PNB setelah aktivitas seksual atau setelah mengalami uretritis akut.

Anatomi dan Fisiologi Prostat


Prostat normal mempunyai berat sekitar 18 gram, panjang 3 cm, lebar 4 cm, dan
tebalnya 2 cm. Jaringan penyusun prostat terdiri atas 70% elemen kelenjar dan 30% badan
fibromuskular yang akan berlanjut menjadi kapsul pembungkus prostat. Prostat terletak di
bawah kandung kemih mengelilingi uretra. Prostat terbagi menjadi bagian

13
anterior, posteriof, dan lateral, bagian superior lebih
lebar dari inferior. Apabila terjadi pernbesaran prostat
karena inflamasi akan terjadi hambatan aliran urin di
dalam uretra
yang terjepit jaringan prostat. Sekret prostat masuk ke
uretra melalui ductus prostaticus seperti tampak pada
Gambar 1. Zona periferal paling sering mengalami
infeksi (prostatitis) karena duktus prosfatikus lebih
mendatar daripada zona sentral.
Sekret kelenjar prostat terdiri atas berbagai zat
seperti tampak pada Tabel 1. Salah satu fungsi sekret
kelenjar prostat adalah menghambat masuknya agen
patogen.

DEFINISI

Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh
suatu bakteri maupun non bakteri. Untuk menentukan penyebab suatu prostatitis, diambil
sampel (contoh) urin dan getah kelenjar prostat melalui uji 4 tabung sesuai yang dilakukan
oleh Meares (1976).

Uji 4 tabung itu terdiri atas : (1) 10CC pertama adalah contoh urin yang di kemihkan
pertama kali (VB1) yang dimasuksudkan untuk menilai keadaan mukosa urethra, (2) urin
porsi tengah (VB2) yang dimaksudkan untuk menilai keadaan mukosa kandung kemih, (3)
getah prostat yang dikeluarkan melalui masase prostat atau expressed prostatic secreation
(EPS) yang dimaksudkan untuk menilai keadaan prostat, dan (4) terakhir adalah urin yang

14
dikemihkan setelah masase prostat. Keempat contoh dianalisis secara mikroskopik dan
dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab infeksi.

Kuman penyebab infeksi yang paling sering adalah kuman E.coli, Proteus sp,
Klebsiella sp, Pseudomonas sp, Enterobacter sp, dan Serratia sp.

KLASIFIKASI

Pada tahun 1978 Drach et al (dikutip dari Theodorou) mengusulkan klasifikasi


prostatitis yaitu prostatitis bakterial akut, prostatitis bakterial kronis, prostatitis nonbakterial,
dan 'prostatodinia. Klasifikasi itu berdasarkan lama dan derajat beratnya gejala, ada tidaknya
sel pus, dan/ atau kultur bakteri dari spesimen yang berasal dari berbagai segmen saluran
kemih bawah positif. Klasifikasi tersebut dianggap tidak cukup baik karena tidak dapat
menjelaskan semua kelainan.
Misalnya penyebab pasti PNB masih belum jelas sepenuhnya. Belum ada klasifikasi
yang tepat untuk kasus asimptomatis namun pemeriksaan histopatologik menunjukkan
inflamasi. Terminologi prostatodinia masih membingungkan. Prostatodinia didefinisikan
sebagai nyeri panggul kronis tanpa dijumpai tanda inflamasi pada sekret prostat.

National Institute of Health memperkenalkan klasifikasi prostatitis dalam 4 (empat)


kategori pada tahun 1999 dalam tabel 2 yang terdiri dari bebrapa kategori yaitu:

1. Kategori I adalah prostatitis bacterial akut


2. Kategori II adalah prostatitis bacterial kronis
3. Kategori III prostatitis non bakterial kronis atau sindroma pelvic kronis. Pada kategori
ini terdapat keluhan nyeri dan perasaan tidak nyaman di daerah pelvis yang telah
berlangsung paling sedikit 3 bulan. Kategori ini dibedakan dalam 2 sub kategori, yaitu
sub kategori IIIA adalah sindrom pelvic kronis dengan inflamasi, dan sub kategori
IIIB adalah sindrom pelvik non inflamasi.
4. Kategori IV adalah prostatitis inflamasi asimtomatik.

15
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan kalau separuh dari seluruh laki-laki yang ada di dunia akan mengalami
gejala prostatitis sepanjang hidupnya. Pada awal tahun 1990-an di USA jumlah kunjungan
penderita dengan prostatitis sebanyak 2 juta per tahun, menandingi jumlah kunjungan
penderita dengan benign prostatic hiperthropy (BPH) pada tahun yang sama. Umur penderita
yang paling sering menderita prostatitis adalah kurang dari 50 tahun.
Prostatitis nonbakterial merupakan bentuk prostatitis yang paling sering dijumpai.
Diperkirakan lebih dan 65%o pasien yarg didiagrrosis protatitis kronik ternyata menderita
PNB dan diperkirakan ditemukan pada lima dari 10 000 pasien rawat-jalan.

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN


Infeksi prostat dapat terjadi, ada beragam mekanisme pertahanan saluran urogenital
bagian bawah pada pria terhadap infeksi.

Pertahanan Nonspesifik
Sebagian besar infeksi pada duktus urogenital dan organ kelamin asesoris disebabkan
oleh organismeyang berjalan ascenden melalui uretra. Sehingga faktor mekanis seperti
panjang uretra, buang air kecil, dan ejakulasi akan memberi sebagian proteksi terhadap
infeksi, meskipun seberapa penting mekanisme pertahanan ini masih belum jelas. Perjalanan
sebagian duktus prostatika dan duktus ejakulatorik secara oblik juga dikatakan merupakan
mekanisme pertahanan mekanis. Sekresi prostat mengandung sejumlah substansi yang
bersifat aktif terhadap berbagai spektrum mikroorganisme. Polipeptida mengandung zinc,
yang disebut juga sebagai faktor antibakteri prostat, adalah substansi antimikroba penting
yang disekresi oleh prostat. Prostat memiliki kandungan zinc lebih tinggi dibanding semua
organ lain, dan sekresi prostat pada pria normal mengandung zinc dalam kadar yang tinggi.
Aktivitas bakterisid dari sekresi prostat terhadap berbagai organisme gram negatif dan gram
positif merupakan peran kadar zinc secara langsung. Pria yang telah terdiagnosis menderita

16
prostatitis kronis memiliki kadar zinc di dalam cairan prostat yang signifikan lebih rendah,
namun kadar zinc ini masih di dalam batas normal. Suplemen zinc oral tidak dapat
meningkatkan kadar zinc di dalam sekresi prostat pria penderita prostatitis bakteri.

Imunitas Humoral
Banyak peneliti telah meneliti respon serologik pada pria penderita prostatitis bakteri.
Serum dari pria penderita prostatitis bakteri akut mengandung antibodi spesifik untuk
melawan strain bakteri penyebab infeksi. Titer tetap tinggi saat terjadi infeksi bakteri yang
persisten pada prostat, dan perubahan titer antibodi mencerminkan respons terhadap terapi
antimikroba pada sebagian pasien. Penelitian serologik terhadap pria penderita prostatitis
memiliki 2 keterbatasan: pertama, sebagian besar penelitian menerapkan pemeriksaan yang
tidak membedakan berbagai kelas immunoglobulin spesifik, dan kedua, sebagian penderita
yang telah didiagnosis prostatitis bakteri memiliki titer antibodi aglutinasi yang rendah.
Produksi immunoglobulin lokal oleh prostat juga merupakan mekanisme pertahanan
saluran urogenital bawah yang penting terhadap infeksi. Sekresi prostat dari pria penderita
prostatitis bakteri mengandung immunoglobulin dalam konsentrasi tinggi. menunjukkan
adanya selubung antigen antibodi spesifik dari bakteri yang diisolasi dari penderita prostatitis.
Teknik radioimmunoassay fase solid indirek telah digunakan untuk menilai respons
imunologik lokal pada sejumlah kecil penderita yang telah terdiagnosis prostatitis bakteri.
Respons antigen antibodi spesifik di dalam sekresi prostat (terutama IgA sekretorik) lebih
tinggi daripada respons serologik. Respons spesifik IgA di dalam sekresi prostat akan
menetap lebih lama dibanding
antigen antibodi spesifik IgG prostat atau respon spesifik antigen serum.

Imunitas Seluler
Di antara pria penderita prostatitis, dengan penyakit akut memperlihatkan sel
mononuklear yang lebih dominan di dalam sekresi prostat, sementara pasien dengan penyakit
kronis menunjukkan sedikit sel monosit makrofag. Adanya proses fagositosis leukosit
terhadap sperma abnormal pada pria infertil dengan piospermia menunjukkan adanya peran
fungsional leukosit dalam kondisi peradangan saluran urogenital bagian bawah pria.

PATOLOGI

17
Prostatitis biasanya merupakan suatu proses fokal yang disertai area peradangan akut
atau kronisdi dekat area dengan struktur sel normal. Dalam satu penelitian otopsi, McNeal
menemukan bukti prostatitis pada 40 dari 91 prostat pria dewasa. Dua kasus hanya mengenai
zona periuretra, 24 kasus hanya mengenai zona perifer, dan 14 kasus mengenai kedua zona.
Data ini menunjukkan bahwa prostatitis biasanya muncul berupa peradangan fokal di zona
perifer dan meluas ke zona periuretra pada kasus yang parah. Kohmen dan Drach
menemukan beberapa peradangan pada 98% dari 162 prostat hiperplastik yang dilakukan
operasi reseksi. Bukti prostatitis baik secara histologik maupun bakteriologik bisa dijumpai
meski tidak ditemukan tanda peradangan pada pemeriksaan endoskopik. Blacklock
mengatakan bahwa temuan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pola drainase dari
duktus prostat. Duktus prostat perifer cenderung mengalir melengkung ke arah kanan
menunju duktus ejakulatorius, sehingga rentan terkena infeksi oleh organisme yang berjalan
ascenden melalui uretra. Sebaliknya, duktus prostat di zona periuretra cenderung berjalan
sejajar dengan duktus ejakulatorius dan lebih tahan terhadap infeksi oleh organisme di dalam
uretra. Pemeriksaan histologik mengungkapkan adanya suatu peradangan kronis. Tidak ada
uropatogen yang ditemukan pada pemeriksaan biakan, diduga karena infeksi muncul lebih
dini.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Persiapan Pasien dan Pengumpulan Spesimen

Untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur bakteri kuantitatif urin dan sekret prostat,
spesimen didapatkan dengan menggunakan metode spesimen empat porsi menurut Meares-
Stamey (Gambar 4 dan Tabel3) yang diperkenalkan sejak tahun 1968. Kini teknik itu jarang
dilakukan tetapi pemeriksaan tersebut tetap dianggap sebagai baku emas.
Pengambilan spesimen harus
dilakukan dalam keadaan
kandung kemih penuh.
Sebelumnya harus dijelaskan pada
pasien mengenai prosedur yang
akan dilakukan dan
menandatangani persetujuan
tindakan (informed consent).

18
Harus dilakukan tindakan aseptik padaglans penis dengan menggunakan larutan antiseptik.
Bagi laki-laki yang tidak disunat maka prepusium harus ditarik ke belakang menjauhi glans
penis. Kemudian dilakukan tindakan aseptik dan prepusium tetap ditahan selama berkemih
dan saat pengeluaran sekret prostat. Urin dan sekret prostat penderita ditampung dalam empat
wadah yang berbeda. Wadah tersebut harus steril, bermulut lebar, bertutup, ditulis identifikasi
dan porsi yang ditampungnya sebagai voided bladder (VBI, VB2, dan VB3) ataru expressed
prostatic secretion
(EPS). Prosedur pengambilan spesimen tampak pada Gambar 4.
Penderita berkemih dan urin petama sebanyak 5-10 m1 ditampung pada wadah
pertama(VB1). Pancaran selanjutnya ditampung pada wadah kedua (VB2) sebanyak 5-10 ml.
Setelah itu dilakukan pemijatan kelenjar prostat. Selama pemijatan, penderita harus menahan
kencing dalam keadaan relaks dan tidak boleh mengencangkan sphincter ani atau otot-otot
dasar panggul supaya diperoleh sekret prostat dalam jumlah cukup. Sekret prostatyang keluar
ditampung pada wadah ketiga (EPS). Kemudian penderita berkemih lagi dan urin sebanyak
5-10 ml ditampung pada wadah keempat (VB3). Urin dan sekret prostat segar kurang dari 1
jam harus segera diperiksa mikroskopis dan di kultur.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

19
Pemeriksaan mikroskopis pada EPS atau VB3 dapat membantu mengidentifikasi
proses inflamasi. Jika ditemukan leukosit dalam jumlah bermakna maka disimpulkan telah
terjadi respons terhadap proses inflamasi pada prostat. Berbagai kriteria angka diajukan untuk
menentukan batas jumlah leukosit dalam EPS atau VB3. Sebagian besar penelitian
menggunakan jumlah >20 leukosit/lapangan pandang besar (lpb). Belakangan ini banyakyang
menggunakan jumlah l0 lekosit LPB atau 1000 lekosit/uL VB3 tanpa piuria pada VB2, untuk
menyatakan apakah terjadi proses inflamasi pada prostat atau tidak. Apabila EPS tidak
didapatkan maka VB1 dan VB2 10x lebih kecil daripada VB3 digunakan untuk konfirmasi
infl amasi kelenjar prostat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cariani et al, pemeriksaan mikroskopis pada
spesimen VB3 menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan kultur yang berasal
dari swab uretra. Juga lebih mampu laksana dibandingkan pemeriksaan mikroskopis pada
EPS untuk menentukan apakah terjadi inflamasi atau tidak pada jaringan prostat.

INTERPRETASI HASIL

Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dan kultur spesimen EPS atau VB3 pada
prostatitis berdasarkan klasifikasi Drach et al (1978) secara ringkas dapat dilihat pada Tabel
5.

20
MANIFESTASI KLINIS DAN TERAPI

Prostatitis Bakteri Akut (kategori I)

Bakteri masuk ke dalam kelenjar prostat diduga melalui beberapa cara, antara lain (1)
ascending dari urethra, (2) refluksurin yang terinfeksi ke dalam duktus prostatikus, (3)
langsung atau secara limfogen dari organ yang berada disekitarnya (rectum) yang mengalami
infeksi, dan (4) penyebaran secara hematogen.

Gambaran klinis

Pasien yang menderita prostatitis bacterial akut tampak sakit, demam, menggigil, rasa
sakit di daerah perineal, dan mengeluh adanya gangguan miksi. Pada pemeriksaan fisis
dengan colok dubur, prostat teraba membengkak, hangat, dan nyeri. Pada keadaan ini tidak
diperbolehkan melakukan masase prostat untuk mengeluarkan getah kelenjar prostat karena
dapat menimbulkan rasa sakit dan akan memacu terjadinya bakterimia. Jika tidak ditangani
dengan baik keadaan ini dapat menjadi abses prostat atau menimbulkan urosepsis.

Terapi

Di pilihan antibiotika yang sensitif terhadap kuman penyebab infeksi dan kalau perlu
pasien harus menjalani perawatan di rumah sakit guna pemberian obat secara parenteral.
Antibiotika yang dipilih adalah dari golongan fluoroquinolon, trimetoprim-sulfametoksazol,
dan golongan aminoglikosida. Setelah keadaan membaik antibiotika per oral diteruskan
hingga 30 hari.

21
22
Prostatitis bacterial kronis (kategori II)

Prostatatitis bacterial kronis terjadi karena adanya infeksi saluran kemih yang sering
kambuh. Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah disuri, urgensi, frekuensi, nyeri
perineal, dan kadang-kadang nyeri pada saat ejakulasi atau hematospermia. Pada pemriksaan
colok dubur mungkin teraba krepitasi yang merupakan tanda dari suatu kalkulosa prostat. Uji
4 tabung tampak EPS dan VB3 didapatkan kuman yang lebih banyak daripada VB1 dan VB2
disamping itu pada pemeriksaan mikroskopik pada EPS tampak oval fat body.

23
Terapi

Pada prostatitis bacterial akut, hampir semua antibiotika dapat menembus barrier
plasma-epitellium dan masuk kedalam sel-sel kelenjar prostat, tetapi pada infeksi kronis tidak
banyak jenis antibiotika yang dapat menembus barrier itu. Jenis antimikroba yang dapat
menembusnya adalah trimetoprim-sulfametoksasol, doksisiklin, aminosiklin, karbenisilin,
dan fluoroquinolone.

Antimikroba diberikan dalam jangka lama hingga pemeriksaan kultur ulangan tidak
menunjukkan adanya kuman.

Prostatitis non bacterial (kategori III)

Prostatitis non bacterial adalah reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belum diketahui
penyebabnya. Sesuai dengan klasifikasi dari NIH, kategori III dibagi menjadi 2 sub kategori,
yaitu kategori IIIA dan IIIB. Pada sub kategori IIIA tidak tampak adanya kelainan

24
pemeriksaan fisis dan pada uji 4 tabung tidak didapatkan pertumbuhan kuman, hanya saja
pada EPS terlihat banyak leukosit dan bentukan oval fat body. Beberapa penulis menduga
bahwa inflamasi ini disebabkan karena infeksi dari Ureaplasma urealyticum atau Chlamidia
trachomatis sehingga mereka memberikan antibiotika yang sensitive terhadap kuman tersebut
itu, antara lain minosiklin, doksisiklin, atau eritromisin selama 2-4 minggu.

Pada sub kategori III yang dulu dikenal dengan nama prostatodinia terdapat nyeri
pada pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan miksi dan sering terjadi pada usai 20-45
tahun. Pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi maupun sel-sel
penanda inflamasi. Diduga kelainan ini ada hubungannya dengan faktor stress. Pemberian
obat-obat simtomatik berupa obat penghambat adrenergic alfa dapat mengurangi keluhan
miksi.

Prostatitis inflamasiasimtomatik (kategori IV)

Secara klinis pasien tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dari suatu
prostatitis. Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui dari spesimen yang kemungkinan
didapat dari cairan semen pada saat analisis semen dan jaringan prostat yang didapatkan pada
biopsy maupun pada saat operasi prostat. Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan
gejala seperti pada kategori ini tidak memerlukan terapi, tetapi didapatkannya sel-sel
inflamasi pada analisis semen seorang pria yang mandul perlumen dapatkan terapi
antibiotika.

PENUTUPAN
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh
suatu bakteri maupun non bakteri. Ada dua klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi
prostatitis menurut Drach et al (1978) dan menurut NIH(1999). Oleh sebab itu perlu
dilakukan anamnesis, pemriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang lebih mendalam dalam
mendiagnosis prostatitis. Sebagaimana alur berikut :

25
2.4 Batu Saluran Kemih

Batu Saluran Kemih

1. Definisi

Batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran kemih, mulai dari ginjal
hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri atas salah satu atau campuran
dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, sistin, struvit dan xantin.

2. Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.

Faktor intrinsik itu diantara lain adalah:

Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuannya

26
Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah:

Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu, sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
Iklim dan temperature
Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
Diet: diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atau sedentary life
3. Epidemiologi

Epidemiologi batu saluran kemih bagian atas di Negara berkembang dijumpai ada
hubungan yang erat dengan perkembangan ekonomi serta dengan peningkatan
pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan perkapita. Dibeberapa rumah sakit di
Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi batu ginjal dibandingkan dengan batu
saluran kemih bagian bawah. Hasil analisis jenis batu ginjal dilaboratorium Patologi
Klinik UGM sekitar tahun 1964 dan 1979, menunjukkan kenaikan proporsi batu ginjal
dibandingan proporsi batu kandung kemih. Sekitar tahun 1964-1969 didapatkan proporsi
batu ginjal sebesar 20% dan batu kandung kemih sebesar 80%, tetapi pada tahun 1970-
1979 batu ginjal sebesar 70% (101-144 batu) dan batu kandung kemih 30% (43-144
batu).Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan risiko pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004). Jumlah pasien rawat inap batu saluran
kemih di RS seluruh Indonesia yaitu 17.059 penderita, dengan Case Fatality Rate (CFR)
0,97%. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), jumlah pasien rawat inap penderita
batu saluran kemih di RS seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita dengan CFR 0,94%.

27
4. Gejala Klinis
Batu ginjal (nefrolitiasis)

Batu dapat hanya berada di bagian pelvis renalis, namun dapat juga bercabang
mengikuti kaliks atau melibatkan 2 kaliks yang bersebelahan. Batu di pelvis dapat
menyebabkan hidronefrosis, namun batu kaliks biasanya tidak menunjukkan tanda
fisis. Umumnya, manifestasi klinis berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi.
Terkadang dapat disertai nyeri pinggang, baik hanya pegal, kolik atau hingga nyeri
yang menetap dan hebat. Pemeriksaan fisis umunya normal, tetapi jika telah terjadi
hidronefrosis, dapat teraba masa ginjal yang membesar. Nyeri tekan atau nyeri ketok
sudut kostrovertebra dapat postif sesuai sisi ginjal yang terkena.

Batu ureter (ureterolitiasis)

Nyeri kolik akibat peristalsis, sifatnya hilang timbul disertai mual dengan nyeri alih
yang khas merupakan ciri utama. Dalam perjalannya, batu ureter dapat akhirnya ikut
keluar bersama urine, atau terhenti di buli. Batu juga bisa tetap di ureter dan
menyebabkan obstruksi kronis dengan hidroureter. Kasus-kasus seperti ini dapat
berujung pada hidronefrosis. Batu ureter dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
lokasi, yaitu proksimal dan distal. Batu ureter proksimal jika batu terletak diatas
pelvic brim dan distal jika terletak dibawah pelvic brim.

Batu buli-buli (vesikolitiasis)

Jika batu berada dipangkal uretra, aliran miksi akan berhenti secara tiba-tiba . akan
tetapi, saat pasien merubah posisi tubuhnya, batu dapat bergeser dan urine pun
kembali keluar. Pada anak kecil, biasanya mereka menarik-narik penisnya. Jika
disertai infeksi sekunder, saat miksi terdapat nyari menetap di suprapublik.

Batu uretra (uretrolitisis)

Kebanyakan batu terjadi sebagai aliran dari saluran yang lebih atas. Gejalannya
adalah urine menetes, miksi tiba-tiba terhenti dan terdapat nyeri.

5. Patofisiologi

Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam


pembentukan batu. Inhibitor pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu

28
kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter (reaktan)
dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi
reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada
pembentukan awal atau nuclease Kristal, progresi Kristal atau agregatasi Kristal.
Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi Kristal
kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi risiko agregatasi Kristal dalam saluran
kemih.

Batu ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentukan
Kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu. Subyek normal dapat
mengekskresikan nucleus Kristal kecil. Proses pembentukan batu dimungkinkan dengan
kecendrungan ekskresi agregat Kristal yang lebih besar dan kemungkinkan sebagai
Kristal kalsium oksalat dalam air kemih.

Proses pembentukan Kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu masih belum
sejelas proses pembuangan Kristal melalui air kemih yang banyak. Diperkirakan bahwa
agregasi Kristal menjadi cukub besar sehinga tertinggal dan biasanya tertimbun pada
duktus kolektikus akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar.
Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang mengalami lesi.
Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh Kristal sendiri.

Sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batu kalsium dan
kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Jenis
batu lainnya terdiri dari batu sistin, batu asam urat dan batu struvit.

6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang.


Anamnesis dan pemeriksaan fisis sesuai dengan yang telah ditunjukkan pada bagian
manifestasi klinis. Pada anamnesis cari faktor risiko dan riwayat batu ginjal sebelumnya.
Pemeriksaan penunjang yang membantu diagnosis:

Foto rontgen abdomen dengan dua proyeksi. Batu asam urat murni bersifat
radiolusen, sementara batu lainnya rata-rata idiopatik. Hati-hati dengan radioopak
yang lokasinya berhimpitan dengan struktur tulang
Pemeriksaan foto pielografi intervena. Untuk batu radiolusen, dilakukan foto dengan
bantuan kontras untuk menunjukkan defek pengisian. Pemeriksaan ini tidak dapat
29
dilakukan pada saat pasien mengalami kolik renal akut karena tidak akan
menunjukkan gambaran sistem pelviokalises dan ureter. Untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, pielografi retrograde melalui sistokopi, CT urografi atau USG
menjadi pilihan
CT urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk mengevaluasi batu pada ginjal
dan traktus urinarius, termasuk batu asam urat. Modalitas ini memiliki sensitivitas dan
spesifikasi terbaik.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat melihat semua jenis batu. Baik yang radiolusen
maupun radioopak. Selain itu, pemeriksaan ini dapat juga ditentukan ruang dan lumen
saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium seperti urinalisis, pemeriksaan darah perifer lengkap dan
kadar urine kreatinin serum dilakukan untuk menunjang diagnosis adanya batu,
komposisi dan mentukan fungsi ginjal. Pemeriksaan analisis batu diindikasikan pada
semua pasien urolitiasis yang pertama kali untuk mengetahui fisiko frekuensi.
7. Tata laksana
Terapi konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM)

Dapat diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara
aktif. Biasanya diberikan pada kasus batu yang tidak mengganggu dan ukuranya
kurang dari 0,5 cm, berlokasi diureter distal dan tidak terjadi obstruksi total. Pasien
dengan sepsis, nyeri tidak terkontrol atau fungsi ginjal yang buruk tidak disarankan
menggunakan terapi konservatif. Terapi konservatif terdiri atas:

Peningkatan asupan minum dan pemberian diuretic target diuresis 2 liter/hari.


Pemberian nifedipin atau agen -blocker, seperti tamsulosin.
Manajemen nyeri, khususnya pada kolik: pemberian simpatolitik analgesic.
Pemberian OAINS supositoria memberikan onset lebih cepat dan efek samping
lebih rendah.
Pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama maksimal 6 minggu untuk
menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
Pelarutan

Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, yang hanya terjadi pada
keadaan urine asam (PH < 6,2). Pada kasus ini dapat diberikan natrium bikarbonat
serta makanan yang bersifat alkalis. Jika perlu berikan allopurinol untuk membantu
menurunkan kadar asam urat darah dan urine. Batu struvit tidak dapat dilarutkan,
namun dapat dicegah pembesarannya melalui cara yang sama serta pemberian
antiurease. Infeksi sulit diatasi karena bakteri di batu tidak dapat dicapai antibiotic.
30
Litotripsi

Litrotripsi merupakan metode pemecahan/ penghacuran batu. Batu dapat dipecahkan


secara mekanis atau dengan gelombang ultrasonic, elektrohidrolik, atau sinar leser.
Metode yang banyak digunakan saat ini extracorporeal shock wave lithotripsy
(ESWL). Menggunakan gelombang kejut yang dialirkan melalui urine dan dipusatkan
pada batu, tanpa adanya perlukaan pada kulit. Batu diharapkan pecah menjadi ukuran
kurang dari 2 mm dan keluar bersamaan dengan urine. Lokasi batu dipastikan dengan
bantuan sinar roentgen dan ultrasonography. Kontraindikasi dari ESWL antara lain:

Hamil
Perdaarahan diathesis
Infeksi saluran kemih tidak terkontrol
Obesitas yang berat, menghalangi kerja dari gelombang kejut
Aneurisma arteri disekitar batu
Obstruksi anatomis distal dari batu
Pembedahan

Pembedahan dapat dikerjakan apabila cara nonbedah tidah berhasil dan tidak tersedia
alat untuk litrotripsi. Indikasi bergantung pada lokasi batu. Indikasi pembedahan pada
batu ginjal:

Batu kaliks: adanya hidrokaliks, kasus nefrolitiasis kompleks, tidak berhasil


dengan ESWL
Batu pelvis: jika terjadi hidronefrosis, infeksi atau nyeri hebat, batu terbentuk
tanduk rusa
Batu ureter: telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, terdapat implikasi
ureter
Batu buli: ukuran > 3 cm.
8. Prognosis

Prognosis baik bila tidak ada komplikasi.

9. Komplikasi
Hidronefrosis
Pielonefrosis
Uremia
Gagal ginjal
10. Preventif
Menurunkan konsentrasi reaktan
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu

31
Sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari minum jeruk nipis atau lemon
sesudah makan malam)
Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan dan mengontrol secara berkala
pembentukan batu baru
Pengaturan diet
Meningkatkan masukan cairan
Masukan cairan tertutam pada malam hari akan meningkatkan aliran air kemih
dan menurunkan konsentrasi pembentukan batu dalam air kemih. Dari hasil uji
coba didapatkan pada tahun ke 5 insiden pembentukan batu baru pada kelompok
banyak minum 12 % dibanding kelompok control 27%. Pada kelompok
pembentukan batu jumlah air kemih harian ditemukan 250-350 ml lebih sedikit
dibandingkan kelompok control.
Hindari masukan minum gas lebih 1 liter perminggu. Ditemukkan kekambuhan
batu sebesar 15% lebih tinggi dalam 3 tahun dibandingan kelompok peminum
cairan lain.
Kurangin masukan protein (sebesar 1 g/kg berat badan/ hari) masukkan protein
tinggi dapat meningkatkan ekskresi kalsium, ekskresi asam urat dan menurunkan
sitrat dalam air kemih. Protein hewani diduga mempunyai efek menurunkan pH
air kemih lebih besar dibandingkan protein sayuran karena lebih banyak
menghasilkan asam.
Membatasi masukan natrium. Diet natrium rendah dapat memperbaiki reabsorbsi
kalisum proksimal, sehingga terjadi pengurangan ekskresi natrium dan ekskresi
kalsium. Penurunan masukan natrium dari 200 sampai 80 mEq/ hari dilaporkan
mengurangi ekskresi kalsium sebanyak 100 mg/hari (2,5 mmol/hari)
Masukkan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan. Penurunan
kalsium intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorbsi oksalat oleh
pencernaan, peningkatan ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi kalsium
oksalat air kemih. Diet kalsium rendah dapat merugikan pasien dengan
hiperkalsiuria idiopatik karena keseimbangan kalsium negatif akan memacu
pengambilan kalsium dari tulang dan dari ginjal, keadaan ini akan memperburuk
penurunan densitas tulang pada beberapa pasien.

2.5 Fimosis

32
DEFINISI
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala
(Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak
jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. (Andi Maryam)
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin pria, yang
dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada
bagian kepala (Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga
bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi
pada penis (balantis). Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di ujung
penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan
membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna
Himawan,1996)
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium.Kelainan menyebabkan bayi / anak
sukar berkemih.Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium menggelembung
seperti balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis
(glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis
(kulup, prepuce, preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian
dalam preputium melekat pada glans penis.Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya
bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.Fimosis (phimosis)
bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai
ke korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang
dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-
lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat
ditarik ke proksimal.
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma yaitu cairan putih,
kental yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan kepala penis akan tertinbun di tempat
itu, sehingga mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian
ujung penis, sehingga di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak
menjadi rewel yang terlihat adalah kulit kulup yang terbelit dan menggelembung.

33
ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik.Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada
kepala penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal.Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir,
atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan.

PENYEBAB FIMOSIS
Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir.Pada kasus yang lebih jarang, fimosis
terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena peradangan atau
luka akibat pembukaan paksa kepala penis.Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu
mencegah peregangan kulup.

EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat
utuh.Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu
berkurang.Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut
30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1%
yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang
bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi
memiliki resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa
resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP
tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak
sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi.Dua laporkan
jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat
menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6
sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua,
fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan
aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi).

34
Suatu penelitian lain juga mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat
usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis
kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-
laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis

MACAM - MACAM FIMOSIS

a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya


merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke
belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon
dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara
glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah
dari glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3
tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital.
Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki
berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)


timbul kemudian setelah lahir.
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk , peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan
berlebihan kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian kulitpreputium yang
membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulitpreputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak
diimbangi besarnya lubang di ujung preputium.
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik,
tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat

35
hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium,
fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urin.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai
buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan
oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi
oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan. 5
5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat di duga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Terjadi iritsi pada penis.

GANGGUAN
Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya
ujung prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien
dibawa berobat oleh orang tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak lain
adalah korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang
mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.
Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis
karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis
sekunder. Dapat diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan
kemudian dilakukan sirkumsisi.

KOMPIKASI
a. Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
b. Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena
c. Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
f. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.

36
g. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
h. Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.

PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a. Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen.Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang
air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis).Sunat dapat dilakukan dengan
anestesi umum ataupun local.
b. Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.
Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan
secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c. Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan
setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan
pembentukan parut.
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama
dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai
fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta
menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan
kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara
berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis
didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis
bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni,
diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium)
atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty(memperlebar bukaan

37
kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan
sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2 kali
sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis
telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan
dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk
mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan bokong dan
penis.
a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan
terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air
kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-
gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada
beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul.Tindak
pencegahan yang penting adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.
2. Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan
bayi .
3. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian
paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil
atau besar).
4. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur
dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak
kedinginan.
5. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari
atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas
ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.

38
3. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi.
4. Memberikan salep kortikoid ( 0,05 0,1 % ) 2x / hari selama 20 30 hari , terapi ini
tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

TERAPI
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan
komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi,
sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat
retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang
sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika
terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak
dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai
pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama
20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti
dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika
manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan
klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

39
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Gejala buang air kecil mengejan merupakan sebuah tanda bahwa terdapatnya
sumbatan pada saluran kemih seseorang atau dapat pula gangguan lainnya seperti
infeksi saluran kemih yang dapat terjadi pada organ genitalia maupun pada saluran
kemih yang terjadi baik wanita maupun pria.

Dalam makalah ini kami membahas 5 penyakit yang berkaitan dengan gejala
buang air kecil mengejan, yaitu Benign Prostat Hyperplasia (BPH), karsinoma
prostat, prostatitis, batu saluran kemih, dan fimosis.

III.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Mohon maaf apabila terdapat kekurangan.

40
REFERENSI

Chenderwasi, Stephanie S, dkk. 2008. Prostatitis Nonbakterial: Penyebab dan


Diagnosa FKUI. Jakarta: PDF.

Soeprapti, Titie,dkk. 2008. Sindroma Prostatitis FKUNAIR. Surabaya : PDF.

Sudoyo, Aru W. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto.

Price, SA dan Wilson, LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Vol 2. Ed. 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Prof.Dr.Ahmad H.


Asdie, Sp.PD-KE, Edisi 13, Vol. 5. Jakarta: EGC.

Kapita selekta kedokteran / editor, Chris Tanto [et al.]. Ed.4. Jakarta: Media
Aesculapius, 2014.

Gambar skor IPSS: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/obat/pembesaran-


prostat-jinak/ - Diakses pada tanggal 21 Februari 2016 pukul 21.54 WIB.
41
42

Anda mungkin juga menyukai