Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSU PREMAGANA
GIANYAR

OLEH :

I WAYAN NIKO ARIANTARA


KP. 10.17.055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
2020

i
LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSU PREMAGANA
GIANYAR

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan


Diploma III Keperawatan pada
Stikes KESDAM IX/Udayana

Oleh
I WAYAN NIKO ARIANTARA
KP. 10. 17. 055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
2020

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
karya tulis ilmiah dengan judul :

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSU
PREMAGANA GIANYAR

Dibuat untuk melengkapi tugas akhir Diploma III Keperawatan Stikes Kesdam

IX/ Udayana. Tugas akhir ini merupakan Karya Tulis Ilmiah saya sendiri (ASLI)

dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain

atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Institusi

Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh orang

lain maupun di Perguruan Tinggi atau Institusi manapun, kecuali pada bagian

sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Juli 2020

I Wayan Niko Ariantara


(KP.10.17.055)

iii
LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH

Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran


Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisa di RSU Premagana Gianyar”

Telah disetujui pada tanggal 3 Agustus 2020, Seperti tertera di bawah ini

Pembimbing,

Ns. Ni Made Diah Pusparani Pendet, M.Kep. Sp. Kep.M.B


NIK. 87120203 069
.
iv
LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH

Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Gambaran


Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan Hemodialisa
di RSU Premagana Gianyar”

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : RABU
TANGGAL : 5 AGUSTUS 2020

TIM PENGUJI

1. Ns. Windu Astutik, M,Kep.,Sp.Kep.J (Ketua) (________)

2. Elfi Kuswati, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp. Kep. M.B (Anggota I) ( ____)

3. Ns. Ni Md Diah Pusparani P, M.Kep., Sp. Kep. M.B. (Anggota II) ( )

Mengetahui;
Ketua Stikes KESDAM IX/Udayana

dr. Henry S Sugiarto, Sp. OG


NIK. 70190808 093

v
ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GGK DENGAN


HEMODIALISA DI RSU PREMAGANA GIANYAR

Ariantara, N.I.W1, Pendet, N.M.D.P2


1,2
STIKES Kesdam IX/Udayana

Latar Belakang : Penyakit gagal ginjal kronik atau GGK merupakan salah satu
masalah besar di dunia. Kondisi ini terjadi karena tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
mengakibatkan retensi urea dan sampah nitrogen lain di dalam darah. penderita
GGK di dunia tergolong cukup tinggi dan sebagian besar sudah menjalani
hemodialisa. Penderita GGK dengan hemodialisa, kondisi tubuh pasien akan
melemah akibat dari ketergantungan mesin-mesin dialisis sepanjang hidupnya
sehingga keadaan tersebut akan menimbulkan perasaan tertekan dan berujung
depresi. Depresi dapat memunculkan konsep diri negatif terhadap diri penderita,
dimana pasien merasa sudah tidak berguna lagi dan hanya menjadi beban untuk
keluarganya sehingga dibutuhkan dukungan dari keluarga dan orang terdekat
untuk memotivasi pasien agar kualitas hidup pasien kembali membaik. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien GGK
dengan hemodialisa.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif menggunakan alat ukur kuesioner HDRS (Hamilton Rating Scale of
Depression) dan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 20 responden.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan dari 20 responden terdapat 12 orang atau
60% responden laki-laki dan 8 orang atau 40% responden perempuan, pada
kategori umur skor seimbang antar umur 20-59 tahun dengan 60-75 yang masing-
masing berjumlah 50%, pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi dengan
25%, pekerjaan tertinggi adalah swasta dengan 35%, tingkat depresi terbanyak
adalah tingkat depresi ringan dengan jumlah 50%.
Kesimpulan : Sebagian besar responden memiliki tingkat depresi yang ringan.
Diharapkan kepada perawat agar memberikan dukungan dan KIE terkait
manajemen stress dan depresi.

Kata Kunci : GGK, Depresi, Hemodialisa

vi
ABSTRACT

DEPRESSION LEVEL ON CKD PATIENT UNDERGOING


HEMODIALYSIS IN PREMAGANA GIANYAR GENERAL HOSPITAL

Ariantara, N.I.W1, Pendet, N.M.D.P2


1,2
Student of STIKES KESDAM IX/Udayana

Background: Chronic Kidney Disease (CKD) is an important health concern


today. CKD marks by the failure in maintaining proper metabolism and
fluid/electrolyte balance mechanism which causes retention of urea on the blood.
In the year of 2014. Partially, these cases distributed in Gianyar Regency, Bali,
as much as 412 cases (185 female and 227 male patients). The majority of them
were already managed by hemodialysis therapy. CKD patients needed to be
treated by hemodialysis procedures prescribed by their doctor during the rest of
their life. This situation often leads to stress and depression. Depression produces
a negative self-concept that finally triggers a useless feeling. CKD patient also
tends to perceive their self as a burden for their family. Adequate support from
family or significant other required to improve the patient’s quality of life.
Therefore, this study aimed to describe the depression level of CKD patients
undergoing hemodialysis. 
Method: This was a descriptive study employing a quantitative approach.
Purposive-sampling technique was used to select 20 participants involved in this
study. The participant's depression data collected by using a Hamilton
Depression Rating Scale (HDRS) questionnaire.   
Results: The results of this study were obtained from 20 respondents, there were
12 people or 60% male respondents and 8 people or 40% female respondents, in
the age category the score was balanced between the ages of 20-59 years with 60-
75, each of which amounted to 50% , the highest education is tertiary education
with 25%, the highest occupation is private with 35%, the highest level of
depression is the level of mild depression with the amount of 50%.
Conclusion: Most respondents have mild depression. It is hoped that the nurses
will provide support and IEC related to stress and depression management.

Keywords: CRF, depression, hemodialysis

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepaa Tuhan yang Maha Esa atas anugerah-

Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini

dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisa di RSU Premagana Gianyar”. Proses penyusunan usulan

peneliti ini telah melibatkan berbagai pihak yang memberi bantuan moril, materil,

dan berbagai kemudahan fasilitas serta doa yang tulus. Atas hal tersebut ijinkanlah

penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada

pemimpin institusi :

1. dr. Henry S Sugiharto, Sp. OG. selaku Ketua Stikes KESDAM

IX/Udayana Denpasar beserta staf atas segala fasilitas yang diberikan

selama penulis menempuh pendidikan.

2. Wakil Ketua Stikes KESDAM IX/ Udayana Denpasar beserta staf yang

telah memberikan pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Ns. Ni Made Diah Pusparani Pendet, M.Kep., Sp. Kep. M.B selaku

pembimbing I yang telah membimbing saya hingga sampai pada ujian

proposal ini

4. Keluarga yang telah memberikan dukurang moral dan materi selama

mengikuti kuliah dan menyelesaika laporan penelitian ini.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan peneliti

ini yang tidak bisa penulis sebutkan.

viii
Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan usulan penelitian ini

sangat penulis harapkan, penulis berharap semoga usulan ini bermanfaat bagi

pembaca dan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Agustus 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
COVER DALAM..................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS.....................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................5
2.1 Konsep Dasar GGK.........................................................................................6
2.1.1 Definisi.........................................................................................................6
2.1.2 Etiologi.........................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi..................................................................................................6
2.1,4 Klasifikasi.....................................................................................................8
2.1.5 Penatalaksanaan............................................................................................9
2.2 Konep Hemodialisa.........................................................................................10
2.2.1 Defenis..........................................................................................................10
2.2.2 Prinsip Hemodialisa......................................................................................10
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi..........................................................................13
2.2.4 Dosis dan Adekuasi......................................................................................14
2.2.5 Komplikasi...................................................................................................15
2.2.6 Lama Terapi Hemodialisa............................................................................16
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................17
3.1 Kerangka Konsep............................................................................................17
3.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional...............................................18
3.2.1 Identifikasi Variabel.....................................................................................18
3.2.2 Definisi Operasional.....................................................................................18
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................19
4.1 Rancangan Penelitian......................................................................................19
4.2 Tempat dan Waktu..........................................................................................19
4.2.1 Tempat Penelitian.........................................................................................19
4.2.2 Waktu Penelitian..........................................................................................19
4.3 Populasi dan Sampel........................................................................................19
4.3.1 Populasi........................................................................................................19
4.3.2 Sampel..........................................................................................................20
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................................20
4.4 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................21

x
4.5 Teknik Analisis Data.......................................................................................21
4.6 Etika Penelitian................................................................................................21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................22
5.1 Hasil.................................................................................................................22
5.2 Pembahasan.....................................................................................................24
5.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................................28
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN....................................................................29
6.1 Simpulan..........................................................................................................29
6.2 Saran................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kategori Albuminaria............................................................................9
Tabel 2.2 GFR Kategori pada GGK......................................................................9
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel...............................................................18
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden.......................................................22
Tabel 5.2 Tingkat Depresi pada Pasien GGK.......................................................23

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep................................................................................17

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Kuesioner Tingkat Depresi
Lampiran 3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Lampiran 4 Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 5 Master Tabel

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik atau dalam bahasa inggris disebut Chronic

Kidney Disease (GGK) merupakan salah satu masalah besar di dunia (Alfians dkk,

2017). Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga

mengakibatkan retensi urea dan sampah nitrogen lain di dalam darah (Adhitama

dkk, 2016). Gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal,

apabila tidak segera ditangani, maka akan berakhir dengan gagal ginjal kronik

atau disingkat GGK (Kazama, 2009 dalam Rustandi dkk, 2018). GGK

didefinisikan sebagai adanya kerusakan ginjal yang ditandai dengan ekskresi

albumin abnormal atau penurunan fungsi ginjal (Kartika, 2017).

Angka penderita GGK di dunia tergolong cukup tinggi dan menjadi

masalah kesehatan yang serius mulai dari negara maju maupun negara

berkembang. Menurut United States Renal Data System (USRDS) pada tahun

2014 ditemukan sekitar 651.000 kasus GGK di Amerika Serikat. Angka

prevalensi penyakit ginjal terminal yang menjalani hemodialisa terus meningkat

dengan 3079 kasus (Kartika, 2017). Pada tahun 2013 GGK di Indonesia mencapai

0,2% (Riskesdas, 2013). Menurut Amalia (2015) meyebutkan bahwa penyakit

GGK merupakan penyakit yang mengancam jiwa karena GGK dapat

menyebabkan kematian akibat uremia dan gagal jantung dimana sebanyak 219,2

1
juta orang penderita GGK di seluruh dunia menjalani hemodialisa. Menurut

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Penferi) tahun 2014 ditemukan sekitar 3.080

kasus GGK di Indonesia. Menurut data dari Dinkes Prov. Bali (2019) Kabupaten

Gianyar menempati peringkat kedua prevalensi GGK terbanyak di Bali setelah

Tabanan dengan jumlah kasus sebanyak 412 kasus GGK, yang terdiri dari 185

perempuan dan 227 laki-laki dan sebagian besar sudah menjalani hemodialisa.

Pasien yang mengalami GGK dianjurkan untuk menjalani terapi cuci

darah atau hemodialisa. Hemodialisa yang lama atau kronis, umumnya

berlangsung lebih dari enam bulan akan menimbulkan stress fisik, sakit kepala,

kelelahan dan tentunya depresi (Amalia, 2015). Menurut Azahra (2013) pada

penderita GGK dengan hemodialisa, kondisi tubuh pasien akan melemah akibat

dari ketergantungan mesin-mesin dialisis sepanjang hidupnya sehingga keadaan

tersebut akan menimbulkan perasaan tertekan dan berujung depresi. Gejala

gangguan depresi yang dialami pada pasien GGK dengan hemodialisa adalah

sedih, murung dan tidak bersemangat (Amalia, 2015)

Berdasarkan faktor penyebabnya, depresi dapat dibagi menjadi beberapa

faktor diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Bila

pasien GGK mengalami depresi akan berdampak buruk pada penurunan kualitas

hidupnya baik dari segi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

Keadaan pasien GGK akan semakin memburuk jika depresi ini tidak segera

diterapi (Kharisma, 2016)

Depresi memberikan dampak pada tiap individu seperti menyebabkan

penurunan status kesehatan, berkurangnya motivasi, emosi dan kemampuan

2
kognitif yang menyebabkan individu dengan depresi menjadi tidak dapat

berfungsi secara efektif sehingga terdapat ketergantungan dan kehilangan rasa

percaya diri (Sari, 2013). Salah satu penyebab depresi pada faktor biologis adalah

karena seseorang mengidap sebuah penyakit. Penyakit menjadi sebuah masalah

yang mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas

salah satunya adalah penyakit gagal ginjal kronik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azara (2013) menunjukan bahwa

pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa perlu dikaji tingkat

depresinya terkait dengan lamanya proses menjalani hemodialisa sehingga perlu

dilakukan sustainabilitas atau dukungan berkelanjutan dari keluarga untuk

mencegah depresi pada pasien GGK dan meningkatkan kualitas hidup pasien

tersebut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azmi (2015) mengatakan

bahwa tingkat depresi pada pasien GGK di RSUP Dr. M. Djamil tergolong ringan

dimana karakteristik responden terbanyak adalah sebagai berikut; umur 40-49

tahun, perempuan, menikah, pendidikan terakhir SMA dan pekerjaan ibu rumah

tangga.

Menurut penelitian dari Fitriyani (2014) mengatakan bahwa pada

penelitian ini, terdapat hubungan antara konsep diri dengan kejadian depresi pada

pasien dengan gagal ginjal kronik. Dimana pasien gagal ginjal kronik cenderung

mengalami depresi dan memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya, dimana

pasien merasa sudah tidak berguna lagi dan hanya menjadi beban untuk

3
keluarganya. Sehingga dibutuhkan dukungan oleh keluarga untuk memotivasi

pasien agar kualitas hidup pasien kembali membaik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian

tentang “Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan Hemodialisa di

RSU Premagana Gianyar”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan

Hemodialisa di RSU Premagana Gianyar ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan

Hemodialisa di RSU Premagana Gianyar

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi : jenis kelamin, usia,

pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien GGK dengan hemodialisa

4
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan institusi pelayanan

kesehatan memberikan asuhan keperawatan dalam mengidentifikasi gambaran

tingkat depresi pada pasien GGK dengan hemodialisa di RSU Premagana Gianyar

1.4.2 Manfaat Praktis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasi tindakan keperawatan

dalam mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada pasien GGK dengan

hemodialisa di RSU Premagana Gianyar

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar GGK

2.1.1 Definisi

Chronic Kidney Disease (GGK) atau Penyakit Ginjal Kronik didefinisikan

sebagai adanya kerusakan ginjal yang ditandai dengan ekskresi albumin abnormal

atau penurunan fungsi ginjal yang dilihat dengan pemeriksaan Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Kartika, 2017).

Chronic Kidney Disease atau Penyakit Ginjal Kronik adalah suatu keadaan

yang ditandai dengan kelaianan dari struktur atau fungsi ginjal yang muncul

selama lebih dari 3 bulan, yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan. Kriteria

penyakit ginjal kronik yaitu, durasi lebih dari 3 bulan, terdapat penurunan Laju

Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2, dengan atau tanpa

adanya kerusakan ginjal (NKF-KDIGO, 2013).

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit GGK bermacam-macam, menurut Perhimpunan

Nefrogi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2012 dua penyebab utama paling sering

adalah penyakit ginjal hipertensi (35%) dan nefropati diabetika (26%). Penyakit

ginjal hipertensif menduduki peringkat paling atas penyebab GGK. Penyebab lain

dari GGK yang sering ditemukan yaitu glomerulopati primer (12%), nefropati

obstruksi (8%), pielonefritis kronik (7%), nefropati asam urat (2%), nefropati

lupus (1%), ginjal polikistik (1%), tidak diketahui (2%) dan lain-lain (6%).

6
2.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

penyakit yang mendasarinya. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi

struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi..

Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan

tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. proses kompensasi ini kemudian

diikuti oleh proses maladaptasi yaitu sklerosis nefron. Dengan adanya

peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron, ikut memberikan

kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut

(Suwitra, 2014).

Pada stadium dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang

ginjal. Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang ditandai dengan

peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada keadaan LFG sebesar 60%

pasien masih asimtomatik. Selanjutnya pada LFG sebesar 30% mulai timbul

keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang

dan penurunan berat badan. Setelah kadar LFG dibawah 30% pasien

memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan

tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, gangguan

keseimbangan elektrolit. Pada saat LFG di bawah 15% terjadi gejala dan

komplikasi yang serius, pada tahap ini pasien sudah membutuhkan terapi

pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy) antara lain, hemodialisa, peritoneal

dialisis, atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2014).

7
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung apda

penyakit yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi

kurang lebih sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal

mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih bertahan

sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal

(Price & Wilson, 2013).

Selanjutnya patofisiologi terjadinya depresi pada pasien gagal ginjal

kronik yaitu sebagai berikut : Menurut Irfansyah (2017) pasien yang mengalami

gagal ginjal kronik umumnya merasa kalau dirinya dikonotasikan denga sesuatu

yang negatif. Karena persepsi yang salah tersebut sehingga menuntuk pasien

untuk selalu memandang dirinya negatif sehingga muncul lah fase akumulasi

stressor dimana stressor tersebut memperburuk kondisi dan klien menjadi semakin

tidak berdaya sehingga akhirnya muncul lah perasaan depresi tersebut.

2.1.4 Klasifikasi

Penyakit Ginjal Kronik diklasifikasikan berdasarkan penyebab, laju filtrasi

glomerulus, dan kategori albuminuria.

8
Tabel 2.1.
Kategori albuminuria pada PGK AER

ACR
AER (mg/24 (approximate aquivalent)
Kategori Keterangan
jam)
Mg/mmol Mg/g
A1 < 30 <3 < 30 Peningkatan
ringan
A2 30-300 30-300 30-300 Peningkatan
sedang
A3 > 300 > 30 > 300 Peningkatan
berat
Sumber : NKF-KDIGO (2013)

Tabel 2.2
GFR kategori pada PGK

Kategori GFR GFR (ml/min/1.73m2) Keterangan


G1 > 90 Normal atau tinggi
G2 60-89 Turun (ringan)
G3a 45-59 Penurunan ringan ke
sedang
G3b 30-44 Penurunan sedang ke
berat
G4 15-29 Penurunan berat
G5 < 15 Gagal ginjal
Sumber : NKF-KDIGO (2013)

2.1.5 Penatalaksanaan

Pengobatan pada Penyakit ginjal kronik bertujuan untuk memperlambat

perkembangan penyait menjadi End-Stage Renal Disease (ESRD). kontrol

tekanan darah menggunakan Angiotensin- Converting Enzyme (ACE) Inhibitors

atau Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) secara efektif dapat membantu

memperlambat perkembangan dari PGK. Selain itu control glikemik pada pasien

dengan diabetes dapat menghambat perkembangan dari PGK (Turner et al., 2012).

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi, terapi spesifik terhadap

penyakit yang mendasarinya, penecegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,

9
pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuar, pencegahan dan terapi

terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi

ginjal. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya diberikan ketika sebelum terjadi

penurunan

LFG, sehingga tidak terjadi perburukan ginjal. Jika sudah terjadi

penurunan LFG maka terapi terhadap penyakit dasarnya ini sudah tidak banyak

bermanfaat. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid juga penting.

Sedangkan untuk terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik

stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit (Suwitra, 2014).

2.2 Hemodialisa

2.2.1 Definisi

Hemodialisa dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan

komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran semi

permeabel (membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya, hemodialisa adalah suatu

proses pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu

membran semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal baik akut maupun kronik (Suhardjono, 2014).

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah

buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau

pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (Charitas,

2012).

10
2.2.2 Komplikasi

Komplikasi akut yang sering paling sering terjadi adalah hipotensi

terutama pada pasien diabetes. Hipotensi pada HD dapat dicegah dengan

melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi, sehingga

diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal dibandingkan

di akhir dialisis. Kram otot juga sering terjadi selama proses hemodialisa.

Beberapa faktor pencetus yang dihubungkan dengan kejadian kram otot ini adalah

adanya gangguan perfusi otot karena pengambilan cairan yang agresif dan

pemakaian dialisat rendah sodium. Reaksi anafilaktoid juga merupakan salah satu

komplikasi dari hemodialisa. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser sering dijumpai

pada pemakaian pertama (Suhardjono, 2014).

Komplikasi kronik pasien hemodialisa dapat dibagi menjadi dua kategori

yaitu :

1. Komplikasi yang terjadi karena terapi hemodialisa seperti, hipotensi;

anemia; endocarditis

2. Komplikasi yang terjadi karena penyakit ginjal primer seperti nefropati,

kronik gromeluropati, glomerulonefritis (Checheita et al., 2010).

Komplikasi kronik atau komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada

pasien yang menjalani terapi hemodialisa antara lain, penyakit kardiovaskular

(Suhardjono, 2014). Salah satu kesulitan utama pada pasien dialisis jangka

panjang adalah mortalitas yang berhubungan dengan infark miokard dan penyakit

serebrovaskuler. Hal ini mungkin diakibatkan oleh faktor risiko yang umum pada

pasien uremik, seperti, hipertensi, hiperlipidemi, kalsifikasi vaskuler akibat

11
hipertiroidisme dan curah jantung yang tinggi akibat anemia atau faktor lain

(Harrison, 2014).

2.2.6 Lama Terapi Hemodialisa

KDOQI merekomendasikan bahwa pasien dengan residual kidney function

rendah (kurang dari 2 ml/menit) menjalani hemodialisa tiga kali seminggu dengan

durasi 3 jam setiap kali hemodialisa (Rocco et al., 2015). Pranoto (2010) membagi

lama terapi henodialisis menjadi 3 yaitu, kurang dari 12 bulan, 12-24 bulan, dan

lebih dari 24 bulan (Pranoto, 2010).

Pasien yang menjalani hemodialisa selama lebih dari 10 tahun kemudian

melakukan transplantasi ginjal memiliki outcome yang lebih buruk dibandingkan

dengan pasien yang melakukan transplantasi ginjal yang sebelumnya melakukan

terapi hemodialisa dalam waktu yang lebih singkat (Campbell Walsh, 2012).

2.3 Depresi

2.3.1 Pengertian

Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang

disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan somatik maupun gangguan

psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan kedalam gangguan

afektif (Haryanto, 2016)

Depresi adalah kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih

dan kehilangan minat terus-menerus. Depresi biasanya akan memengaruhi

seseorang dalam berpikir dan berperilaku, serta dapat memicu berbagai masalah

fisik maupun emosional (Lalill, 2012).

12
Jadi dapat disimpulkan bahwa depresi adalah suatu gejala yang disertai

dengan perubahan psikologis yang berpengaruh terhadap perubahan fisik pada

seorang penderitanya.

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Depresi

Faktor penyebab timbulnya depresi yang dikemukakan Lubis (2009) yaitu:

a. Faktor Fisik

1. Faktor Genetik

Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat

memiliki risiko lebih besar menderita gangguan depresi dari pada

masyarakat pada umumnya.

2. Susunan Kimia Otak danTubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan

yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi

ditemukan adanya perubahan akibat pengaruh bahan kimia seperti

mengkonsumsi obat-obatan, minum-minuman yang beralkohol, dan

merokok.

3. Faktor Usia

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu

remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Namun

sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun yang

menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak terkena

depresi.

13
4. Jenis Kelamin

Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada

pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, karena

wanita lebih sering mengakui adanya depresi dari pada pria dan dokter

lebih dapat mengenali depresi pada wanita.

5. Gaya Hidup

Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada

penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan

dan depresi.

6. Penyakit Fisik

Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena

mengetahui seseorang memiliki penyakit serius dapat mengarahkan

pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri (self-esteem),

juga depresi.

7. Obat-obatan Terlarang

Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat menyebabkan depresi

karena mempengaruhi kimia dalam otak dan menimbulkan

ketergantungan.

8. Pendidikan

Seseorang yang dengan latar belakang pendidikan yang baik akan

mampu mengendalikan stress secara positif karena dari hasil

pengalamannya terdahulu dalam melakukan studi dan belajar sehingga

sudah terbiasa dalam kondisi tertekan

14
9. Pekerjaan

Latar belakang pekerjaan sebagai pekerja kantoran dan pekerja lepas

memiliki manajemen stress yang berbeda sehingga orang yang bekerja

di kantor lebih sering mengalami depresi akibat tuntutan pekerjaan

dan target yang harus dicapai

b. Faktor Psikologis

1. Kepribadian

Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya

depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada

narapidana yang lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai

konsep diri serta pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe

kepribadian introvert salah satu aspek kepribadian itu adalah

penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik berasal dari diri seseorang

seperti keluarga, masyarakat, dan luar diri individu seperti lingkungan

sosial, antara lain melalui gambaran diri yang positif, hubungan

interpersonal yang baik dengan keluarga dan lingkungan sosial,

kemampuan mengontrol emosi dan rasa percaya diri.

2. Pola Pikir

Pada tahun 1967 psikiatri Amerika Aaron Beck menggambarkan pola

pemikiran yang umum pada depresi dan dipercaya membuat seseorang

rentan terkena depresi. Secara singkat, dia percaya bahwa seseorang

yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan terkena depresi.

15
3. Harga Diri (self-esteem)

Harga diri yang rendah akan berpengaruh negatif pada seseorang yang

bersangkutan dan mengakibatkan seseorang tersebut akan menjadi

stres dan depresi.

4. Stres

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah,

atau stres berat yang lain dianggap dapat menyebabkan depresi.

Reaksi terhadap stres sering kali di tangguhkan dan depresi dapat

terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.

5. Lingkungan Keluarga

Ada tiga hal seseorang menjadi depresi di dalam lingkungan keluarga

yaitu dikarenakan kehilangan orangtua ketika masih anak-anak, jenis

pengasuhan yang kurang kasih saying ketika kecil, dan penyiksaan

fisik dan seksual ketika kecil.

Berdasarkan faktor-faktor penyebab depresi yang dipaparkan sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi depresi dapat

terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Semua

faktor depresi ini pada umumnya dikarenakan stres yang berkepanjangan,

sehingga menimbulkan depresi dengan faktor yang berbeda-beda.

Depresi pada pasien GGK diakibatkan oleh kondisi dimana pasien merasa

jika tubuhnya sudah lemah dan tidak mampu untuk melakukan pekerjaan

sebagamana dahulu dilakukan. Hal ini berakitbat pada status psikologis penderita

yang cenderung murung dan berdiam diri. Depresi pada pasien GGK bisa

16
memperburuk kondisi tubuhnya bahkan mengakibatkan komplikasi yang parah

seperti hipertensi dan jantung, sehingga dibutuhkan dukungan dari keluarga,

teman dan sahabat untuk bisa bangkin dan menjalani kehidupan dengan aktivitas

yang minimal namun tetap produktif.

2.2.7 Alat Ukur Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan Hemodialisa

Terdapat 3 alat ukur atau instrumen pengukuran tingkat depresi yang

umum digunakan. Yang pertama adalah The Beck Depression Inventory yang

terdiri dari 21 item yang bisa diisi oleh pasien dan bertujuan untuk menilai tingkat

kegawatan depresi yang dimiliki oleh pasien. Setiap respon jawaban dinilai

berdasarkan skala 0 (tidak mengalami) sampai 3 (berat). Skala ini berisikan aspek

kognitif seperti (bayangan mengenai kegagalan di masa lalu) dan

somatik/vegetatif. Kuesioner terdiri dari 21 item pernyataan dengan teknik

skoring yaitu ; skor = 0-13 dinyatakan tidak depresi atau depresi minimal, skor =

14-19 dikatakan depresi ringan, skor = 20-28 dikatakan depresi sedang dan skor

29-63 disebut depresi berat (Restarina, 2017).

Alat ukur yang kedua adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang

pertama kali diperkenalkan oleh Yesavage (1983). GDS telah diuji dan digunakan

secara luas pada penduduk usia lanjut di seluruh dunia, baik itu untuk praktek

klinis maupun penelitian. GDS memiliki sensitivitas sebesar 92% dan spesifikasi

yaitu sebesar 89%. GDS terdiri dari 30 pernyataan singkat dan peserta diminta

untuk menanggapi dengan jawaban “ya” atau “tidak”.

17
Alat ukur yang ketiga adalah dan yang akan digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah HDRS (Hamilton Depression Rating Scale) merupakan salah

satu instrumen penilaian depresi yang paling awal dikembangkan. Pada tahun

1960, Max Hamilton menggunakan berbagai literatur dan pengalaman klinik yang

sering ditemukan dalam menyusun 14 item pernyataan terkait depresi.

Keempatbelas item tersebut dinilai bukan merupakan gejala umum yang

merefleksikan tingkat keparahan depresi. HDRS berisi pernyataan standard

kriteria penilaian derajat depresi yang umum digunakan oleh para tenaga

kesehatan. Reliabilitas antara pemeriksa umumnya cukup tinggi, begitu pula

reliabilitas oleh satu pemeriksa yang dilakukan pada waktu yang berbeda (Cusin,

2010). Instrumen HDRS memiliki tingkat konsistensi yang lebih tinggi

dibandingkan instrumen lainnya. Reliabilitas yang dimiliki pada umumnya juga

cukup tinggi. Demikian juga halnya reliabilitas oleh satu pemeriksa yang

dilakukan pada waktu yang berbeda (Munir, 2015). Dari beberapa keunggulan

tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan instrumen HRDS pada penelitian

ini agar memperoleh hasil yang konsisten dan valid.

18
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu dengan

konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep didapatkan dari

konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian (Setiadi, 2013).

Kerangka konsep pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

Pasien GGK yang Tingkat Faktor yang


menjalani HD Depresi mempengaruhi tingkat
depresi
1. Faktor Fisik
- Genetik
1. Normal - Obat-obatan
2. Ringan - Pendidikan
3. Sedang - Pekerjaan
4. Berat 2. Faltor Psikologis
5. Sangat berat - Kepribadian
- Pola pikir
- Harga diri
- Stress
: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti

: Alur pikir

Gambar 3.1
Kerangka konsep pada penelitian tentang Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien
GGK dengan Hemodialisa di RSU Premagana Gianyar

19
Alur berpikir pada kerangka konsep penelitian ini adalah tingkat depresi

pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dipengaruhi oleh

dua faktor, diantaranya faktor fisik dan psikologis. Faktor tersebut mempengaruhi

kehidupan penderita gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisa

3.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki anggota sekelompok

(orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

tersebut. Variabel merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang di

definisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran (Nursalam, 2016). Pada

penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal karena penelitian

ini termasuk penelitian sederhana. Variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat

depresi pada pasien GGK dengan hemodialisa

3.3 Definisi operasional

Pada bagian ini berisi tentang penjelasan atau definisi yang di buat oleh

peneliti tentang fokus studi yang di rumuskan secara operasional yang akan

digunakan pada penelitian dan bukan merupakan definisi konseptual berdasarkan

literatur. Berikut adalah tabel 3.1 tentang definisi operasional :

20
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi
Alat Skala Hasil
Variabel Operasional Parameter
Ukur Ukur Pengukuran
Variabel
1 2 3 4 5 6
Tingkat Tingkat depresi Responden Kuesioner
Ordinal Nilai
Depresi merupakan mampu HDRS keseluruhan ≤
pada Pasien kondisi dimana menjawab dan 7 : normal
GGK yang seseorang menyampaika
menjalani mengalami n kondisi Nilai
hemodialisa perasaan yang depresi yang keseluruhan
sedih, tidak dialaminya 8-13 : depresi
berdaya dan ringan
kurang
bersemangat Nilai
sehingga keseluruhan
menyebabkan 14-18 :
penurunan depresi
kualitas hidup sedang
dengan
menggunakan Nilai
kuesioner HDRS keseluruhan
yang terdiri dari 19-22 :
24 pernyataan depresi berat

Nilai
keseluruhan ≥
23 : depresi
sangat berat

21
BAB IV

METODOLOGI PENULISAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain yang di gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah adalah

deskriptif, yaitu jenis rancangan penelitian yang banyak dilakukan diberbagai

bidang (Notoatmodjo, 2010). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu peristiwa, keadaan,

objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel

yang bisa dijelaskan baik menggunakan angka-angka maupun kata-kata

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan tingkat depresi pada pasien

GGK dengan hemodialisa di RSU Premagana Gianyar.

4.2 Tempat dan Waktu

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU Premagana Gianyar

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 10 sampai dengan 30 Juni 2020

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

22
4.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien di RSU Premagana Gianyar yang berjumlah

20 orang..

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang

sama dengan populasi (Sugiyono, 2010). Berikut merupakan kriteria inklusi dan

eksklusi dari responden penelitian.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Pasien yang sudah menjalani hemodialisa minimal selama 3 bulan

terakhir

b. Pasien yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitan ini yaitu :

a. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

b. Pasien yang mengalami kondisi gawat

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara total sampling,

yaitu cara pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah

populasi yang ada. Sampel yang diambil pada penelitian adalah penderita GGK

23
dengan hemodialisa di RSU Premagana Gianyar yang berjumlah 20 orang dengan

menggunakan 2 kriteria yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.

4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

4.4.1 Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan dari penelitian, baik yang berupa fakta

maupun angka. Pada penelitian ini menggunakan jenis data primer yaitu data yang

diperoleh langsung dari responden penelitian menggunakan alat ukur atau

pengambilan data (Saryono 2011). Dalam penelitian ini diperoleh melalui

pengisian kuisioner oleh responden

4.4.2 Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan instrument pengumpulan data yang

digunakan dalam studi kasus diuraikan pada bagian ini. Penyusunan bagian awal

instrumen dituliskan karakteristik responden, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa. Jenis instrument yang digunakan

adalah kuesioner, di dalam pengumpulan data ini memiliki keterbatasan karena

dilakukan pada masa pandemi sehingga di dalam pengumpulan data harus

mematuhi protokol kesehatan diantaranya dengan memakai alat pelindung diri

lengkap (APD), pada saat pengumpulan data dan di bantu oleh perawat.

1. Awal

Data mengenai tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus di RS

Premagana Gianyar dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner

yang diberikan kepada masing-masing responden. Sebelum

24
mengumpulkan data, beberapa langkah yang dilakukan adalah melakukan

pendekatan kepada pihak terkait seperti Direktur RSU Premagana dan

Kepala Ruangan Hemodialisa RSU Premagana untuk mengurus ijin

penelitian, pendekan terhadap calon responden, menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Jika

responden bersedia untuk diteliti maka responden dianjurkan untuk

menandatangani lembar persetujuan

2. Pengambilan data

Pada tahap penelitian hal yang dilakukan yaitu dilanjutkan dengan

penyebaran kuisioner yang berisikan pernyataan-pernyataan untuk

mengkaji mengenai tingkat depresi. Setelah responden mengisi kuisioner

kemudian kuisioner dikumpulkan dan data diolah dengan teknik

pengolahan data yang telah ditentukan. Selama proses pengambilan data,

peneliti dibantu oleh rekan perawat dengan menggunakan alat pelindung

diri lengkap.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dan laporan tentang hal-hal yang diketahui

responden (Sugiyono, 2013). Intrumen atau alat pengumpulan data pada penelitin

ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan daftar pernyataan yang disusun secara tertulis dalam

rangka pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner HDRS

dimana instrumen yang digunakan terdapat 2 bagian yaitu kuesioner untuk

25
melengkapi data karakteristik pasien yang terdiri dari umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa. Sedangkan bagian yang

kedua berisikan daftar pernyataan untuk mengukur tingkat depresi. Pernyataan

dibuat dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh lansia. Skoring

dalam kuesioner terdiri dari 5 jenis depresi yaitu : tidak ada depresi, ringan,

sedang, berat dan berat sekali. Dalam kuesioner tersebut terdapat 24 pernyataan.

Instrument tentang pengetahuan adalah kuisioner yang dibuat oleh

penelitian, yang merujuk pada penelitian Khanifan (2018). Pernyataan pada

kuesioner terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Maka penilaian dari

kuesioner dapat dijabarkan pada tabel sebagai berikut:

Total Skor :

Nilai keseluruhan ≤ 7 : normal

Nilai keseluruhan 8-13 : depresi ringan

Nilai keseluruhan 14-18 : depresi sedang

Nilai keseluruhan 19-22 : depresi berat

Nilai keseluruhan ≥ 23 : depresi sangat berat

4.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Menurut Sugiyono (2010) agar analisis penelitian menghasilkan informasi

yang benar, ada empat tahapan dalam mengolah data yang harus dilalui, yaitu :

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah :

26
a. Lengkap : semua pernyataan telah terisi jawabannya

b. Jelas : jawaban pernyataan apakah tulisan cukup jelas

terbaca

c. Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan

pernyataan

d. Konsistensi : apakah antara beberapa pernyataan yang berkaitan

isi jawabannya konsisten

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan agar mempermudah pada saat analisis data

dan juga mempercepat pada saat entry data. Bagian yang dicoding antara

lain

a. Jenis Kelamin : Laki-Laki (1), Perempuan (2)

b. Umur : 20-59 tahun (1), 60-75 tahun (2)

c. Pendidikan : Tidak Sekolah (1), SD (2), SMP (3), SMA (4)

d. Pekerjaan : Tidak Bekerja (1), Petani (2), Swasta (3), Pegawai Negeri

(4), Wirausaha (5)

3. Proccessing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, maka langkah

selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan

data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 26 yang

dilakukan di komputer/laptop untuk diperoleh hasil dari kuesioner itu

sendiri.

27
4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel agar memudahkan

peneliti dalam memahami persebaran data dengan karakteristik data yang terdiri

dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa.

4.6 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) etika penelitian terdiridari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi pasien)

Pada penelitian ini, responden diminta untuk mengisi informed consent.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti tentang maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

makamereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden

tidak bersedia, maka penelitian harus menghormati hak responden.

2. Anonymity (tampa nama)

Peneliti memberikan jaminan kepada responden bahwa peneliti

menggunakan inisial untuk mengklasifikasikannya sehingga tidak ada

nama yang ditulis secara jelas yang bisa mengganggu privacy dari

responden itu sendiri.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Data pribadi terkait data diri atau penyakitnya bersifat aman dan rahasia

sehingga tidak akan ditampilkan dan disebarkan ke orang lain.

28
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Premagana awalnya sebuah klinik bersalin yang

didirikan oleh dr.Wayan Sudirtha Yasa SpOG, dengan nama Klinik Bersalin &

Umum Premagana. Klinik Bersalin ini di resmikan pada Tanggal 24 Januari 2004.

Klinik Bersalin berdiri diatas tanah seluas 8 (delapan) are dengan dua lantai

disertai fasilitas yang cukup lengkap diantaranya poliklinik kebidanan, ruang

bersalin, ruang rawat inap dengan kelas perawatan mulai dari yang sederhana

sampai ruang VIP. Ruang Hemodialisa mulai berdiri sejak tanggal 20 November

2017 dengan kapasitas tempat tidur mencapai 25 bed dan terdiri dari 12 perawat

jaga dan 1 orang dokter penanggungjawab.

5.1.2 Karakteristik Responden

Pengkajian dilakukan pada 20 responden yang mengalami GGK.

Pengkajian pada responden dilakukan pada tanggal 10 Juni sampai dengan 20 Juni

2020 yang berlokasi di Ruang Hemodialisa RSU Premagana Gianyar. Berikut

merupakan tabel distribusi frekuensi dari responden berdasarkan jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa.

29
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa

Variabel Jumlah Persentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 12 60
Perempuan 8 40
Umur
20-59 10 50
60-75 10 50
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 5
SD 4 20
SMP 3 15
SMA 7 35
Perguruan Tinggi 5 25
Pekerjaan
Tidak Bekerja 1 5
Petani 4 20
Pegawai Negeri 3 15
Swasta 7 35
Wirausaha 5 25
Lama Menjalani
Hemodialisa
<5 tahun 8 40
>5 tahun 12 60

Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat dari 20 responden ditemukan sebagian

besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan 12 orang atau 60%

dibandingkan pasien perempuan yang berjumlah 8 orang atau 40%. Pengkajian

umur meliputi dewasa (20-59) tahun dan juga lansia (60-75) tahun ditemukan data

bahwa dari 20 responden yang menjalani hemodialisa di RSU Premagaran

Gianyar, distribusi umur berbanding rata atau seimbang antara usia dewasa (20-59

tahun) dan lansia (60-75) tahun. Selanjutnya pada pengkajian tingkat pendidikan

dari tabel di atas ditemukan data bahwa dari 20 responden yang menjalani

hemodialisa di RSU Premagana Gianyar, sebagian besar berpendidikan SMA

dengan jumlah 35%, posisi kedua diikuti perguruan tinggi dengan 25%, posisi

ketiga yaitu SD dengan 20%, selanjutnya ada SMP dengan 15% dan terakhir tidak

30
sekolah dengan 5% dan terakhir pada item tingkat pekerjaan dari tabel di atas

ditemukan data bahwa dari 20 responden yang menjalani hemodialisa di RSU

Premagaran Gianyar, sebagian besar merupakan pegawai swasta dengan jumlah

35%, sedangkan yang kedua diisi oleh PNS dengan 25%, selanjutnya ada

beberapa responden yang tidak bekerja dengan jumlah 20% dan wirausaha dengan

15% dan terakhir ada petani dengan 5%. Terakhir berdasarkan lama menjalani

hemodialisa, diperoleh data sebanyak 40% responden menjalani hemodialisa <5

tahun dan sebanyak 60% responden menjalani hemodialisa >5 tahun.

5.1.2 Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisa

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar kepada 20 responden, diperoleh

hasil skoring kuesioner yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.2. Hasil Penlaian Kuesioner Tingkat Depresi

Tingkat Depresi Frekuensi Persentase


Normal 0 0
Depresi ringan 10 50
Depresi sedang 0 0
Depresi berat 7 35
Depresi sangat berat 3 15
Total 20 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tingkat

depresi yang dialami responden adalah depresi ringan dengan jumlah responden

sebanyak 10 orang atau 50%, selanjutnya ada depresi berat dengan 7 orang

responden atau 35% dan terakhir ada depresi sangat berat dengan 3 orang atau

15%.

31
5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik

Hasil penelitian pada responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang.

Penelitian mengi, pasien laki-laki jumlahnya paling banyak dengan 60%. Hasil

penelitian ini sejalan dengan jurnal Astri (2019) bahwa jenis kelamin laki-laki

lebih banyak menderita gagal ginjal dengan jumlah 52,8% dibandingkan dengan

perempuan yang hanya 47,2% dari total 89 responden. Hal ini berhubungan

dengan kebiasaan pola hidup laki-laki yang gemar mengonsumsi alkohol &

merokok dimana ini menjadi cikal bakal gangguan pembuluh darah dan ginjal

sehingga mayoritas jenis kelamin laki-laki memiliki risiko tinggi terhadap

penyakit gagal ginjal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Riskesdas (2018)

yang menyatakan bahwa sebanyak 0,42% laki-laki menderita GGK dibandingkan

dengan perempuan yang hanya berjumlah 0,35%. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena GGK dibanding

perempuan karena pola hidup laki-laki yang gemar mengonsumsi alkohol,

merokok dan begadang sehingga hal ini akan menurunkan kemampuan fungsi

ginjalnya.

Berdasarkan persentase umur yang telah disebutkan di atas bahwa dari 20

pasien GGK yang menjalani hemodialisa di RSU Premagaran Gianyar,

berbanding 50%-50% antara rentang usia 20-59 tahun dengan 60-75 tahun.

Menurut peneliti gagal ginjal umumnya diderita oleh orang yang berusia lanjut

sehingga dikatakan sebagai penyakit degeneratif. Namun pada jaman sekarang

gagal ginjal juga banyak ditemukan pada usia muda yaitu usia 20 tahunan karena

32
perubahan pola hidup dan pola makan yang tinggi alkohol dan bahan kimia. Hasil

ini didukung oleh jurnal Syaiful (2014) menjelaskan bahwa dalam penelitiannya

kelompok umur paling banyak yang mengalami gagal ginjal kronik berada pada

rentang umur 50-59 tahun dengan jumlah 30 orang atau persentasenya 50,86%.

Hasil ini berkaitan dengan usia dewasa muda hingga lansia muda dimana pada

usia ini seseorang akan mengalami stress khususnya tekanan dalam hal pekerjaan

dan ini berpengaruh terhadap psikologis dan psikhisnya. Penelitian ini didukung

melalui teori yang mengatakan gagal ginjal kronis semakin banyak menyerang

pada usia dewasa muda. Hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat sepetti

banyaknya mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan yang membuat stres,

duduk seharian di kantor, sering minum kopi, minuman berenergi, jarang

mengkonsumsi air putih. Kebiasaan kurang baik tersebut menjadi faktor risiko

kerusakan pada ginjal (Annis, 2016). Disamping itu kerusakan ginjal umunya

baru muncul ketika fungsi ginjal hanya tinggal 15% dimana gejala ini umumnya

terjadi ketika sudah menginjak lanjut usia awal atau usia 60 tahun (Syaiful 2014).

Hasil menunjukan bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisa di

RSU Premagaran Gianyar, paling banyak (35%) berpendidikan SMA. Menurut

peneliti, seseorang dengan pendidikan tinggi biasanya akan bekerja di sektor

kantoran dimana tingkat stress pekerjaan tersebut cukup tinggi sehingga dapat

mengganggu pola hidup dan menimbulkan penyakit degeneratif seperti hipertensi

yang berujung pada GGK

Penelitian ini sejalan dengan jurnal Sitiaga (2015) yang mengatakan

bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pemberian metode diet pada pasien

33
gagal ginjal kronik dimana sebanyak 88% responden yang mengenyam

pendidikan SMA dan perguruan tinggi memiliki kepatuhan dalam menjalankan

diet yang lebih besar daripada yang berpendidikan SMA ke bawah yang hanya

memiliki tingkat kepatuhan sebesar 12% dimana hal ini dikarenakan seseroang

yang memiliki pendidikan tinggi akan memperoleh informasi dan pengalaman

lebih baik daripada mereka yang pendidikannya kurang.

Teori lain juga mengatakan bahwa pendidikan dapat mengembangkan

kepribadian serta kemampuan intelektual. Pendidikan merupakan hasil usaha

yangg disengaja sehingga hal tersebut tampak pada tingkah laku dewasa

bertanggung jawab dalam segala hal, mampu menentukan pilihan yang

kesemuanya mencerminkan sebagian dari ciri-ciri kedewasaan seseorang. Adapun

yang dimaksud dengan dewasa secara sosial adalah seseorang itu telah

bertanggung jawab (Retno, 2017). Sehingga pendidikan berpengaruh terhadap

kejadian GGK dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat

stress atau depresi yang dialami juga semakin tinggi.

5.2.4 Pekerjaan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pasien GGK yang menjalani

hemodialisa di RSU Premagaran Gianyar, sebagian besar responden atau

sebanyak (35%) merupakan pekerja swasta. Menurut penelitian Ririn (2013)

bahwa tingkat pekerjaan seseorang berpengaruh kepada kejadian gagal ginjal

kronik, dimana responden yang bekerja sebagai pekerja kantoran memiliki

persentase yang lebih tinggi yaitu sebanyak 55% dibandingkan dengan yang

bekerja bukan sebagai pekerja kantoran dengan 45% dimana hal ini dikarenakan

34
pekerja kantoran memiliki tingkat stress yang lebih tinggi serta peluang untuk

melakukan aktivitas fisik dan olahraga juga sedikit sehingga meningkatkan risiko

obesitas yang dapat memicu penyakit kardiovaskular yang berujung pada gagal

ginjal kronik. Peneliti berpendapat bahwa pekerjaan yang hanya duduk di kantor

menjadikan seseorang akan memiliki sedikit waktu untuk berolahraga atau

menggerakan anggota geraknya sehingga akan berisiko mengalami obesitas yang

merupakan cikal bakal penyakit degeneratif seperti gagal ginjal.

Munculnya penyakit degeneratif ini tidak terlepas dari perubahan gaya

hidup modern dan tuntutan hidup yang menyebabkan stress psikologis meningkat.

Beberapa penyebab utama penyakit degenerative dikalangan masyarakat modern

yaitu gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum beralkohol,

pola makan yang tidak sehat, aktifitas fisik yang kurang, tress psikologis dan

pencemaran lingkungan (Izfaisah, 2016).

5.2.5 Lama Menjalani Hemodialisa

Pada tabel 5.1 bahwa sebanyak 12 responden atau 60% menjalani

hemodialisa selama >5 tahun. Hal ini terjadi karena kebanyakan pasien

merupakan lansia dan sebagian besar dari pasien yang menjalani hemodialisa di

RSU Premagana merupakan pasien yang dulu pindahan dari rumah sakit lain,

karena lokasinya lebih dekat dari rumah sehingga memilih untuk melakukan

hemodialisa di RSU Premagana. Menurut penelitian Wahyuni (2015) mengatakan

bahwa berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0,022 (<0,05) maka

dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama

menjalani HD dengan kualitas hidup pada pasien GGK dengan DM di RSUP Dr.

35
M. Djamil Padang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurchayati (2011) tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

kualitas hidup pasien GGK yang menjalani HD, dimana salah satu faktor tersebut

adalah lamanya menjalani HD. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa

didapatkan nilai p sebesar 0,018 (<0,05) artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara lama menjalani HD dengan kualitas hidup pasien GGK.

Menurut Nurchayati (2011), semakin lama pasien menjalani HD maka

pasien semakin patuh untuk menjalani HD karena biasanya responden telah

mencapai tahap menerima ditambah mereka juga kemungkinan banyak

mendapatkan pendidikan kesehatan dari perawat dan juga dokter tentang penyakit

dan pentingnya melaksanakan HD secara teratur bagi mereka.

5.2.6 Tingkat Depresi pada Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa

Pada tabel 5.2 diperoleh data bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat depresi yang ringan dengan persentase mencapai 50% atau setengah dari

jumlah responden yang diteliti. Hasil ini sesuai dengan yang disebut Putri (2016)

bahwa hasil penelitian menunjukkan 23,3% responden mengalami tingkat depresi

ringan. Depresi ringan muncul pada seseorang yang sudah memiliki manajemen

stress yang baik dan dukungan keluarga yang adekuat sehingga akan memperbaiki

kualitas hidup dan cara mereka dalam menghadapi situasi kehidupan.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, ditemukan bahwa sebagian besar

responden mengalami depresi ringan. Hasil ini sejalan dengan teori Wahid (2018)

bahwa pasien yang yang menjalani hemodialisa akan mengalami depresi ringan

sehingga akan kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi dan akan

36
mudah lelah yang membuat menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian

kurang, harga diri dan kepercayaan diri yang kurang, dan hanya sedikit kesulitan

dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya. Penelitian dari

Rustina (2012) bahwa depresi merupakan komplikasi psikopatologis tersering dan

juga paling penting pada pasien hemodialisis. Beberapa peneliti telah melakukan

penelitian mengenai depresi pada pasien-pasien hemodialisis. Salah satunya

penelitian dari Rahayu (2018) yang mengatakan bahwa pasien gagal ginjal dengan

hemodialisa yang diteliti menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory

(BDI) diperoleh hasil bahwa yang mencapai skor BDI >10 berjumlah 46,4%, yang

mencapai skor BDI > 11 sebanyak 51% sehingga dari penelitiannya disimpulkan

bahwa hampir sebagian responden yaitu 46,3 % (31 orang) responden mengalami

stres sedang karena menjalani hemodialisis. Hal ini terjadi karena Pasien GGK

yang menjalani HD sebagian sudah menjalani HD dalam waktu yang lama

sehingga sebagian pasien sudah merasa terbiasa dengan segala perubahan yang

terjadi dalam dirinya, walaupun terkadang komplikasi dari penyakit GGK sering

membuat pasien mengalami berbagai masalah dan bila mekanisme koping pasien

tidak baik dalam merespon stressor akan berdampak pada tingkat stress pasien.

Stres muncul ketika seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap suatu

peristiwa atau situasi. Ada dua faktor yang mengakibatkan situasi atau peristiwa

menimbulkan stress yaitu yang berhubungan dengan individu itu sendiri dan yang

berhubungan dengan situasi yang dialami oleh individu. Situasi atau peristiwa

yang berhubungan dengan individu dapat berupa kondisi tertentu dalam

lingkungan yang merusak jaringan dalam tubuh, seperti hawa panas/dingin yang

37
berlebihan, luka atau penyakit. Keadaan sakit menyababkan munculnya tuntutan

pada sytem biologis dan fsikologis individu, dimana derajat stress yang akan

timbul karena tuntutan ini tergantung pada keseriusan penyakit dan umur individu

tersebut. Sementara yang berhubungan dengan situasi yang dialami individu dapat

berupa pertambahan anggota keluarga, perceraian, kematian dalam keluarga,

pekerjaan serta keadaan lingkungan. Dari hasil penelitian Rahayu (2018) dengan

judul “Hubungan Frekuensi Hemodialisis dengan Tingkat Stres Pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis” diperoleh data yaitu sebanyak

14 (20,9%), pasien mengalami stress berat, hal ini dikarenakan pasien merasa

cemas karena penyakit GGK tidak bisa disembuhkan dan harus mengalami

berbagai komplikasi baik pisik maupun mental, memang sulit menghadapi

kenyataan harus menjalani HD rutin 2x setiap minggu seumur hidup, belum lagi

segi ekonomi karena pasien harus mengeluarkan biaya transfortasi, dan tidak bisa

bekerja seperti biasa pada saat menjalani HD. Peneliti berpendapat bahwa

sebagian besar responden memiliki tingkat depresi yang rendah dimana hal ini

terjadi karena kondisi ekonomi pasien yang rata-rata menengah ke atas dengan

tingkat pendidikan yang cukup sehingga pasien sudah bisa mengendalikan sress

dan depresi yang dialami karena kebutuhan hidup lainnya sudah terpenuhi.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Keterbatasan yang diperoleh pada penelitian ini yang paling utama adalah

penelitian ini dilakukan pada masa pandemi sehingga dalam proses

38
penyebaran kuesioner dan pengumpulan data, peneliti merasa terhambat

karena penelit wajib menjaga jarak, dan mematuhi protokol kesehatan,

sehingga membutuhkan waktu dan usaha lebih dalam melakukan

pendekatan ke responden.

2. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan tulisan yang banyak dan

bahasa yang kemungkinan sulit untuk dipahami oleh responden, selain itu

kondisi responden yang lemah dan menurunnya konsentrasi juga membuat

peneliti sedikit harus berusaha dalam menjelaskan kuesioner ini kepada

responden agar bisa dipahami.

39
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, rentang

usia terbanyak ditemukan pada usia (20-59) tahun, mayoritas

berpendidikan SMA, pekerjaan terbanyak adalah swasta dan sebagian

besar menjalani hemodialisa selama >5 tahun.

2. Responden sebagian besar memiliki tingkat depresi yang ringan dengan

persentase sebesar 50%.

6.2 Saran

1. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan

penelitian terkait tentang tingkat depresi pada pasien GGK dengan

hemodialisa, untuk menggunakan metode lain ataupun menggunakan

desain penelitian yang lain sehingga memperoleh hasil penelitian yang

lebih variatif.

2. Diharapkan kepada perawat dan dokter di RSU Premagana Gianyar

supaya memberikan KIE secara rutin kepada seluruh pasien agar derajat

depresi yang dialami semakin berkurang dan pasien bisa lebih berjiwa

besar dalam menghadapi penyakitnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ade. 2017. Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta

Affandi & Reggy. 2016. Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada Stroke.
Jurnal UMY. 43(3), 180-182

Amalia. 2015. Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal FK
UNAND. 4(1)

Anggraeni, dkk. 2018. Gambaran Tingkat Depresi Lansia. Jurnal Keperawatan


Ilmiah. 4(4), 80-93

Annis. 2016. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik pada Dewasa Muda di RSUD Dr.
Moerwadi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadyah Surakarta.

Ariastuti. 2015. Prevalensi dan Distribusi Faktor Risiko Depresi pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I Gianyar. Jorunal Udayana.
7(1), 215

Aru, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta; Interna
Publishing

Astri. 2016. Hubungan Jenis Kelamin dan Frekuensi Hemodialisa dengan Kualitas
Hidup Pasien GGK di RSUD Mattaher Jambi. Skripsi. STIKBA Jambi

Darliana. 2017. Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Pasien Pasca Stroke.
Idea Nursing Jurnal. 8(3), 75-78

Guyton. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta; Penerbit
Buku Kedokteran EGC. H

Haryanto. 2015. Sistem Deteksi Gangguan Depresi pada Anak-Anak dan Remaja.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 14(2), 143

Huda, A., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


NANDA Nic-Noc. (3rd ed). Jogjakarta: Mediaction

Hutagol. 2016. Peningkatan Kualitas Hidup pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention di

41
Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan. Jurnal Keperawatan Medan.
2(1), 43

Izfaisah. 2016. Menurunkan Tingkat Stress dan Penyakit Degeneratif dengan


Pendekatan FGD di PT Kayu Lapis Indonesia. Indonesian Journal of
Community Empowerment. 2(5)

KDIGO. 2013. Clinical Practice Guideline Update for the Diagnosis, Evaluation,
Prevention, and Treatment of Chronic Kidney Disease–Mineral and Bone
Disorder. Journal of Nephrology

Kemenkes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jurnal Kesehatan. 61-62

Kozier. Erb, Berman. Synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses & Praktik, Volume 1, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Lukman. 2013. Hubungan Tindakan Hemodialisa dengan Tingkat Depresi Klien


Penyakit Ginjal Kronik di BLU RSUP Prof. Dr. Kandou Manado. E-
Journal Keperawatan. 1(1), 1-2

Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta


Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Putri. 2016. Gambaran Tingkat Depresi Lansia yang Melakukan Senam di Panti
Sosial Tresna Werdha Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia. 19(2), 93-
95

Putri. 2016. Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien
GGK yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr Soebandi Jember. Jurnal
FKUJ. 2(1)

Rahayu. 2018. Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Tingkat Stres pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan
Silampari. 1(2)

Retno. 2017. Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas 1


Semarang. E-Jorunal Keperawatan. 3(2)

Ririn. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien


GGK yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Urologi. 9(2)

Rustina. 2012. Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di Rsud Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2012.
Naskah Publikasi. FKUP Pontianak.

42
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Sitiaga. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Dukungan


Keluarga dengan Asupan Protein pada Pasien GGK yang Menjalani
Hemodialisa. Skripsi. Universitas Muhammadyah Surakarta

Smeltzer & Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta;
EGC

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Syaiful. 2014. Hubungan Umur dan Lamanya Hemodialisis dengan Status GIzi
pada Penderita GGK yang Menjalani Hemodialisa di RS Djamil Padang.
Jurnal FKUnand. 3(2)

Valente, et al. 2015. Mechanisms of Low Back Pain. F1000 Research. 2(1)

Wakhid. 2018. Gambaran Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan. 6(1)

Yuhelrida. 2016. Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Objective Structured


Clinical Examination (OSCE) (Studi pada Peserta UKMP2DG Unsyiah
Periode II Tahun 2016). Journal Cannius. 2(1)

43
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth. Calon Responden
Di RSU Premagana Gianyar

Dengan Hormat,
Saya I Wayan Niko Ariantara, Mahasiswa Diploma III Stikes KESDAM
IX/Udayana Denpasar, bermaksud akan mengadakan penelitian yang berjudul
“Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien GGK dengan Hemodialisa di RSU
Premagana Gianyar”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada
pasien GGK dengan hemodialisa. Untuk maksud tersebut, peneliti memohon
kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Peneliti menjamin
kerahasiaan segenap informasi yang diberikan dan hanya akan menggunakan
informasi tersebut untuk pengembangan ilmu dan teknologi khususnya di bidang
keperawatan.
Atas kesediaan dan perhatiannya , peneliti mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 10 Juni 2020

I Wayan Niko Ariantara


KP.10.17.055

44
Lampiran 2

SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON

HAMILTON RATING SCALE FOR DEPRESSION

Tanggal Pemeriksaan :

Pemeriksa :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Lama Menjalani HD :

Untuk setiap nomor di bawah ini, pilihlah keadaan yang paling tepat

menggambarkan tentang pasien.

1. Keadaan Perasaan sedih ( sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna)

0 = Tidak ada

1 = Perasaan ini ada hanya bila ditanya

3 = Perasaan ini dinyatakan spontan secara verbal

4 = Perasaan ini dinyatakan spontan secara verbal dan non verbal maupun

non verbal

2. Perasaan bersalah

0 = Tidak ada

45
1 = Menyalahkan diri sendiri, merasa telah mengecewakan orang lain

2 = Ide-ide bersalah atau renungan tentang perbuatan salah atau berdosa

pada masa lalu

3 = Sakit ini merupakan suatu hukuman, waham bersalah

4 = Mendengar suara-suara tuduhan atau kutukan dan/atau mengalami

halusinasi penglihatan yang mengancam

3. Bunuh diri

0 = tidak ada

1 = merasa hidup tidak berharga

2 = mengharapkan kematian atau segala pikiran tentang kemungkinan

tersebut

3 = ide-ide atau gerak-gerak tentang bunuh diri

4 = percobaan bunuh diri (segala percobaan yang serius diberi nilai 4)

4. Insomnia (early)

0 = tidak ada kesulitan jatuh tidur

1 = kadang-kadang mengeluh sulit tidur, misalnya lebih dari 15 menit

2 = mengeluh sulit jatuh tidur tiap malam

5. Insomnia (middle)

0 = tidak ada kesulitan mempertahankan tidur

1 = mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam

2 = terjaga sepanjang malam (segala keadaan bangkit dari tempat tidur

diberi nilai 2 kecuali untuk buang air kecil)

6. Insomnia (late)

46
0 = tidak ada kesulitan

1 = bangun terlalu pagi tetapi dapat tidur kembali

2 = bila telah bangun/bangkit dari tempat tidur, tidak dapat tidur kembali

7. Kerja dan kegiatan

0 = tidak ada kesulitan

1 = pikiran dan perasaan tentang ketidakmampuan, keletihan atau

kelemahan sehubungan dengan kegiatan, kerja atau hobi

2 = hilangnya minat dalam melakukan kegiatan, hobi atau pekerjaan, baik

dilaporkan secara langsung oleh pasien atau secara tidak langsung

melalui kelesuan/tidak bergairah keragu- raguan dan kebimbangan

(merasa harus mendorong diri untuk bekerja atau melakukan kegiatan

3 = berkurangnya waktu aktual yang dihabiskan

dalam melakukan kegiatan atau menurunnya produktivitas. Di rumah

sakit, beri nilai 3 bila pasien tidak menghabiskan waktu paling sedikit

3 jam sehari dalam melakukan kegiatan (tugas rumah sakit atau hobi)

diluar tugas-tugas bangsal

4 = berhenti bekerja karena sakitnya sekarang. Di rumah sakit, beri nilai 4

bila pasien tidak melakukan kegiatan apapun kecuali tugas-tugas

bangsal, atau bila pasien gagal melaksanakan tugas-tugas bangsal

tanpa dibantu

8. Retardasi (lambat dalam berpikir dan berbicara, kemampuan

berkonsentrasi , penurunan aktivitas motorik)

0 = normal dalam berbicara dan berpikir

47
1 = sedikit lamban dalam wawancara

2 = jelas lamban dalam wawancara

3 = sulit diwawancarai

4 = stupor lengkap

9. Agitasi

0 = tidak ada

1 = memainkan tangan, rambut dan lain-lain

2 = meremas tangan, menggigit kuku, menarik kuku, menggigit bibir

10. Anxietas psikis

0 = tidak ada kesulitan

1 = ketegangan dan mudah tersinggung yang bersifat subyektif

2 = menguatkan hal-hal kecil

3 = sikap khawatir yang tercermin di wajah atau pembicara

4 = ketakutan di ekspresi tanpa ditanya

11. Anxietas somatik

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = inkapasitas

Keadaan fisiologis yang mengiringi anxietas seperti :

- gastrointestinal : mulut, sulit mencerna, diare, kram,

sendawa

48
- kardiovaskuler : palpitasi, nyeri kepala

- pernapasan : hiperventilasi, menghela nafas panjang

- sering-sering buang air kecil

- berkeringat

12. Gejala somatik (gastrointestinal)

0 = tidak ada

1 = tidak ada nafsu makan tetapi dapat makan tanpa dorongan orang lain.

Perut terasa penuh

2 = Sulit makan tanpa dorongan orang lain, meminta atau membutuhkan

pencahar atau obat-obatan untuk buang air besar atau obat- obatan

untuk simtom gastrointestinal

13. Gejala somatic (umum)

0 = tidak ada

1 = anggota gerak punggung atau kepala berat. Nyeri punggung, nyeri

kepala, nyeri otot. Hilang tenaga dan kelelahan

2 = segala simtom di atas yang jelas diberi nilai 2

14. Gejala genital (misalnya: hilangnya libido, gangguan menstruasi)

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = berat

15. Hipokondriasis

0 = tidak ada

1 = dihayati sendiri

49
2 = preokupasi tentang kesehatan diri

3 = sering mengeluh, meminta pertolongan, dan lain-lain

4 = waham hipokondriasis

16. Kehilangan berat badan (pilih antara A atau B)

A. Bila dinilai berdasarkan riwayat

0 = tidak ada kehilangan berat badan

1 = kemungkinan berat badan berkurang sehubungan dengan sakit

sekarang

2 = berat badan jelas berkurang

B. Bila diukur perubahan berat aktual, dinilai setiap minggu oleh psikiater

bangsal

0 = kehilangan berat badan kurang dari 0,5 kg seminggu

1 = kehilangan berat badan lebih dari 0,5 kg seminggu

2 = kehilangan berat badan lebih dari 1 kg seminggu

17. Tilikan

0 = mengetahui dirinya depresi dan sakit

1 = mengetahui dirinya sakit tetapi disebabkan oleh makanan yang buruk,

iklim, kerja berlebihan, virus, perlu istirahat, dan lain- lain.

2 = menyangkal sepenuhnya bahwa dirinya sakit

18. Variasi diurnal

Pagi (AM) Sore (PM)

0 = tidak ada

1 = ringan

50
2 = berat

Dicatat apakah simtom lebih berat pada pagi atau sore hari dan dinilai

keparahan variasi tersebut.

19. Depersonalisasi dan derealisasi (misalnya: merasa tidak nyata, ide

nihilistik)

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = inkapasitas

20. Gejala paranoid

0 = tidak ada

1 = kecurigaan ringan

2 = kecurigaan sedang

3 = ide referensi

4 = waham

21. Gejala obsesif dan kompulsif

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = berat

22. Ketidakberdayaan

0 = tidak ada

1 = perasaan subyektif yang diperoleh hanya ditanya

51
2 = perasaan tidak berdaya dinyatakan langsung oleh pasien

3 = memerlukan dorongan, bimbingan dan penentraman hati untuk

menyelesaikan tugas bangsal atau higiene diri

4 = memerlukan bantuan fisik untuk berpakaian, makan, bedside task atau

higene diri

23. Keputusasaan

0 = tidak ada

1 = sering-sering merasa ragu bahwa „keadaan akan membaik‟ tetapi

masih dapat ditentramkan

2 = merasa putus asa secara konsisten tetapi masih menerima penentraman

3 = mengekspresikan perasaan putus asa, hilang harapan, pesimis tentang

masa depan, yang tidak dapat dihilangkan

4 = keteguhan spontan dan tidak sesuai bahwa „saya tidak akan pernah

sembuh‟ atau padanannya

24. Perasaan tidak berharga (terentang dari hilangnya harga diri, perasaan

rendah diri, mencela diri yang ringan sampai waham tentang

ketidakberhargaan)

0 = tidak ada

1 = menunjukkan perasaan tidak berharga

(kehilangan harga diri) hanya bila ditanya.

2 = menunjukkan perasaan tidak berharga

(kehilangan harga diri) secara spontan

52
3 = berbeda dengan nilai 2 di atas berdasarkan derajat. Pasien secara

sukarela menyatakan bahwa dia „tidak baik‟, „rendah‟

4 = waham tentang ketidakberhargaan, misalnya “Saya adalah tumpukan

sampah” atau padanannya

Interpretasi (0-50)

Nilai keseluruhan ≤ 7 : normal

Nilai keseluruhan 8-13 : depresi ringan

Nilai keseluruhan 14-18 : depresi sedang

Nilai keseluruhan 19-22 : depresi berat

Nilai keseluruhan ≥ 23 : depresi sangat berat

53
Lampiran 3

TIME TABEL JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

Waktu
No KEGIATAN Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
1 4 1 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Konsultasi usulan tema
3 Penyusunan proposal
4 Seminar proposal
5 Pengurusan ijin
6 Pengambilan data
7 Penyusunan hasil penelitian
8 Ujian KTI
9 Revisi
10 Pengumpulan KTI

54
Lampiran 4
LAPORAN ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

A. Persiapan
1. Pra Proposal Rp. 300.000,00
2. Penyusunan proposal Rp. 250.000,00
3. Ujian Proposal Rp. 300.000,00
B. Pelaksanaan
1. Pengurusan ijin Rp. 200.000,00
2. ATK pendukung Rp. 200.000,00
3. Transport dan akomodasi Rp. 250.000,00
4. Pengolahan data Rp. 300.000,00
C. Tahan Akhir
1. Penyusunan laporan Rp. 200.000,00
2. Penggandaan laporan Rp. 400.000,00
3. Persentasi laporan Rp. 300.000,00

Jumlah Rp. 2.700.000,00

55
Lampiran 5

MASTER TABEL

Karakteristik Responden Kuesioner Tingkat Depresi Hasil Penelitian


Jenis Lama
No Umur Pendidikan Pekerjaan HD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah Kategori
Kelamin
1 Sangat
1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1 1 1 0 0 1 1 2 35
Berat
2 2 1 2 1 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan
3 2 1 5 3 1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 1 2 0 0 0 1 21 Berat
4 2 1 5 3 1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 1 2 0 0 0 1 21 Berat
5 2 1 3 4 2 1 2 1 0 0 0 1 2 2 1 2 2 1 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22 Berat
6 2 1 1 1 2 1 2 1 0 0 0 1 2 2 1 2 2 1 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22 Berat
7 2 1 2 4 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan
2 Sangat
8 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 53
Berat
9 2 1 4 2 1 1 2 1 0 0 0 1 2 2 1 2 2 1 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22 Berat
2 Sangat
10 2 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 52
Berat
11 2 1 3 2 1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 1 2 0 0 0 1 21 Berat
12 2 1 2 4 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 11 Ringan
13 2 1 2 4 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan
14 2 1 3 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 12 Ringan
15 2 1 4 3 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 12 Ringan
16 2 2 3 2 1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 1 2 0 0 0 1 21 Berat

56
57

17 2 2 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan
18 2 2 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 12 Ringan
19 2 2 3 4 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan
20 2 2 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 2 1 0 0 13 Ringan

Anda mungkin juga menyukai