Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H DENGAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
DI RUANG MARWAH RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2023

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep
Ns. Prehatin, S.Kep., M.Kes
Yuliana, S.Kep

DISUSUN OLEH :
1. Uztazhar Anuggrah (23149011016)
2. Cici Ulan Dari (23149011017)
3. Deka Agustin (23149011023)
4. Risi Terisakti (23149011025)
5. Dinda Miranda (23149011026)
6. Maya Romanti (23149011039)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Post Op Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang Marwah Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2023” sebagai salah satu syarat dalam proses

menyelesaikan pendidikan Profesi Ners stase Keperawatan Medikal Bedah.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari penulisan laporan kasus ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat

1. Ns. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep. Selaku Pembimbing Akademi Profesi

Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah STIK Bina Husada Palembang yang telah

bersedia membimbing, memotivasi, memberikan arahan dalam penyusunan laporan kasus

ini.

2. Ns. Prehatin, S.Kep., M.Kes. Selaku Koordinator CI Lahan RSI Siti Khadijah Palembang

yang telah bersedia membimbing, memotivasi, memberikan arahan dalam penyusunan

laporan kasus ini.

3. Yuliana, S.Kep. Selaku Kepala Ruang Marwah RSI Siti Khadijah Palembang yang

bersedia membimbing, memberikan arahan dalam penyusunan laporan kasus ini.

4. Seluruh mahasiswa program Profesi Ners STIK Bina Husada Palembang stase

Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan

laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan.

Palembang, 27 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit dimana terjidi

pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperlasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada

laki-laki uasia lanjut. Kelainan ini ditentukan pada usia 40 tahun dari frekuensinya makin

bertambah sesuai dengan penambahan usia, sehingga pada usia diatas 80 tahun kira-kira 80%

dari laki-laki yang menderita kelainan ini. Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar

90% laki-laki yang berusia 40 tahun keatas mengalami gangguan berupa pembesaran kelenjar

prostat. (Samidin & Romadhon, 2015 dalam Ariana, 2017).

Kelenjar prostat merupakan suatu organ genetalia pria yang terletak sebelah inferior

buli-buli melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran maka akan menyumbat

uretra dan menghambatnya aliran urine keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari

dengan berat normal pada orang dewasa 20 gram (Muttakin , 2014).

Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) tahun 2018 memperkirakan

sekitar 59 pria dari 100.000 penduduk menderita BPH atau sekitar 70 juta diseluruh dunia. Di

Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu saluran kemih lainnya,

dan secara umum diperkirakan hampir 50 % pria Indonesia menderita BPH, jika dilihat dari

200 juta rakyat Indonesia maka dapat diperkirakan sekitar 2,5 juta pria yang berumur lebih

dari 50 tahun menderita BPH (Kemenkes,2018)

Benign prostat hyperplasia (BPH) termasuk kesulitan dalam mulai dan perasaan

buang air kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh lebih besar, ia menekan

uretra dan mempersempitnya lalu menghalangi aliran urin. Kandung kemih mulai mendorong

lebih keras untuk mengeluarkan air seni, yang menyebabkan otot kandung kemih menjadi

lebih besar dan lebih sensitif. Ini membuat kandung kemih tidak pernah benar-benar kosong
dan menyebabkan perasaan perlu sering buang air kecil. Gejala lain termasuk aliran urin yang

lemah. (Nunes et all, 2018).

Penatalaksanaan jangka panjang pada pasien dengan BPH adalah dengan melakukan

pembedahan. Salah satu tindakan yang paling banyak dilakukan pada pasien dengan BPH

adalah pembedahan Transurethral Resection Of the Prostate (TUR-P) yang prosedur

pembedahan dengan memasukkan resektoskopi melalui uretra untuk mengeksisi dan

mereseksi kelenjar prostat yang mengalami obstruksi (Sumberjaya & Mertha,2020). Prosedur

pembedahan TUR-P menjadi pilihan utama pembedahan karena lebih efektif untuk

menghilangkan gejala dengan cepat dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan

(Amadea,2019). Keuntungan dari tindakan ini adalah tidak dilakukan sayatan sehingga

mengurangi resiko terjadinya infeksi, lebih aman bagi pasien beresiko hospitalisasi dan

periode pemulihan lebih singkat, angka morbiditas lebih rendah dan menimbulkan sedikit

nyeri (Smeltzer,2015).

Nyeri pasca operasi harus menjadi perhatian utama dari perawat profesional dalam

merawat pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat menyebabkan gangguan intake

nutrisi, aktifitas, istirahat pasien, dan pada akhirnya berkontribusi pada komplikasi sehingga

memperpanjang masa perawatan pasien. Nyeri akut adalah sensasi jangka pendek yang

menyadarkkan bahwa adanya cidera (WHO, 2018).

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Post Op BPH (Benigna

Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang Tahun 2023”.


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Op BPH (Benigna

Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang Tahun 2023?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op BPH (Benigna

Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah RSI Siti Khadijah Palembang.

b. Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH

(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH

(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op BPH

(Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang.

4. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan

post op BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah

Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.

5. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Tn. H dengan post op

BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) di Ruang Rawat Inap Marwah Rumah Sakit Islam

Siti Khadijah Palembang.


1.4 Manfaat

a. Manfaat Teoritis

Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang preventif, kuratif,

rehabilitatif dan kolaborasi dibidang perawatan pasien dengan diagnosa medis BPH (Benigna

Prostatic Hyperplasia) dengan berbagai masalah atau perubahan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Perawat

Meningkatkan kinerja perawat dalam mengatasi masalah keperawatan pada pasien

BPH baik dalam hal mencegah maupun menganggulangi masalah keperawatan yang telah

terjadi.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan softskill perawat dalam mengatasi masalah keperawatan pada

pasien BPH.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Menghasilkan lulusan perawat yang profesional untuk siap menghadapi masalah-

masalah keperawatan pada pasien BPH di lahan praktik.

4. Bagi Pasien

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang kasus BPH.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit dimana terjadi

pembesaran dari kalenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi pada

laki laki berusia lanjut. Kelainan ini ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya makin

bertambah sesuai dengan penambahan usia, sehingga pada usia diatas 80 tahun kira-kira 80%

dari laki-laki yang menderita kelainan ini. Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar

90% laki-laki yang berusia 40 tahun keatas mengalami gangguan berupa pembesaran kalenjar

prostat pada beberapa pasien dengan usia diatas 40 tahun kalenjar prostatnya menglami

pembesaran, karena terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan estrogen, komplikasi

yang disebabkan dari pembesaran prostat dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal. Refluks

vesikuoreter batu hematuria, dan disfungsi seksual (Aprina, Yowanda & Sunarsih, 2017).

BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) merupakan istilah histopatologi yang digunakan

untuk menggambarkan adanya pembesaran prostat. (Sampekalo et al., 2015). BPH

merupakan penyakit pembesaran prostat yang seringkali menyebabkan gangguan eleminasi

urine dimana prostat ini cenderung mengarah kearah depan sehingga menekan vesika urinaria

(Prabowo& Pranata, 2014).

2.2 Anatomi Fisiologi


Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah bawah kandung kemih, di

depan rektum dan membungkus uretra bagian belakang. Bentuknya seperti buah kemiri

dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas

jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa zona, yaitu zona perifer,

zona sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior. Prostat

menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat.

Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume ejakulat. Jika kelenjar ini

mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat membuntu uretra

posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih (Purnomo., 2016).

Ada tiga jenis jaringan kelenjar prostat yaitu epitelial atau kelenjar, otot stroma atau

polos, dan kapsul. Kedua jaringan stroma dan kapsul tertanam dengan reseptor α1-adrenergik.

Penyebab BPH yang tidak jelas dapat memungkinkan karena dihidrotestosteron (DHT)

intraprostatik dan 5α-reductase tipe II yang diduga terlibat. BPH biasanya hasil dari faktor

statis (pembesaran prostat bertahap) dan faktor dinamis (agen atau situasi yang meningkatkan

α-adrenergik dan menyempitkan kelenjar otot halus) (Wells et al., 2015).

2.3 Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun

yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab

antara lain : (Muttaqin dan Sari, 2014)

1. Dihydrostetosteron adalah pembesaran pada epitel dan stroma kelenjar prostat yang

disebabkan oleh peningkatan 5 alfa reductase dan reseptor androgen.

2. Adanya ketidakseimbangan antara hormone testosteron dan estrogen dimana terjadi

peningkatan estrogen dan penurunan testosterone sehingga mengakibatkan

pembesaran pada prostat.

3. Interaksi antara stroma dan epitel, peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast

growth faktor dan penurunan transforming faktor beta menyebabkan hyperplasia

stroma dan epitel.

4. Peningkatan estrogen menyebabkan berkurangnya kematian sel stroma dan epitel dari

kelenjar prostat.

5. Teori sel stem, dengan meningkatnya aktivitas sel stem maka akan terjadi produksi

yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel sehingga menyebabkan poliferasi

sel-sel prostat.

2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Hariono (2012) tanda dan gejala BPH meliputi :

1. Gejala Obstuktif

a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan

mengejan.

b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh ketidak

mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra vesika sampai

berakhirnya miksi.

c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.


d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor

memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala iritasi

a) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.

b) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi pada

malam dan siang hari.

c) Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.

2.5 Patofisiologi

Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika

prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersulit saluran uretra

prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesika.

Sebagai kompensasi terhadap tekanan prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli

berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus

menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa: hipertropi otot detrusor, trabekulasi,

terbentuknya selua, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli

dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary

Symptom / LUTS. (Purnomo., 2016).

Pada fase awal dari prostat hiperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil

dalam sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak berubah. Pada fase ini disebut

sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi

berkurang dan kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus

destrusor menjadi tidak abdominal (mengejan) sehingga timbulnya hernia dan haemorhoid.

(Wells et al., 2015).


Fase dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari

menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa

dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh.Puncak dari kegagalan kompensasi

adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi

urine yang kronis dapat menimbulkan kemunduran fungsi ginjal (Jitowiyono dan Weni,

2010).
Patoflow

Estrogren & Sel prostate Prolikelasi


Faktor usia
Testosterone tidak umur panjang abnormal
seimbang

Sel stroma Sel yang mati Produksi stroma dan


pertumbuhan berpacu kurang efitel berlebihan

Prostat membesar

TINDAKAN PEMBEDAHAN

Anestesi

Efek anestesi yang dialami pasien

Penurunan kekuatan
otot pernapasan

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Iritasi mukosa kandung Irigasi


kencing, terputusnya jaringan,
trauma bekas insisi
Obstruksi oleh
pembekuan darah
post op
Gangguan eliminasi
urine

Kurangnya informasi
terhadap pembedahan

Ansietas
Pohon masalah Benigne Prostate Hyperplasia (BPH) (Aspiani, 2015)
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan

untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.

b. Pemeriksaan urine lengkap.

c. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya

keganasan
2. Pemeriksaan Uroflowmetri

Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urine. Secara obyektif

pancaran urine dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :

a. Flow rate maksimal > 15 ml/detik : non obstruktif

b. Flow rate maksimal 10-15 ml/detik : border line

c. Flow rate maksimal < 10 ml/detik : obstruksi

3. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik

a. BOF (Buik Overzich) : untuk menilai adanya batu dan metastase pada tulang.

b. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar

prostate juga keadaan buli-buli termasuk residual urine. Pemeriksaan dapat dilakukan

secara transrektal, transurethral, dan supra pubik.

c. IVP (Pyelografi Inravena), digunakan untuk melihat exkresi ginjal dan adanya

hidronefrosis. Pemeriksaan panendoskop : untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-

buli (Padila, 2012 dalam Annisa, 2017).

2.7 Tindakan Umum Yang Dilakukan

A. Penatalaksaan Pre Op

1. Observasi

Biasanya pada terapi ini pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi

penjelasan mengenai sesuatu hal yang dapat memperburuk keluhannya, misalnya jangan

banyak minum dan mengonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi konsumsi

makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli- buli (kopi atau coklat), , kurangi
makanan pedas dan asin, jangan menahan kencing terlalu lama. setiap 6 bulan pasien diminta

untuk kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan. Jika

keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk

memilih terapi yang lain (Nurarif & Hardhi, 2015)

2. Terapi Medikamentosa

Menurut (Wijaya, dkk, 2013 dalam Annisa, 2017), tujuan Medikamentosa adalah

berusaha untuk:

a. Mengurangi retensio otot polos prostate sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi

intravesika dengan obat-obatan penghambat adrenalgik alfa.

b. Mengurangi volume prostate sebagai komponen static dengan cara menurunkan kadar

hormone testosterone dan dihidrosteron (DHT) melalui menghambat 5 alfa-reduktase.

1) Penghambat Enzim Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5

mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat

yang membesar akan mengecil..

2) Fitoterapi Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostate. Efeknya

diharapkan pemberian selama 1-2 bulan dapat memperkecil volume prostate.

B. Terapi Bedah

Menurut (Smeltzer S. C,. & Brenda G. Bare, 2015) intervensi bedah yang dapat

dilakukan meliputi:

a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang bisa digunakan

adalah:

1. Prostatektomi suprapubik
Salah satu metode mengangkat kelenjar memalui insisi abdomen. Teknik ini dapat

digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan komplikasi yang mungkin terjadi

ialah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak dibandingkan dengan metode lain,

kerugian lain yang dapat terjadi adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua

prosedur bedah abdomen mayor.

2. Prostatektomi perineal

Tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Teknik

ini lebih praktis dan sangat berguna untuk biopsy terbuka. Pada periode pasca operasi luka

bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dengan rectum. Komplikasi

yang mungkin terjadi dari tindakan ini adalah inkontinensia, impotensi dan cedera rectal.

3. Prostatektomi retropubik

Tindakan lain yang dilakukan dengan cara insisi abdomen rendah mendekati

kelenjar prostat, yakni antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung

kemih. Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang terletak tinggi dalam pubis.

Meskipun jumlah darah yang hilang lebih dapat dikontrol dan letak pembedahan lebih

mudah dilihat, akan tetapi infeksi dapat terjadi diruang retropubik.

b. Pembedahan endourologi, endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai

tenaga elektrik diantaranya :

1. Transurethral Prostatic Resection (TURP)

TURP dilakukan dengan memakai alat yang disebut resektoskop dengan suatu

lengkung diathermi. Jaringan kelenjar prostat diiris selapis demi selapis dan dikeluarkan

melalui selubung resektoskop. Indikasi TURP adalah gejala sedang sampai berat, volume

prostat kurang dari 90 gram. Tindakan ini dilakukan apabila pembesaran Manfaat TURP

antara lain tidak meninggalkan atau bekas sayatan serta waktu operasi dan waktu tinggal
dirumah sakit lebih singkat.Setelah itu dipasang kateter threeway. Irigasi kandung kemih

secara terus menerus dilakukan untuk mencegah pembekuan darah. Irigasi setelah TURP

menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation. Kedua jenis cairan ini

lazim digunakan di Indonesia. (Wati, D. E. et.al. 2015)

2. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)

Tindakan ini dilakukan apabila volume prostate tidak terlalu besar atau prostate

fibrotic, indikasi dari penggunaan TURP adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume

prostate normal/ kecil (30 gram atau kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan

memasukan instrumen kedalam uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan

kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi

uretra.

C. Penatalaksanaan pasca bedah

Setelah dilakukan tindakan pembedahan ada beberapa masalah keperawatan antara

lain bersihan jalan napas tidak efektif, resiko syok, nyeri akut, resiko pendarahan, resiko

infeksi, ansietas, gangguan eliminasi urine dan intoleransi aktivitas, maka dilakukkan

penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis

1. Observasi

Setelah dilakukan tindakan pasca operasi BHP biasanya perawat akan melakukkan

observasi seperti mengobservasi keadaan umum pasca operasi, mengobservasi saluran irigasi,

saluran drainase dan tanda-tanda vital. klien akan mengalami beberapa masalah keperawatan

seperti mengeluh nyeri, pusing, badan terasa panas, dan bisa terjadi pendarahan maka untuk

mengatasi masalah keperawata diatas ada beberapa tindakan farmakologis dan non

farmakologis

2. Farmakologis

1. Terapi analgesik
a. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)

Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama asetomenofn

(Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam

asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering

digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan

analgetik dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari

prekorsor asam arokidonat. Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara

sinergis dengan prodok inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan

histamin untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu

mekanisme transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis

prostaglandin.

b. Analgesia opioid

Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan

nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini merupakan patokan

dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan

salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat. Berbeda

dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin menimbulkan efek analgetiknya di

sentral. Morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid di nukleus

modulasi di batang otak yang menghambat nyeri pada sistem assenden.

c. Adjuvan / Koanalgetik

Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam

penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh

obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin)

2. Terapi simptomatis : Pemberian golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor mampu

merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka. Obat golongan
5-alfa-reduktase inhibitor mampu menurunkan kadar dehidrotestosteron intraprostat,

sehingga dengan turunnya kadar testosterone dalam plasma maka prostatakan mengecil

(Prabowo, 2014).

3. Non farmakologis

Banyak intervensi keperawatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan dengan

mengkombinasikan pemberian analgesik dengan terapi nonfarmakologis seperti relaksasi.

Relaksasi merupakan terapi perilaku-kognitif pada intervensi nonfarmakologis yang dapat

mengubah persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri dan memberi pasien rasa

pengendalian yang lebih besar terhadap nyeri. Relaksasi akan menimbulkan respon fisiologis

seperti penurunan denyut nadi, penurunan konsumsi oksigen, penurunan kecepatan

pernapasan, penurunan tekanan darah dan penurunan tegangan otot (Prabowo, 2014).

2.8 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses

yang sistematis pada pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan

1. Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri, sehingga

yang perlu dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa nyeri yang dirasakan

(quality), keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan, lama, (time).

2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan pasien sebelum

masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya

pengkajian. Pada pasien post TUR. P biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri.

Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi

awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa tajam,
tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu

skala/ keparahan atau intensitas nyeri. T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi

nyeri

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelum nya,

terutama yang mendukung atau memperberat kondisi gangguan system perkemihan pada

pasien saat ini seperti pernakah pasien menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki

bengkak (edema), hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya.

Tanyakan: apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah

mengalami sakit yang berat, dan sebagainya (Muttaqin, 2011)

4. Riwayat Keluarga

Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada yang menderita penyakit

yang sama dengan penyakit klien sekarang.

5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual

Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat

untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai Kecemasan pasien terhadap penyakitnya,

kognitif, dan prilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang

kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian

psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011).

6. Pola sehari-hari

a. Nutrisi

Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakit yang harus dikaji adalah frekuensi, jenis

makanan dan minuman, porsi, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi. Pada post op

prostatektomi biasanya tidak terdapat keluhan pada pola nutrisi.

b. Eliminasi
BAB :Kaji tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir BAK : Mengkaji frekuensi,

jumlah, warna BAK Pada pasien post op terpasang kateter threeway, mengkaji jumlah, warna

biasanya kemerahan.

c. Tidur/istirahat

Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung bagaimana toleransi

pasien terhadap nyeri yang dirasakannya.

d. Personal Hygiene

Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.

e. Pola Aktivitas

Pada pasien post op prostatektomi biasanya dianjurkan untuk tirah baring sehinga

aktivitas dibantu keluarga sebagian.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Head to-toe meliputi :

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan

mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis,

samnolen, delirium, semi koma atau koma.

b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) umumnya pasien menglami

takikardi, peningkatan tekanan darah, dapat juga terjadi hipotensi.

c. Pemeriksaan kepala dan muka

Inspeksi : Kebersihan kepala, warna rambut hitam keputihan, tidak ada kelainan bentuk

kepala, Pasien nampak meringis menahan nyeri.


Palpasi : tidak ada nyeri tekan, mengkaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji

pembengkakan pada muka.

d. Mata

Inspeksi : Keadaan pupil isokor atau anisokor, refleks cahaya tidak ada gangguan,

konjungtiva anemis

Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola mata.

e. Hidung

Inspeksi : Bersih, tidak terdapat polip, tidak terdapat nafas cuping hidung

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung

f. Telinga

Inspeksi : simetris telinga kanan dan kiri, tidak ada luka, telinga bersih tidak ada serumen.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

g. Mulut

Inspeksi : tidak ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, sianosis atau

tidak, pembengkakkan, lesi, amati adanya stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk

gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada pipi dan mulut bagian dalam.

h. Leher

Inspeksi : tidak ada luka, kesimetrisan, masa abnormal

Palpasi : mengkaji adanya distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid.

i. Thorak :

Paru-paru

Inspeksi :Simetris, tidak terdapat luka, ekspansi dada simetri

Palpasi :Tidaknya nyeri tekan, vokal fremitussama antara kanan dan kiri

Perkusi : normalnya berbunyi sonor


Auskultasi : normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru.

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid clavicula sinistra.

Perkusi : normalya terdengar pekak

Auskultasi : normalnya terdengan tunggal suara jantung pertama dan suara jantung

kedua.

j. Abdomen

a) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit atau datar ,

tapi perut menonjol atau tidak, melihat lebar luka post op, mengukur panjang luka post

op apakah terpasang selang irigasi dan drainase, melihat apakah ada kemerahan

disekitar luka post operasi

b) Palpasi: apakah Adakah nyeri tekan abdomen, apakah ada cairan keluar pada saat

palpasi diarea luka post op, turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien

c) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan menimbulkan

suara pekak ( hepar, asites, vesika urinaria, tumor)

d) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali permenit.

k. Ekstremitas

1) Atas Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas, Integritas ROM

(Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot. Palpasi : mengkaji bila terjadi

pembengkakan pada ekstremitas atas


2) Bawah Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas, Integritas

ROM (Range Of Motion), kekuatan dan tonus otot. Palpasi : mengkaji bila terjadi

pembengkakan pada ekstremitas atas

l. Integritas kulit

Inspeksi : warna kulit, kelembapan, akral hangat atau tidak

Palpasi :integritas kulit, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2 detik

m. Genetalia

Inspeksi : laki-laki, terpasang folley kateter 3 lubang (treeway catheter) dengan Irigasi

NaCl 0,9% (urine berwarna merah muda kemerahan hingga merah muda jernih )

2.9 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan agen farmakologis.

2. Resiko syok berhubungan dengan pendarahan

3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pecendra fisik post op TURP

4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi,insisi pembedahan, dan

terpasang kateter.

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnnya terpapar informasi, perasaan takut terhadap

tindakan pembedahan

6. Resiko Pendarahan berhubungan dengan trauma efek samping pembedahan.

7. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis

8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka post op (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).

2.10 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan SIKI Manajemen Napas
napas tidak keperawatan selama ….x24 jam (I.01011)
efektif b/d efek diharapkan pola napas 1. Observasi
agen membaik dengan  Monitor pola napas
farmakologis SLKI : Pola napas (frekuensi, kedalaman,
a. Pertahankan pada level… usaha napas)
b. Ditingkatkan pada level…  Monitor bunyi napas
Deskripsi level tambahan (mis. Gurgling,
1. Menurun mengi, weezing, ronkhi
2. Cukup menurun kering)
3. Sedang  Monitor sputum (jumlah,
4. Cukup meningkat warna, aroma)
5. Meningkat 2. Terapeutik
Dengan kriteria hasil :  Pertahankan kepatenan
1. Batuk efektif 1/2/3/4/5 jalan napas dengan head-
2. Dyspnea 1/2/3/4/5 tilt dan chin lift (jaw-thrust
3. Ortopnea 1/2/3/4/5 jika curiga trauma
4. Sianosis 1/2/3/4/5 cervical)
5. Gelisah 1/2/3/4/5  Posisikan semi-Fowler
6. Frekuensi napas atau Fowler
1/2/3/4/5  Berikan minum hangat
7. Pola napas 1/2/3/4/5
 Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
SIKI TERAPI OKSIGEN
(I.01026)
1. Obsevasi
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor aliran oksigen
periodic
 Monitor efektifitas terapi
oksigen mis. Oksimetri
dan agd
 Monitor tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala
tokkskasi dann atelectasis
 Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
2. Terapeutik
 Bersihkan secret pada
mulut,hidung, dan trakea
 Pertahankan kepatenan
jalan napas
 Siapkan dan atur alat
pemberian terapi oksigen
 Tetap berikan oksigen
pada saat pasien
ditransportasi
3. Edukasi
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur
2 Resiko syok b/d Setelah dilakukan tindakan SIKI Pencegahan Syok
perdarahan keperawatan selama ….x24 jam (I.02068)
diharapkan resiko syok 1. Obsevasi
membaik dengan  Monitor status pulmonal
SLKI : Tingkatan syok  Monitor status
(L.03032) oksigenisasi
a. Pertahankan pada level…  Monitor status cairan
b. Ditingkatkan pada level…  Monitor status kesadaran
Deskripsi level  Periksa riwayat alergi
1. Menurun 2. Terapeutik
2. Cukup menurun  Bersihkan oksigenisasi
3. Sedang untuk mempertahankan
4. Cukup meningkat saturasi oksigen
5. Meningkat  Pertahankan intubasi dan
Dengan kriteria hasil : ventilasi, jika perlu
1. Kekuatan nadi 1/2/3/4/5
 Pasang IV, jika perlu
2. Tingkat kesadaran
 Pasang cateter urine
1/2/3/4/5
 Lakukan skin test
3. Saturasi oksigen
3. Edukasi
1/2/3/4/5
 Jelaskan penyebab resiko
4. Akral dingin 1/2/3/4/5
5. Pucat 1/2/3/4/5 syok
6. Tekanan darah sistolik  jelaskkan tanda dan gejala
1/2/3/4/5 resiko syok
7. Tekanan darah diastolik  Anjurkkan melapor jika
1/2/3/4/5 merasa tanda syok
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV
 Kolaborasi pemberian
transfusi darah
 Kolaborasi pemberian anti
inflamasi

SIKI : MENJEMEN
PENDARAHAN
(I.02040)
1. Observasi
 Identifikasi penyebab
pendarahan periksa adanya
darah pada muntah,
sputum, urine, fesess, dan
drainnase
 Monitor tanda dan gejala
pendarahan massif
2. Terapeutik
 Istirahatkan area yang
mengalami pendarahan
 Berikan kompres dingin
 Lakukan balut tekan, jika
perlu
3. Edukasi
 Jelaskkan tanda tanda
pendarahan
 Anjurkan melapor jika
terjadi tanda tanda
pendarahan
 Anjurkan membatasi
aktivitas
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan
 Kolaborasi pemberian
transfuse darah jika perlu
3 Nyeri akut b/d Setelah dilakukkan tindakkan SIKI : Manajemen Nyeri
agen pecedera keperawatan selama ...x 24 jam, I.08238
fisik diharapkan nyeri akut dapat 1. Observasi
teratasi  Identifikasi lokasi,
SLKI : TINGKAT NYERI karateristik, frekuensi,
(L.08066) kualitas, intensitas nyeri
a. pertahankan pada level  Identifikasi skala nyeri
…  Identifikasi skala nyeri non
b. Ditingkatkan pada verbal
level…  Identifikasi faktor yang
Deskripsi level memperberat nyeri dan
1. Menurun memperingan nyeri
2. Cukup menurun  Identifikasi pengetahuan
3. Sedang dan keyakinan tentang
4. Cukup meningkat nyeri
5. Meningkat  Identifikasi pengaruh nyeri
Dengan kriteria hasil: pada kualitas hidup
1. Frekuensi nadi 1/2/3/4/5
 Monitor efek samping
2. Keluhan nyeri 1/2/3/4/5
pemberian anlgetik
3. Meringis 1/2/3/4/5
2. Terapeutik :
4. Gelisah 1/2/3/4/5
 Berikan teknik
nonfarmakologis
 Kontrol lingkungan ang
meperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirah tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemulihan strategi
meredahkan nyeri
3. Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
 Jelaskan teknik
nonfarmakologis
meredahkan nyeri
4. Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik

SIKI : TERAPI RELAKSASI


(I.09326)
RELAKSASI BENSON
1. Observasi
 Identifikasi penurunan
tingkat alergi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitif.
 Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, penggunaan
teknik sebelumnya.
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
2. Terapeutik
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
autogenik
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgeti atau tindakan
medis lainnya, jika sesuai
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
( relaksasi benson)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (relaksasi
benson)

4 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukkan tindakkan SIKI Pencegahan infeksi


prosedur invasi keperawatan selama ...x 24 jam, I.14539
diharapkan resiko infeksi dapat 1. Obsevasi :
teratasi  Monitor tanda gejala
SLKI : TINGKAT INFEKSI infeksi dan sistemik
(L.14137) 2. Teraupeutik :
a. pertahankan pada level …  Batasi jumlah pengunjung
b. Ditingkatkan pada level…  Berikan perawatan kulit
Deskripsi level pada daerah edema
1. Menurun  Cuci tangan sebelum dan
2. Cukup menurun sesudah melakukkan
3. Sedang kontak dengan pasien dan
4. Cukup meningkat lingkungan pasien
5. Meningkat  Pertahankan teknik
KRITERIA HASIL : aseptik pada pasien
1. Demam 1/2/3/4/5 bersiko tinggi
2. Kemerahan 1/2/3/4/5 3. Edukasi :
3. Nyeri 1/2/3/4/5  Jelaskan tanda dan gejala
4. Bengkak 1/2/3/4/5 infeksi
5. Culture urine 1/2/3/4/5  Ajarkan cara memeriksa
luka
 Anjurkan meningkatkkan
asupan cairan
4. Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
imunisasi

SIKI : PEMBERIAN OBAT


(I.02062)
1. Observasi
 Identifikasi adanya alergi
 Periksa tanggal
kadaluarsa obat
 Monitor tanda vital
sebelm melakukkan
pemberian obat
 Monitor efek terapeutik
obat
 Monitor efeksamping
obat
2. Terapeutik
 Perhatikan proedur
pemberian obat
 Lakukkan prinsip enam
benar
 Perhatikan jadwal
pemberian obat
 Buang obat yang sudah
kadaluarsa
 Fasilitasi minum obat
 Dokumentasi pemberian
obat dan respon terhadap
obat
3. Edukasi
 Jelaskan jenis obat dan
alasan pemberian dan
efek samping
 Jelaskan faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas
obat

5 Ansietas b/d Setelah dilakukkan tindakkan SIKI: REDUKSI ANSIETAS


kurangnya keperawatan selama ...x 24 jam I.09314
terpapar maka diharapkan ansietas dapat 1. Observasi
informasi teratasi  Identifikasi saat tingkat
SIKI :TINGKAT ANSIETAS ansietas berubah
(L.09093)  Identifikasi kemampuan
a. pertahankan pada level … mengambil keputusan
b. Ditingkatkan pada level…  Monitor tanda-tanda
Deskripsi level ansietas
1. Menurun 2. Terapeutik
2. Cukup menurun  Ciptakan suasana untuk
3. Sedang menumbuhkan
4. Cukup meningkat kepercayaan
5. Meningkat  Pahami situasi yang
Dengan kriteria hasil: membuat ansietas
1. Verbalisasi  Dengarkan dengan penuh
kebingungan 1/2/3/4/5 perhatian
2. Verbalisasi khawatir
 Gunakan pendekatan
akibat kondisi yang
yang tenang dan
dihadapi 1/2/3/4/5
meyakinkan
3. Perilaku gelisah
 Tempatkan barng pribadi
1/2/3/4/5
yang memberkan
4. Perilaku tegang
kenyamanan
1/2/3/4/5
 Motivasi modivikasi
5. Keluhan pusing 12/3/4/5
situasi yang memicu
6. Anoreksia 1/2/3/4/5
kecemasan
7. Palpitasi 1/2/3/4/5
 Diskusikan perencanaan
8. Diaforesis 1/2/3/4/5
realistis tentag peristiwa
9. Tremor 1/2/3/4/5
yang akan datang
10. Pucat 1/2/3/4/5
3. Edukasi
11. Konsentrasi1/2/3/4/5  Jelaskan prosedur,
12. Pola tidur 1/2/3/4/5 termasuk sensasi yang
13. Frekuensi pernapasan mungkin dialami
1/2/3/4/5  Anjurkan kepada
14. Frekeunsi nadi 1/2/3/4/5 keluarga agar tetap
15. Tekanan darah 1/2/3/4/5 bersama pasien
16. Kontak mata 1/2/3/4/5  Anjurkan melakukan
17. Pola berkemih 1/2/3/4/5 tindakan yang tidak
18. Orientasi 1/2/3/4/5 kompentitip
 Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih teknik relaksasi
(relaksasi benson)
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
4. Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas

SIKI : TERAPI RELAKSASI


(I.09326)
RELAKSASI BENSON
1.Observasi
 Identifikasi penurunan
tingkat alergi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu kemampuan
kognitif.
 Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, penggunaan
teknik sebelumnya.
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
2. Terapeutik
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
autogenik
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgeti atau tindakan
medis lainnya, jika sesuai
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
( relaksasi benson)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
( relaksasi benson)
6 Resiko Setelah dilakukkan tindakkan SIKI : PENCEGAHAN
perdarahan b/d keperawatan selama ...x 24 jam PERDARAHAN
trauma efek diharapkan resiko Perdarahan (I.02067)
samping SLKI : TINGKAT 1. Observasi
pembedahan PENDARAHAN (L.02017)  Monitor tanda dan gejala
a. pertahankan pada level …  Monitor nilai
b. Ditingkatkan pada level… hematocrit/hb/
Deskripsi level  Monitor tanda vital
1. Menurun ortostatik
2. Cukup menurun 2. Terapeutik
3. Sedang  Pertahankan bed rest
4. Cukup meningkat selama pendarahan
5. Meningkat  Batasi tindakan invasive,
Dengan kriteria hasil : jika perlu
1. Membrane mukosa  Gunakan kasur pencegah
1/2/3/4/5 dokubitus
2. Kelembapan kulit
 Hindari pengukuran suhu
1/2/3/4/5
rektal
3. Kognitif 1/2/3/4/5
3. Edukasi
4. Hemotesis 1/2/3/4/5
 Jelaskan tanda dan gejala
5. Hematemesis 1/2/3/4/5
pendarahan
6. Hematuria 1/2/3/4/5
 Anjurkan menggunkan
7. Distensi abdomen
kaos kaki saat ambulasi
1/2/3/4/5
 Anjurkan meningakatkan
8. Pendarahan pasca
asupan cairan
operasi 1/2/3/4/5
9. Hemoglobin 1/2/3/4/5  Anjurkan meningkatkkan
10. Hematocrit 1/2/3/4/5 aspirin
11. Tekanan darah 1/2/3/4/5  Anjurkan meningkatkan
12. Denyut nadi apical asupan makanan dan vit
1/2/3/4/5 K
13. Suhu tubuh 1/2/3/4/5  Anjurkan segara melapor
jika terjadi pendarahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengontrol tidur
 Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

SIKI : PEMANTAUAN
CAIRAN
1. Observasi
 Monitor frekuensi nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian
kapiler
 Monitor tugor kulit
 Monitor jumlah,warna,
dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin
 Monitor intske dan output
cairan
 Indentifikasi tanda tanda
hivopolemi
2. Teraupeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tuujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

7 Gangguan Setelah dilakukkan tindakkan SIKI MANAJEMEN


eliminasi b/d efek keperawatan selama ...x 24 jam ELIMINASI URINE
tindakan medis Sensasi berkemih I.04152
SLKI : ELIMINASI URINE 1. Observasi
(L.04034)  Identifkasi tanda dan
a. pertahankan pada level … gejala retensi atau
b. Ditingkatkan pada level… inkontinensia urine
Deskripsi level  Identifikasi faktor yang
1. Menurun menyebabkan retensi atau
2. Cukup menurun inkontinensia urine
3. Sedang  Monitor eliminasi urine
4. Cukup meningkat (mis. frekuensi,
5. Meningkat konsistensi, aroma,
Dengan kriteria hasil: volume, dan warna)
1. Desakan berkemih 2. Terapeutik
(urgensi) 1/2/3/4/5  Catat waktu-waktu dan
2. Distensi kandung kemih haluaran berkemih
1/2/3/4/5  Batasi asupan cairan, jika
3. Berkemih tidak tuntas perlu
(hesistancy) 1/2/3/4/5  Ambil sampel urine tengah
4. Volume residu urin (midstream) atau kultur
1/2/3/4/5 3. Edukasi
5. Urin menetes  Ajarkan tanda dan gejala
(dribbling) 1/2/3/4/5 infeksi saluran kemih
6. Nokturia 1/2/3/4/5  Ajarkan mengukur asupan
7. Mengompol 1/2/3/4/5 cairan dan haluaran urine
8. Enuresis 1/2/3/4/5  Anjurkan mengambil
9. Disuria 1/2/3/4/5 specimen urine midstream
10. Anuria 1/2/3/4/5  Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu

SIKI : KATERISASI URINE


(I.04148)
1. Observasi
 Periksa kondisi pasien
2. Teraupeutik
 Siapkan peralatan
diruangan tindakan
 Siapkan pesien dan
posisikan dorsal recumbent
 Pasang sarung tangan
 Bersihkan daerah perineal
dengan NACL
 Lakukkan insersi kateter
dengan prinsip aseptic
 Sambungkan cateter
dengan urine bag
 Isi balon dengan NACL
 Fiksasikan cateter
 Berikan lebel wakru
pemasangan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur
 Anjurkan menarik napas
saat insersi selang cateter

8 Gangguan Setelah dilakukkan tindakkan SIKI :DUKUNGAN


mobilitas fisik b/d keperawatan selama ...x 24 jam AMBULASI (I.06171)
nyeri post op diharapkan toleransi aktivitas 1. Observasi
dapat teratasi SLKI:  ldentifikasi adanya nyeri
GANGGUAN MOBILITAS atau keluhan fisik lainnya
FISIK (L.05042)  Identifkasi toleransi fisik
a. pertahankan pada level melakukan pergerakan
…  Monitor frekuensi jantung
b. Ditingkatkan pada dan tekanan darah sebelum
level… memulai mobilisasi
Deskripsi level  Monitor kondisi umum
1. Menurun selama melakukan
2. Cukup menurun mobilisasi
3. Sedang 2. Terapeutik
4. Cukup meningkat  Fasilitasi aktivitas
5. Meningkat mobilisasi dengan alat
Dengan kriteria hasil : bantu (mis. pagar tempat
1. Pergerakan ekstermitas tidur)
1/2/3/4/5  Fasilitasi melakukan
2. Kekuaatan otot pergerakan, jika perlu
1/2/3/4/5  Tingkatkan pergerakan
3. Rentang gerak 1/2/3/4/5 3. Edukasi
4. Nyeri 1/2/3/4/5  Jelaskan tujuan dan
5. Gerakan terbatas prosedur mobilisasi
1/2/3/4/5  Anjurkan melakukan
6. Kelemahan fisik mobilisasi dini
1/2/3/4/5  Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

SIKI : DUKUNGAN
MOBILISASI (I.05173)
1. Observasi
 ldentifikasi adanya nveri
atau keluhan fisik lainnya
 ldentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
mobilisasi
 Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
2. Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis. pagar tempat
taur)
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlukan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di
kursi)

2.11 Implementasi

Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu rencana keperawatan

yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus pada intervensi keperawatan antara lain:

mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem


tubuh, menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan dokter (Wahyuni,

Nurul. S, 2016).

2.12 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi

adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria

hasil pada psserencanaan (Sri Wahyuni, 2016)

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA UMUM
1. Nama Klien : Tn. H
2. Umur : 58 tahun
3. Alamat : Griya Randik Kel. Kayu Ara Kec. Sekayu Kab. Banyuasin
4. Agama : Islam
5. Tanggal MRS : 25 November 2023
6. Nomor Rekam Medis : 591165
7. Bangsal : Marwah
8. Diagnosa Medis : BPH

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga,dll)


Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol dan pasien juga mengatakan jarang
berolahraga, dikarenakan faktor usia

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Sebelum operasi : pasien mengatakan sakit saat berkemih saat sebelum operasi
Sesudah operasi : nyeri pada bekas operasi TURP
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh mengalami masalah pada kencingnya dan selalu merasakan sakit pada
kelaminnya. Pasien di diagnosa BPH dan diminta untuk melakukan operasi karena ada
pembesaran di kelenjar prostat. Pasien dioperasi pada tanggal 27 November 2023.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini dan tidak pernah di
operasi.
Pernah dirawat : tidak
Alergi : Makanan : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
Kebiasaan hidup tidak sehat : tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit seperti yang dialami pasien. Dalam keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit
keturunan.
5. Genogram : 1 generasi
Ket:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

C. RIWAYAT LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL


1. Tipe tempat tinggal : Beton
2. Jumlah kamar : 3
3. Jumlah penghuni : 5 penghuni rumah
4. Kondisi tempat tinggal : Baik

D. PENGKAJIAN SISTEM TUBUH


Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Glascow Coma Scale :E=4 M=6 V=5
TTV :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 36 ℃
- Pernafasan : 20 x/menit

1. Sistem Pernapasan
Data Subyektif
a. Dispnea : Tidak ada
b. Perokok : Tidak merokok
c. Pengetahuan batuk efektif : belum mengetahui cara batuk efektif
d. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi nafas tambahan
a. Suara napas : vesikuler
b. Kesimetrisan : simetris
c. Penggunaan otot bantu pernapasan : Tidak
d. Pernapasan cuping hidung : Tidak
e. Batuk : pasien tidak batuk
f. Sputum : tidak ada
g. Taktil fremitus : normal
Perkusi paru : resonan / sonor
h. Sianosis : tidak sianosis
i. Hasil temuan lain : -

2. Sistem Kardiovaskuler
Data Objektif
Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis
Perkusi : redup
Palpasi : tidak terdapat bunyi tekan
Auskultasi : tidak terdengar bunyi jantung tambahan
1. Tekanan darah berbaring : 120/80 mmHg
2. Ekstremitas : Suhu : 36 oC
Pengisian kapiler/capillary refile (CRT) : < 2 detik
Varises : tidak ada
Plebitis : tidak ada
Abnormalitas kuku : tidak ada clubbing finger
Membran mukosa : tidak terdapat kerusakan mukosa
Konjungtiva : an anemis
Sclera : an ikterik
3. Hasil temuan lain : -

Data Subjektif
a. Riwayat hipertensi/masalah jantung : tidak ada
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi/jantung
b. Riwayat edema (tidak ada) batuk berdarah (tidak ada)
c. Hasil temuan lain : -

3. Sistem Muskuloskletal
Data Subjektif
Riwayat kecelakaan : -
Fraktur : -

4. Sistem Persyarafan
Data Subjektif
a. Riwayat cedera kepala dan medulla spinalis : tidak ada
b. Riwayat penyakit cedera serebrovaskuler : tidak ada
c. Penurunan sensori : tidak ada
d. Diplopia : tidak ada
Amnesia : -
Data Objektif
a. Paralisis : tidak ada
b. Letargi : tidak ada
c. Orientasi terhadap waktu/tempat/orang : pasien dapat mengidentifikasi waktu,
tempat dan orang
d. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC)
 NC I (Olfactorius) : Klien mampu membedakan bau-bauan atau aroma
tertentu.
 NC II (Optikus) : Klien mampu mengenali benda yang letak jauh seperti jam
dinding dan gerakan bola mata baik terbukti klien dapat menggerakan bola
mata sesuai dengan instruksi yang diberikan.
 NC III ( Okulomotorius), IV (Trochealis), VI (Abdusen) : Klien dapat
menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri, kekanan saat disuruh
mengikuti objek yang digerakan. Refleks pupil miosis saat diberikan rangsang
cahaya, dapat berkedip dengan spontan saat diberikan rangsangan
menggunakan kapas
 NC V (Trigeminus) : Klien dapat menggerakan rahangnya tanpa rasa nyeri,
dan klien dapat merasakan sentuhan kasa saat disentuhkan ke wajah klien
 NC VII (Fasialis) : Klien mampu mengerutkan dahi dan senyum secara
simetris
 NC VIII (Vestibulochoclear) : Klien mampu mendengar dengan baik terbukti
klien dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan dengan baik tanpa perlu
diulang dan saat diuji menggunakan garputala klien dapat mendengarkan suara
rinne yang dihasilkan dari garputala
 NC IX (Glasofaringeus) : Pengecapan klien baik terbukti saat dilakukan
pengetesan menggunakan perasa manis, asam, asin dan pahit klien mampu
membedakan keempat perasa yang diberikan dengan benar. Klien mampu
menelan dengan baik terbukti klien mampu menelan makanan yang diberikan
 NC X (Vagus) : Saat dilakukan inspeksi dan klien disuruh membuka mulut
uvula klien terdapat ditengah
 NC XI (Asesorius) : Klien mampu mengangkat bahu kiri dan kanan saat
diberikan tekanan
 NC XII (Hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidah dan menggerakan ke
semua arah
e. Fungsi motorik
Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal : tidak ada
Kemampuan berjalan : pasien mengatakan berjalan dibantu keluarga karena post
op
Kemampuan koordinasi : pasien dapat berdiri dengan sempurna
Tremor : tidak terdapat tremor
Kemampuan pergerakan sendi : Pergerakan sendi normal, otor simetris kanan dan
kiri
Tonus otot : pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri
didapatkan kekuatan otot lemah
Kemampuan mobilisasi : pasin mengatakan berjalan dibantu keluarga karena post
op
Deformitas : tidak ada
Sendi bengkak : tidak terdapat
Piting edema : tidak terdapat
f. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon bisep : positif
Fatella : positif
Archiles : positif
Reflek patologis : negatif
Hasil temuan lain : -

5. Sistem Integumen
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : -
b. Keluhan klien : -
c. Gatal : tidak ada
d. Hasil temuan lain : -
Data Objektif
a. Adanya lesi / luka / eritema :-
b. Lokasi lesi / luka / eritema :-
c. Jumlah lesi / luka / eritema :-
d. Stadium luka :-
e. Warna luka :-
f. Ukuran luka :-
g. Tanda-tanda luka :-
h. Hasil temuan lain :-

6. Sistem Perkemihan
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih : Ya, sakit saat BAK
b. Riwayat penggunaan obat diuretic : tidak ada
c. Rasa nyeri dan terbakar saat kencing : Ya
d. Kesulitan BAK : Tidak
e. Pola BAK : pasien terpasang kateter
Hasil temuan lain :-
Data Objektif
a. Retensi urine : Tidak, inkontinensia urine : Ya
Distensi : Tidak
b. Karakteristik urine : terpasang kateter three way warna kuning kemerahan
bercampur darah
Hasil temuan lain : -

7. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif
a. Makanan pantang : tidak ada
b. Kebiasaan makan : makan nasi
c. Jenis diet : nasi biasa
d. Jumlah makanan per hari : 3x/hari
e. Kehilangan selera makan : tidak
f. Mual : tidak
Muntah : tidak
g. Nyeri abdomen : tidak
Kuadran/region :-
h. Gangguan mengunyah : tidak ada, menelan : tidak ada
i. Pola BAB : Frekuensi : 1x/hari, konsistensi kesulitan : luna
j. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
a. BB sekarang : 65 kg, TB : 168 cm, Bentuk tubuh : normal
b. Halitosis (bau mulut) : tidak ada
c. Kondisi mulut : bersih tidak sariawan, gigi : tidak ada karies, lidah : bersih,
faring: normal, tonsil : merah muda
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : normal
Auskultasi : bunyi bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Hernia/massa : tidak ada
f. Pola BAB : Frekuensi : 1x/hari
g. Anus : kebersihan baik, hemoroid : tidak ada, lesi : tidak ada, massa : tidak ada
h. Hasil temuan lain : -

8. Sistem Penginderaan
Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : tidak
b. Riwayat trauma infeksi mata/telinga : tidak
c. Riwayat katarak : tidak
d. Riwayat glaucoma : tidak
e. Riwayat penyakit mata lain : tidak
f. Gangguan penglihatan : diplopia : tidak ada
Penurunan penglihatan : tidak ada
Fotophobia : tidak ada
g. Kemampuan pendengaran : baik
h. Nyeri hidung/telinga : tidak ada
i. Telinga berdengung/tinnitus : tidak ada
j. Sensasi pengecapan : baik
k. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
a. Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : Normal
b. Lapang padang : Normal
c. Gerakan ekstraokuler/gerakan mata : Normal
d. Pemeriksaan fisik mata : area orbital ; edema : tidak ada
Hematom : tidak ada, lesi/luka : tidak ada, massa : tidak ada
e. Kelenjar lakrimal : baik, kunjungtiva : an anemis
f. Sclera : an ikhterik kornea : normal, iris : baik
g. Pupil : bentuk : bulat , ukuran :
h. Kesimetrisan : simetris, reaksi terhadap cahaya : pupil mengecil saat terkena
cahaya
i. Hasil temuan lain : -

Pemeriksaan Hidung :
a. Inspeksi hidung : kesimetrisan : simetris, bentuk : normal
Luka/lesi : tidak ada, massa : tidak ada
Keluar cairan : tidak ada, perdarahan/epistaksis : tidak ada
b. Palpasi : perubahan anatomis : tidak ada, nyeri : tidak ada
c. Sinus frontalis : Tidak ada, sinus maksilaris : Tidak ada
d. Patensi aliran udara dalam nares :
e. Hasil temuan lain : -

Pemeriksaan Telinga :
a. Inspeksi telinga luar : tampak bersih
b. Inspeksi telinga dalam
Kebersihan : tidak ada serumen, lesi : tidak ada
massa : tidak ada, serumen : tidak ada
c. Palpasi daun telinga
Nyeri : tidak ada, massa : tidak ada
d. Pemeriksaan rinne : -, weber : - , Swabach:-
e. Hasil temuan lain : -

9. Sistem Endokrin
Data Subjektif
a. Perasaan haus yang berlebih : tidak ada
b. Faktor resiko kekurangan cairan dan elektrolit : tidak ada
c. Kedutan otot : tidak ada
d. Kejang/riwayat kejang : tidak ada
e. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
a. Intake cairan : air putih dan cairan infus
b. Output cairan : normal
c. Balance cairan : normal
d. Muntah : tidak Diare: Tidak ada
e. Turgor kulit : Normal
f. Tekstur kulit : Baik
g. Kelembaban kulit : Baik
h. Kelembaban membran mukosa : Baik
i. Tekstur lidah : Normal
j. Tekanan vena jugularis : Normal
k. Edema : Tidak ada
Umum : Tidak ada
l. Lingkar abdomen : Tidak ada
m. Perpusi perifer : Tidak ada
n. Hasil temuan lain : -

10. Sistem Imun


Data Subjektif
a. Riwayat alergi/sensitivitas : Tidak ada
b. Reaksinya : Tidak ada
c. Perubahan imunitas sebelumnya : tidak ada
Penyebab : -
d. Riwayat penyakit hubungan seksual : Tidak ada
e. Perilaku resiko tinggi : Tidak ada
f. Transfuse darah/jumlah-, Kapan : -
g. Riwayat infeksi kronis : Tidak ada
h. Riwayat Pembedahan : -
i. Riwayat imunisasi dewasa : Baik
j. Riwayat penggunaan obat-obat steroid : Tidak ada
k. Keluhan nyeri tekan pada kelenjar limfe : Tidak ada
l. Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
m. Hasil temuan lain : Tidak ada

Data Objektif :
a. Inspeksi kulit dan mukosa : -
b. Purpura/perdarahan subkutan: - dermatitits:-
Imflamasi :-
pengeluaran secret : -
Ulticaria:- Dimana:- banyaknya: -
c. Kemerahan di kulit: -
d. Palpasi kelenjar limfe servikal, aksilaris dan inguinalis : -
e. Hasil temuan lain : -

11. Sistem Reproduksi


Data Subjektif
a. Aktif melakukan hubungan seksual : tidak
b. Penggunaan kondom saat berhubungan :-
c. Masalah/kesulitan dalam berhubungan seks : -

Data Objektif
Pria :
1. Rabbas penis : Tidak
2. Gangguan prostat : Ya
3. Sirkumsisi : Ya
4. Vasektomi : Tidak pernah
5. Hasil temuan lain : -

12. Sistem Hematologi


Riwayat tranfusi darah : tidak ada

E. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2023
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode Periksa
Darah Rutin
- Hemogblin 15.5 g/dL 14.0 – 18.0 Cyan Free Hb
- Lekosit 11.0 10^3/uL 5.0 – 10.0 Electrical Impendance
Hitung Jenis
(DIFF)
- Basofil % 1 % 0–2 Flowyctometri
- Eosinofil % 2 % 0–7 Flowyctometri
- Netrofil % 72 % 50 - 70 Flowyctometri
- Limfosit % 19 % 25 – 60 Flowyctometri
- Monosit % 6 % 2 – 15 Flowyctometri
- Trombosit 385 10^3/uL 150 – 450 Electrical Impendance
- Hematokrit 45 % 40 – 54 Kalkulasi
- Masa 2 1–3
Pendarahan /
BT
- Masa 12 5 – 15
Pembekuan /
CT
Kimia Klinik
- Ureum 37 mg/dL 15 - 39
- Kreatinin 1.0 mg/dL 0.9 – 1.3
- Glukosa 301 mg/dL 70 - 105
Darah
Sewaktu

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH


Jenis Kelamin : Laki-laki No Medis Record : 591165
No Kamar Bed : Marwah 8.6 Hari/tanggal : Senin, 27-11-2023
No Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : BPH Nyeri Akut
 Pasien mengatakan nyeri
pada bekas operasinya TURP
 Pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti disayat Terputusnya jaringan,
 Pasien mengatakan nyeri trauma bekas insisi
dirasakan saat pembedahan
menggerakkan badannya
Nyeri akut
DO :
 Pasien tampak meringis
kesakitan
 Skala nyeri 5 dari 0-10
skala yang diberikan
 TD : 130 mmHg, Nadi :
80x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36 ℃

2 DS : BPH Resiko Infeksi


 Pasien mengatakan luka
bekas operasinya belum TURP
kering
 Pasien mengatakan luka Post Op
masih di perban
DO : Resiko Infeksi
 Tampak luka bekas
operasi
 Luka bekas operasi
terasa panas dan nampak
kemerahan
 Terpasang selang
drainage bagian abdomen
sebelah kanan terdapat
darah dalam selang
kurang lebih 100 cc
3 DS : BPH Gangguan mobilitas
 Pasien mengatakan sulit fisik
untuk membolak- TURP
balikkan tubuhnya
 Pasien mengatakan Terputusnya jaringan,
semua aktifitas nya trauma bekas insisi
dibantu oleh keluarga
Nyeri Akut
DO :
 Pasien terlihat lemah Gangguan mobilitas fisik

 Terdapat luka post


operasi

MASALAH KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut
2. Resiko Infeksi
3. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik post op TURP
2. Resiko Infeksi b/d efek prosedur invasif
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri luka post op

NURSING PLANNING

Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH


Jenis Kelamin : Laki-laki No Medis Record : 591165
No Kamar Bed : Marwah 8.6 Hari/tanggal : Senin, 27-11-2023
No Diagnosa Tujuan (SMART) Rencana Keperawatan Nama dan
Keperawatan TT Perawat
1 Nyeri akut Setelah dilakukkan SIKI : Manajemen Nyeri
b/d agen tindakan keperawatan I.08238
pecedera selama ...x 24 jam, 1. Observasi
fisik diharapkan nyeri akut  Identifikasi lokasi,
dapat teratasi karateristik, frekuensi,
SLKI : TINGKAT kualitas, intensitas
NYERI nyeri
(L.08066)  Identifikasi skala nyeri
c. pertahankan pada  Identifikasi skala nyeri
level … non verbal
d. Ditingkatkan pada  Identifikasi faktor
level… yang memperberat
Deskripsi level nyeri dan
6. Menurun memperingan nyeri
7. Cukup menurun  Identifikasi
8. Sedang pengetahuan dan
9. Cukup meningkat keyakinan tentang
10. Meningkat nyeri
Dengan kriteria hasil:  Identifikasi pengaruh
5. Frekuensi nadi nyeri pada kualitas
1/2/3/4/5 hidup
6. Keluhan nyeri
 Monitor efek samping
1/2/3/4/5
pemberian anlgetik
7. Meringis 1/2/3/4/5
2. Terapeutik :
8. Gelisah 1/2/3/4/5
 Berikan teknik
nonfarmakologis
 Kontrol lingkungan
ang memperberat rasa
nyeri
 Fasilitasi istirahat
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemulihan
strategi meredahkan
nyeri
3. Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
 Jelaskan teknik
nonfarmakologis
meredahkan nyeri
4. Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Resiko Setelah dilakukkan SIKI Pencegahan infeksi


Infeksi b/d tindakkan keperawatan I.14539
selama ...x 24 jam, 1. Obsevasi :
efek
diharapkan resiko infeksi  Monitor tanda gejala
prosedur dapat teratasi infeksi dan sistemik
invasif SLKI : TINGKAT 2. Teraupeutik :
INFEKSI  Batasi jumlah
(L.14137) pengunjung
a. pertahankan pada level  Berikan perawatan
… kulit pada daerah
b. Ditingkatkan pada edema
level…  Cuci tangan sebelum
Deskripsi level dan sesudah
1. Menurun melakukkan kontak
2. Cukup menurun dengan pasien dan
3. Sedang lingkungan pasien
4. Cukup meningkat  Pertahankan teknik
5. Meningkat aseptik pada pasien
KRITERIA HASIL : bersiko tinggi
1. Demam 1/2/3/4/5
2. Kemerahan 3. Edukasi :
1/2/3/4/5  Jelaskan tanda dan
3. Nyeri 1/2/3/4/5 gejala infeksi
4. Bengkak 1/2/3/4/5  Ajarkan cara
5. Culture urine memeriksa luka
1/2/3/4/5  Anjurkan
meningkatkkan
asupan cairan
4. Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian imunisasi
3 Gangguan Setelah dilakukkan SIKI :DUKUNGAN
mobilitas tindakkan keperawatan AMBULASI (I.06171)
fisik b/d selama ...x 24 jam 1. Observasi
nyeri post op diharapkan toleransi  ldentifikasi adanya
aktivitas dapat teratasi nyeri atau keluhan
SLKI: GANGGUAN fisik lainnya
MOBILITAS FISIK  Identifkasi toleransi
(L.05042) fisik melakukan
c. pertahankan pada pergerakan
level …  Monitor frekuensi
d. Ditingkatkan pada jantung dan tekanan
level… darah sebelum
Deskripsi level memulai mobilisasi
6. Menurun  Monitor kondisi umum
7. Cukup menurun selama melakukan
8. Sedang mobilisasi
9. Cukup meningkat 2. Terapeutik
10. Meningkat  Fasilitasi aktivitas
Dengan kriteria hasil : mobilisasi dengan alat
7. Pergerakan bantu (mis. pagar
ekstermitas tempat tidur)
1/2/3/4/5  Fasilitasi melakukan
8. Kekuaatan otot pergerakan, jika perlu
1/2/3/4/5  Tingkatkan pergerakan
9. Rentang gerak 3. Edukasi
1/2/3/4/5  Jelaskan tujuan dan
10. Nyeri 1/2/3/4/5 prosedur mobilisasi
11. Gerakan terbatas  Anjurkan melakukan
1/2/3/4/5 mobilisasi dini
12. Kelemahan fisik  Ajarkan mobilisasi
1/2/3/4/5 sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk
di tempat tidur, duduk
di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Senin, 27-11-2023
No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan
Diagnosa Keperawatan TT Perawat
1 Nyeri akut - Mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan lokasi nyeri
berhubungan karakteristik,durasi,frekuensi, yang dirasakan pada bagian luka
dengan agen kualitas dan intensitas nyeri operasi
pencedera - Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan nyeri hilang
fisik ditandai - Mengajarkan teknik relaksasi napas timbul
dengan dalam - Pasien mengatakan skala nyeri 5
pasien - Mengajarkan memonitor nyeri - Pasien mengatakan nyeri diarasakan
mengatakan secara mandiri seperti disayat
nyeri - Berkolaborasi dalam pemberian - Pasien tampak meringis, pasien
dibagian analgetic terlihat gelisah dan tampak hati-hati
operasi saat bergerak
Pasien mampu melakukan
secara madiri terapi relaksasi
napas dalam yang diajarkan
2 Gangguan - Mengidentifikasi adanya nyeri atau - Pasien mengatakan nyeri dan
mobilisasi
berhubungan keluhan fisik lainnya ingin duduk
dengan - Mengidentifikasi adanya nyeri atau - Pasien mengatakan belum
program keluhan fisik lainnya diperbolehkan untuk duduk
pembatasan - Mengidentifikasi toleransi fisik dikarenakan baru selesai operasi
gerak melakukan pergerakan - Pasien melakukan tirah baring
ditandai - Memonitor kondisi umum selama - Pasien dibantu keluarga dalam
dengan melakukan mobilisasi mobilisasi seperti makan dan
pasien - Memfasilitasi melakukan pergerakan minum
mengatakan jika perlu - Keluarga pasien membantu
sulit untuk - Melibatkan keluarga untuk mobilisasi pasien
bergerak membantu pasien dalam
setelah meningkatkan pergerakan
operasi
3 Resiko - Memonitor kapatenan selang  Kateter urine pasien terpasang
infeksi - Memonitor jumlah, warna dan lancar
 Urine pasien berwwarna kuning
berhubungan konsisten drainase selang
bercampur merah ( darah )
dengan efek - Melakukan kebersihan tangan  Keluarga pasien mencuci tangan
prosedur sebelum dan setelah perawatan sebelum dan setelah
invasive selang mengeluarkan urine dari urine
bag
dibuktikan - Mengkosongkan urine bag sesuai
 Keluarga pasien seirng
dengan indikasi membuang urine apabila sudah
pasien penuh
terpasang
kateter dan
selang
drainase

NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Selasa, 28-11-2023
No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan
Diagnosa Keperawatan TT Perawat
1 Nyeri akut - Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan skala nyeri 3
berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi napas - Pasien mengatakan nyeri berkurang
dengan agen dalam apabila diberikan injeksi obat
pencedera - Mengajarkan memonitor nyeri katrolak
fisik ditandai secara mandiri - Pasien mampu melakukan secara
dengan - Berkolaborasi dalam pemberian mandiri terapi relaksasi napas dalam
pasien analgetic yang diajarkan
mengatakan - Pasien diberikan obat pereda nyeri
nyeri
dibagian
operasi
2 Gangguan - Memonitor kondisi umum selama - Pasien boleh duduk setelah 12
mobilisasi melakukan mobilisasi jam setelah operasi
berhubungan - Memfasilitasi melakukan pergerakan - Pasien dapat bergerak tapi masih
dengan jika perlu dibantu oleh keluarga
program - Melibatkan keluarga untuk - Keluarga pasien membantu
pembatasan membantu pasien dalam mobilisasi pasien
gerak meningkatkan pergerakan
ditandai
dengan
pasien
mengatakan
sulit untuk
bergerak
setelah
operasi
3 Resiko - Memonitor kapatenan selang  Kateter urine pasien terpasang
infeksi - Memonitor jumlah, warna dan lancar
 Urine pasien berwarna kuning
berhubungan konsisten drainase selang
kemerahan
dengan efek - Melakukan kebersihan tangan  Keluarga pasien mencuci tangan
prosedur sebelum dan setelah perawatan sebelum dan setelah
invasive mengeluarkan urine dari urine
dibuktikan selang bag
dengan - Mengkosongkan urine bag sesuai  Keluarga pasien seirng
membuang urine apabila sudah
pasien indikasi
penuh
terpasang
kateter dan
selang
drainase

NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Rabu, 29-11-2023
No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan TT
Diagnosa Keperawatan Perawat
1 Nyeri akut - Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan skala nyeri 1
berhubungan - Mengajarkan teknik relaksasi napas - Pasien mengatakan tidak terlalu
dengan agen dalam nyeri lagi
pencedera - Mengajarkan memonitor nyeri - Pasien mampu melakukan secara
fisik ditandai secara mandiri mandiri terapi relaksasi napas dalam
dengan yang diajarkan.
pasien
mengatakan
nyeri
dibagian
operasi
2 Gangguan - Memonitor kondisi umum selama - Pasien boleh duduk setelah 12
mobilisasi melakukan mobilisasi jam setelah operasi
berhubungan - Memfasilitasi melakukan pergerakan - Pasien dapat bergerak tapi masih
dengan jika perlu dibantu oleh keluarga
program - Melibatkan keluarga untuk - Keluarga pasien membantu
pembatasan membantu pasien dalam mobilisasi pasien
gerak meningkatkan pergerakan
ditandai
dengan
pasien
mengatakan
sulit untuk
bergerak
setelah
operasi
3 Resiko - Memonitor kapatenan selang  Kateter urine pasien terpasang
infeksi - Memonitor jumlah, warna dan lancar
 Urine pasien berwarna kuning
berhubungan konsisten drainase selang
dengan efek - Melakukan kebersihan tangan  Keluarga pasien mencuci tangan
prosedur sebelum dan setelah perawatan sebelum dan setelah
mengeluarkan urine dari urine
invasive selang
bag
dibuktikan - Mengkosongkan urine bag sesuai  Keluarga pasien membuang
dengan indikasi urine apabila urine bag sudah
penuh
pasien
terpasang
kateter dan
selang
drainase
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. H Diagnosa Medis : BPH
Jenis Kelamin : Laki-Laki No. Medis Record : 591165
No. Kamar Bed : Kamar 8.6 Hari/ tanggal : Kamis, 30-11-2023
Nama dan TT
No Diagnose keperawatan Jam Evaluasi
Perawat
1. Nyeri akut berhubungan S : pasien tidak lagi nyeri
dengan agen pencedera O : pasien tidak lagi meringis,
fisik ditandai dengan TD: 120/70
pasien mengatakan nyeri N: 78 RR:20 T: 36,30c
dibagian operasi A : Masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
2. Gangguan mobilisasi S : pasien mengatakan sudah
berhubungan dengan bisa duduk
program pembatasan gerak O : tampak sebagian aktivitas
ditandai dengan pasien pasien sudah bisa dilakukan
mengatakan sulit untuk tanpa bantuan keluarga
bergerak setelah operasi A : masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
3. Resiko infeksi S :pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan efek ada tanda dan gejala infeksi
prosedur invasive O :pasien dan keluarga tanpak
dibuktikan dengan pasien selalu menjaga kebersihan
terpasang kateter dan A : masalah teratasi
selang drainase P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai