Anda di halaman 1dari 36

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II PADA Tn.I.D.

K DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ESRD E.C HIPERTENSI DI RUANGAN HEMODIALISA RSUD TOTO
KABILA BONEBOLANGO

DISUSUN OLEH
IRFAN IBRAHIM, S.KEP

HARDIANTI, S.KEP

WINDRAWATI ISMAIL, S.KEP

ROSALINDA PAKAYA, S.KEP

ANNISA A. EYATO, S.KEP

RIYANA NUR RIDWAN ADAM, S.KEP

Ns. Adhelin Sahi, S.Kep TTD


PRESEPTOR KLINIK
Ns. Suci Trisnawati Junus, S.Kep TTD

PRESEPTOR
Ns.Iskandar Simbala, S.Kep,M.Kep TTD
AKADEMIK
1. TGL :
TANGGAL
2. TEPAT WAKTU :
PENGUMPULAN 3. TERLAMBAT :

SARAN PRESEPTOR
KLNIK/AKADEMIK

PRODI STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR AKHIR
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN SEMINAR AKHIR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

PENYUSUN : KELOMPOK 2

NAMA MAHASISWA :

1. IRFAN IBRAHIM, S.KEP


2. HARDIANTI, S.KEP
3. WINDRAWATI ISMAIL, S.KEP
4. ROSALINDA PAKAYA, S.KEP
5. ANISA A. EYATO, S.KEP
6. RIYANA NUR RIDWAN ADAM, S.KEP

TEMPAT PRAKTEK : RUANG HEMODIALISA

TANGGAL PRAKTEK : 13 JUNI 2022- 22 JUNI 2022

Telah di setujui oleh preseptor klinik dan preseptor akademik dan telah diperbaiki sesuai saran yang
diberikan

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Preseptor akademik Preseptor Klinik

Ns.Iskandar Simbala, S.Kep,M.Kep Ns. Suci Trisnawati Junus, S.Kep

2
KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami
kelompok II memanjatkan syukur kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar
Kasus Keperawatan Medikal Bedah II Di Ruangan Hemodialisa RSUD.TOTO
KABILA
Kelompok 2 selama menyelesaikan penyusunan laporan ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini
menyampaikanterimakasihkepada:
1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep,MM,M.Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
2. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
3. Ns.Iskandar Simbala, S.Kep,M.Kep.,Selaku Preseptor Akademik Ruang
Hemodialisa
4. Ns. Adhelin Sahi, S.Kep selaku kepala Ruangan Hemodialisa dan selaku
preseptor klinik Ruangan Hemodialisa

5. Ns. Suci Trisnawati Junus, S.Kep selaku Preseptor Klinik Ruangan


Hemodialisa

6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIV dan yang paling


teristimewa teman-teman kelompok 2 yang selalu memberikan motifasi satu
sama lain dan yang selalu menjaga kekompakannya.
Kelompok 2 menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan kami.Oleh karena itu,
kelompok kami sangat mengharapkan masukan guna penyempurnaan dalam
penulisan laporan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dan pemerhati

Gorontalo, Juni 2022

Kelompok II

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar belakang..........................................................................................................4
1.2 Tujuan......................................................................................................................4
1.3 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II CONSEPT MAP..................................................................................................6
BAB III RESUME KEPERAWATAN...........................................................................7
Pengkajian Pre Hemodialisa ……………………………………………….

Pengkajian Intra Hemodialisa………………………………………………

Pengkajian Post Hemodialisa ………………………………………………

Intervensi Keperawatan …………………………………………………….

Implementasi Keperawatan ………………………………………………..

BAB IV ANALISA KASUS...........................................................................................17


BAB V PENUTUP..........................................................................................................18
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................18
5.2 Saran.......................................................................................................................18

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hemodialisis merupakan terapi pendukung keberlangsungan dari penyakit
gagal ginjal kronis (Wiliyanarti dan Muhith, 2019). Pasien yang menjalani
hemodialisis terus meningkat seiring dengan peningkatan penderita gagal ginjal
kronik. Pada tahun 2014 Indonesia Renal Registry (IRR) mengemukakan bahwa
di Indonesia terdapat 17.193 orang yang menjalani terapi hemodialisa dan
meningkat sebanyak 3.857 pasien pada tahun 2015. Cairan yang diminum
penderita gagal ginjal harus diawasi dengan seksama karena rasa haus bukan lagi
petunjuk yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh (Isroin, 2016).
Pasien yang menjalani hemodialisa dapat terjadi beberapa gejala seperti
menggil, kram, gatal dan lain sebagainya, Dampak yang terjadi akibat penyakit
gagal ginjal kronis penderitanya akan mengalami kerusakan ginjal dengan Laju
Filtrasi Glomerolus (LFG) normal > 90 ml/mnt, kerusakan ginjal dengan LFG 60-
89 ml/mnt (disertai peningkatan tekanan darah), penurunan LFG sedang 30-59
ml/mnt (disertai hiperfosfatemia, hipokalcemia, anemia, hiperparatiroid,
hipertensi), penurunan LFG berat 15-29 ml/mnt (disertai malnutrisi, asidosis
metabolic, cendrung hiperkalemia dan dislipidemia) dan gagal ginjal.
Selain itu, kepatuhan dalam pembatasan cairan pada penderita GGK juga
sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup pasien sebagai bagian dari
preskripsi pengobatannya.Tanpa adanya pembatasan asupan cairan, akan
mengakibatkan cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema di sekitar tubuh.
Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan memperberat kerja
jantung, makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn. I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di ruangan hemodialisa RSUD
Toto Kabila Bonebolango
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada Mampu melakukan pengkajian

5
pada Tn.I.K.D dengan diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di
ruangan hemodialisa RSUD Toto Kabila Bonebolango
2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di ruangan hemodialisa
RSUD Toto Kabila Bonebolango
3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Tn. I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di ruangan hemodialisa
RSUD Toto Kabila Bonebolango
4. Mampu melakukan implementasi sesuai rencana keperawatan pada
Tn. I.K.D dengan diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di ruangan
hemodialisa RSUD Toto Kabila Bonebolango
5. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. I.K.D
dengan diagnosa medis ESRD E.C Hipertensi di ruangan
hemodialisa RSUD Toto Kabila Bonebolango sesuai dengan luaran
keperawatan
1.3 Manfaat
1. Sebagai acuan untuk pemenuhan kasus seminar keperawatan medical
bedah
2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai tindakan hemodialisa
3. Sebagai catatan mengenai kondisi pasien kelolaan kelompok

6
BAB II
CONSEPT MAP

7
KLASIFIKASI HEMODIALISA
DEFINISI HEMODIALISA

Hemodialisis dibagi menjadi beberapajenis yaitu jenis


Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang
intermittent hemodialysis(IHD), jenis dialisis hibrid
berarti darah dan dilisissendiri merupakan proses pemurnian suatu sistem koloid
atau prolongedintermittent renal replacement
dari partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan Pada proses
therapy(PIRRT) yang salah satunya yaitu sustainedlow-
digunakan selaput Semipermeabel. Proses pemisahan ini didasarkan pada
efficiency dialysis (SLED), jenis dialisisperitoneal dan
perbedaan laju transport partikel. Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah
jenis continuous renalreplacement therapy (CRRT).
bagi penderita gagal ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh dialisator.
Pada pasien dengan perawatan rutin hemodialisis
(Kemenkes, 2018). Dalam (wilianarty dan muhid 2019 )
terdapat 3 jenis hemodialisis dengan jangka
waktu :Hemodialisis konvensional (3 kali seminggu
selama 3-4 jam), Hemodialisa singkat setiap hari (5-7
kali seminggu selama dua jam), Hemodialisis nokturnal
ETIOLOGI HEMODIALISA (2-6 kali seminggu pada malam hari hingga 8 jam).
Edema yang terlihat pada gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh (kandarini dan winangun,2021).
berbagai hal. Ginjal sering tidak dapat mengeksresikan natriumn yang
masuk melalui makanan dengan cepat, sehingga natrium akan tertimbun
dalam ruang ekstraseluler dan menarik air (Hidayati, 2012) Jumlah cairan
yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun
hipertensi pada pasien hemodialisis. Dalam ( lindberg 2018 )
HEMODIALISA
REFERENSI
Komplikasi Hemodialisa (Wilianarty & muhid,2019) life experience of chronic
Kondisi hemodinamik yang tidak stabil seperti hipotensi masih dapat kidney diseases undergoing hemodialysis therapy
terjadi selama hemodialisis karena ultrafiltrasi dalam jumlah besar (kandarini& winangun,2021) hemodialisiss sustained
atau mekanisme kompensasi pengisian vaskular (vascular filling) yang low-efficiency dialysis
tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif dan otonom dan Diagnosa :Hipervolemia Diagnosa : Resiko Diagnosa : Gangguan Pertukaran (hidayati,2012 in linberg,2018) efektifitas konseling
menurunnya kemampuan pompa jantung.Pada dialisis, hipotensi Luaran ketidakseimbangan cairan Gas analisis transaksional tentang diet cairan terhadap
Keseimbangan Cairan Luaran Luaran penurunan interdialytic weight gain (IDWG) pasien
dapat terjadi walau hanya dengan sedikit penurunan volume
Meningkat Keseimbangan elektrolit Gangguan Pertukaran Gas gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa
darah.Hipotensi intradialitik dapat memperburuk iskemik dan PPNI (2018) Standar Diagnosa Keperawatan
memperlambat perbaikan fungsi renal.komplikasi kejadian Intervensi meningkat Meningkat
Indonesia : definisi dan indikator diagnostik,edisi I.
instabilitas hemodinamik yang terjadi dapat berupa kebutuhan Manajemen Hipervolemia Intervensi Intervensi jakarta : DPP PPNI
meningkatnya inotropik,hipotensi, dan sampai henti jantung saat Observasi : Manajemen cairan Pemantauan Respirasi PPNI (2018), standar luiaran keperawatan indonesia :
SLED berlangsung. komplikasi hipotensi intradialitik pada pasien 1.Periksa Tanda Dan Gejala Observasi : Observasi : definisi dan kriteria hasil keperawatan edisi I.
hemodialisis. (kandarini dan winangun,2021) Hypervolemia 1.monitor berat badan 1.Monitor jakarta : DPP PPNI
Terapeutik : harian Frekuensi,Irama,Kedalaman Dan PPNI (2018), standar intervensi keperawatan
1.Batasi Asupan Cairan Dan Terapeutik : Upaya Nafas indonesia : definisi dan tindakan keperawatan, edisi I.
jakarta : DPP PPNI
Garam 1.berikan asupan cairan Terapeutik :
Edukasi sesuai kebutuhan 1.Atur Interval Pemantauan
1.Ajarkan Cara Membatasi Kolaborasi : Respirasi Sesuai Kondisi Pasien
Cairan 1.pemberian deuretik jika Edukasi :
Kolaborasi perlu 1.Jelaskan Tujuan Dan Prosedur
1.Pemberian Deuretik Pemantauan

8
BAB III
RESUME KEPERAWATAN

RESUME PRE HEMODIALISA


1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. I.K.D
b. Umur : 65 tahun
c. Diagnosa medis : ESRD e.c HIPERETENSI
Tanggal Dan Jam Pengkajian :13 juni 2022, jam 10.00
2. Data Fokus
3. Keadaan Umum Pasien :Composmentis
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu badan : 36,5 ºC
d. Respirasi : 20 x/menit
e. Spo2 : 96 %
5. Berat Badan Sekarang : 64 kg
6. Berat Badan YangLalu : 61 kg
7. Berat Badan Kering : 61 kg
8. Idwg :5%
BB pre HD sekarang – BB pre yang lalu X 100 %
BB Pre HD sekarang
64 kg – 61 kg x 100 % = 5 %
64

9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


hasil pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin 6 g/dL
10. Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan

9
Bentuk dada simetris. Ekspansi paru simetris kiri dan kanan,
frekuensi napas 20x/menit, tidak ada bunyi napas tambahan dan
tidak menggunakan otot bantu pernapasan
b. Kardiovaskuler
CRT >3 detik, frekuensi nadi 82x/menit tekanan darah 130/80
MmHg, terdengar bunyi jantung S1 dan S2.
c. Pencernaan
Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat asites,
tidak ada nyeri tekan, BAB 2 kali sehari.
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, pasien buang air kecil 2-3 kali sehari
jumlah urine ± 75 ml sehari, warna urine kuning, bau khas urine,
tidak ada darah dalam urine, frekuensi buang air besar 2 kali sehari.
Pasien tidak ada gangguan pada buang air besar .
e. Ekstermitas
Terdapat edema pada kedua tungkai kaki pasien. Kekuatan otot
5 5
5 5
f. Makanan dan minuman
Terjadi peningkatan berat badan dalam waktu singkat, berat badan
sebelumnya 61 (3 Hari yang lalu) berat badan saat ini 64 Kg,
pasien minum air 2 gelas perhari ukuran ± 1200 ml, Pasien makan
bubur 1-2 kali sehari ± 400 ml. Kira-kira intake cairan yang masuk
dalam sehari ± 1600 ml perhari. Dan output ± 75 ml sehingga tidak
seimbang antara cairan yang masuk dan keluar.
11. Data fokus
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan BBnya meningkat sebelum di HD
 Pasien mengatakan kedua kakinya dan kelopak mata bengkak
Data Objektif :
 Ada edema di bagian kaki dan mata pasien

10
 BB meningkat dalam waktu singkat
 Bb Sekarang : 64 kg
 Bb yang lalu : 61 kg
 Bb kering : 61 kg
 IDWG : 5 % (Sedang)
 Intake : ± 1600 ml / hari
 Output : ± 75 ml
 IWL : (15 x 64 )/ 24jam = 960 cc/Jam

 Balance Cairan : Intake – ( Output + IWL )


= 1600 – (75+960)

= 1600-1035

= + 565

12. MasalahKeperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
d.d warna kulit pucat
b. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema perifer

11
RESUME INTRA HEMODIALISA

1. TANGGAL DAN JAM PENGKAJIAN: 16 MEI 2022 jam 09.00

2. PERSIAPAN HEMODIALISA
a. Tipe dialyzer : Elisio 13 H
b. Lama Dialysis : 4 jam
c. Dialysis Ke : 74 kali
d. Conductivity : 14,0 ms
e. Anti koagulan : dosis maintenance 500 IU/jam dan
dosis sikulasi 5000
f. Jenis akses : femoralis kanan dan lengan kanan
3. DATAFOKUS
a. Data Subjektif :
- Pasien mengeluh sakit dada
P : nyeri saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan di bagian dada kiri menjalar ke dada kanan
S : Skala 5 (Sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
- Pasien mengeluh lemas
- Pasien mengeluh pusing
b. Data Objektif :
- Pasien Nampak meringis
- Pasien nampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
c. Kesadaran : Composmentis
d. GCS :E:4 M:5 V:6
e. Tanda-Tanda Vital

12
1) Tekanan darah : 130/80 mmHg
2) Suhu badan : 36,5°C
3) Nadi : 80x/menit
4) Respirasi : 20x/menit
5) Spo2 : 97 %
4. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d warna
kulit pucat

5. TINDAKAN KEPERAWATAN SELAMA HD

a. Observasi
Jam QB Tek.Vena TMP Uf.Rate TD Nadi Suhu Tindakan

100
07.30
200 58 - - 130/80 80x/m 36,5°C HD Di mulai

08:30 200 60 8 500 130/80 80x/m 36,5°C

Layani transfusi
darah pct 200 cc,
09:30 200 65 10 1000 130/80 80x/m 36,5°C Gol darah B
No .kantong
P2541406

10:30 200 70 12 1500 130/80 80x/m 36,5°C

11:00 2000 150/80 80x/m 36,5°C HD Selesai

b. PengobatanselamaHD
1) Obat yang diberikan
Nama Obat Dosis Obat
Candasartan 8 mg 1 tablet/24 jam
Amlodipine I tablet/ 24 jam
Safero 1 tab / 24 jam

13
c. Pengawasan Cairan Selama HD
1) Volume Priming : 210 cc
2) Cairan masuk :
a) Sisa Priming :
b) Cairan Drips :
c) Darah :
d) Wash out : 110 cc
Jumlah : 110 cc
d. Penyulit Selama HD
1) Shunt problem : tidak ada shunt problem
2) Perdarahan : Tidak terdapat perdarahan
3) Mualmuntah : Tidak ada rasa mual atau pun muntah
4) Kejang : Pasien tidak kejang
5) Kram : Tidak Ada
6) Panas/menggigil : Pasien merasa kedinginan dan
tampak mengiggil
7) Koma : Pasien dalam keadaan sadar
8) Sakit dada : Pasien mengalami sakit pada bagian
dada
9) Gatal-gatal : Pasien tidak merasa gatal-gatal
10) Hypotensi : Tida kada
11) Hipertensi : Ada riwayat hipertensi
12) Alergi : Tidak ada alergi makanan
13) Dializer : Elisio 13 H

14
RESUME POST HEMODIALISA
1. TANGGAL DAN JAM PENGKAJIAN : 13 Juni 2022 Jam : 11.30
2. DATA FOKUS
a. Data Subjektif :
 Pasien mengatakan Kakinya masih terasa berat
 pasien mengatakan jika berjalan membutuhkan bantuan
 pasien mengatakan pusing
b. Data Objektif :
 Pasien terlihat lemas
 Pasien tampak edema di bagian kaki dan kelopak mata
 Hb 6 g/dL
 Skala morse 25 ( resiko jatuh sedang)
c. Kesadaran : Composmentis
d. GCS :15 E : 4 M:5 V:6
e. Vital Sign Post HD
1) Tekanan darah : 150/80 mmHg
2) Suhu badan : 36,6 ºC
3) Nadi : 84 x/menit
4) Respirasi : 20 x/menit
5) Spo2 : 97 %
f. Lama dialis : 4 jam
Mulai jam : 07.30
Selesai : 11.00
g. Ultra filtrasi :1000-2000
QB : 200 mm hg
h. Jenis dialyzr : Elisio 13 H
i. Jenis dialiser : Bicarbonar dan acid
j. Akses vaskuler : femularis kanan dan lengan kanan
k. Pemeriksaan laboratorium : hasil lab HB 6 g/dL
3. Masalah keperawatan
a. Resiko jatuh d.d anemia

15
RENCANA PASIEN TERINTERGRASI

Nama pasien : Tn. I.K.D

Umur : 65 tahun

NO DAFTAR MASALAH/DIAGNOSIS TUJUAN DAN KELUARAN INTERVENSI

1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan Setelah dilakukan tindakan intervensi Pemberian produk darah
konsentrasi hemoglobin d.d warna kulit keperawatan … x4 jam maka Perfusi Observasi
pucat Perifer (L.02011) meningkat dengan 1) Monitor tekanan darah/jam
Data subjektif : kriteria hasil : 2) Monitor Hasil lab (HB)
- Pasien mengeluh lemas 1. Warna kulit pucat menurun 3) Kaji tanda dan gejalan dari gangguan perfusi
Data objektif : 2. Konjungtiva tidak anemis perifer setelah tindakan HD
- Pasien nampak pucat 3. Tekanan darah sistolik membaik Terapeutik
- HB 6 g/dL 4. Tekanan diastolic membaik 4) Berikan produk darah
- CRT > 3 detik 5. KU membaik Edukasi
5) Ajarkan pasien untuk konsumsi gizi
seimbang
6) Ajarkan pasien untuk mengenal tanda-tand

16
anemia
Kolaborasi
7) Kolaborasi dengan dokter pemberian produk
darah
2 Hipervolemia b.d gangguan mekanisme Setelah dilakukan tindakan keperawata Manajemen hipervolemia
regulasi d.d edema perifer …x 4 jam maka keseimbangan cairan Observasi
Data subjektif : meningkat dengan kriterial hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
 Pasien mengatakan BBnya meningkat 1. Asupan cairan meningkat 2. Idetifikasi penyebab hipervolemia
sebelum di HD 2. Edema menurun 3. Monitor intake dan output cairan
 Pasien mengatakan kedua kakinya dan 3. Membran mukosa membaik Terapeutik
kelopak mata bengkak 4. Turgo kulit membaik 4. Timbang berat badan setiap hari waktu
Data objektif : yang sama
 Ada edema di bagian kaki dan mata Edukasi
pasien 5. Ajarkan cara mengukur dan mencatat
 BB meningkat dalam waktu singkat asupan dan haluran cairan

 Bb Sekarang : 64 kg 6. Ajarkan cara memberi cairan

 Bb yang lalu : 61 kg Kolaborasi


7. Kolaborasi pemberian CRRT, jika perlu
 Bb kering : 61 kg

17
 IDWG : 5 % (Sedang) Manajemen Hemodialisis
 Intake : ± 580 ml / hari Observasi

 Output : ± 275 ml 1. Identifikasi kesiapan hemodialisis ( mis.

 IWL : (15 x 64 )= 40 cc/Jam Tanda tanda vital, berat badan kering,

24 Jam kelebihan cairan, kontraindikasi pemberian

 Balance Cairan : Intake – ( Output + heparin)

IWL ) 2. Monitor tanda vital, tanda tanda pendarahan,

= 580 – (275+40) dan respons selama dialisis

= 580 – 315 3. Monitor tanda tanda vital paca hemodialisis

= + 265 Terapeuntik
4. Siapkan peralatan hemodialisis ( mis, bahan
habs pakai, Blood line hemodialiss)
5. Atur filtrasi sesuai kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
Edukasi
6. Jelaskan tentang prosedur hemodialisis
kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian heparin pada blood
line, sesuai indikasi

18
3 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
d.d mengeluh nyeri selama ... x 4 jam tingkat nyeri Observasi :
Data Subjektif : menurun dengan kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,
Pasien mengeluh nyeri dada 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
P : nyeri saat bergerak 2. Meringis menurun Terapeutik
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk- 3. Sikap produktif menurun 2. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
tusuk 4. Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
R : Nyeri dirasakan di bagian dada kiri 5. Frekuensi nadi membaik Edukasi
menjalar ke dada kanan 6. Tekanan darah membaik 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
S : Skala 5 (Sedang) mengurangi rasa nyeri
T : Nyeri dirasakan hilang timbul Kolaborasi
Data Objektif : 4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- Pasien Nampak meringis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit

4 Resiko jatuh d.d anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh
Data subjektif selama ……. x 4 Jam, maka tingkat Observasi
 Pasien mengatakan Kakinya jatuh menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor resiko ( mis. Usia>65

19
masih terasa berat 1. Jatuh dari tempat tidur, menurun tahun)
 pasien mengatakan jika berjalan 2. Jatuh saat berdiri menurun 2. Hitung risiko jatuh menggunakan skala
membutuhkan bantuan 3. Jatuh saat duduk menurun 3. Monitor kemampuan berpindah dari tempat
 pasien mengatakan pusing 4. Jatuh saat berjalan menurun tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Data objektif Terapeutik
 Pasien terlihat lemas 4. Pasang handrail tempat tidur

 Pasien tampak edema di bagian kaki 5. Gunakan alat bantu berjalan

dan kelopak mata Edukasi

 Hb 6 g/dL 6. Anjurkan memangil perawat jika


membutuhkan bantuan untuk berpindah
 Skala morse 25 ( resiko jatuh
sedang)

20
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTERGRASI

Nama pasien : Tn. I.K.D

Umur : 65 tahun

Waktu
NO Diagnosis Implementasi Evaluasi
(tanggal/jam)
1 Perfusi perifer tidak 13 Juni 2022 Pemberian produk darah S. Pasien masih mengeluh lemah dan
efektif b.d penurunan Observasi pusing
konsentrasi 1) Monitor tekanan darah/jam O.-Crt >3 detik
hemoglobin d.d warna Dengan hasil : - Hb 8 g/dl
kulit pucat Jam 07 30 Tekanan darah 130/80 mmhg A.Masalah perfusi parifer tidak efektif
Jam 09.30 tekanan darah 130.80 mmhg belum teratasi
Jam 11.00 tekanan darah 150/80 mmhg P. Lanjutkan intrvensi
2) Monitor Hasil lab (HB) 1. monitor tekanan darah/jam
Dengan hasil : 2. monitor hasil lab (HB)
Hasil lab HB : 6 g/dL 3. kaji dan tanda gejala dari gangguan
3) Kaji tanda dan gejalan dari gangguan perfusi perfusi parifer setelah tindakan HD
perifer setelah tindakan HD 4. berikan produk darah
5. ajarkan pasien untuk mengenal tanda-

21
Terapeutik tanda anemia
4) Berikan produk darah
Dengan hasil :
Pasien diberikan produk darah PRC 1 bag selama
HD
Edukasi
5) Ajarkan pasien untuk mengenal tanda-tanda
anemia
Dengan hasil : tanda tanda anemia yaitu pusing,
letih. Lesu, pucat

Kolaborasi
6) Kolaborasi dengan dokter pemberian produk darah
Dengan hasil :
Pasien dilayani pemebrian produk darah PRC 1
bag
2 Hipervolemia b.d Manajemen hipervolemia S : pasien mengatakan bengkak pada
gangguan mekanisme Observasi kakinya berkurang
regulasi d.d edema 1. Memperiksa Tanda Dan Gejala Hipervolemia

22
perifer Dengan hasil : O : edema pada tungkai kaki
Ada edema di tungkai kaki dan mata A : masalah hipervolemia belum teratasi
P : pertahankan intervensi
2. Mengidetifikasi Penyebab Hipervolemia
Dengan hasil :
Gagal ginjal kronik
3. Memonitor Intake Dan Output Cairan
Dengan Hasil :
Intake :
Output :
Terapeutik
4. Menimbang Berat Badan Setiap Hari Waktu
Yang Sama
Dengan hasil :
Berat badan pasien 64 kg
Edukasi
5. Mengajarkan Cara Mengukur Dan Mencatat
Asupan Dan Haluran Cairan
Dengan hasil :

23
Mengajarkan pasien untuk mengukur dengan
botol yang ada takarannya untuk cairan yang
masuk dan keluar
6. Mengajarkan Cara Membatasi Cairan
Dengan hasil :
Pasien dianjurkan tidak minum seacara
berlebihan
Kolaborasi
7. Mengkolaborasi Pemberian Crrt, Jika Perlu
Dengan hasil :
Melakukan HD selama 4 jamd engan Ufg : 1000-
2000

Manajemen Hemodialisis S. - Pasien mengatakan kakinya masih


Observasi terasa berat
1. mengidentifikasi kesiapan hemodialisis ( mis. - Pasien mengatakan bengkak pada
Tanda tanda vital, berat badan kering, kelebihan kaki berkurang
cairan, kontraindikasi pemberian heparin)
dengan hasil : O. BB post HD : 62 kg

24
tanda tanda vital : BB kering :61 kg
tekanan darah 130/80 mmhg Derajat edema derajat 1
nadi 80 x/menit A: Masalah Hipervolemia belum teratasi
Berat badan kering : 61 kg
Berat badan sekarang 64 kg P. lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan hemodialisis
2. Memonitor tanda vital, tanda tanda pendarahan, ( mis. Tanda tanda vital, berat badan
dan respons selama dialisis kering, kelebihan cairan, kontraindikasi
Denga hasil : pemberian heparin)
Tidak ada pendarahan , respon pasien selama HD 2.Monitor tanda vital, tanda tanda
baik Dengan Kesadaran Compos Mentis pendarahan, dan respons selama dialisis
3.Monitor tanda tanda vital paca
3. Memoonitor tanda tanda vital paca hemodialisis hemodialisis
Dengan hasil : 4.Siapkan peralatan hemodialisis ( mis,
Tekanan darah 130/80 mmhg bahan habs pakai, Blood line
Terapeuntik hemodialiss)
4. menyiapkan peralatan hemodialisis ( mis, bahan 5.Atur filtrasi sesuai kebutuhan
habs pakai, Blood line hemodialiss) penarikan kelebihan cairan
dengan hasil : 6.jelaskan tentang prosedur hemodialisis

25
perawat sudah menyiapkan perlatan hemodialis 7.Kolaborasi pemberian heparin pada
yaitu Blood line Hd, Dialiser, cairan Nacl, Heparin blood line, sesuai indikasi
5. mengatur filtrasi sesuai kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
dengan hasil :
Uf goal : 1000-2000
Edukasi
6. menjelaskan tentang prosedur hemodialisis
dengan hasil : pasien mengerti proses hemodialisa
tersebut darah di alirkan ke luar tubuh melalui
vena dan di saring di dalam ginjal buatan atau
dialyzer. Darah yang di saring kemudian di
kembalikan ke dalam tubuh melalui arteri.
kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian heparin pada blood line,
sesuai indikasi
Dengan hasil :
Pasien diberika heparin 3,0 ml selama 4 jam
3 Nyeri akut b.d agen Manajemen Nyeri S. pasien mengatakan masih nyeri dada

26
pencedera fisiologis Observasi : pada bagian kiri
d.d mengeluh nyeri 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri O. – pasien tampak meringis
Dengan hasil : - skala nyeri 4(sedang)
Pasien mengeluh nyeri dada Vital sign
P : nyeri saat bergerak - tekanan darah 150/80 mmHg
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk -Suhu badan :36,6 ºC
R : Nyeri dirasakan di bagian dada kiri menjalar ke -Nadi 84: x/menit
dada kanan -Respirasi : 20 x/menit
S : Skala 5 (Sedang) -Spo2 :97 %
T : Nyeri dirasakan hilang timbul A. masalah nyeri akut belum teratasi
p. lanjutkan intervensi
Terapeutik 1.Identifikasi lokasi karakteristik,
2. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
rasa nyeri nyeri
Dengan hasil : 2.Berikan teknik nonfarmakologi untuk
Pasien diberikan posisi semi fowler mengurangi rasa nyeri
3.Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
Edukasi mengurangi rasa nyeri

27
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi 4.Kolaborasi pemberian analgetik, jika
rasa nyeri perlu
Dengan hasil :
Pasien di ajarkan teknik relaksaksi nafas dalam

Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Dengan hasil :

4 Resiko jatuh d.d Pencegahan Jatuh S. pasien mengatakan jika berjalan harus
anemia Observasi di bantu
1. Identifikasi faktor resiko ( mis. Usia>65 tahun) O. pasien tampak dibantu oleh keluarga
Dengan hasil : saat berpindah tempat
Pasien berusia 65 tahun A. resiko jatuh tidak terjadi
2. Hitung risiko jatuh menggunakan skala P. Pertahankan intervensi
Dengan hasil :
Skala morse 25 ( resiko jatuh sedang)
3. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda dan sebaliknya

28
Dengan hasil :
Terapeutik
4. Pasang handrail tempat tidur
Dengan hasil :
Tempat tidur pasien di pasang handrail
5. Gunakan alat bantu berjalan
Dengan hasil :
Pasien menggunakan kursi roda
Edukasi
6. Anjurkan memangil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
Dengan hasil :

29
LEMBAR OBSERVASI
Hari Senin 13 06 2022

30
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada pembahsan ini, penulis membandingkan antara teori BAB III dengan
asuhan keperawatan pada Tn.I.K.D dengan ESRD ec Hipertensi di ruang
Hemodialisa RSUD Toto Kabila menjalani hemodialisa ke 74.. Pembahasan berikut
ini akan diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasie Tn.I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD E.C HIPERTENSI di ruang hemodialisa sesuai fase dalam
proses keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, serta
evaluasi
1. Pembahasan pengkajian
Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara
teori pengkajian dengan data hasul pengkajian pada Tn.I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD E.C HIPERTENSI. Untuk memperoleh data tersebut,
penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik observasi serta mempelajari status pasien. Data yang dikaji
sesuai data dasar pengkajian. Pengkajian pada Tn.I.K.D dengan diagnosa
medis ESRD E.C HIPERTENSI, yaitu meliputi :
a. Identintas pasien, pola kebiaaan sehari-hari, pada kasus di temukan tanda
dan gejala yaitu di pre HD pasien mengatakan BB naik dalam waktu
singkat, Di Intra HD pasien mengeluh nyeri dada, dan di Post HD pasien
lemas
b. Hasil laboratorium : HB 6 g/dL
c. Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarto
dikarenakan pasien kooperatif
Menurut Sherman dkk (2015), komplikasi tersering ketika menjalani
hemodialisis berdasarkan frekuensinya yaitu, hipotensi, kram, mual dan
muntah, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, dan gatal-gatal serta
menyebabkan anemia. Komplikasi lain yang juga menyertai pasien
hemodialisis yaitu sindrom disequilibrium, reaksi dializer, hemolisis, emboli

31
udara, aritmia, tamponade jantung, kejang, dan perdarahan intraserebral
(Bella ayunda rahmawati, 2017)
2. Diagnosa keperawatan
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis
mengacu pada rumusan standar diagnosa keperawatan Indonesia SDKI
(2018) sebagai dasar untuk perumusan diagnosa keperawatannya. Menurut
SDKI diagosa keperawatan yang muncul pada pasien Tn.I.K.D dengan
diagnosa medis ESRD ec Hipertensi yaitu :
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d
warna kulit pucat
b. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema perifer
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
d. Resiko jatuh d.d anemia
3. Intervensi keperawatan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas
masalah. Dalam penentuan prioritas, penulis menentukan berdasarkan teori
Hirarki Maslow dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan
terlebih dahulu. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah
dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-
masing diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih
banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan/ruangan dan sumber daya dari
tim kesehatan. pada penentuan kriteria waktu, penulis juga menetapkan
berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang
sudah disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai. Adapun pembahasan
perencanaan kepada pasien Tn.I.K.D dengan diagnosa medis ESRD ec
Hipertensi sesuai prioritas diagnose keperawatan sebagai berikut :
1) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d
warna kulit pucat, HB 6 g/dL, intervensi keperawatan yaitu
pemberian produk darah
2) Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema perifer,
intervensi keperawatan yaitu pemantauan cairan dan Manajemen

32
hemodialisa
3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri,
intervensi keperawatan yaitu Manajemen Nyeri
4) Resiko jatuh d.d anemia, Intervensi keperawatan yaitu Pencegahan
Jatuh
4. Impelementasi dan Evalausi
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan
susunan perencanaan, dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat
terpenuhi secara optimal. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-
masing diagnosa yang telah tersusun adalah sebagai berikut
1) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d
warna kulit pucat dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori
dibuku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
2) Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema perifer
dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori dibuku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri dari
diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori dibuku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
4) Resiko jatuh d.d anemia dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai
dengan teori dibuku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI
(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan

33
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. (Leniwita & Anggraini, 2019).
Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnose keperawatan
sebagian belum teratasi, intervensi dilanjutkan dan sebagian teratasi,
intervensi dipertahankan.

34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Tn. I.K.D
denganESRD e.c HIPERTENSI RSUD Toto Kabila pada Tahun 2022,
peneliti dapat mengambil kesimpulan :
1. Hasil pengkajian pada Tn.I.K.D didapatkan hasil data mengalami
kenaikan BB dalam waktu singkat, nyeri dada, lema, HB 6 g/dL
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. I.KD yaitu
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d
warna kulit pucat, Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d
edema perifer, Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh
nyeri dan Resiko jatuh d.d anemia
3. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah pada Tn. I.KD
diagnosa 1 (pemberian produk darah), diagnosa 2 (manajemen
hemodialisa), diagnosa 3 (manajemen nyeri), diagnosa 4 (pencegah
jatuh).
B. Saran
1. Intansi Rumah Sakit
Melalui pimpinan rumah sakit agar sering dilakukan pelatihan secara
berkala penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan ESRD
E.C HIPERTENSI kepada pegawai khususnya perawat agar lebih
meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
2. Instansi Pendidikan
Dapat mengembangkan sebagai pengetahuan tentang perkembangan
ilmu keperawatan, terutama kajian tentang penyakit ESRD E.C
HIPERTENSI.

35
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 cetakan III.
Jakarta: Tim Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 cetakan III.
Jakarta: Tim Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 cetakan III. Jakarta:
Tim Pokja SDKI PPNI
Bella ayunda rahmawati, P. (2017). Kejadin Komplikasi Intradialisis Klien Gagal
Ginjal Kronik Di Ruang Instalasi Hemodialisis RSUD Dr. M. Soewandhie
Surabaya. Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, X(1), 26–32.

Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul dokumentasi keperawatan. In


fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (pp. 1–182).

36

Anda mungkin juga menyukai