H DENGAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
DI RUANG MARWAH RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2023
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep
Ns. Prehatin, S.Kep., M.Kes
Yuliana, S.Kep
DISUSUN OLEH :
1. Uztazhar Anuggrah (23149011016)
2. Cici Ulan Dari (23149011017)
3. Deka Agustin (23149011023)
4. Risi Terisakti (23149011025)
5. Dinda Miranda (23149011026)
6. Maya Romanti (23149011039)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Post Op Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang Marwah Rumah Sakit
Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2023” sebagai salah satu syarat dalam proses
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari penulisan laporan kasus ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
1. Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep. Selaku Pembimbing Akademi Profesi
Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah STIK Bina Husada Palembang yang telah
ini.
2. Ns. Prehatin, S.Kep., M.Kes. Selaku Koordinator CI Lahan RSI Siti Khadijah Palembang
3. Yuliana, S.Kep. Selaku Kepala Ruang Marwah RSI Siti Khadijah Palembang yang
4. Seluruh mahasiswa program Profesi Ners STIK Bina Husada Palembang stase
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperlasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada
laki-laki uasia lanjut. Kelainan ini ditentukan pada usia 40 tahun dari frekuensinya makin
bertambah sesuai dengan penambahan usia, sehingga pada usia diatas 80 tahun kira-kira 80%
dari laki-laki yang menderita kelainan ini. Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar
90% laki-laki yang berusia 40 tahun keatas mengalami gangguan berupa pembesaran kelenjar
Kelenjar prostat merupakan suatu organ genetalia pria yang terletak sebelah inferior
buli-buli melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran maka akan menyumbat
uretra dan menghambatnya aliran urine keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari
sekitar 59 pria dari 100.000 penduduk menderita BPH atau sekitar 70 juta diseluruh dunia. Di
Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu saluran kemih lainnya,
dan secara umum diperkirakan hampir 50 % pria Indonesia menderita BPH, jika dilihat dari
200 juta rakyat Indonesia maka dapat diperkirakan sekitar 2,5 juta pria yang berumur lebih
Benign prostat hyperplasia (BPH) termasuk kesulitan dalam mulai dan perasaan
buang air kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh lebih besar, ia menekan
uretra dan mempersempitnya lalu menghalangi aliran urin. Kandung kemih mulai mendorong
lebih keras untuk mengeluarkan air seni, yang menyebabkan otot kandung kemih menjadi
lebih besar dan lebih sensitif. Ini membuat kandung kemih tidak pernah benar-benar kosong
dan menyebabkan perasaan perlu sering buang air kecil. Gejala lain termasuk aliran urin yang
Penatalaksanaan jangka panjang pada pasien dengan BPH adalah dengan melakukan
pembedahan. Salah satu tindakan yang paling banyak dilakukan pada pasien dengan BPH
mereseksi kelenjar prostat yang mengalami obstruksi (Sumberjaya & Mertha,2020). Prosedur
pembedahan TUR-P menjadi pilihan utama pembedahan karena lebih efektif untuk
(Amadea,2019). Keuntungan dari tindakan ini adalah tidak dilakukan sayatan sehingga
mengurangi resiko terjadinya infeksi, lebih aman bagi pasien beresiko hospitalisasi dan
periode pemulihan lebih singkat, angka morbiditas lebih rendah dan menimbulkan sedikit
nyeri (Smeltzer,2015).
Nyeri pasca operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat profesional dalam
merawat pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan intake
nutrisi, aktifitas, istirahat pasien, dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga
memperpanjang masa perawatan pasien. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek yang
tersebut yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Post Op BPH (Benigna
Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
a. Tujuan Umum
Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah RSI Siti Khadijah Palembang.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH
(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH
(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH
(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
post op BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah
5. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op
BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam
a. Manfaat Teoritis
rehabilitatif dan kolaborasi dibidang perawatan pasien dengan diagnosa medis BPH (Benigna
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Perawat
BPH baik dalam hal mencegah maupun menganggulangi masalah keperawatan yang telah
terjadi.
pasien BPH.
4. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pembesaran dari kalenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada
laki laki berusia lanjut. Kelainan ini ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya makin
bertambah sesuai dengan penambahan usia, sehingga pada usia diatas 80 tahun kira-kira 80%
dari laki-laki yang menderita kelainan ini. Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar
90% laki-laki yang berusia 40 tahun keatas mengalami gangguan berupa pembesaran kalenjar
prostat pada beberapa pasien dengan usia diatas 40 tahun kalenjar prostatnya menglami
yang disebabkan dari pembesaran prostat dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal. Refluks
vesikuoreter batu hematuria, dan disfungsi seksual (Aprina, Yowanda & Sunarsih, 2017).
urine dimana prostat ini cenderung mengarah kearah depan sehingga menekan vesika urinaria
depan rektum dan membungkus uretra bagian belakang. Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas
jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa zona, yaitu zona perifer,
zona sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior. Prostat
menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat.
Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume ejakulat. Jika kelenjar ini
mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat membuntu uretra
Ada tiga jenis jaringan kelenjar prostat yaitu epitelial atau kelenjar, otot stroma atau
polos, dan kapsul. Kedua jaringan stroma dan kapsul tertanam dengan reseptor α1-adrenergik.
Penyebab BPH yang tidak jelas dapat memungkinkan karena dihidrotestosteron (DHT)
intraprostatik dan 5α-reductase tipe II yang diduga terlibat. BPH biasanya hasil dari faktor
statis (pembesaran prostat bertahap) dan faktor dinamis (agen atau situasi yang meningkatkan
2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab
1. Dihydrostetosteron adalah pembesaran pada epitel dan stroma kelenjar prostat yang
3. Interaksi antara stroma dan epitel, peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast
4. Peningkatan estrogen menyebabkan berkurangnya kematian sel stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.
5. Teori sel stem, dengan meningkatnya aktivitas sel stem maka akan terjadi produksi
yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel sehingga menyebabkan poliferasi
sel-sel prostat.
1. Gejala Obstuktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan.
berakhirnya miksi.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala iritasi
a) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi pada
2.5 Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersulit saluran uretra
prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesika.
Sebagai kompensasi terhadap tekanan prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli
berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus
menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa: hipertropi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selua, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli
dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary
Pada fase awal dari prostat hiperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil
dalam sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak berubah. Pada fase ini disebut
berkurang dan kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus
destrusor menjadi tidak abdominal (mengejan) sehingga timbulnya hernia dan haemorhoid.
menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa
adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi
urine yang kronis dapat menimbulkan kemunduran fungsi ginjal (Jitowiyono dan Weni,
2010).
Patoflow
Prostat membesar
TINDAKAN PEMBEDAHAN
Anestesi
Penurunan kekuatan
otot pernapasan
Kurangnya informasi
terhadap pembedahan
Ansietas
Pohon masalah Benigne Prostate Hyperplasia (BPH) (Aspiani, 2015)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan
keganasan
2. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urine. Secara obyektif
a. BOF (Buik Overzich) : untuk menilai adanya batu dan metastase pada tulang.
prostate juga keadaan buli-buli termasuk residual urine. Pemeriksaan dapat dilakukan
c. IVP (Pyelografi Inravena), digunakan untuk melihat exkresi ginjal dan adanya
A. Penatalaksaan Pre Op
1. Observasi
Biasanya pada terapi ini pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi
penjelasan mengenai sesuatu hal yang dapat memperburuk keluhannya, misalnya jangan
banyak minum dan mengonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi konsumsi
makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli- buli (kopi atau coklat), , kurangi
makanan pedas dan asin, jangan menahan kencing terlalu lama. setiap 6 bulan pasien diminta
untuk kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan. Jika
keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk
2. Terapi Medikamentosa
Menurut (Wijaya, dkk, 2013 dalam Annisa, 2017), tujuan Medikamentosa adalah
berusaha untuk:
a. Mengurangi retensio otot polos prostate sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi
b. Mengurangi volume prostate sebagai komponen static dengan cara menurunkan kadar
1) Penghambat Enzim Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5
mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat
2) Fitoterapi Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostate. Efeknya
B. Terapi Bedah
Menurut (Smeltzer S. C,. & Brenda G. Bare, 2015) intervensi bedah yang dapat
dilakukan meliputi:
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang bisa digunakan
adalah:
1. Prostatektomi suprapubik
Salah satu metode mengangkat kelenjar memalui insisi abdomen. Teknik ini dapat
digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi yang mungkin terjadi
ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak dibandingkan dengan metode lain,
kerugian lain yang dapat terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua
2. Prostatektomi perineal
Tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik
ini lebih praktis dan sangat berguna untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka
bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dengan rectum. Komplikasi
yang mungkin terjadi dari tindakan ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.
3. Prostatektomi retropubik
Tindakan lain yang dilakukan dengan cara insisi abdomen rendah mendekati
kelenjar prostat, yakni antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih. Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis.
Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih
TURP dilakukan dengan memakai alat yang disebut resektoskop dengan suatu
lengkung diathermi. Jaringan kelenjar prostat diiris selapis demi selapis dan dikeluarkan
melalui selubung resektoskop. Indikasi TURP adalah gejala sedang sampai berat, volume
prostat kurang dari 90 gram. Tindakan ini dilakukan apabila pembesaran Manfaat TURP
antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal
dirumah sakit lebih singkat.Setelah itu dipasang kateter threeway. Irigasi kandung kemih
secara terus menerus dilakukan untuk mencegah pembekuan darah. Irigasi setelah TURP
menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation. Kedua jenis cairan ini
Tindakan ini dilakukan apabila volume prostate tidak terlalu besar atau prostate
fibrotic, indikasi dari penggunaan TURP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume
prostate normal/ kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan
memasukan instrumen kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan
kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi
uretra.
lain bersihan jalan napas tidak efektif, resiko syok, nyeri akut, resiko pendarahan, resiko
infeksi, ansietas, gangguan eliminasi urine dan intoleransi aktivitas, maka dilakukkan
1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan pasca operasi BHP biasanya perawat akan melakukkan
observasi seperti mengobservasi keadaan umum pasca operasi, mengobservasi saluran irigasi,
saluran drainase dan tanda-tanda vital. klien akan mengalami beberapa masalah keperawatan
seperti mengeluh nyeri, pusing, badan terasa panas, dan bisa terjadi pendarahan maka untuk
mengatasi masalah keperawata diatas ada beberapa tindakan farmakologis dan non
farmakologis
2. Farmakologis
1. Terapi analgesik
a. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)
(Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam
asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering
analgetik dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari
sinergis dengan prodok inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan
prostaglandin.
b. Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan
nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini merupakan patokan
dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan
salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat. Berbeda
c. Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam
merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka. Obat golongan
5-alfa-reduktase inhibitor mampu menurunkan kadar dehidrotestosteron intraprostat,
sehingga dengan turunnya kadar testosterone dalam plasma maka prostatakan mengecil
(Prabowo, 2014).
3. Non farmakologis
mengubah persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri dan memberi pasien rasa
pengendalian yang lebih besar terhadap nyeri. Relaksasi akan menimbulkan respon fisiologis
pernapasan, penurunan tekanan darah dan penurunan tegangan otot (Prabowo, 2014).
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis pada pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri, sehingga
yang perlu dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa nyeri yang dirasakan
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien sebelum
masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya
pengkajian. Pada pasien post TUR. P biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri.
Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi
awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa tajam,
tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu
skala/ keparahan atau intensitas nyeri. T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi
nyeri
terutama yang mendukung atau memperberat kondisi gangguan system perkemihan pada
pasien saat ini seperti pernakah pasien menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki
bengkak (edema), hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya.
Tanyakan: apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada yang menderita penyakit
5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai Kecemasan pasien terhadap penyakitnya,
kognitif, dan prilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
6. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakit yang harus dikaji adalah frekuensi, jenis
makanan dan minuman, porsi, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi. Pada post op
b. Eliminasi
BAB :Kaji tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir BAK : Mengkaji frekuensi,
jumlah, warna BAK Pada pasien post op terpasang kateter threeway, mengkaji jumlah, warna
biasanya kemerahan.
c. Tidur/istirahat
Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung bagaimana toleransi
d. Personal Hygiene
e. Pola Aktivitas
Pada pasien post op prostatektomi biasanya dianjurkan untuk tirah baring sehinga
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan
mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis,
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) umumnya pasien menglami
Inspeksi : Kebersihan kepala, warna rambut hitam keputihan, tidak ada kelainan bentuk
d. Mata
Inspeksi : Keadaan pupil isokor atau anisokor, refleks cahaya tidak ada gangguan,
konjungtiva anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata.
e. Hidung
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat polip, tidak terdapat nafas cuping hidung
f. Telinga
Inspeksi : simetris telinga kanan dan kiri, tidak ada luka, telinga bersih tidak ada serumen.
g. Mulut
Inspeksi : tidak ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, sianosis atau
tidak, pembengkakkan, lesi, amati adanya stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada pipi dan mulut bagian dalam.
h. Leher
i. Thorak :
Paru-paru
Palpasi :Tidaknya nyeri tekan, vokal fremitussama antara kanan dan kiri
Jantung
Auskultasi : normalnya terdengan tunggal suara jantung pertama dan suara jantung
kedua.
j. Abdomen
a) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit atau datar ,
tapi perut menonjol atau tidak, melihat lebar luka post op, mengukur panjang luka post
op apakah terpasang selang irigasi dan drainase, melihat apakah ada kemerahan
b) Palpasi: apakah Adakah nyeri tekan abdomen, apakah ada cairan keluar pada saat
palpasi diarea luka post op, turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien
c) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan menimbulkan
k. Ekstremitas
1) Atas Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas, Integritas ROM
(Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot. Palpasi : mengkaji bila terjadi
ROM (Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot. Palpasi : mengkaji bila terjadi
l. Integritas kulit
Palpasi :integritas kulit, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2 detik
m. Genetalia
Inspeksi : laki-laki, terpasang folley kateter 3 lubang (treeway catheter) dengan Irigasi
NaCl 0,9% (urine berwarna merah muda kemerahan hingga merah muda jernih )
terpasang kateter.
tindakan pembedahan
8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka post op (Tim Pokja SDKI
SIKI : MENJEMEN
PENDARAHAN
(I.02040)
1. Observasi
Identifikasi penyebab
pendarahan periksa adanya
darah pada muntah,
sputum, urine, fesess, dan
drainnase
Monitor tanda dan gejala
pendarahan massif
2. Terapeutik
Istirahatkan area yang
mengalami pendarahan
Berikan kompres dingin
Lakukan balut tekan, jika
perlu
3. Edukasi
Jelaskkan tanda tanda
pendarahan
Anjurkan melapor jika
terjadi tanda tanda
pendarahan
Anjurkan membatasi
aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan
Kolaborasi pemberian
transfuse darah jika perlu
3 Nyeri akut b/d Setelah dilakukkan tindakkan SIKI : Manajemen Nyeri
agen pecedera keperawatan selama ...x 24 jam, I.08238
fisik diharapkan nyeri akut dapat 1. Observasi
teratasi Identifikasi lokasi,
SLKI : TINGKAT NYERI karateristik, frekuensi,
(L.08066) kualitas, intensitas nyeri
a. pertahankan pada level Identifikasi skala nyeri
… Identifikasi skala nyeri non
b. Ditingkatkan pada verbal
level… Identifikasi faktor yang
Deskripsi level memperberat nyeri dan
1. Menurun memperingan nyeri
2. Cukup menurun Identifikasi pengetahuan
3. Sedang dan keyakinan tentang
4. Cukup meningkat nyeri
5. Meningkat Identifikasi pengaruh nyeri
Dengan kriteria hasil: pada kualitas hidup
1. Frekuensi nadi 1/2/3/4/5
Monitor efek samping
2. Keluhan nyeri 1/2/3/4/5
pemberian anlgetik
3. Meringis 1/2/3/4/5
2. Terapeutik :
4. Gelisah 1/2/3/4/5
Berikan teknik
nonfarmakologis
Kontrol lingkungan ang
meperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirah tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemulihan strategi
meredahkan nyeri
3. Edukasi :
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
Jelaskan teknik
nonfarmakologis
meredahkan nyeri
4. Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
SIKI : PEMANTAUAN
CAIRAN
1. Observasi
Monitor frekuensi nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian
kapiler
Monitor tugor kulit
Monitor jumlah,warna,
dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin
Monitor intske dan output
cairan
Indentifikasi tanda tanda
hivopolemi
2. Teraupeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tuujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan
SIKI : DUKUNGAN
MOBILISASI (I.05173)
1. Observasi
ldentifikasi adanya nveri
atau keluhan fisik lainnya
ldentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
mobilisasi
Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
2. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat
taur)
Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlukan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di
kursi)
2.11 Implementasi
yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus pada intervensi keperawatan antara lain:
Nurul. S, 2016).
2.12 Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA UMUM
1. Nama Klien : Tn. H
2. Umur : 58 tahun
3. Alamat : Griya Randik Kel. Kayu Ara Kec. Sekayu Kab. Banyuasin
4. Agama : Islam
5. Tanggal MRS : 25 November 2023
6. Nomor Rekam Medis : 591165
7. Bangsal : Marwah
8. Diagnosa Medis : BPH
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Sebelum operasi : pasien mengatakan sakit saat berkemih saat sebelum operasi
Sesudah operasi : nyeri pada bekas operasi TURP
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh mengalami masalah pada kencingnya dan selalu merasakan sakit pada
kelaminnya. Pasien di diagnosa BPH dan diminta untuk melakukan operasi karena ada
pembesaran di kelenjar prostat. Pasien dioperasi pada tanggal 27 November 2023.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini dan tidak pernah di
operasi.
Pernah dirawat : tidak
Alergi : Makanan : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Kebiasaan hidup tidak sehat : tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
1. Sistem Pernapasan
Data Subyektif
a. Dispnea : Tidak ada
b. Perokok : Tidak merokok
c. Pengetahuan batuk efektif : belum mengetahui cara batuk efektif
d. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi nafas tambahan
a. Suara napas : vesikuler
b. Kesimetrisan : simetris
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : Tidak
d. Pernapasan cuping hidung : Tidak
e. Batuk : pasien tidak batuk
f. Sputum : tidak ada
g. Taktil fremitus : normal
Perkusi paru : resonan / sonor
h. Sianosis : tidak sianosis
i. Hasil temuan lain : -
2. Sistem Kardiovaskuler
Data Objektif
Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis
Perkusi : redup
Palpasi : tidak terdapat bunyi tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan
1. Tekanan darah berbaring : 120/80 mmHg
2. Ekstremitas : Suhu : 36 oC
Pengisian kapiler/capillary refile (CRT) : < 2 detik
Varises : tidak ada
Plebitis : tidak ada
Abnormalitas kuku : tidak ada clubbing finger
Membran mukosa : tidak terdapat kerusakan mukosa
Konjungtiva : an anemis
Sclera : an ikterik
3. Hasil temuan lain : -
Data Subjektif
a. Riwayat hipertensi/masalah jantung : tidak ada
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi/jantung
b. Riwayat edema (tidak ada) batuk berdarah (tidak ada)
c. Hasil temuan lain : -
3. Sistem Muskuloskletal
Data Subjektif
Riwayat kecelakaan : -
Fraktur : -
4. Sistem Persyarafan
Data Subjektif
a. Riwayat cedera kepala dan medulla spinalis : tidak ada
b. Riwayat penyakit cedera serebrovaskuler : tidak ada
c. Penurunan sensori : tidak ada
d. Diplopia : tidak ada
Amnesia : -
Data Objektif
a. Paralisis : tidak ada
b. Letargi : tidak ada
c. Orientasi terhadap waktu/tempat/orang : pasien dapat mengidentifikasi waktu,
tempat dan orang
d. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC)
NC I (Olfactorius) : Klien mampu membedakan bau-bauan atau aroma
tertentu.
NC II (Optikus) : Klien mampu mengenali benda yang letak jauh seperti jam
dinding dan gerakan bola mata baik terbukti klien dapat menggerakan bola
mata sesuai dengan instruksi yang diberikan.
NC III ( Okulomotorius), IV (Trochealis), VI (Abdusen) : Klien dapat
menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri, kekanan saat disuruh
mengikuti objek yang digerakan. Refleks pupil miosis saat diberikan rangsang
cahaya, dapat berkedip dengan spontan saat diberikan rangsangan
menggunakan kapas
NC V (Trigeminus) : Klien dapat menggerakan rahangnya tanpa rasa nyeri,
dan klien dapat merasakan sentuhan kasa saat disentuhkan ke wajah klien
NC VII (Fasialis) : Klien mampu mengerutkan dahi dan senyum secara
simetris
NC VIII (Vestibulochoclear) : Klien mampu mendengar dengan baik terbukti
klien dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan dengan baik tanpa perlu
diulang dan saat diuji menggunakan garputala klien dapat mendengarkan suara
rinne yang dihasilkan dari garputala
NC IX (Glasofaringeus) : Pengecapan klien baik terbukti saat dilakukan
pengetesan menggunakan perasa manis, asam, asin dan pahit klien mampu
membedakan keempat perasa yang diberikan dengan benar. Klien mampu
menelan dengan baik terbukti klien mampu menelan makanan yang diberikan
NC X (Vagus) : Saat dilakukan inspeksi dan klien disuruh membuka mulut
uvula klien terdapat ditengah
NC XI (Asesorius) : Klien mampu mengangkat bahu kiri dan kanan saat
diberikan tekanan
NC XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakan ke
semua arah
e. Fungsi motorik
Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal : tidak ada
Kemampuan berjalan : pasien mengatakan berjalan dibantu keluarga karena post
op
Kemampuan koordinasi : pasien dapat berdiri dengan sempurna
Tremor : tidak terdapat tremor
Kemampuan pergerakan sendi : Pergerakan sendi normal, otor simetris kanan dan
kiri
Tonus otot : pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri
didapatkan kekuatan otot lemah
Kemampuan mobilisasi : pasin mengatakan berjalan dibantu keluarga karena post
op
Deformitas : tidak ada
Sendi bengkak : tidak terdapat
Piting edema : tidak terdapat
f. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon bisep : positif
Fatella : positif
Archiles : positif
Reflek patologis : negatif
Hasil temuan lain : -
5. Sistem Integumen
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : -
b. Keluhan klien : -
c. Gatal : tidak ada
d. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
a. Adanya lesi / luka / eritema :-
b. Lokasi lesi / luka / eritema :-
c. Jumlah lesi / luka / eritema :-
d. Stadium luka :-
e. Warna luka :-
f. Ukuran luka :-
g. Tanda-tanda luka :-
h. Hasil temuan lain :-
6. Sistem Perkemihan
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih : Ya, sakit saat BAK
b. Riwayat penggunaan obat diuretic : tidak ada
c. Rasa nyeri dan terbakar saat kencing : Ya
d. Kesulitan BAK : Tidak
e. Pola BAK : pasien terpasang kateter
Hasil temuan lain :-
Data Objektif
a. Retensi urine : Tidak, inkontinensia urine : Ya
Distensi : Tidak
b. Karakteristik urine : terpasang kateter three way warna kuning kemerahan
bercampur darah
Hasil temuan lain : -
7. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif
a. Makanan pantang : tidak ada
b. Kebiasaan makan : makan nasi
c. Jenis diet : nasi biasa
d. Jumlah makanan per hari : 3x/hari
e. Kehilangan selera makan : tidak
f. Mual : tidak
Muntah : tidak
g. Nyeri abdomen : tidak
Kuadran/region :-
h. Gangguan mengunyah : tidak ada, menelan : tidak ada
i. Pola BAB : Frekuensi : 1x/hari, konsistensi kesulitan : luna
j. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
a. BB sekarang : 65 kg, TB : 168 cm, Bentuk tubuh : normal
b. Halitosis (bau mulut) : tidak ada
c. Kondisi mulut : bersih tidak sariawan, gigi : tidak ada karies, lidah : bersih,
faring: normal, tonsil : merah muda
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : normal
Auskultasi : bunyi bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Hernia/massa : tidak ada
f. Pola BAB : Frekuensi : 1x/hari
g. Anus : kebersihan baik, hemoroid : tidak ada, lesi : tidak ada, massa : tidak ada
h. Hasil temuan lain : -
8. Sistem Penginderaan
Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : tidak
b. Riwayat trauma infeksi mata/telinga : tidak
c. Riwayat katarak : tidak
d. Riwayat glaucoma : tidak
e. Riwayat penyakit mata lain : tidak
f. Gangguan penglihatan : diplopia : tidak ada
Penurunan penglihatan : tidak ada
Fotophobia : tidak ada
g. Kemampuan pendengaran : baik
h. Nyeri hidung/telinga : tidak ada
i. Telinga berdengung/tinnitus : tidak ada
j. Sensasi pengecapan : baik
k. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
a. Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Normal
b. Lapang padang : Normal
c. Gerakan ekstraokuler/gerakan mata : Normal
d. Pemeriksaan fisik mata : area orbital ; edema : tidak ada
Hematom : tidak ada, lesi/luka : tidak ada, massa : tidak ada
e. Kelenjar lakrimal : baik, kunjungtiva : an anemis
f. Sclera : an ikhterik kornea : normal, iris : baik
g. Pupil : bentuk : bulat , ukuran :
h. Kesimetrisan : simetris, reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil saat terkena
cahaya
i. Hasil temuan lain : -
Pemeriksaan Hidung :
a. Inspeksi hidung : kesimetrisan : simetris, bentuk : normal
Luka/lesi : tidak ada, massa : tidak ada
Keluar cairan : tidak ada, perdarahan/epistaksis : tidak ada
b. Palpasi : perubahan anatomis : tidak ada, nyeri : tidak ada
c. Sinus frontalis : Tidak ada, sinus maksilaris : Tidak ada
d. Patensi aliran udara dalam nares :
e. Hasil temuan lain : -
Pemeriksaan Telinga :
a. Inspeksi telinga luar : tampak bersih
b. Inspeksi telinga dalam
Kebersihan : tidak ada serumen, lesi : tidak ada
massa : tidak ada, serumen : tidak ada
c. Palpasi daun telinga
Nyeri : tidak ada, massa : tidak ada
d. Pemeriksaan rinne : -, weber : - , Swabach:-
e. Hasil temuan lain : -
9. Sistem Endokrin
Data Subjektif
a. Perasaan haus yang berlebih : tidak ada
b. Faktor resiko kekurangan cairan dan elektrolit : tidak ada
c. Kedutan otot : tidak ada
d. Kejang/riwayat kejang : tidak ada
e. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
a. Intake cairan : air putih dan cairan infus
b. Output cairan : normal
c. Balance cairan : normal
d. Muntah : tidak Diare: Tidak ada
e. Turgor kulit : Normal
f. Tekstur kulit : Baik
g. Kelembaban kulit : Baik
h. Kelembaban membran mukosa : Baik
i. Tekstur lidah : Normal
j. Tekanan vena jugularis : Normal
k. Edema : Tidak ada
Umum : Tidak ada
l. Lingkar abdomen : Tidak ada
m. Perpusi perifer : Tidak ada
n. Hasil temuan lain : -
Data Objektif :
a. Inspeksi kulit dan mukosa : -
b. Purpura/perdarahan subkutan: - dermatitits:-
Imflamasi :-
pengeluaran secret : -
Ulticaria:- Dimana:- banyaknya: -
c. Kemerahan di kulit: -
d. Palpasi kelenjar limfe servikal, aksilaris dan inguinalis : -
e. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
Pria :
1. Rabbas penis : Tidak
2. Gangguan prostat : Ya
3. Sirkumsisi : Ya
4. Vasektomi : Tidak pernah
5. Hasil temuan lain : -
E. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2023
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode Periksa
Darah Rutin
- Hemogblin 15.5 g/dL 14.0 – 18.0 Cyan Free Hb
- Lekosit 11.0 10^3/uL 5.0 – 10.0 Electrical Impendance
Hitung Jenis
(DIFF)
- Basofil % 1 % 0–2 Flowyctometri
- Eosinofil % 2 % 0–7 Flowyctometri
- Netrofil % 72 % 50 - 70 Flowyctometri
- Limfosit % 19 % 25 – 60 Flowyctometri
- Monosit % 6 % 2 – 15 Flowyctometri
- Trombosit 385 10^3/uL 150 – 450 Electrical Impendance
- Hematokrit 45 % 40 – 54 Kalkulasi
- Masa 2 1–3
Pendarahan /
BT
- Masa 12 5 – 15
Pembekuan /
CT
Kimia Klinik
- Ureum 37 mg/dL 15 - 39
- Kreatinin 1.0 mg/dL 0.9 – 1.3
- Glukosa 301 mg/dL 70 - 105
Darah
Sewaktu
ANALISA DATA
MASALAH KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut
2. Resiko Infeksi
3. Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik post op TURP
2. Resiko Infeksi b/d efek prosedur invasif
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri luka post op
NURSING PLANNING
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Selasa, 28-11-2023
No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan
Diagnosa Keperawatan TT Perawat
1 Nyeri akut - Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan skala nyeri 3
berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi napas - Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan agen dalam apabila diberikan injeksi obat
pencedera - Mengajarkan memonitor nyeri katrolak
fisik ditandai secara mandiri - Pasien mampu melakukan secara
dengan - Berkolaborasi dalam pemberian mandiri terapi relaksasi napas dalam
pasien analgetic yang diajarkan
mengatakan - Pasien diberikan obat pereda nyeri
nyeri
dibagian
operasi
2 Gangguan - Memonitor kondisi umum selama - Pasien boleh duduk setelah 12
mobilisasi melakukan mobilisasi jam setelah operasi
berhubungan - Memfasilitasi melakukan pergerakan - Pasien dapat bergerak tapi masih
dengan jika perlu dibantu oleh keluarga
program - Melibatkan keluarga untuk - Keluarga pasien membantu
pembatasan membantu pasien dalam mobilisasi pasien
gerak meningkatkan pergerakan
ditandai
dengan
pasien
mengatakan
sulit untuk
bergerak
setelah
operasi
3 Resiko - Memonitor kapatenan selang Kateter urine pasien terpasang
infeksi - Memonitor jumlah, warna dan lancar
Urine pasien berwarna kuning
berhubungan konsisten drainase selang
kemerahan
dengan efek - Melakukan kebersihan tangan Keluarga pasien mencuci tangan
prosedur sebelum dan setelah perawatan sebelum dan setelah
invasive mengeluarkan urine dari urine
dibuktikan selang bag
dengan - Mengkosongkan urine bag sesuai Keluarga pasien seirng
membuang urine apabila sudah
pasien indikasi
penuh
terpasang
kateter dan
selang
drainase
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Rabu, 29-11-2023
No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan TT
Diagnosa Keperawatan Perawat
1 Nyeri akut - Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan skala nyeri 1
berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi napas - Pasien mengatakan tidak terlalu
dengan agen dalam nyeri lagi
pencedera - Mengajarkan memonitor nyeri - Pasien mampu melakukan secara
fisik ditandai secara mandiri mandiri terapi relaksasi napas dalam
dengan yang diajarkan.
pasien
mengatakan
nyeri
dibagian
operasi
2 Gangguan - Memonitor kondisi umum selama - Pasien boleh duduk setelah 12
mobilisasi melakukan mobilisasi jam setelah operasi
berhubungan - Memfasilitasi melakukan pergerakan - Pasien dapat bergerak tapi masih
dengan jika perlu dibantu oleh keluarga
program - Melibatkan keluarga untuk - Keluarga pasien membantu
pembatasan membantu pasien dalam mobilisasi pasien
gerak meningkatkan pergerakan
ditandai
dengan
pasien
mengatakan
sulit untuk
bergerak
setelah
operasi
3 Resiko - Memonitor kapatenan selang Kateter urine pasien terpasang
infeksi - Memonitor jumlah, warna dan lancar
Urine pasien berwarna kuning
berhubungan konsisten drainase selang
dengan efek - Melakukan kebersihan tangan Keluarga pasien mencuci tangan
prosedur sebelum dan setelah perawatan sebelum dan setelah
mengeluarkan urine dari urine
invasive selang
bag
dibuktikan - Mengkosongkan urine bag sesuai Keluarga pasien membuang
dengan indikasi urine apabila urine bag sudah
penuh
pasien
terpasang
kateter dan
selang
drainase
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Kamis, 30-11-2023
Nama dan TT
No Diagnose keperawatan Jam Evaluasi
Perawat
1. Nyeri akut berhubungan S : pasien tidak lagi nyeri
dengan agen pencedera O : pasien tidak lagi meringis,
fisik ditandai dengan TD: 120/70
pasien mengatakan nyeri N: 78 RR:20 T: 36,30c
dibagian operasi A : Masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
2. Gangguan mobilisasi S : pasien mengatakan sudah
berhubungan dengan bisa duduk
program pembatasan gerak O : tampak sebagian aktivitas
ditandai dengan pasien pasien sudah bisa dilakukan
mengatakan sulit untuk tanpa bantuan keluarga
bergerak setelah operasi A : masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
3. Resiko infeksi S :pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan efek ada tanda dan gejala infeksi
prosedur invasive O :pasien dan keluarga tanpak
dibuktikan dengan pasien selalu menjaga kebersihan
terpasang kateter dan A : masalah teratasi
selang drainase P : intervensi dihentikan