BAB 1
PENDAHULUAN
periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah (Mansjoer, 2006). Penyebab yang pasti dari BPH belum
yang diindikasikan pasien mengalami retensi urine akut atau pasien dengan
pada populasi usia lanjut. Kejadian BPH pada pria usia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50%, pada usia 80 tahun kejadiannya 80%, kejadian BPH ini
Menurut WHO tahun 2011 sekitar 30% penderita BPH adalah pria
berumur sekitar 40 tahun sedangkan 75% penderita berumur 80 tahun. Pada tahun
2011 sejumlah 80.000 pasien BPH di Indonesia dan diperkirakan akan meningkat
menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2030. Di Jawa Timur pada tahun 2013-
2014 tercatat 617 pasien dengan usia diatas 50 tahun. Di Malang tahun 2013
menunjukkan usia 50-59 tahun hampir 25% dan pada usia 60 tahun mencapai
2015 menunjukkan jumlah pasien rawat inap dengan BPH pada bulan Januari
1
2
sampai dengan Juli 2015 sebanyak 244 pasien dan rata-rata penderitanya berusia
50 tahun ke atas. Hasil wawancara dengan pasien yang dirawat di Ruang Dahlia
pada cateter.
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini
dari buli-buli. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan pada saluran kencing
eliminasi urine, rasa nyaman nyeri serta adanya resiko terhadap perdarahan yang
adanya perdarahan pada selang kateter, memberikan posisi yang nyaman dengan
mengatur posisi urine bag dan selang kateter sesuai gravitasi dalam keadaan
tertutup, memantau intake dan output cairan pasca operasi, menganjurkan pasien
untuk minum air putih yang banyak, serta melakukan irigasi kateter secara berkala
atau terus menerus dengan teknik steril agar tidak terjadi pembekuan darah
(Doengoes, 2008).
3
kasus dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien post op BPH (Benigna
Soepraoen Malang ”
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
khususnya keperawatan
perdarahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
prostat disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat
Menurut Purnomo (2014) kejadian BPH dialami oleh 50% pria berusia 60
tahun dan 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat
2.1.2 Etiologi
diketahui secara pasti tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH
yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi belum jelas maka beberapa hipotesa
7
8
dan epitel
2.1.3 Patofisiologi
(fase dekompensasi)
Reseptor Strecth
hipertropi
Pembedahan (open
prostatectomy)
Retensio Urine
1. Gejala Obstruktif
10
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas
2. Gejala iritasi
a. urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan
b. frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya yang terjadi
2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah
berat, panas badan tinggi / menggigil, nyeri daerah pinggang, prostat lebih
11
menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya 20-40
gram
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tidak teraba,
sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ke
1. Pemeriksaan Radiologi
urolithiasis
2. Pemeriksaan Endoskopi.
3. Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher
buli-buli
4. Pemeriksaan Laborat
Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien BPH adalah agar klien tidak akan mengalami
1. Non Pembedahan
cairan prostat
13
1) Prostatic massage
3) Masturbasi
dan deuretik mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot
destrussor menurun
histamin, decongestan
dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai penyulit serta
dilakukan cystostomi
2. Pembedahan
b. Open prostatectomy
kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga juga orang terdekat atau
2.2.1 Pengkajian
utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
a. Anamnese
1) Identitas penderita
2) Keluhan Utama
Berisi tentang kapan terjadinya serta upaya yang telah dilakukan oleh
jantung.
6) Riwayat psikososial
tindakan prostatectomy .
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan radiologi
1) Pemeriksaan IVP
16
2) BOF
4) USG
5) Pemeriksaan endoskopi
fungsi renal
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post op BPH adalah
o. Haus
p. Kelemahan
4 Resiko Mengalami Mengalami resiko infeksi a. Penyakit
infeksi peningkatan kronis
berhubungan resiko terserang b. Pengetahuan
dengan organisme yang tidak
ketidakadeku patologik cukup untuk
atan menghindari
pertahanan pemajanan
primer patogen
c. Pertahanan
tubuh primer
yang tidak
adekuat
d. Ketidakadek
uatan
pertahanan
sekunder
e. Vaksinasi
tidak adekuat
f. Pemajanan
terhadap
patogen
g. Malnutrisi
5 Defisit Ketiadaan atau a. Perilaku hiperbola a. Keterbatasan
pengetahuan defisiensi b. Ketidakakuratan kognitif
berhubungan informasi mengikuti perintah b. Salah
dengan salah kognitif yang c. Ketidakakuratan interpretasi
interpretasi berkaitan melakukan tes informasi
informasi dengan topik d. Perilaku tidak tapat c. Kurang
tertentu e. Pengungkapan masalah pajanan
d. Kurang minat
dalam belajar
e. Kurang dapat
mengingat
f. Tidak
familier
dengan
sumber
informasi
setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan
19
rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah klien
(Nanda, 2012)
Intervensi keperawatan menurut Nic Nic dalam buku Taylor (2012) adalah :
Tujuan :
Intervensi :
kebutuhan pasien
b. Minta pasien untuk menggunakan sebuah skala 1-10 untuk menjelaskan tingkat
pasien
d. Kaji insisi bedah, perhatikan edema atau inflamasi, mengeringnya tepi luka
Tujuan :
Intervensi :
b. Pantau haluaran cairan setiap 2 jam, catat dan laporkan perubahan urine secara
signifikansi
d. Memberikan posisi yang nyaman dengan mengatur posisi urine bag dan selang
Rasional : posisi urine bag yang benar meminimalkan resiko refluk urine
e. Melakukan irigasi kateter secara berkala atau terus menerus dengan teknik steril
(pasca operasi)
Intervensi:
a. Awasi TTV
diduga dehidrasi
Intervensi :
Rasional : Suhu malam hari memuncak dan kembali normal pada malam hari
balutan
Intervensi :
2.2.4 Implementasi
dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam hal ini perawat harus mengetahui
23
tindakan dan tujuan yang akan dilakukan oleh perawat. Dalam hal ini tindakan
keperawatan ada dua jenis yakni tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri pada pasien dengan keluhan resiko perdarahan salah satunya adalah
memberikan posisi yang nyaman dengan mengatur posisi urine bag dan selang
kateter sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup. Pada tindakan kolaborasi adalah
2.2.5 Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawtan tercapai atau
(Hidayat, 2012).
tercapai atau tercapai sebagian. Tujuan tercapai apabila klien telah menunkukkan
perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Tujuan
tercapai sebagain apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih
perlu dicari masalah atau penyebabnya. Tujuan tidak tercapai apabila tidak
24
diharapkan.
Evaluasi formatif pada klien pasca bedah BPH dengan resiko perdarahan
sumatif yang merupakan hasil dari observasi dan analis status pasien yakni pasien
2.3.1 Pengertian
prioritas penanggulangan lebih dulu dari pada perdarahan yang masif. Luka
robekan pada pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat menyebabkan
kematian dalam satu sampai tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta atau
vena cava dapat menyebabkan kematian dalam tiga puluh detik. Perdarahan dapat
terjadi akibat trauma karena suatu kecelakaan atau terjadi spontan (Suyono, 2007).
darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan
menemukan korban dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam
peralatan.
2. Perdarahan tertutup
benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, operasi
dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat
ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya
terlihat nyata.
1. Perdarahan terbuka
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk
luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).
2. Elevasi
sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas
26
balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang
pertama.
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju
4. Immobilisasi
menurun.
5. Torniquet
kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada
kemungkinan amputansi.
6. Kompres dingin
2. Perdarahan tertutup
1. Rest
2. Ice
membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan
metabolisme tubuh.
3. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
4. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
yang membeku di aliran kateter atau perdarahan setelah kateter dilepas. Jika darah
darah tersebut dan jika terjadi perdarahan setelah kateter dilepas maka diharapkan
dan tidak membuntu uretra. Pasien post op BPH akan beresiko terjadi perdarahan
adalah :
kateter
28
3. Atur posisi urine bag dan selang kateter sesuai gravitasi dalam keadaan
4. Memantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi
dilepas
kebutuhan tubuhnya
29
2013)
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
BAB 3
METODE PENELITIAN
kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan menjelaskan, memberi suatu nama,
situasi, atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2013). Dalam studi
kasus ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien post op
Batasan istilah merupakan fokus dari penelitian yaitu karakteristik yang dituju
dalam suatu penelitian yang bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur
Soepraoen Malang
3.3 Partisipan
ditetapkan (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini terdiri dari 2 pasien post op BPH
Malang
30
31
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari Tahun 2016 di Ruang Dahlia
1) Perijinan
dari pembimbing. Setelah itu proses pengumpulan data didahului dengan prosedur
birokrasi atau surat perijinan dari Direktur Poltekkes ditujukan kepada Kepala RS
Dahlia sebagai lahan penelitian agar memberi perijinan untuk pengambilan data
2) Pengumpulan data
didapatkan yang terdiri dari diagnosa potensial dan diagnosa resiko yaitu
resiko perdarahan
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber tersebut
yaitu responden
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik
dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang digunakan dengan cara
digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
1. Pengumpulan data
transkrip
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
klien
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
berikut :
adalah agar subyek mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak
yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia untuk diteliti
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
haknya.
35
2) Confidentiality (Kerahasiaan)
data tertentu yang akan disajikan pada hasil penelitian dengan tetap menjaga
tetapi hanya diberi nomor urut sebagai identitas pada saat pengumpulan data.
36
DAFTAR PUSTAKA