Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

DOSEN PENGAMPU: Ns. Reni Tri Subekti., M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Berlian Dwi Linda Miarni (2020206203042)


2. Galuh Mustikaningtyas (2020206203053)
3. Hadi Prasetyo (2020206203054)
4. Putri Ayu Prihatini (2020206203066)

4B S1 Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak 1. Makalah ini berisikan tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Masalah Deama Typhoid, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat
dukungan teman-teman, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua

Pringsewu, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................................. 2
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1. KONSEP DASAR BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA ........................................................... 3
2.1.1. Definisi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) ............................................................................ 3
2.1.2. Tanda dan gejala Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) .............................................................. 3
2.1.3. Etiologi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) ........................................................................... 4
2.1.4. Patafisiologi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) .................................................................... 4
2.1.5. Klafisikasi ................................................................................................................................. 5
2. 2. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................................... 5
2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................................... 7
2.2.3. ANALISA DATA ..................................................................................................................... 7
BAB III ....................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .................................................................................................................................................. 9
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
3.2. Saran ............................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan (Suharyanto,Toto, 2009).Pembesaran prostat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu
ketidakseimbangan hormon estrogen dan androgen, serta faktor umur atau proses penuaan
sehingga obstruksi saluran kemih dapat terjadi(Andredkk, 2011).
Adanya obstruksi ini akan menyebabkan, respon nyeri pada saat buang air kecil dan dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih parah seperti gagal ginjal akibat terjadi aliran balik ke
ginjal selain itu dapat juga menyebabkan peritonitis atau radang perut akibat terjadinya infeksi
pada kandung kemih (Andredkk, 2011).
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan obstruksi sehingga dapat
dilakukan penanganan dengan cara melakukan tindakan yang paling ringan yaitu secara
konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi. Terdapat macam-
macam tindakan bedah yang dapat dilakukan pada klien BPH antara lain, Prostatektomi
Suprapubis, Prostatektomi Parineal, Prostatektomi Retropubik, Insisi Prostat Transuretral
(TUIP), Transuretral Reseksi Prostat (TURP) (Purnomo,2011). Tindakan pembedahan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang actual dan potensial sehingga seseorang dapat mengalami
nyeri yang berdampak pada aktivitas sehari-hari. Nyeri merupakan salah satu gejala yang sering
timbul pasca bedah dimana melibatkan empat proses fisiologis: transduction, transmission,
modulationdanperception. Nyeri sebagai konsekuensi operasi yakni pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan, terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial
(Herdman, 2015). Nyeri pasca operasi disebabkan karena trauma (reseksi jaringan prostat), iritasi
foley kateter dan traksi kateter pasca operasi pada luka operasi (Ariani, dkk, 2010).
Nyeri pasca operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat professional dalam
merawat pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan intake nutrisi
dan aktifitas istirahat pasien, dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga
memperpanjang masa perawatan pasien (Hospitalisasi). Pasien yang menjalani operasi dapat
mengalami kehilangan control serta emosi yang dapat berdampak pada meningkatnya persepsi
nyeri ( Mangku G dkk, 2015).

1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan klien post operasi BPH dengan Masalah Nyeri Akut ?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan dengan Benigna
Prostat Hyperplasia.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah :
1. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam melakukan pengkajian pada Benigna
Prostat Hyperplasia.
2. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam merumuskan diagnosa keperawatan
pada Benigna Prostat Hyperplasia.
3. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam menyusun perencanaan keperawatan
pada Benigna Prostat Hyperplasia.
4. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam melaksanakan intervensi keperawatan
pada Benigna Prostat Hyperplasia.
5. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam mengevaluasi hasil keperawatan pada
Benigna Prostat Hyperplasia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DASAR BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

2.1.1. Definisi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)

BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran
urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia merupakan
pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu
kondisi patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun (
Prabowo dkk, 2014 ).

2.1.2. Tanda dan gejala Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)

Menurut Hariono ,(2012) tanda dan gejala BPH meliputi:


1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh
ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra
vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi
pada malam dan siang hari.
c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing
3. Gejala generalisata
a. Keletihan
b. Anoreksia
c. mual dan muntah
d. rasa tidak nyaman pada epigastric

3
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005)
1. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas,
frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari.
2. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh
waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005)
3. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.

2.1.3. Etiologi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain (Kemenkes RI, 2019):
a. Dihydrotestosteron
b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi
c. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
d. Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
e. Interaksi stroma - epitel
f. Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma
dan epitel.
g. Berkurangnya sel yang mati
h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
i. Teori sel stem
j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
k.

2.1.4. Patafisiologi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)

BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. Sel
sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin. Di dalam prostat,
testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan androgen dianggap
sebagai mediator utama munculnya BPH ini. Pada penderita ini hormon DHT sangat tinggi

4
dalam jaringan prostat. Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu respon
inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat membesar karena hyperplasia sehingga terjadi
penyempitan uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu :
hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al, 2016).
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30- 40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi,anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.

2.1.5. Klafisikasi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat
gangguan miksi yang disebut WHO Prostate Symptom Score (PSS). Derajat ringan: skor
0−7, sedang: skor 8−19, dan berat: skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu, ada
juga yang membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat berat BPH
menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
a. Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan
urine sampai habis.
b. Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan
urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150cc. Ada rasa
ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c. Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d. Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan,
urinemenetes secara periodik (over flow inkontinen).

2. 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Maret 2022. Jam 08.00 WIB diruang Dahlia RSUD
Pringsewu. Pengkajian didapat melalui wawancara dengan klien, keluarga, dan data status klien.
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Tn.D
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa

5
No. RM : 070 xxx
Tanggal masuk : 27 Maret 2022
Tanggal pengkajian : 30 Maret 2022
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasi
Alamat : Pringsewu
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Sdr.T
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Pringsewu
3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian bawah dan nyeri saat BAK.
Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa terus-menerus.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ± 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri pada saat BAK, baru pada tanggal 27
Maret 2022 klien dibawa oleh keluarga ke RSUD Pringsewu di UGD oleh dokter diagnosa BPH
dan harus dilakukan operasi, dan pada tanggal 29 Maret 2022 dilakukan operasi oleh dokter.
4. Pola funsional
a. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri
seperti: makan, minum, mandi, berpakaian, toileting
Selama sakit : klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga dari makan,
minum, mandi, toileting, berpakaian , mobilitas, ROM
5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV :
TD: 140/90 mmHg
RR: 18 x/ menit
N: 86 x/ menit
S: 36,4°C
b. Abdomen
I : terdapat luka pembedahan daerah suprapubis,panjang luka ± 5 cm dan terdapat ± 5 jahitan,
luka bersih, tidak ada pus, tidak bengkak, tampak warna kemerahan, tidak ada edema, terpasang
drainase.
A : Peristaltik 10x/ menit
P : Suara tympani
P :tidak terdapat nyeri tekan

6
c. Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 30 Maret 2022 keadaan kateter bersih, genetalia bersih.
6. Data focus
a. Data subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka operasi, nyeri saat BAK, nyeri
seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, terus-menerus
2. Klien mengatakan hanya dapat tiduran ditempat tidur setelah operasi
3. Klien mengatakan terdapat luka bekas operasi pada perut bagian bawah
b. Data objektif
1. Wajah klien tampak tegang menahan sakit
2. TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 86x/ menit, RR: 18x/ menit, S: 36 C
3. Terpasang kateter sejak tanggal 30 Maret 2022, urine tampak kemerahan serta keruh dan ada
sedikit stosel, terpasang infuse RL 20 tpm, terpasang drainase
4. Tampak ada luka post open prostatectomy didaerah suprapubic dengan panjang luka ± 5cm,
dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tampak kemerahan, tidak ada pus, tidak bengkak

2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d cedera fisik (pembedahan)
2. Hambatan aktivitas ditempat tidur b.d keterbatasan lingkungan, peralatan terapi
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasive trauma, pembedahan

2.2.3. ANALISA DATA


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b.d cedera fisik Setelah dilakukan tindakan 1. observasi TTV
(pembedahan) asuhan keperawatan 2. Kaji tingkat nyeri
DS : klien mengatakan nyeri selama 3 x 24 jam 3. ajarkan teknik nafas
P : Post op BPH diharapkan nyeri dalam
Q : Cekot-cekot panas berkurang/ hilang dengan 4. Berikan terapi analgesic
R : Di bagian genetalia kriteria hasil : dengan hasil nyeri dapat
T : Terus menerus 1. Klien mengatakan nyeri diatasi skala nyeri 1-3,.
berkurang atau hilang,
DO : keadaan umum lemah Skala nyeri 0- 3
TD : 140/90 mmHg 2. Klien menjadi tenang/
N : 86x/menit rileks
S : 36 C 3. TTV dalam batas normal
RR : 18x/menit TD : 120/80 mmHg
Terpasang treeway cateter N : 76 x/menit
Skala : 7 RR : 18x/menit
Warna urine kuning jernih S : 36,0°C

7
2. Hambatan aktivitas ditempat Setelah dilakukan tindakan 1. Obsrvasi tingkat
tidur b.d keterbatasan asuhan keperawatan ketergantungan
lingkungan, peralatan terapi selama 3 x 24 jam 2. Ajarka ROM
DS : klien mengatakan sulit diharapkan mobilitas 3. Anjurkan tirah baring
menggerakan ekstremitas ditempat tidur dapat 4. Latih gerak aktif
DO : kekuatan otot menurun, dilakukan secara mandiri dengan hasil klien mampu
rentang ROM menurun dengan kriteria hasil : mengubah posisi secara
1. ADL dapat dilakukan mandiri, dapat beraktivitas
secara mandiri mandiri.
2. Daapt mengatur posisi
dari terlentang-duduk
3. Dapat melakukan
aktivitas miring kanan-kiri
4. Mampu mengubah
posisi ditempat tidur

3. Resiko infeksi b.d prosedur Setelah dilakukan tindakan 1. Obsevasi tanda-tanda


invasive trauma, pembedahan asuhan keperawatan infeksi
DS : selama 3 x 24 jam 2. Lakukan perawatan luka
DO : - Terdapat luka post diharapkan tidak terjadi dengan prinsip steril
operasi pada abdomen bawah infeksi pada luka bekas 3. beriankan ntibiotic
- Tampak luka insisi post operasi dengan kriteria untuk menekan
operasi hasil : pertumbuhan
- Panjang luka 8-10 cm 1. Tidak ada tanda-tanda mikroorganisme yang
- Jumlah heating 7 jahitan infeksi (kemerahan, pus, menyebabkan terjadinya
- Tidak terdapat tanda infeksi nyeri, bengkak) infeksi
(rubor,dolor,kalor,tumor) 2. Panjang luka ±5cm dan
- Terpasang drain terdapat ±5 jahitan
TTV 3.Terpasang infus RL 20
TD : 140/90 mmHg tpm
N : 86x/menit 4. Terpasang kateter
S : 36 C 5. Terpasang drainase
RR : 18x/menit

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan
menutup orifisium uretra. Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan obstruksi
sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cara melakukan tindakan yang paling ringan yaitu
secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.
Masalah yang diderita oleh klien dapat teratasi meliputi nyeri akut, hambatan mobilitas ditempat
tidur, resiko infeksi sehingga klien dapat sembuh lagi dan dapat melakuakan kegiatan sehari-hari
tanpa masalah.

3.2. Saran

1. Untuk klien: agar selalu menerapkan anjuran dari dokter dan perawat supaya tidak
terjadi masalah yang sama dan dihindari.
2. Institusi pelayanan kesehatan : diharapakan meningkatkan kualitas, ketelitian, perawatan,
pendokumentasian dan pelayanan yang propesional.
3. Tenaga ksehatan: diharapkan dapat melakukan perawatan yang holistic, komprehensif, serta
tanggung jawab dalam melakukan tindakan
4. Pendidikan: supaya meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas, professional, bermutu,
terampail, cekatan dan bertanggung jawab.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nelvia I. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi Dengan Benigna Prostat
Hyperplasia. Karya tulis ilmiah. Samarinda: Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.

Asri A. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) Post Tur-P Hari
Ke 1 Dan 2 Dengan Masalah Nyeri Akut. Karya tulis ilmiah. Jombang: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika.

Lailatul A. 2018. Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi BPH (Benigna Prostatic
Hyperplasia) Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Karya
tulis ilmiah. Malang: Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai