Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) merupakan suatu penyakit dimana

terjadi pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel

yang biasa terjadi pada laki-laki berusia lanjut. Setiap pembedahan selalu

berhubungan dengan insisi yang merupakan trauma bagi penderita yang

menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu keluhan yang sering

dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Nyeri merupakan salah

satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan

pembedahan. Pada pasien post op bph kebanyakan sering merasa kan nyeri

diarea post op akibat operasi. Rata-rata skala nyeri pada pasien post op bph

adalah 5. Terkadang setiap pasien BPH post op salah dalam penanganan

dalam masalah nyeri setelah operasi.

Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat sekitar 70 juta

kasus degeneratif, salah satunya ialah BPH, dengan insidensi di negara

maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5.35%

kasus. (Amadea et al., 2019). Di Indonesia, BPH menjadi urutan kedua

setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umum

diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia diatas 50 tahun,

dengan usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita BPH.

Suatu penelitian menyebutkan bahwa prevalensi BPH yang bergejala pada


pria berusia 40-49 tahun mencapai 15%. Angka ini meningkat dengan

bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya

mencapai hampir 25% pada usia 60 tahun ke atas sebanyak 50%.

(Haryanto dan Tori, 2016). Di Jawa Timur tepat 672.502 kasus BPH pada

tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Merujuk pada lokus kegiatan pengabdian

ini, sebagaimana dilansir oleh Departemen Kesehatan RI dalam Surat

Kabar Jawa Pos, 26 Desember 2017, seluruh rumah sakit di Kota Gresik,

berencana membuka layanan poli paliatif. Program ini dicanangkan untuk

dimulai pada tahun 2018 lalu, namun hingga saat ini pelaksanaannya

terkesan kurang optimal. Sementara penderita penyakit yang memerlukan

pelayanan paliatif di Gresik cukup besar. Hingga Nopember 2017, tercatat

782 orang yang mengidap kanker serviks, 14 orang menderita kanker

payudara, serta 8 dari 49 orang dengan indikasi mengalami benjolan

dicurigai menderita tumor dan bahkan kanker, baik kanker paruparu, tuang

maupun prostat (Jawa Pos, 26 Desember 2017). Pada usia 40 tahun sekitar

40%, usia 60-70 tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70

tahun mencapai 90%. Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80

tahun memberikan gejala Lower Urinary Tract sympstons (LUTS) (Aprina

dkk 2016). Di Indonesia, BPH merupakan penyakit tersering kedua setelah

batu saluran kemih. Diperkirakan sekitar 5 juta pria usia diatas 60 tahun

menderita LUTS oleh karena BPH (Sampekalo 2015).

Benigna Prostatic Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran jinak

kelenjar prostat, disebabkan karena hiperplasi beberapa atau semua


komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang

menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Padila, 2012). Kondisi

ini menyebabkan berkemih yang tidak lampias dan retensi urine yang

memicu stasis urine dapat menyebabkan hidronefrosis, hidroureter, dan

infeksi saluran kemih (urinary tract disease, UTI) (Smeltzer, 2014).

Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik terhadap tubuh

manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama waktu pemulihan

pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam (Potter

& Perry, 2005). Nyeri menurut asosiasi internasional untuk penelitian nyeri

(International Association for The study of pain, IASP, 1979) mendefnisikan nyeri

sebagai suatu subjektif pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan

dalam kejadiankejadian saat terjadi kerusakan (Sulistyo, 2013).

Upaya mengatasi nyeri pada pasien post op bph biasanya dengan

cara minum obat anti nyeri dan juga biasanya di kompres dengan air

hangat di bagian nyeri tersebut dan juga dengan manajemen nyeri. Oleh

karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut asuhan keperawatan ini

yaitu tentang “Asuhan keperawatan pada pasien post nyeri BPH”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latrar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat di

susun rumusan masalah penelitian sebegai berikut : bagaimana asuhan

keperawatan nyeri pada pasien bph ?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Memahami gambaran asuhan keperawatan kmb dengan masalah

keperawatan nyeri pada pasien dengan bph postad

1.3.2 Tujuan khusus

1. Melakukan Pengkajian pada Pasien dengan penyakit bph postad

dengan masalah Nyeri.

2. Menyusun Diagnosa keperawatan pada pasien penyakit BPH Prostat

dengan nyeri

3. Menyusun Intervensi keperawatan pada pasien penyakit BPH Prostat

dengan nyeri

4. Melakukan Implemtasi keperawatan pada pasien penyakit BPH Prostat

dengan Nyeri

5. Melakukan Evaluasi keperawatan pada Pasien BPH prostat dengan

nyeri

1.4 Manfat Penelitian

Pada sub bab ini menguraikan tentang kemanfaatan atas karya ilmiah

yang disusun. Manfaat secara umum di tulis dari sisi teoritis, dan manfaat

praktis.

1.4.1 Teoritis
Diharapkan hasil penilitian dapat memberikan sumbangan dalam

mengembangkan teori ilmu kesehatan untuk meningkatkan mutu praktek

keperawatan

1.4.2 Praktis

Bagi penulis

Dapat dijadikan suatu pengalaman yang berharga dalam

menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan asuhan

keperawatan nyeri pada pasien bph postad

Anda mungkin juga menyukai