Anda di halaman 1dari 4

1.

TIPE-TIPE SISTEM KOLOID


Koloid merupakan suatu bentuk campuran fase peralihan homogen (sejenis)
menjadi heterogen. Campuran tersebut merupakan keadaan antara larutan dan suspensi.
Secara makroskopis koloid tampak homogen, akan tetapi sebenarnya koloid tergolong
campuran heterogen, karena perbedaan partikel kedua fase koloid masih dapat diamati
dan dibedakan secara makroskopis. Berdasarkan wujud fase terdispersi dan medium
pendispersinya, sistem koloid dikelompokkan menjadi delapan seperti yang tercantum
dalam Tabel.

Berdasarkan tabel pengelompokan sistem koloid pada Tabel, secara garis besar
ada 8 kelompok tipe koloid. Keempat tipe koloid tersebut yaitu sol, aerosol, emulsi, dan
busa.

a. Sol
Sol adalah sistem koloid dengan fase terdispersi berwujud padat dalam medium
pendispersi berwujud cair atau padat. Sol yang medium pendispersinya berwujud cair
(sol cair) juga sering disebut larutan koloid. Fase terdispersi koloid tipe sol ini pada
umumnya tidak larut dalam cairan medium pendispersinya, misal sol Fe(OH)3 dalam air.
Kebalikan dari sol cair adalah sol padat. Sol padat adalah salah satu tipe sol yang
terbentuk saat zat padat terdispersi dalam medium pendispersi padat, contoh kaca
berwarna. Kaca berwarna dibuat dengan cara mendispersikan senyawa logam yang
berbentuk kristal halus ke dalam kaca cair pada suhu tinggi kemudian didinginkan.
Tipe lain dari sol adalah gel. Gel bersifat sedikit kaku. Gel terbentuk dari suatu
sol dengan zat ter¬dispersi yang mengadsorpsi medium pendispersi¬nya sehingga terjadi
koloid yang agak padat. Contoh gel yaitu agar-agar, gelatin, dan gel silika.
b. Aerosol
Aerosol merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dalam
medium pendispersi gas. Aerosol dibedakan menjadi dua tipe yaitu aerosol padat dan
aerosol cair. Aerosol padat terbentuk apabila partikel-partikel padat yang sangat halus
terdispersi ke dalam medium pendispersi gas. Contoh aerosol adalah angin puting
beliung.
Aerosol cair adalah koloid yang terdiri atas fase terdispersi cair dalam medium
pendispersi gas, contoh kabut. Kabut terjadi apabila udara yang memiliki kelembapan
tinggi mengalami pendinginan. Uap air yang terkandung di udara mengembun dan
bergabung membentuk butiran- butiran halus dalam ukuran partikel koloid.

c. Emulsi
Emulsi dibedakan menjadi dua, yaitu emuisi cair dan emulsi padat.
- Emulsi cair biasa disebut emulsi, terjadi saat fase terdispersi yang berwujud cair
terdispersi dalam medium pendispersi yang juga berwujud cair. Namur, sistem
dispersi ini tidak dapat bercampur secara homogen, contoh es krim dan susu. Susu
merupakan emuisi lemak dalam air.
- Emulsi padat adalah tipe koloid yang terbentuk dari fase cair yang terdispersi dalam
medium pendispersi padat dan tidak dapat bercampur homogen, contoh mentega.

d. Busa
Busa merupakan tipe koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium
pendispersi cair. Tipe busa ini disebut jga buih. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan
gas ke dalam zat cair yang mengandung zat pemouih, Zat pembuih berfungsi
menstabilkan buih yang terbentuk, contoh sabun, detergen, dan protein.
Sementara itu, busa padat terjadi apabila fase gas terdispersi dalam medium
padat. Tipe koloid ini terbentuk pada suhu tinggi dalam medium pendispersi yang
mempuriyai titik lebur di atas suhu kamar. Hal inilah yang mengakibatkan tipe koloid ini
pada suhu kamar berwujud padat, contoh lava gunung berapi.
2. SIFAT OPTIK KOLOID

Sifat optik pada koloid merupakan sifat yang dapat menghamburkan cahaya.
Peristiwa ini disebut dengan Efek Tyndall. Dalam kehidupan sehari-hari, efek ini dapat
diamati seperti pada bioskop yang mana asap mengepul akan membuat cahaya proyektor
lebih terang, daerah berkabut (sorot lampu terlihat lebih jelas), sinar matahari yang
masuk melalui celah akan membuat partikel debu tampak lebih jelas.
Ketika cahaya dilewatkan melalui medium yang mengandung partikel yang
kurang darri 10-9 m, maka berkas cahaya tersebut tidak dapat dideteksi dari medium
tersebut disebut optically clear. Ketika partikel koloid hadir, bagaimanapun, sebagian
cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan diteruskan dalam intensitas yang
rendah.
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan
menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran
partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul
koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk
menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel
koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang
TUGAS INDIVIDU

FARMASI FISIKA II

”TIPE-TIPE SISTEM KOLOID DAN SIFAT OPTIK KOLOID”

OLEH :

NAMA : ANDI LASTRI

NIM : O1A 117 082

KELAS :B

DOSEN : Dr. LA ODE AHMAD NUR RAMADHAN, S.Si., M.Si.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018

Anda mungkin juga menyukai