N DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK ) DENGAN HEMODIALISA DIRUANG
ICU DEWASA
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2021
DISUSUN OLEH :
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak – pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungandalam proses penyelesaian
makalah ini sebagai berikut :
1. dr. Zainal Safri, Sp.PD – KKV, Sp.JP (K), selaku direktur utama RSUP
H.Adam Malik Medan
2. Ibu Misrah Panjaita S.Kep, Ners, M.Kep, Selaku kepala seksi pelayanan
keperawatan RSUP H. Adam Malik
5. Ibu Sri Wirda M Harahap, S.Kep, Ners, Selaku kepala ruangan ICU Anak dan
selaku pembimbing I
6. Ibu Syiaatul Rangkuti, S.Kep, Ners, Selaku kepala ruangan ICU Anak dan
selaku pembimbing II
7. Teman – Teman sejawat di ruangan ICU dan semua pihak yang membantu dan
mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurnah,
untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
membuat makalah ini menjadi lebih baik sesuai dengan perkembangan ilmu
keperawatan.
Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang berjudul :
“ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS 3S PADA NY.N DENGAN GAGAL
GINJAL KRONIK ( GGK ) DENGAN HEMODIALISADIRUANGAN
ICU DEWASA RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2021’’.
Pembimbing I
NIP. 198404222006042001
Pembimbing II
NIP. 198205142010122001
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
Konsep Medis........................................................................................................6
Pengertian Gagal Ginjal Kronik............................................................................6
Etiologi..................................................................................................................7
Patofisiologi...........................................................................................................9
Tanda dan Gejala...................................................................................................11
Penatalaksanaan.....................................................................................................13
Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................17
Pengkajian.............................................................................................................17
Diagnosis...............................................................................................................20
Perencanaan...........................................................................................................21
Implementasi.........................................................................................................26
Evaluasi.................................................................................................................28
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................30
Pengkajian.............................................................................................................30
Analisa Data..........................................................................................................36
Diagnosa Keperawatan..........................................................................................37
Perencanaan...........................................................................................................38
Pelaksanaan...........................................................................................................42
Evaluasi.................................................................................................................54
Kesimpulan............................................................................................................56
Saran56
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
karena penyakit ini dapat berlangsung lama dan mematikan. Gagal ginjal kronik
menjadi masalah kesehatan dunia karena sulit disembuhkan dengan peningkatan angka
kejadian, prevalensi serta tingkat morbiditasnya (Ali dkk, 2017). Penyakit gagal ginjal
kronik menimbulkan berbagai kondisi patologi klinis pada tubuh. Salah satu kondisi
patologis yang umum terjadi karena penyakit ini yaitu terjadinya edema paru yang
atau penurunan intravaskuler) pada alveoli sehingga terjadi gangguan pertukaran gas
secara progresif yang mengakibatkan hipoksia yang dapat mengancam jiwa (Pradesya,
2015).
gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% (Hutagol, 2016). Berdasarkan
data dari United State Renal Data System (USRDS) tahun 2014 prevalensi kejadian
Gagal Ginjal Kronik di Amerika Serikat setiap tahun meningkat tercatat pada tahun
2011 ada 2,7 juta jiwa dan pada 2012 meningkat menjadi 2,8 juta jiwa (Adhiatma,
2014). Menurut Ismail, Hasanudin & Bahar (2014) jumlah penderita gagal ginjal
kronik di Indonesia sekitar 150.000 orang. Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2% dan di Jawa Timur tercatat sebesar 0,3%.
1
Gagal Ginjal Kronik dapat disebabkan karena gangguan pembuluh darah,
menyebabkan retensi cairan sehingga volume overload dan diikuti edema paru. Edema
paru akan mempengaruhi kemampuan mekanik dan pertukaran gas diparu dengan
komplians paru dan volume tidal berkurang. Sebagai usaha agar ventilasi semenit tetap
cairan dari kapiler paru, sehingga terjadi penumpukan cairan pada paru (edema paru).
yang tepat. Perawat mempunyai peranan yang besar dalam memberikan dukungan
serta asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Hipoksia yang
disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli (edema paru) dapat menyebabkan sesak
nafas. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat pada pasien gagal ginjal
(Bulecheck, 2015). Terapi lain yang dapat diajarkan pada penderita gagal ginjal kronik
2
yang mengalami sesak nafas akibat hipoksia antara lain batuk efektif dan fisioterapi
dada. Latihan nafas dalam bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol
dan efisien serta mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja
bernapas. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung
dengan posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot
abdomen selam ekspirasi dan tidak ada udara yang keluar melalui hidung, dengan
purse lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian
tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah
air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus pada “Asuhan
Keperawatan Berbasis 3S Pada Pasien Ny. N dengan Gagal Ginjal Kronik ( GGK )
dengan Hemodialisa di Ruang ICU Dewasa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2021
”.
3
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahi konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada pasien gagal
ginjal kronik.
b. Tujuan Khusus
yang sesuai dengan masalah yang di prioritaskan pada pasien dengan Gagal
(GGK)
a. Observasi
b. Pemeriksaan Fisik
c. Kepustakaan
4
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang Lingkup Penulisan pada kasus ini dibatasi pada pasien yang mengalami GGK
5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma,
2013).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal
sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh
dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis
6
2.2 Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
7
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam
berat.
kontstriksi uretra.
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
8
2.3 Patofisiologi
9
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolik
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR (daya saring). Metode adaptif ini
bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorbsi berakibat
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
10
2.4 Tanda dan Gejala
(2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
(3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar
2.5 PemeriksaanDiagnostik
a. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml /24 jam (oliguria) atau anuria.
Warna secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, bila warna kecoklatan menunjukkan
adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin. Berat jenis kurang dari 1,010
11
b. Darah
akhir. Hitung darah lengkap: Ht menurun, Hb kurang dari 7-8 gr. Eritrosit :
waktu hidup menurun. GDA (Glukosa Darah Acak) : Ph menurun kurang dari
e. Ultrasono ginjal untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,
ekstravaskuler, massa.
12
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan
terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah
dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien dengan gagal ginjal kronik
diantaranya yaitu :
Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia,
mEq/hari.
13
3. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam Asupan cairan
pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem, dan juga
hipotensi, dan memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan
4. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik, keseimbangan garam dan
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah sering diperlukan diuretik
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan terapi lebih ketat.
14
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi
Breathing exercise atau teknis nafas dalam bertujuan untuk mencapai ventilasi
yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi udara yang terperangkap serta
menarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup tahan selama 3 detik,
purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selam
ekspirasi dan tidak ada udara yang keluar melalui hidung, dengan purse lips
mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi
(Mu’fiah, 2018).
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal kronik stadium akhir yaitu
pada LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut
dapat berupa :
1. Hemodialisa
CAPD dapat digunakan sebagai terapi dialisis untuk penderita gagal ginjal
kronik sampai 3-4 kali pertukaran cairan per hari. Pertukaran cairan dapat
Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien dialisis peritonial.
kardiovaskuler.
dilakukan hemodialisis.
3. Transplantasi ginjal
melebihi ketersediaan ginjal yang ada dan juga kecocokan dengan dengan
4. CRRT
gagal ginjal dimana ginjal tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya, maka
berlebih di dalam darah dan menukar zat-zat terlarut, baik toksin yang tidak
lagi diperlukan oleh tubuh maupun zat-zat yang diperlukan tubuh seperti
cairan dialisat.
2.7.1Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
17
2) Keluhan utama
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang
4) Aktifitas/istirahat :
5) Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
6) Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
7) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
8) Makanan / Cairan
18
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
9) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”,
10) Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah.
11) Pernapasan
12) Keamanan
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
13) Seksualitas
19
14) Interaksi social
15) Penyuluhan/Pembelajaran
2.7.2Diagnosis
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif . diagnosis negatif
menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit
ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis
positif menunjukkan bahwa pasien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis
20
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Nausea
6) Intoleransi aktivitas
9) Nyeri akut
2.7.3 Perencanaan
dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
21
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik (sumber: SIKI, 2018)
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No.
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
tindakan keperawatan Observasi:
selama 3x8 jam maka 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia hipervolemia (edema,
meningkat dengan dispnea, suara napas
kriteria hasil: tambahan)
1. Asupan 2. Monitor intake dan output
cairan cairan
meningka 3. Monitor jumlah dan warna
t urin
2. Haluaran urin Terapeutik.
meningkat 1. asupan cairan dan garam
3. Edema menurun 2. Tinggikan kepala tempat tidur
4. Tekanan darah Edukasi
membaik 1. Jelaskan tujuan dan
5. Turgor kulit prosedur pemantauan
membaik cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasai pemberian diuretik
2. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
3. Kolaborasi pemberian
continuous renal replecement
therapy (CRRT), jika perlu
22
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x8 jam 1. Anjurkan posisi duduk,
diharapkan jika mampu
pemenuhan kebutuhan 2. Ajarkan diet yang
nutrisi pasien diprogramkan
tercukupi dengan Edukasi
kriteria hasil: 1. Anjurkan posisi duduk,
1. intake nutrisi jika mampu
tercukupi 2. Ajarkan diet yang
2. asupan makanan diprogramkan
dan cairan Kolaborasi
tercukupi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kaloridan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
23
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual
keperawatan selama 3x8 Observasi
jam maka nausea membaik 1. Identifikasi pengalaman mual
dengan kriteria hasil: 2. Monitor mual (mis. Frekuensi,
1. Nafsu makan membaik durasi, dan tingkat keparahan)
2. Keluhan mual menurun Terapeutik
3. Pucat membaik 1. Kendalikan factor lingkungan
4. Takikardia membaik penyebab (mis. Bau tak sedap,
(60-100 kali/menit) suara, dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
Relaksasi, terapi music )
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas kulit keperawatan selama 3x8 Obsevasi
jam diharapkan integritas 1. Identifikasi penyebab gangguan
1. kulit dapat terjaga dengan integritas kulit (mis. Perubahan
kriteria hasil: sirkulasi, perubahan status nutrisi)
1. Integritas kulit yang Terapeutik
24
baik bisa 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
dipertahankan baring
2. Lakukan pemijataan pada area
2. Perfusi jaringan baik tulang, jika perlu
3. Hindari produk berbahan dasar
3. Mampu melindungi alkohol pada kulit kering Bersihkan
kulit dan perineal dengan air hangat
mempertahankan
kelembaban kulit Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion atau serum)
2. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
3. Anjurkan minum air yang cukup
4. Anjurkan menghindari terpapa r
suhu ekstrem
25
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 Observasi
jam diharapkan pertukaran 1. Monitor
gas tidak terganggu dengak frekuensi, irama,
kriteria hasil: kedalaman dan upaya
1. Tanda-tanda vital dalam
napas
rentang normal
2. Monitor pola napas
2. Tidak terdapat otot bantu
3. Monitor saturasi
napas
oksigen
3. Memlihara kebersihan
paru dan bebas dari
4. Auskultasi bunyi napas
27
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
7. Resiko Setelah dilakukan asuhan Perawatan Jantung
penurunan curah keperawatan selama 3x8 Observasi:
jantung jam diharapkan penurunan 1. Ideprimer penurunan curah jantung
curah jantung meningkat (mis. Dispnea, kelelahan)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah
1. Kekuatan nadi perifer 3. Monitor saturasi oksigen
meningkat Terapeutik:
2. Tekanan darah membaik 1. Posisikan semi-fowler atau fowler
100-130/60-90 mmHg 2. Berikan terapi oksigen
3. Lelah menurun Edukasi
1. Ajarkan teknik relaksasi napas
4. Dispnea menurun dalam
dengan frekuensi 16-24 2. Anjurkan beraktifitas fisik
x/menit sesuai toleransi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian anti aritmia,
jika perlu
8. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
tidak efektif perawatan selama 3x8 jam Observasi
maka perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (mis.
meningkat dengan kriteria Nadi perifer, edema, pengisian
hasil: kapiler, warna, suhu)
1. denyut nadi perifer 2. Monitor perubahan kulit
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
2. Warna kulit pucat nyeri atau bengkak
menurun 4. Identifikasi faktor risiko
3. Kelemahan otot gangguan sirkulasi
menurun Terapeutik
4. Pengisian kapiler 1. Hindari pemasangan infus atau
membaik pengambilan darah di area
5. Akral membaik keterbatasan perfusi
6. Turgor kulit membaik 2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Lakukan pencegahan infeksi
28
4. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
29
Diagnosa Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil
keperawatan
9. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x8 jam Observasi
maka tautan nyeri meningkat 1. Identifikasi faktor pencetus dan
dengan kriteria hasil: pereda nyeri
1. Melaporkan nyeri 2. Monitor kualitas nyeri
terkontrol meningkat 3. Monitor lokasi dan penyebaran
2. Kemampuan mengenali onset nyeri
nyeri meningkat 4. Monitor intensitas nyeri dengan
3. Kemampuan menggunakan skala
menggunakan teknik 5. Monitor durasi dan frekuensi
nonfarmakologis nyeri
meningkat Teraupetik
4. Keluhan nyeri penggunaan 1. Ajarkan Teknik non farmakologis
analgesik menurun untuk mengurangi rasa nyeri
5. Meringis menurun 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Frekuensi nadi Edukasi
membaik 1. Anjurkan memonitor nyeri secara
7. Pola nafas membaik mandiri
8. Tekanan darah 2. Anjurkan menggunakan analgetik
membaik secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
2.7.4 Implementasi
di prioritaskan.
30
Proses pelaksanaan imlementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien,
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
sebagai berikut :
ilmiah dan tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang
diperlukan, memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
2) Tahap Perkenalan
3) Tahap Kerja
hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy pasien,
31
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon pasien
4) Tahap Terminasi
dilakukan tindakan oleh perawat, berikan feedback yang baik kepada pasien dan
puji atas kerjasama pasien, kontrak waktu selanjutnya, rapikan peralatan dan
2.7.5 Evaluasi
terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi
proses atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
pasien
32
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Masalah teratasi, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan
4) Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan adanya perubahan kondisi atau
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1 Biodata
Nama inisial : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 66 tahun
Diagnosa medis : Uremic Encelopaty + GGK Stage
V dengan HD + Gagal Nafas +
Pneumonia dd TB. Paru
Alamat : Jln. Lingga Raya Gg. Brutu
Tanggal masuk rumah sakit adam malik : 23 November 2021, pkl. 16.15 wib
Tanggal masuk keruangan ICU : 23 November 2021
Tanggal pengkajian : 01 Desember 2021
No. RM : 00.84.84.56
31
b. Tingkat kesadaran : Somnolen , GCS ( Eye : 2, Verbal : ETT, Motorik :
3)
c. Tanda-tanda vital
TD:154/86 mmHg, Nadi : 102 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 38,2 0 C
d. Pengukuran PBW : 45,5 + 0,91 (160 cm – 152,4 cm) = 52,4 kg
e. Kepala : Bersih, tidak bau, tidak ada lesi
f. Mata : Konjungtiva anemis, pupil isokor kiri kanan, sclera tidak ikterik.
g. Rambut : Lurus, beruban bersih, tidak ada ketombe, tidak ada luka.
h. Hidung : Tidak ada pembesaran pada polip, bersih, tidak ada secret, tidak
terdapat nafas cuping hidung, terpasang nasogastric tube.
i. Telinga : Tidak terdapat secret, bersih, tidak terdapat pembengkakan pada lubang
telinga.
j. Mulut : Bersih, tidak bau, tidak terdapat karies gigi, bibir kering dan pecah-
pecah, mukosa lembab, warna merah muda, tidak terdapat sariawan dan tidak
terdapat pembesaran tonsil.
k. Leher : Tidak terdapat kaku kuduk, tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat
luka, ada terpasang alat trakeos canule.
l. Dada dan Thorak : Dada simetris, tidak terdapat luka jejas maupun trauma
tumpul, ada terpasang triple lumen HD di jugularis kanan.
Inspeksi pergerakan simetris kanan dan kiri
Palpasi vocal fremitus sama kanan dan kiri.
Perkusi klien terdengar seluruh lapang paru sonor
Auskultasi klien tidak terdapat bunyi weezing
m. Jantung
Inpeksi ictus cordis tidak tampak.
Perkusi redup
Palpasi klien tidak terjadi pembesaran jantung
Auskultasi klien tidak terdapat bunyi jantung tambahan
n. Abdomen
Inspeksi tidak terdapat pembesaran perut
Perkusi klien seluruh lapang abdomen tympani
Palpasi tidak ada pembesaran pada hepar, tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan
32
Auskultasi klien bising usus 10 x/menit
o. Ekstremitas
Kulit dan kuku klien tidak terdapat sianosis, warna merah muda, tidak
terdapat edema, turgor baik, jari-jari utuh, ekstremitas bawah mengalami
kelemahan otot, ada keterbatasan gerak, akral hangat, CRT (Cappillary
Refill Time) kurang dari 2 detik.
p. Kulit
Kulit klien terlihat bersih, warna kuning langsat, lembab, turgor baik, tidak
terdapat edema.
33
Urinalisa
- Warna : kuning keruh
- Glukosa : negatif
- Bilirubin : negatif
- Keton : negatif
- Berat jenis : 1,018
- Ph :7
- Protein :+3
- Nitrat : negatif
- Leukosit : positif
35
36
3.4 Analisa Data
Data Subjektif : -
2. Hambatan upaya napas ( D.0005) Pola Napas Tidak Efektif
Data Objektif :
a. Terpasang ETT no 7 dengan close suction,
kedalaman 21 cm , ventilator dengan modus
36
SIMV RR = 14, TV = 380 ml, Peep = 5
cmH2O, Presure Support = 10 cmH2O, FiO2
= 30%, I : E = 1 : 2
b. Pola napas abnormal ( Dispnue), Ronchi ada
3. Data Subjektif : - Aliran darah ginjal turun (D. 0022) Hipervolemia
Data Objektif :
a. Edema perifer
b. Kadar hemoglobin 7,5 mg/dL dan hematokrit
22,9 % ( Turun)
c. CRT 4 detik
d. Natrium = 136 mEg/l, Kalium : 3,6 mEg/l
Cholorida = 105 mEg/l, Albumin = 2,6 gr/dl
e. Intake lebih banyak daripada out put
(Intake/24 jam = 912 cc, Output / 24 jam 40
cc)
f. Terpasang CVP , CVP 13 MmH20
g. Oliguria
h. TD: 154 / 86 MmHg ( MAP = 108 MmHg )
37
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. ( D.0001) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
2. ( D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
3. (D.0022) Hipervolemia b/d Aliran darah ginjal turun
37
3.6 Perencanaan
38
Kolaborasi
- kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk mucous plug yang tidak dapat
dilakukan pengisapan
- kolaborasi pemberian bronchodilator
2. ( D.0005) Pola Napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas buatan
Tidak Efektif b/d keperawatan selama 3 x 24 Observasi
hambatan upaya jam maka jalan nafas tetap - Monitor Frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
napas . paten dan pertukaran gas - Monitor adanya produksi sputum
efektif dengan kriteria - Monitor saturasi oksigen
hasil: - Monitor nilai AGDA
1. Dispnea Menurun - Monitor Pola Nafas ( Bradipnue, Tachipnue, Kusmaul )
2. Frekuensi Nafas - Auskultasi bunyi nafas
Membaik Teraupetik
3. Kedalaman Nafas - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu
39
DX DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEP KEPERAWATAN
3. (D.0022) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
Hipervolemia keperawatan selama 3x 24 Observasi:
berhubungan dengan jam maka hipervolemia - Pastikan tanda dan gejala hypervolemia
Aliran darah ginjal menurunt dengan kriteria - Identifikasi penyebab hypervolemia
turun hasil: - Monitor status hemodinamik
1. Kadar Hb Membaik - Monitor Intahe dan Output Cairan
2. Kadar Ht Membaik Terapeutik
3. Turgor Kulit - Batasi asupan cairan dan garam
Meningkat - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
4. Output Urine Edukasi
Meningkat - Anjurkan Melapor jika haluaran urinr kurang dari 0,5 ml / kg / jam dalam 6
jam
40
DX DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEP KEPERAWATAN
Kolaborasi
41
3.7 Implementasi
Hari I
1. ( D.0001) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
Jam 12.00
- Melakukan Suction - Slem banyak, kental .
sebelumnya berikan warna kuning
Oksegenasi 100 % kehijauan
selama 30 detik.
42
2. D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
Nafas
43
3. (D.0022) Hipervolemia b/d Aliran darah ginjal turun
Jam 11.00
- Memonitor status
hemodinamik - Hemodinamik belum
stabil
- Meninggikan kepala
Jam 12.00 - Posisi pasien head up
tempat tidur 30-40o
30 ‘
- Membatasi asupan
Jam 13.00 cairan dan garam - Memberi diet susu 100
cc / 4 jam
- Memonitor Intake dan
Output Cairan - Balance cairan masih
Jam 14.00
Positif, urine sedikit
44
Hari II
1. ( D.0001) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
45
2. D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1. Kamis, 02 / 12/ 2021
Jam 09.00 - Memonitor Frekuensi, - RR 16 x / i, Irama
Nafas
46
3. (D.0022) Hipervolemia b/d Aliran darah ginjal turun
Jam 11.00
- Memonitor status
hemodinamik - Hemodinamik belum
stabil
- Meninggikan kepala
Jam 12.00 - Posisi pasien head up
tempat tidur 30-40o
30 ‘
- Membatasi asupan
Jam 13.00 cairan dan garam - Memberi diet susu 100
cc / 4 jam
- Memonitor Intake dan
Output Cairan - Balance cairan masih
Jam 14.00
Positif, urine sedikit
46
Hari III
1. ( D.0001) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
Jam 10.00
- Monitor tekanan balon - Balon Cuff
ETT mengembang dengan
Jam 11.00 baik
- Memasang OPA - OPA Terpasang
dengan baik dengan
Jam 12.00 ukuran no 14
- Melakukan Suction - Slem banyak, kental .
sebelumnya berikan warna kuning
Oksegenasi 100 % kehijauan
selama 30 detik.
- Mengubah Posisi - Posisi Supine dengan
head up 30 ‘
47
2. D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1. Jumat, 02 / 12/ 2021
Jam 09.00 - Memonitor Frekuensi, - RR 16 x / i, Irama
Nafas
48
3. (D.0022) Hipervolemia b/d Aliran darah ginjal turun
Jam 11.00
- Memonitor status
hemodinamik - Hemodinamik belum
stabil
- Meninggikan kepala
Jam 12.00 - Posisi pasien head up
tempat tidur 30-40o
30 ‘
- Membatasi asupan
Jam 13.00 cairan dan garam - Memberi diet susu 100
cc / 4 jam
- Memonitor Intake dan
Output Cairan - Balance cairan masih
Jam 14.00
Positif, urine sedikit
49
3.8 Evaluasi
Hari I
S:-
O : - Keadaan umum Berat, Sensoris
Apatis, terpasang ventilator mode SIM V
RR 14 , TV 380, Peep 5, Fio2 30 %,
P.Supp 10, kateter terpasang, NGT
terpasang , terpasang IVFD Nacl 0,9 %
10gtt / i via triple lumen di jugularis
50
kanan., Irama napas vesikuler , usaha
napas ada .
Vital sign , TD : 140 / 95 MmHg, HR :
Diagnosa 3 127 x / i, Temperatur : 38 ‘ C , RR : 16 x/
(D.0022) Hipervolemia i, Spo2 96 %,
b/d Aliran darah ginjal A : Pola nafas tidak efektif
turun P: Pemantauan Respirasi
- Monitor Frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor adanya produksi
sputum
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor Pola Nafas
- Ubah Posisi
- Pasang OPA
S:-
O : -Keadaan umum : Berat, Sensoris
Apatis, terpasang ventilator mode SIM V
RR 14 , TV 380, Peep 5, Fio2 30 %,
kateter terpasang, NGT terpasang ,
terpasang IVFD Nacl 0,9 % 10gtt / i via
triple lumen di subclavia kanan.
Vital sign , TD : 140 / 95 MmHg, HR :
127 x / i, Temperatur : 38 ‘ C , RR : 16 x/
i, Spo2 96 %, Oliguria, Edema pada kedua
kaki
A: Hipervolemia
P : Manajemen Hipervolemia
- Memastikan tanda dan gejala
hypervolemia
- Memonitor status hemodinamik
- Meninggikan kepala tempat tidur
30-40o
- Membatasi asupan cairan dan
garam
51
- Memonitor Intake dan Output
Cairan
52
x/ i, Spo2 98 %,
A : Pola nafas tidak efektif
P: Pemantauan Respirasi
- Monitor Frekuensi, irama,
Diagnosa 3 kedalaman dan upaya nafas
(D.0022) Hipervolemia - Monitor adanya produksi
b/d Aliran darah ginjal sputum
turun - Monitor saturasi oksigen
- Monitor Pola Nafas
- Ubah Posisi
- Pasang OPA
S:-
O : -Keadaan umum : Berat, Sensoris
Apatis, terpasang ventilator mode SIM V
RR 14 , TV 380, Peep 5, Fio2 30 %,
kateter terpasang, NGT terpasang ,
terpasang IVFD Nacl 0,9 % 10gtt / i via
triple lumen di subclavia kanan.
Vital sign , TD : 165 / 95 MmHg, HR :
128 x / i, Temperatur : 38, 3‘ C , RR : 18
x/ i, Spo2 96 %, Oliguria, Edema pada
kedua kaki
A: Hipervolemia
P : Manajemen Hipervolemia
- Memastikan tanda dan gejala
hypervolemia
- Memonitor status hemodinamik
- Meninggikan kepala tempat tidur
30-40o
- Membatasi asupan cairan dan
garam
- Memonitor Intake dan Output
Cairan
3. Jumat, Diagnosa 1 : S:-
03/12/2021 ( D.0001) Bersihan Jalan O : - Keadaan umum Berat, Sensoris
53
09.00 Napas tidak efektif b/d Apatis, terpasang ventilator mode SIM V
Hipersekresi Jalan RR 14 , TV 380, Peep 5, Fio2 30 %,
54
Diagnosa 3 kedalaman dan upaya nafas
- Monitor adanya produksi
(D.0022) Hipervolemia
sputum
b/d Aliran darah ginjal
- Monitor saturasi oksigen
turun
- Monitor Pola Nafas
- Ubah Posisi
- Pasang OPA
S:-
O : -Keadaan umum : Berat, Sensoris
Apatis, terpasang ventilator mode SIM V
RR 14 , TV 380, Peep 5, Fio2 30 %,
kateter terpasang, NGT terpasang ,
terpasang IVFD Nacl 0,9 % 10gtt / i via
triple lumen di subclavia kanan.
Vital sign , TD : 145 / 85 MmHg, HR :
137 x / i, Temperatur : 38, ‘ C , RR : 16 x/
i, Spo2 96 %, Oliguria, Edema pada kedua
kaki
A: Hipervolemia
P : Manajemen Hipervolemia
- Memastikan tanda dan gejala
hypervolemia
- Memonitor status hemodinamik
- Meninggikan kepala tempat tidur
30-40o
- Membatasi asupan cairan dan
garam
- Memonitor Intake dan Output
Cairan
BAB IV
PEMBAHASAN
55
Pada aplikasi asuhan keperawatan pada pasien Ny.N dengan diagnosa Gagal
Ginjal Kronik (GGK) dengan Hemodialisa diruangan ICU Dewasa RSUP H. Adam Malik
ditemukan kesenjangan antara teori dengan aplikasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, data seharusnya diperoleh melalui data primer
(langsung dari klien) data sekunder yang diperoleh melalui keluarga klien. Namun dalam
melakukan pengkajian ini , data yang kami peroleh lebih banyak pada data sekunder
(keluarga). Ini di karena pasien dalam kondisi penurunan kesadaran dengan terpasang
ventilator. Pemeriksaan fisik pada Ny. N dilakukan mulai dari inspeksi, auskultasi,
palpasi, perfusi.
Disamping itu berbagai dukungan penulis dapatkan , baik pada perawat ruangan,
dokter maupun petugas kesehatan yang lainnya yang bekerja diruangan ICU Dewasa
RSUP H. Adam Malik.
Berdasarkan perawatan pada kasus Ny.N diruangan ICU Dewasa RSUP H. Adam
Malik , diagnose keperawatan yang ditemukan adalah sebagai berikut :
56
1. ( D.0001) Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b/d Hipersekresi Jalan Nafas
2. ( D.0005) Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas
3. (D.0022) Hipervolemia b/d Aliran darah ginjal turun
Dalam hal ini terdapat kedua kesenjangan antara diagnosa tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus, adapun diagnosa tersebut yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola
nafas tidak efektif. Adapun alasan penulis adalah karena ketiga diagnosa diatas yang
paling aktual dan paling mempengaruhi kondisi dan hemodinamik pasien. s
4.3 Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa yang diperoleh. Perencenaan yang
dilakukan meliputi intervensi mandiri dan kolaboratif yang disusun berdasarkan urutan
perencanaan . rencana tindakan dibuat berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan pasien
saat ini, sesuai dengan masalah yang ada. Perencanaan yang dibuat memiliki tujuan dan
kriteria hasil sebagai tolak ukur pada evaluasi yang akan dilakukan atau disebut evaluasi
keperawatan.
4.4 Implementasi
disusun berdasarkan kondisi pasien saat ini. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari
dan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
setiap implementasi yang telah dilakukan mendatangkan kebaikan pada pasien.
4.5 Evaluasi
Hal yang dievaluasi adalah keberhasilan tindakan – tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dan dinilai secara subjektif maupun objektif. Evaluai ini dilakukan
setiap hari setelah implementasi untuk menetapkan rencana keperawatan hari berikutnya.
Adapun evaluasi keperawatan pada Ny. N adalah :
1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif belum teratasi pada hari ketiga perawatan ditandai
dengan slem masih banyak, warna kuning, konsistensi kental, batuk masih ada.
Terpasang Ventilator dengan ETT no 7 , modes SIM V, RR 14, TV 380, P.supp 10.
Peep 5. Fio2 30 %, Spo2 97 %.
2. Pola Napas tidak efektif belum teratasi pada hari ketiga perawatan ditandai dengan
dispnue masih ada , sputum banyak, warna kuning, konsistensi kental, masih
terpasang ventilator.
3. Hipervolemia belum teratasi pada hari ketiga perawatan ditandai dengan masih
57
terdapatnya edema perifer dikedua ekstremitas, oliguria, dan penurunan kadar Hb/Ht.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
58
A. KESIMPULAN
1. Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak
mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya
dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,
B. SARAN
1. Bagi Penulis
Hasil penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi
bahan pembanding pada penulis selanjutnya dalam melakukan studi kasus pada
Sebaiknya ditingkatkan rasa empati, dan care nya pada pasien agar pasien
penyakit ginjal kronis dan juga memacu pada penulis selanjutnya untuk melakukan
studi kasus pasien dengan penyakit ginjal kronis dengan lebih baik lagi dan
59
menjadi bahan pembadingan dalam melakukan penulisan studi kasus pasien
60
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas
KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan
PATUH. Diakses pada tanggal 07 Desember 2018 dari www.depkes.go.id
61
62