Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok

FITOTERAPI
“TANAMAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENYAKIT BENIGN
PROSTATIC HYPERPLASIA (PEMBESARAN PROSTAT JINAK)”

OLEH :
KELOMPOK IV (EMPAT)

NAMA : ZULFIKAR (O1A1 17 078)


ADE IRMA LALASATI (O1A1 17 079)
ADITH SEPTIAR (O1A1 17 080)
ANDI LASTRI (O1A1 17 082)
KELAS :B
DOSEN : HENNY KASMAWATI, S.Farm., M.Si., Apt.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., atas
segala nikamat yang diberikan kepada penulis berupa nikmat kesempatan,
kekuatan dan kesehatan sehingga dalam penulisan makalah Fitoterapi yang
berjudul “Tanaman Obat Tradisional untuk Penyakit Benign Prostatic
Hyperplasia (Pembesaran Prostat Jinak)” ini bisa berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, begitu
banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu melalui kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan, motivasi serta arahan dan teman-teman yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Kepada dosen pengampuh mata kuliah Fitoterapi yang
telah mendidik dan memberikan pencerahan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Selain itu, Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak yang dapat kami jadikan koreksi dalam pembuatan
makalah selanjutnya sehingga bisa lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukan.

Kendari, 19 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Benign Prostatic Hyperplasia...............................................3
B. Tanaman Obat.........................................................................................3
C. Saw Palmetto............................................................................................5
D. Pumpkin....................................................................................................9
E. Nettle.......................................................................................................12
BAB III................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (Bagian ANDI LASTRI (O1A117082))


Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
jaringan selular kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang
berlapis kapsula dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan. Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran prostat yang
mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria.
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang
bermakna pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang
umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu
masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam
penurunan kualitas hidup seseorang. Adanya hiperplasia ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi
obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang
paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang
paling berat yaitu operasi.
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang telah diidentifikasi dan
diketahui berdasarkan pengamatan manusia memiliki senyawa yang
bermanfaat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit, melakukan fungsi
biologis tertentu, hingga mencegah serangan serangga dan jamur.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat telah ada sejak zaman prasejarah
manusia. Bebapa tanaman yang telah diteliti dapat berkhasiat untuk
mencegah penyakit Benign Prostatic Hyperplasia.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah makalah ini untuk
mengetahui secara detail mengenai apa saja yang dimaksud dengan penyakit
Benign Prostatic Hyperplasia, serta obat bahan alam yang berguna untuk
pengobatan penyakit Benign Prostatic Hyperplasia.

1
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Benign Prostatic Hyperplasia?
2. Apa saja tanaman yang berguna untuk mencegah penyakit BPH ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari masing-masing tanaman obat untuk
BPH?
4. Apa saja contoh produk obat dari tanaman obat untuk BPH?

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Benign Prostatic Hyperplasia.
2. Untuk mengetahui apa saja tanaman yang berguna untuk mencegah
penyakit BPH.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari masing-masing tanaman obat
untuk BPH.
4. Untuk mengetahui apa saja contoh produk obat dari tanaman obat untuk
BPH.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi (Bagian ANDI LASTRI (O1A117082))


BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut,
ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel prostat dan
daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa
menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Data
prevalensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90
% terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun.

Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hiperplasia yang


selanjutnya disingkat BPH merupakan penyakit tersering kedua penyakit
kelenjar prostat di klinik urologi di Indonesia. Penyebab BPH belum
diketahui secara pasti, tetapi sampai saat ini berhubungan dengan proses
penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama
testosteron. Hormon Testosteron dalam kelenjar prostat akan diubah menjadi
Dihidrotestosteron (DHT). DHT inilah yang kemudian secara kronis
merangsang kelenjar prostat sehingga membesar (Amalia, 2010).

B. Tanaman Obat (Bagian ANDI LASTRI (O1A117082))


Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan

3
keanekaragaman tumbuhan obat-obatan dapat menunjangadanya ketersediaan
obat-obat tradisional yang siap pakai (Jumiarni dan Oom, 2017). Obat Bahan
Alam Indonesia dikelompokkan secara berjenjang menjadi 3 kelompok yaitu
Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka (Parwata, 2017).
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5–10 macam bahkan lebih.
Golongan ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara
turunmenurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu (Parwata, 2017).
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang berasal dari
ekstrak bahan tumbuhan, hewan maupun mineral. Perlu dilakukan uji pra-
klinik untuk pembuktian ilmiah mengenai standar kandungan bahan yang
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat
yang higienis dan uji toksisitas akut maupun kronis seperti halnya
fitofarmaka.Dalam proses pembuatannya, OHT memerlukan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal serta memerlukan tenaga kerja dengan
pengetahuan dan keterampilan pembuatan ekstrak, yang hal tersebut juga
diberlakukan sama pada fitofarmaka (Parwata, 2017).
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisionalyang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar dan
khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis. Fitofarmaka dapat diartikan
sebagai sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta
produk jadinya telah di standarisir. Ketiga golongan atau kelompok obat
tradisional tersebut di atas, fitofarmaka menempati level paling atas dari segi

4
kualitas dan keamanan. Hal ini disebabkan oleh karena fitofarmaka telah
melalui proses penelitian yang sangat panjang serta uji klinis yang detail,
pada manusia sehingga fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat
herbal yang telah memiliki kesetaraan dengan obat, karena telah memiliki
clinical evidence dan siap di resepkan oleh dokter (Parwata, 2017).

C. Saw Palmetto (Serenoa repens) (Bagian ADITH SEPTIAR (O1A117080)


dan ANDI LASTRI (O1A117082)).
Serenoa repens (W. Bartram) Kecil (syn. Sabal serrulata (Mich.)
Nutall ex Schult dan Serenoa serrulata Hook) adalah pohon palem kecil,
tumbuh hingga ketinggian maksimum 2-3 m, berasal dari bagian selatan
Amerika Serikat. Buah matang Serenoa repens kering, mengandung minimal
11% dari total asam lemak, dapat ditemukan dalam Farmakope Eropa dengan
nama Sabalis serrulatae fructus. Dalam pengobatan tradisional penduduk asli
Amerika, itu digunakan sebagai anafrodisiak dan untuk meningkatkan
kesuburan. Tanaman secara khusus digunakan untuk meredakan gejala
hiperplasia prostat jinak (BPH).

Saw palmetto telah digunakan selama berabad - abad untuk terapi


pembengkakan kelenjar prostat atau BPH (Benign Prostate Hipertrophy).
Pertama kali dikenal oleh penduduk asli Indian Amerika, kemudian
dikembangkan pemakaiannya di Eropa. Efektivitasnya sama dengan
finasteride, obat konvensional terkenal untuk mengatasi gangguan BPH. Saw
palmetto terbukti dapat menghilangkan gejala gangguan pembesaran prostat

5
dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Dari penelitian terungkap bahwA
saw palmetto dapat memperbaiki aliran urin dari semula 9,5 ml per detik
menjadi 13,2 mL per detik (Vitahealth, 2006).
1. Kandungan Kimia dan Mekanisme Kerja
Buah ini mengandung sekitar 40-80% asam lemak (komponen
utama: asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam
miristat dan asam oleat), sterol, flavonoid dan karbohidrat.

Asam Laurat
Ekstrak lipofilik (dan asam lemak bebas) dari tumbuhan
menghambat enzim 5-alpha-reductase, sehingga menurunkan tingkat
dihidrotestosteron (DHT). Hal ini telah dikonfirmasi dalam beberapa
percobaan. Aktivitas penghambatan aromatase juga diamati, yang
menyebabkan penurunan rasio estrogen/testosteron (aromatase
mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen). Metabolisme
testosteron dengan menghambat 17-beta-hydroxysteroid dehydrogenase
lebih meningkatkan rasio testosteron dibandingkan dengan DHT dan
estradiol. Efek penurun DHT telah diamati dalam penelitian manusia juga.
Asam laurat dan asam oleat mengikat secara nonkompetitif ke
reseptor saluran alfa-1 adrenergik, muskarinik dan 1,4-DHP Ca2 +, dan
dengan demikian dapat dianggap sebagai inhibitor. Ekstrak yang berbeda
memberikan aktivitas penghambatan yang lemah pada reseptor androgen.
Sebuah penelitian pada manusia mengungkapkan bahwa ekstrak Serenoa
repens bersaing dengan DHT pada tingkat reseptor androgenik.
Ekstrak etanol menghambat faktor pertumbuhan epidermal (EGF)
dan proliferasi sel epitel prostat yang diinduksi lipopolisakarida secara in
vitro. Ekstrak lipofilik menunjukkan aktivitas anti-inflamasi, sebagian
melalui penghambatan enzim COX dan 5-LOX.

6
2. Khasiat dan Indikasi
Khasiat Serenoa dalam pengobatan BPH telah diteliti dalam
beberapa uji coba yang melibatkan beberapa ribu partisipan, dengan durasi
3-72 minggu. Banyak dari studi ini dirancang dengan cukup baik untuk
menjadi dasar konfirmasi penggunaan produk tertentu secara mapan.
Dalam studi dengan ekstrak lipofilik yang berbeda, Serenoa repens telah
dilaporkan lebih unggul daripada plasebo dan setara dengan finasterida
(dengan efek samping yang lebih sedikit) dalam mengurangi gejala saluran
kemih bagian bawah akibat BPH.
Sebuah meta-analisis secara kritis mengevaluasi 17 studi, termasuk
13 percobaan acak, double-blind (dengan beberapa ratus pasien) yang
dilakukan dengan ekstrak heksana. Dalam tujuh studi, IPSS (International
Prostate Symptom Score) digunakan sebagai hasil. Perawatan dengan
Serenoa meningkatkan IPSS, aliran urin puncak dan nokturia relatif
terhadap plasebo. Ekstrak heksana ini telah ditemukan setara dengan
finasterida dalam memperbaiki gejala dalam penelitian selama 26 minggu
pada pasien BPH (IPSS> 13). Sebuah studi dengan desain serupa
mengkonfirmasi kesetaraan dengan tamsulosine pada pasien BPH (IPSS>
10). Kemanjuran selanjutnya telah didukung oleh serangkaian studi label
terbuka.
Untuk satu ekstrak lunak (ekstraksi pelarut heksana: DER 7-11: 1,
mengandung 97% asam lemak bebas), bukti klinis cukup untuk
memberikan monograf penggunaan yang mapan dengan indikasi
- Pengobatan simtomatik hiperplasia prostat jinak. Untuk ekstrak etanol,
bukti yang kurang meyakinkan mengakibatkan penyusunan monograf
penggunaan tradisional dengan indikasi sebagai berikut:
- Meredakan gejala saluran kemih bagian bawah yang berhubungan
dengan hiperplasia prostat jinak, setelah kondisi serius telah
disingkirkan oleh dokter. Dalam kedua kasus, dosis harian adalah 320
mg ekstrak. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan.

7
3. Efek Samping, Interaksi & Kontraindikasi
- Efek Samping
Gangguan gastrointestinal (mual atau sakit perut), ruam kulit dan
edema dapat terjadi. Dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan
ginekomastia reversibel.
- Interaksi
Beberapa kasus dugaan interaksi dengan warfarin dapat menyebabkan
peningkatan nilai INR (INR adalah akronim rasio normalisasi
internasional, yang merupakan rasio waktu protrombin pasien dengan
sampel normal) yang telah dilaporkan.
- Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada pasien dengan kasus hipersensitivitas
terhadap Serenoa atau penyakit hati.(Csupor, 2015).
4. Contoh Produk
Bioprost adalah herbal yang mengandung ekstrak saw
palmetto (serenoa repens). Mekanisme Bioprost yang mengandung saw
palmetto adalah mencegah hormone testosterone menjadi
dihydrotestosteron (DHT). Dosis yang digunakan sehari 2 kali 1 kapsul
lunak. Konsumsi Setiap Hari Selama 15-30 Hari untuk memperbaiki saat
berkemih.

Bioprost termasuk kedalam obat herbal tradisional kategori Jamu,


karena merupakan obat tradisional Indonesia yang menggunakan bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan yang secara empiris atau

8
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dikategorikan kedalam
jamu karena belum melewati proses ujik klinik dan uji pra klinik.

D. Labu Kuning (Cucurbita moschata) (Bagian ADE IRMA LALASATI


(O1A117079) dan ANDI LASTRI (O1A117082))
Labu adalah tanaman obat pertama yang mendapatkan popularitas
dalam pengobatan BPH di Hongaria dan merupakan dasar dari produk herbal
terdaftar pertama dengan indikasi ini. Biji labu kuning mengandung sekitar
50% minyak lemak (dengan asam linoleat dan asam oleat sebagai komponen
utama asam lemak), 30-50% protein dan 5-10% karbohidrat. Cucurbita yang
termasuk dalam Cucurbitaceae, berasal dari Amerika Tengah dan Utara.

Dalam pengobatan, seluruh biji matang yang dikeringkan dapat


digunakan baik dalam bentuk tanah, ekstrak atau sebagai minyak lemak yang
berasal dari bahan tanaman dan telah digunakan selama berabad-abad sebagai
obat diuretik dan anthelminthic, pada abad ke-20, dapat digunakan untuk
mengobsti penyakit yang berkaitan dengan BPH (pembesaran prostat jinak).
Untuk tujuan pengobatan biasanya varietas (C. pepo L, convar. citrullina I.
Greb. var. styriaca I. Greb) sering digunaka karena testa biji yang tipis (ini
membuat pengepresan minyak lebih mudah daripada varietas lainnya).

9
Minyak lemak diperas dari biji yang telah dihaluskan dan dipanggang
sebelum diproses (Csupor, 2015).
Labu (Cucurbita moschatal) tumbuhan di daerah tropis. Masyarakat
Indonesia mengenal baik tumbuhan ini, dan telah pula dibudidayakan dalam
areal terbatas di peka rangan, tegalan, atau di ladang penduduk. Labu
termasuk tumbuhan suku timun-timunan (Cucurbitaceae) mempunyai
kegunaan antara lain sumber pangan, serta kulitnya yang keras dapat
dimanfaatkan sebagai hasil kerajinan tangan dijadikan wadah atau tempat
peranti rumah tangga. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan
radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare. Berdasarkan pemanfaatan labu
kuning secara empiris dan turun-temurun untuk berbagai pengobatan, diduga
ko moditas ini mempunyai berbagai komponen bioaktif yang perlu dibuktikan
secara ilmiah (Gardjito dkk.,2013).
1. Komposisi Kimiawi Dan Mekanisme Kerja
Biji labu kuning mengandung sekitar 50% minyak lemak (dengan
asam linoleat dan asam oleat sebagai komponen utama asam lemak), 30-
50% protein dan 5-10% karbohidrat. Komponen penting selanjutnya
adalah delta-7-sterol (avenasterol dan spinasterol) dan delta-5-sterols
(sitosterol dan stigmasterol). Komponen tokoferol yng patut diperhatikan
yaitu karotenoid (lutein dan beta-karoten) dan klorofil yang bertanggung
jawab atas warna, dan kandungan squalene biasanya dianggap sebagai
penanda dalam analisis kualitas.
Dalam studi in vitro dengan menggunakan sel hewan, ekstrak biji
labu dapat menghambat enzim aromatase dan 5-alpha-reductase. Biji labu
dapat mengurangi tanda-tanda BPH yang diinduksikan pada tikus. Pada
hewan coba, ekstrak biji labu secara signifikan dapat meningkatkan
volume kandung kemih dan menurunkan frekuensi buang air kecil
dibandingkan dengan kontrol negatif.
Minyak lemak memiliki efek hepatoprotektif dan antihiperlipidemia
(karena rasio asam lemak tak jenuh yang tinggi). Aktivitas anti-inflamasi

10
dan antioksidan dari ekstrak dan minyak telah dibuktikan dalam beberapa
percobaan.
2. Khasiat Dan Indikasi
Empat penelitian yang dilakukan di Hongaria (untuk meneliti produk
yang mengandung minyak biji labu, 1,8 g setiap hari) dapat mengurangi
gejala nyeri dan sering buang air kecil, disuria, nokturia dan peningkatan
aliran kemih pada sebagian besar pasien. Karena khasiatnya belum dapat
dipastikan secara meyakinkan, biji labu kuning dapat digunakan sebagai
produk jamu tradisional.
- Untuk menghilangkan gejala saluran kemih bagian bawah yang
berhubungan dengan hiperplasia prostat jinak atau yang berhubungan
dengan kandung kemih yang terlalu aktif, setelah diangkat/dibuang oleh
dokter medis.
- Untuk tujuan pengobatan, biji matang yang telah dikeringkan lalu
dihaluskan, (5-15 g setiap hari), minyak berlemak (3-4 g), ekstrak lunak
(DER 15-25: 1, mengekstraksi pelarut etanol 92%, 1 g setiap hari) atau
ekstrak kering (15-30: 1, pelarut ekstraksi 60% etanol, 0,3 g setiap hari)
dapat digunakan.
3. Efek Samping, Interaksi & Kontraindikasi
- Efek Samping :
Dapat menyebabkan keluhan gastrointestinal ringan.
- Interaksi :
Labu kuning berinteraksi dengan lithium. Mengonsumsi labu dan
lithium dapat meningkatkan jumlah lithium dalam tubuh dan
mengakibatkan efek samping yang serius. Konsultasikan dengan dokter
sebelum menggunakan produk ini jika Anda menggunakan lithium.
- Kontraindikasi :
Labu kuning atau pumpkin dikontraindikasikan pada pasien apabila
penyebab BPH tidak diketahui. Ada juga kontraindikasi pasien hamil
atau ibu menyusui.

11
4. Contoh Produk
Biji labu adalah salah satu alam hampir sempurna makanan. Mereka
adalah sumber alami bermanfaat komponen seperti karbohidrat dan asam
amino dan asam lemak tak jenuh.Labu prostat dan kandung kemih
masalah, tapi mereka juga telah dikenal untuk membantu dengan depresi
dan ketidakmampuan belajar.

Produk dari biji labu berupa serbuk ekstrak dikategorikan sebagai


Jamu. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk, seduhan, pil, instan, minuman, dan cairan
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional.

E. Rumput Jelatang (Urtica dioica) (Bagian ZULFIKAR (O1A117078) dan


ANDI LASTRI (O1A117082).
Jelatang merupakan tanaman obat yang serbaguna. Bagian tanaman
yang berbeda telah digunakan dengan berbagai tujuan. Dalam pengobatan
tradisional, ramuan daun jelatang adalah yang paling penting, tetapi
penggunaan akar dan bijinya juga memiliki tradisi di beberapa daerah
(misalnya Rusia). Bagian herba telah digunakan terutama untuk mengobati
masalah saluran kemih (tetapi juga sebagai agen antitusif, styptic atau
antirematik), sedangkan akarnya telah digunakan sebagai tonik, dan pada
penyakit gastrointestinal, serta gangguan kulit dan pernapasan.
Akar jelatang pertama kali digunakan pada gangguan saluran kemih pada

12
tahun 1950-an, dengan indikasi yang cukup spesifik  (hiperplasia prostat
jinak). Dalam pengobatan resmi, daun Urtica dioica L., Urtica urens L.,
hibrida atau campurannya biasa digunakan (ini juga terdapat dalam monograf
Farmakope Eropa) (Csupor, 2015).

Urtica doica dikenal pula sebagai stinging nettle ini mempunyai sejarah
panjang dalam dunia pengobatan. Dioscorides, dokter Yunani pada abad
pertama, mencatat kegunaannya untuk menghentikan mimisan (perdarahan
hidung) dan menstruasi berlebihan. Dari penelitian di Amerika, Jerman, dan
Jepang diperoleh indikasi mengenai manfaat akar nettle yang mengandung
fitosterol (stigmasterol dan stigmost 4-enzone) untuk merelaksasi otot prostat.
Ditambah lagi dengan kandungan kuersetin (flavonoid) dan kalium
menjadikan herba ini suatu diuretika kuat yang dapat meningkatkan produksi
urin untuk membuang racun tubuh. Penggunaan: Sebagai diuretika dan untuk
mengatasi pembesaran kelenjar prostat (Benign Prostate Hypertrophy)
(Vitahealth, 2006).
1. Komposisi Kimia Dan Mekanisme Kerja 
Akar jelatang mengandung sekitar 1% polisakarida, lektin (hingga
0,5%, urtica dioica agglutinins, UDA), lignan, sterol, dengan beta-
sitosterol sebagai komponen utama (hingga 1%) dan asam lemak
hidroksi.  Daun jelatang mengandung flavonoid (hingga 2%, turunan dari
quercetin, kaempferol dan isohamnetin), silika (hingga 4%), beta-
sitosterol, kumarin, turunan asam caffeic, dan asam format pada rambut
yang menyengat, serotonin dan leukotrien.

13
Kebanyakan studi praklinis dengan akar jelatang telah berfokus pada
efek prostat. Berbeda dengan beberapa tanaman lain yang digunakan
dalam BPH, ekstrak jelatang tidak mempengaruhi aktivitas 5-alpha-
reduktase, dan menghambat pengikatan DHT ke reseptor androgen di
prostat hanya sedikit. Namun, ekstrak akar jelatang menghambat
pengikatan DHT ke globulin pengikat hormon seksual, yang kadarnya
juga menurun secara signifikan dalam penelitian manusia. Ekstrak akar
yang berbeda secara statistik menghambat proliferasi sel jaringan
BPH. Lektin mungkin memiliki peran penting dalam efek ini. Pemeriksaan
histologis sampel jaringan dari pasien yang menerima terapi akar jelatang
menunjukkan bahwa aktivitas biologis di dalam sel mengalami penurunan.
Ekstrak akar jelatang lipofilik menghambat aromatase in
vitro; penghambatan eksresi gen aromatase mungkin terlibat dalam efek
ini. Aktivitas Antiinflamasi pada ekstrak akar mungkin juga memiliki
sebuah khasiat.  Salah satu bioactivities daun jelatang dan herbal adalah
efek antiinflamasi (ini ditunjukkan dalam sebuah studi in vitro dan
in vivo ). Kunci komponen dari ini adalah penghambatan dari NF kappa
B-aktivasi. Dalam studi in vitro , urtika dioica memberikan pula aksi
antiplatelet yang mengakibatkan flavonoid terlibat.     
Daun jelatang menunjukkan efek penurun glukosa darah pada hewan
percobaan. Peningkatan kadar insulin dalam serum darah juga diamati
pada tikus normal dan tikus diabetes. Dalam sebuah penelitian in vitro,
jelatang meningkatkan sekresi insulin sel pankreas . Efek diuretik daun
telah dikonfirmasi pada hewan percobaan.
2. Khasiat dan Indikasinya
Pemeriksaan klinis akar jelatang telah dilakukan untuk menjelaskan
kemanjurannya dalam hiperplasia prostat jinak. Dalam studi double-blind,
terkontrol plasebo yang melibatkan pasien dengan BPH (stadium I),
setelah 6-8 minggu pengobatan, perbedaan yang signifikan secara
statistik ditemukan pada laju aliran urin rata-rata (1,3 mL/detik versus 0,2

14
mL/detik) dan dalam penurunan volume urin sisa (40% versus 8%)
mendukung pengobatan aktif.
Penggunaan akar jelatang sebagai produk obat herbal tradisional
diberikan oleh European Medicines Agency dengan indikasi :
- Menghilangkan gejala saluran kemih bagian bawah yang berhubungan
dengan hiperplasi  prostat jinak setelah kondisi serius.
- Untuk menghilangkan nyeri artikular minor atau
- Untuk meningkatkan jumlah urin sehingga tercapai pembilasan saluran
kemih sebagai adjuvan pada keluhan kecil berkemih (Csupor, 2015).
3. Efek Samping, Interaksi & Kontraindikasi
- Efek Samping :
Dapat terjadi keluhan gastrointestinal seperti mual, mulas, perasaan
kenyang, perut kembung, diare atau reaksi alergi, seperti pruritus, ruam
atau urtikaria.
- Interaksi :
Belum diketahui secara pasti adanya interaksi terhadap tanaman ini.
- Kontraindikasi :
Penggunaannya dikontraindikasikan dalam kasus hipersensitivitas atau
alergi terhadap tanaman. Penggunaannya pada anak di bawah usia 12
tahun dan selama kehamilan dan menyusui belum dapat dipastikan
karena kurangnya data yang memadai.
4. Contoh Produk

15
Traditional Medicinals Medicinal Herbal Teas merupakan salah satu
produk obat tradisional yang mengandung daun jelatang sebagai bahan
utamanya. Produk ini termasuk kedalam kategori Jamu.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini yaitu Benign Prostatic Hiperplasia
(BPH) merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut,
ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel prostat dan
daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa
menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Penyebab
BPH belum diketahui secara pasti, tetapi sampai saat ini berhubungan dengan
proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama
testosteron. Beberapa tanaman yang telah diteliti memiliki khasiat untuk
mencegah penyakit BHP yaitu Saw Palmetto, Labu kuning dan Jelatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amalia,R., 2010, Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak


(Studi Kasus Di Rs Dr. Kariadi, Rsi Sultan Agung, Rs Roemani
Semarang), Jurnal Unimus, ISBN : 978.979.704.833

Csupor, D., 2015, Phytotherapy : A Textbook For Pharmacy Students, Walbaum :


Sgezed

Gardjito, M., Anton D. dan Eni H., 2013, Pangan Nusantara: Karakteristik dan
Prospek Untuk Percepatan Diversifikasi Pangan, Kencana : Jakarta.

Jumiarni, W.O. dan Oom K., 2017, Eksplorasi Jenis Dan Pemanfaatan Tumbuhan
Obat Pada Masyarakat Suku Muna Di Permukiman Kota Wuna,
Traditional Medicine Journal, Vol. 22 (1).

Parwata, I.M.O.A., 2017, Bahan Ajar Obat Tradisional, Udayana Press :


Denpasar.

Vitahealth, 2006, Seluk Beluk Food Supplement, PT. Gramedia Pustaka : Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai