Disusun Oleh
Kelompok 1
1. Dodi Sinambela
2. Pebrianawati Jambak
3. Rosnalia Purba
4. Rina Aruan
5. Wilfran Manurung
TAHUN 2023
BABI
PENDAHULUAN
Insidensi BPH akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, yaitu
sekitar 20% pada pria usia 40 tahun, kemudian menjadi 70% pada pria usia 60 tahun
dan akan mencapai 90% pada pria usia 80 tahun (Amadea, 2019). Berdasarkan data
yang diperoleh dari World Health Organization (2015) diperkirakan terdapat sekitar 70
juta kasus degeneratif salah satunya adalah BPH, dengan insiden di negara maju
sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5,35% kasus
(Amadea,2019).
Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH dan pada tahun 2017 di Indonesia
BPH merupakan penyakit urutan kedua setelah batu saluran kemih. Jika dilihat secara
umumnya, diperkirakan hampir 50% pria di Indonesia yang berusia di atas 50 tahun
ditemukan menderita penyakit BPH atau diperkirakan sebanyak 2,5 juta orang
(Sumberjaya & Mertha, 2020). Angka kejadian BPH di Provinsi Bali berdasarkan data
profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2018 sebanyak 4.122 orang dimana penderita BPH
tertinggi ada di Kabupaten Gianyar yaitu sebesar 794 kasuus (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2018).
Gejala awal BPH yaitu kesulitan dalam buang air kecil dan perasaan buang air
kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh lebih besar, maka akan menekan
dan mempersempit uretra sehingga menghalangi aliran urin.Kandung kemih mulai
mendorong lebih keras untuk mengeluarkan urin, yang menyebabkan otot kandung
kemih menjadi lebih besar dan lebih sensitif. Hal ini membuat kandung kemih tidak
pernah benar-benar kosong dan menyebabkan perasaan sering buang air kecil. Gejala
lain BPH yaitu aliran urin yang lemah (Amadea, 2019).
Kecemasan pada pasien pre operasi patut diperhatikan agar tidak mengakibatkan
dampak yang buruk bagi pasien. Ansietas yang berlebih bisa berefek merugikan pada
tubuh dan pemikirannya serta bahkan mengakibatkan berbagai masalah fisik (Paul M.
Muchinsky, 2019). Kecemasan dapat diatasi dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Dalam farmakologi digunakan obat anti ansietas terutama benzodiazepin,
digunakan untuk jangka pendek, tidak digunakan untuk jangka panjang karena
pengobatan ini bersifat toleransi dan ketergantungan. Sedangkan cara non farmakologi
dapat dilakukan dengan teknik relaksasi, psikoterapi dengan hipnotis atau hipnoterapi
(Sari, 2015).
Teknik relaksasi merupakan upaya untuk meningkatkan kendali dan percaya diri
serta mengurangi stres yang dirasakan. Salah satu teknik relaksasi yang digunakan
adalah teknik relaksasi genggam jari. Relaksasi genggam jari merupakan
3
sebuah teknik relaksasi yang sangatsederhana dan mudah untuk dilakukan oleh
siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita
(Herniwati,2017).
Emosi dan perasaan adalah seperti ombak energi yang bergerak melalui badan,
pikiran dan jiwa kita. Di setiap ujung jari kita merupakan saluran masuk dan keluarnya
energi atau dalam istilah ilmu akupuntur disebut meridian (energy channel) yang
berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuh kita serta dan emosi yang berkaitan.
Perasaan yang tidak seimbang, misal sedih, takut, marah yang berlebihan bisa
menyumbat atau menghambat aliran energi, yang mengakibatkan rasa nyeri atau
perasaan sesak serta tidak nyaman di tubuh kita (Herniwati,2017).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik membuat makalah dengan mengangkat judul
“Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang ICU RSU.P HAM
MEDAN
4
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat
Hiperplasia di Ruang ICU RSU.P HAM MEDAN tahun 2023
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengkajian keperawatan pada pasien Benigna Prostat
Hiperplasia
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Azizah, 2018). Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) merupakan pembesaran jinak dari kelenjar prostat yang dikarenakan
hiperplasia oleh beberapa atau semua dari komponen prostat yang terdiri dari jaringan
kelenjar/jaringan fibrimuskuler yang mampu membuat tersumbatnya uretra pars
prostatika (Sasmito, 2018). Hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti
oleh penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum diderita oleh laki-laki dengan usia rata- rata 50 tahun (Eka, 2019) Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar
prostat yang dapat menyumbat saluran uretra yang biasanya terjadi pada laki-laki
dengan usia rata-rata 50 tahun.
Adapun Tanda dan gejala Menurut (Haryono, 2019) tanda dan gejala BPH
meliputi:
a. Gejala obstruktif
1) Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan
4
4) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala iritasi
1) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
2) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi
2.1.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hyperplasia prostat, yaitu sebagai berikut (Basuki dkk, 2018):
• Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan kapsul prostat
menjadi spons menebal dan membesar
• Efek obstruksi yang lama menyebabkan tegangan dinding kandung kemih dan
menurun dari elastisitasnya
4
Klasifikasi BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
Stadium I: Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
Stadium II: Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak
enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
Stadium III : Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium IV: Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flowin kontinen). (Roehrborn, 2016)
2.1.3 Patofiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana terjadi
perubahan keseimbangan testosterone, estrogen, karena produksi testosterone menurun,
produksi estrogen meningkat dan terjadi konversi testosterone menjadi estrogen pada
jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosterone, yang di
dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron
(DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara
langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein
sehingga mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hiperplasia yang akan meluas
menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan
penyumbatan aliran urine (Azizah, 2018)
4
obat-obatan ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat
adalah Tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP. TURP adalah suatu operasi
pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop, dimana
resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra
Pemeriksaan penunjang Menurut Andra Saferi dan Yessie Mariza (2013) dalam
Darmawan (2014)
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi
c. Pencitraan
1) Trans-abdominal USG
4
4
2.1.4 Tanda dan Gejala
Terdapat gejala iritasi, berkemih mendadak, sering dan nokturia (Nursalam, 2018)
4
Gejala
• • Buang air kecil menjadi lebih sering (≥8 kali dalam sehari)
• Sulit menahan buang air kecil
• Harus mengedan saat akan buang air kecil
• Pancaran air seni lemah
• Di akhir berkemih, air seni keluar menetes
• Mengompol
• Nyeri saat ejakulasi dan saat buang air kecil
Komplikasi
• Retensi urin
• Gagal ginjal
• Hematuri
Menurut Andra Saferi dan Yessie Mariza (2013) dalam Darmawan (2014)
pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan pada pasien dengan BPH, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
4
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi
pelicin ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan colok dubur dinilai:
• Pemeriksaan rectal
• Urinalisis
• Serum PSA
• Radiologis
• Residual Urine
• Urodynamic.
• USG.
• Cytourethroscope
1) Trans-abdominal USG
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang menonjol ke buli - buli
yang dapat dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu dalam
buli-buli.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan ginjal atau ureter
buli-buli.
3) USG transektal
4
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui besar atau kecilnya volume prostat,
menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain yang mungkin ada
dalam buli-buli.
4) Cytoscopy
1) Residual urin
Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal sisa urinkosong
dan batas intervensi urin lebih dari 100 cc)
a. Terapi medikamentosa
b. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
1) Prostatektomi
4
a) Prostatektomi suprapubis, adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui
insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan kelenjar
prostat diangkat dari atas.
Suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr/kurang) dan efektif
dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
Terapi:
1. Watchful waiting
2. Medikamnetosa
Operasi:
1. Pembedahan
2. Pembedahan Terbuka
3. Pembedahan Endourologi
5. Elektrovaporasi Prostat
4
6. Laser prostatektomi
8. Termoterapi
10. Stent
BAB III
TINJAUAN KASUS
2.2 Pengkajian Keperawatan
a. dentitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, umur (sering terjadi pada
usia tua), alamat, nomor rekam medis, diagnosa pre operasi.
b. Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif.
c. Riwayat penyakit
Perawat mengkaji adanya riwayat penyakit dahulu yang dimiliki oleh pasien.
d. Riwayat operasi
Perawat mengkaji adanya riwayat operasi pada pasien.
4
e. Pengkajian psikososiospiritual
2) Perasaan: pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya, tampak tidak
nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan, atau secara aktif mencari dukungan
dari teman dan keluarga.
3) Konsep diri: pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat
4) Citra diri: perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien anggap terjadi akibat
operasi. Reaksi individu berbeda-beda bergantung pada konsep diri dan tingkat harga
dirinya.
f. Pemeriksaan fisik
tergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan kondisi preoperatif pasien. Fokus
pemeriksaan yang akan dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat
melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan sistem tubuh yang akan
dipengaruhi atau memengaruhi respons pembedahan.
4
• Keluhan Utama: Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya
rasa nyeri. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing. Hesitansi yaitu memulai
kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan.
• Sistem Pernafasan (BI): Pada pemeriksaan ini kaji bentuk bagaimana, apakah
ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya.
Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing.
4
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang ditandai dengan
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam pada daerah kandung
kemih
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Hambatan saluran kencing
ditandai dengan pasien mengatakan sulit untuk berkemih
Kasus 1.
Pasien Tn R (52 thn) dirawat di Ruang Dahlia 2 dengan diagnosa BPH
sejak 2 hari yang lalu. Saat pengkajian ( 22 maret 2023 ). OS mengatakan
nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam pada daerah kandung kemih nyeri,
skala nyeri 7, nyeri terasa saat berkemih.
Pengkajian Keperawatan
Nama : Tn R
Umur :52 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal MRS : 22 Maret 2023
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2023
Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam
pada daerah kandung kemih, nyeri skala nyeri 7, nyeri terasa
saat berkemih,
Riwayat penyakit Sekarang : sejak 2 bln yang lalu pasien
sudah mengeluh tidak bisa kencing, jika kencing terasa nyeri
di daerah kandung kemih, seperti ditusuk saat
berkemih,kandung kemih terasa penuh.
Keadaan Umum Pasien : Pasien tampak mengeluh, tampak merasakan nyeri pada
kandung kemih, pasien tampak menahan sakit, dan tampak
meringis, pasien tampak gelisah,
Tanda-tanda Vital
TD :140/80 mmHg
BB sebelum :60 kg
BB sesudah :59 Kg
ANALISA DATA
TD : 140/80 mmHg
Denyut Nadi : 82 x/i
Pernafasan : 22 x /i
Suhu tubuh : 36,9 º C
BB sebelum : 60 kg
BB sesudah : 59 Kg
Etiologi : Agen Pencedera Fisiologis
Masalah : Nyeri akut ( D.0077)
TD : 140/80 mmHg
Pernafasan : 22 x /i
BB sebelum : 60 kg
BB sesudah : 59 Kg
4
Masalah : Gangguan Eliminasi Urin (D. 0149)
4
NO Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi Rasional
4
b dan
pemicu
nyeri
Kolaborasi
• Kolabora
si
pemberia
n
analgetik
4
No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi rasional
4
IMPLEMENTASI
4
EVALUASI
4
1 1 23-03-2023 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
13.00 WIB O: pasien tampak sedikit terlihat tenang dan tidak gelisah
TD : 125/ 70 mmHg
N :80 x/i
P : 22 x/i
S: 36,9 º C
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Berikan teknik non farmakologi
2 2 13.00 WIB S : pasien mengatakan sulit berkemih
O : berkemih tidak tuntas,urin sedikit 200 cc ( kuning keruh )
A :masalah Retensi urin belum teratadi
P : intervensi dilanjutkan
- Monitor haluaran urin
- Ajarkan minum sedikit
- Kolaborasi pemberian obat
BAB IV
PEMBAHASAN
4
“Pasien Tn R (52 thn) dirawat di Ruang Dahlia 2 dengan diagnosa BPH sejak 2 hari
yang lalu. Saat pengkajian ( 22 maret 2023 ).OS mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
benda tajam pada daerah kandung kemih nyeri, skala nyeri 7, nyeri terasa saat
berkemih”.
“Terdapat Riwayat yang dialami pasien Tn.R ini sejak 2 bln yang lalu pasien
mengatakan sudah tidak bisa kencing, dan takut untuk buang air kecil, karena jika
kencing terasa nyeri di daerah kandung kemih, seperti ditusuk saat berkemih, dan
kandung kemih terasa penuh”.
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar kasus benign prostatic hyperplasia
(BPH) mengenai usia lanjut dan angka kejadian benign prostatic hyperplasia (BPH)
akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada usia yang semakin tua, kadar
testosteron menurun sedangkan kadar estrogen relative meningkat. Estrogen di dalam
kelenjar prostat dapat memicu proliferasi sel pada kelenjar prostat dengan
meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap hormon androgen, meningkatkan
jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
Teori ini sesuai dengan penelitian Ngai dkk, Hongkong 2020, bahwa level androgen
yang rendah dan level estrogen yang tinggi ditemukan pada laki-laki dengan BPH.
BAB V
PENUTUP
2.4. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus asuhan keperawatan nyeri akut pada Tn. R yang
mengalami Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Di RSUP. Haji Adam Malik
Medan telah berhasil dilaksanakan dan mendapat kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengkajian
Berdasarkan teori dan fakta pada pengkajian, didapatkan data Subjektif:
Pasien mengeluh nyeri, nyeri seperti disayat dan terasa seperti terbakar pada perut
bagian bawah samapai ujung kelamin. Skala nyeri 7 (0-10), durasi nyeri dua sampai tiga
menit, nyeri hilang timbul. Data Objektif: mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
benda tajam pada daerah kandung kemih, pasien tampak menahan sakit dan tampak
meringis.
4
Keadaan umum stabil,
b. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data pada pasien Tn. R dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis, memegang perut bawah, gelisah, sulit tidur , frekuensi nadi 82 kali
per menit, dan tekanan darah 140 /80 mmHg
c. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan perencanaan keperawatan Pasien Tn. R yang mengalami masalah
keperawatan Nyeri akut dengan BPH telah ditetapkan luaran tingkat nyeri menurun dan
dilakukan intervensi manajemen nyeri dan pemberian analgesik.
d. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi keperawatan selama 3 x 24 jam pada Pasien Tn. R.
yang mengalami BPH dengan masalah keperawatan nyeri akut, telah dilakukan semua
intervensi utama nyeri akut yaitu manajemen nyeri dan pemberian analgesik.
e. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan setelah dilakukan implementasi
keperawatan selama 3x24 jam sudah berhasil, karena tujuan dan semua kriteria hasil
sudah tercapai yaitu subyektf keluhan nyeri menurun, objektif: Meringis menurun,
Gelisah menurun, Frekuensi nadi membaik, Tekanan darah membaik, Pola napas
membaik
2.4.1. Saran
4
1. Kepada Rumah Sakit RSUP. Haji Adam Malik Medan
b. Pada studi kasus ini ditemukan adanya penurunan skala nyeri pada pasien operasi
sesudah diberikan tindakan mobilisasi dini. Oleh karena itu disarankan kepada praktisi
keperawatan di RSU.P Haji Adam Malik dapat memberikan tindakan mobilisasi dini
sebagai terapi nonfarmakologis yang ekonomis dan efisien untuk menurunkan skala
nyeri pada pasien pasca operasi sehingga pasien akan merasa lebih aman dan nyaman.
b. Kelompok sebagai penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
data yang bisa digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dengan masalah
nyeri akut pada pasien rawat inap di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Angka kejadian BPH di Provinsi Bali (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).
Gejala awal BPH yaitu kesulitan dalam buang air kecil dan perasaan buang air kecil
yang tidak lengkap. Amadea, 2019
4
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Herniwati, M., Kep, S., Praktik, A., Keperawatan, K., & Operasi, P. (2017). Operasi
Fraktur Dengan Pemberian Tehnik Genggam Jari Terhadap Penurunan
Azizah, L. (2018). Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia) Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya Malang.
Jurnal Keperawatan
Tanda dan gejala Menurut (Haryono, 2019) Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha Publishing